Anda di halaman 1dari 8

Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan


rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami (kelompok 10) dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Dinamika Anak dan Remaja Generasi 4.0” Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas terstruktur yang diberikan Dosen Bimbingan Konselin kepada kami,
Fakultas Ilmu Tarbiyah, INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI KEDIRI

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun perbaikan
makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca, guna memperbaiki dan meningkatkan
pembuatan makalah atau tugas yang lainnya pada waktu mendatang.

Kiranya yang Maha Kuasa tetap menyertai kita sekalian, dengan harapan pula
agar karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Kediri, 31 Mei 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………....iii

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...iii

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………….iii

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian Teori Belajar Behavioristik……………………………………......iv

2.Pengertian Teori Belajar Kognitif……………………………………………...v

3.Perbedaan Antara Teori Belajan Behavioristik dan Kognitif….……………….vi

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………………....vii

DAFTAR PUSTAKA………………………………………...............................viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan hidup manusia memiliki fase dimulai dari anak, remaja, dewasa, lanjut
usia. Empat fase tersebut memiliki karakter masing-masing. Remaja merupakan masa
yang paling sensitive bagi pembentukan sikap dan karakter pada masa ini remaja mudah
terpengaruh, mudah meniru, serta belum mempunyai prinsip hidup. Pada usia ini remaja
mencari jati diri agar bisa memiliki kepribadian yang dapat diterima lingkungan dimana ia
berada.
Seiring perkembangan waktu pola piker remaja juga ikut berkembang. Remaja
sebagai generasi 4.0 merupakan suatu kondisi dimana remaja dihadapkan dengan
kecangihan teknologi akibat dari revolusi industry 4.0 yang sangat berkembang pesat
hingga sekarang. Kemajuan teknologi ini dapat mengalihkan perhatian bagi remaja
generasi 4.0 yang sebelumnya mereka harus melalui beberapa proses untuk memdapatkan
sesuatu tetapi sekarang ini para remaja secara cepat bisa mendapatkannya.Hal tersebut
membuat para remaja cenderung tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya dan memilih
focus dengan smartphone masing-masing. Akan tetapi revolusi industri 4.0 juga
memberikan kekuatan kepada kebanