Hadis Dha’if
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
1. ANJELINA (20511003)
2. LIA SUBENTI (20511047)
DOSEN PENGAMPU :
Zakiyah,M.Ag
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "HADIST
DHA’IF" dengan tepat waktu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN
B.Rumusan Masalah 3
C.Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian 4
A.Kesimpulan 13
B.Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk
menjawab dari pertanyaan:
PEMBAHASAN
Hadits Dhaif, menurut bahasa berarti hadits yang lemah artinya hadit yang
tidak kuat. Sedangkan secara istilah para ulama terdapat perbedaan rumusan
dalam mendefinisikan hadits dhaif ini akan tetapi pada dasarnya, isi, dan
maksudnya tidak berbeda. Beberapa definisi, diantaranya adalah sebagai
berikut:
3. Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas, bahwa Hadits
dhaif adalah hadits yang salah satu syaratnya hilang.
الحديث الضعيف هو الحديث الذي لم يجمع صفات الحديث الصحيح و ال صفات الحديث
وقال اكثر العلماء هو ما لم يجمع صفتالصحيح و الحسن.هو كل حديث لم تجتمع فيه صفات القبول.
Hadis dhoif adalah semua hadis yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi
hadis yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadis dhoif
adalah yang tidak terkumpul padanya sifat hadis shohih dan hasan.
Hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits maqbul (yang dapat
diterima).
1. Rawinya adil
3. Sanadnya bersambung.
Alasan pemberian predikat dha’if kepada hadits yang tidak memenuhi salah
satu syarat diterimanya sebuah hadits adalah apabila pada suatu hadits telah
terpenuhi syarat-syarat di atas, maka hal itu menunjukan bahwa hadits tersebut
telah diriwayatkan sesuai dengan keadaan semula; dan sebaliknya bila salah
satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada yang menunjukan
demikian.
Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada sepuluh macam, yaitu:
Dusta, Tertuduh dusta, Fasik, Banyak salah, Lengah dalam menghafal,
Menyalahi riwayat orang kepercayaan, Banyak waham, Tidak diketahui
identitasnya, Penganud bid’ah, dan Tidak baik hafalannya.
a. Hadits Maudhu’
هو المختلع المصنوع المنسوب الي رسول هللا ص م زورا وبهتان سواء كان ذالك عمدا امخطآ.
Hadis yang dicipta serta dibuat oleh seorang (pendusta), yang ciptaan itu
dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik di sengaja
maupun tidak. Ciri-ciri hadis maudhu’ terdapat pada sanad dan matan hadis.
Ciri-ciri pada sanad hadis yaitu, adanya pengakuan dari si pembuat sendiri,
qarinah yang memperkuat adanya pengakuan dari si pembuat hadis
maudhu’, qarinah yang berpautan dengan tingkah laku.
Adapun ciri pada matan hadis ditinjau dari segi lafadz dan ma’na. Dari segi
lafadz yaitu, bila susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih. Sedangkan
dari segi ma’na yaitu, ketika hadis bertentangan dengan Alquran, hadis
mutawattir, ijma’, dan logika yang sehat.
Hadis yang pada sanadnya ada seorang rawi yang tertuduh dusta.
c. Hadits Mungkar
Yaitu hadis yang sanadnya terdapat rawi yang jelek kesalahanya, banyak
kelengahan dan tampak kefasikanya. Lawanya dinamakan Ma’ruf.
d. Hadits Syadzdz
a. Hadits Mu’allaq
b. Hadits Mu’dhal
Menurut bahasa mu’dhal berarti sesuatu yang di buat lemah atau lebih.
Adapun menurut istilah Muhadditsin, hadis mu’dhal adalah hadis yang
putus sanadnya dua orang atau lebih secara berurutan.
c. Hadits Mursal
Ditinjau dari segi siapa yang menggugurkan, hadis mursal terbagi menjadi
mursal jail, mursalshahabi, dan mursal khafi.
1) Mursal Khafi, pengguguran yang dilakukan oleh para tabi’in jelas
sekali, bahwa orang yang menggugurkan tidak hidup sezaman dengan
orang yang digugurkan.
d. Hadits Munqathi
Adalah hadis yang sanadnya terdapat salah seorang yang digugurkan, baik di
ujung maupun di pangkal.
3) Diketahui dari pihak lain, dengan adanya kelebihan seorang rawi atau
lebih dalam hadis riwayat orang lain.
e. Hadits Mudhallas
Hadis yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadis tidak
bernoda. Rawi yang berbuat demikian disebut mudallis. Hadis yang
diriwayatkanya disebut mudallas, dan perbuatanya disebut tadlis.
a. Hadits Marfu’
Hadits Marfu’ menurut istilah adalah “sabda, atau perbuatan, atau taqrir
(penetapan), atau sifat yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam, baik yang bersifat jelas ataupun secara hukum (disebut marfu’ =
marfu’ hukman), baik yang menyandarkannya itu shahabat atau bukan, baik
sanadnya muttashil (bersambung) atau munqathi’ (terputus).
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa hadits marfu’ ada 8 macam, yaitu :
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat. Masing-masing dari yang empat
macam ini mempunyai bagian lagi, yaitu : marfu’ secara tashrih (tegas dan
jelas), dan marfu’ secara hukum.
b. Hadits Mauquf
Mauquf menurut bahasa berasal dari kata waqf yang berarti berhenti. Seakan-
akan perawi menghentikan sebuah hadis pada sahabat. Mauquf menurut
pengertian istilah ulama hadis adalah:
Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada seorang sahabat atau segolongan sahabat, baik perkataan,
perbuatan, atau persetujuannya, bersambung sanadnya maupun terputus disebut
dengan hadis mauquf. Sandaran hadis ini hanya sampai kepada sahabat, tidak
sampai kepada Rasulullah saw.
c. Hadits Maqthu’
ْ َ ) قyang
Menurut bahasa kata maqthu’ berasal dari akar kata ( طعًا يُقَطِّ ُع قَطَّ َع
berarti terpotong atau teputus, lawan dari maushul yang berarti bersambung.
Kata terputus di sini dimaksudkan tidak sampai kepada Rasulullah saw, hanya
sampai kepada tabi’in saja.
ِ َُما ا
ض ْيفَ إِلَيالتابعي أو من دونه من قول أو فعل
“Sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in dan orang setelahnya
daripada Tabi’in kemudian orang-orang setelah mereka, baik berupa
perkataan atau perbuatan dan sesamanya.
Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada tabi‟in atau orang setelahnya, baik perkataan, perbuatan,
atau persetujuannya, bersambung sanadnya maupun terputus disebut dengan
hadis maqthu’.
Hadits 1.
Yang artinya: “penduduk Syam adalah cambuk Allah di bumi-Nya. Allah akan
membalas kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya
dengan mereka. Haram bagi kaum munafik untuk menggungguli kaum
mukmin dan mereka tidak akan mati kecuali dengan kesedihan dan
kesengsaraan”.
1. Riwayat ‘An ‘Anah (yakni menggunakan lafadz ‘An fullan ‘An fullan).
2. Sanad terhenti, yaitu telah diriwayatkan dengan sanad yang mauquf oleh
Haitsam bin Khatijah, ia berkata “riwayat ini sanadnya terhenti sampai kepada
Khatijah”
Hadits 2.
Yang artinya: “barang siapa yang melahap madu tiga hari setiap bulan pada
pagi hari, maka ia tidak akan tertimpa mushibah besar”
Hadits dha’if. Telah diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam at-Tarikh (11/55),
Ibnu Majad (11/343), ad-Daulabbi (1/185), al-Aqaili dalam kitab adh-Dhuha
(hlm.248) dan yang lainnya, dengan sanad dari Said bin Zakaria, dari Zubair
bin Said al-Hasyimi, dari Abd. Hamid bin Salim, dari Abu Hurairah r.a..
kemudian al-Uqaili berkata, “imam Bukhari telah menyatakan bahwa Abd.
Hamid bin Salim tidak terbukti bertemu dan mendengar lansung dari Abu
Hurairah r.a.”
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis dhoif adalah semua hadis yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat
bagi hadis yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadis dhoif
adalah yang tidak terkumpul padanya sifat hadis shohih dan hasan.
Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada sepuluh macam,
yaitu: Dusta, Tertuduh dusta, Fasik, Banyak salah, Lengah dalam menghafal,
Menyalahi riwayat orang kepercayaan, Banyak waham, Tidak diketahui
identitasnya, Penganud bid’ah, dan Tidak baik hafalannya.
B. Saran
Adapun makalah kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang
didasari dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku diperpustakaan
maupun pengetahuan dari online. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari
makalah kami ini, kami berharap kritik/saran dan masukan dari pembaca, guna
untuk mewujudkan perubahan kelebih baik di kemudian harinya. Terimakasih..
DAFTAR PUSTAKA
Agus Solihin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: CV. Pustaka Setia,
2008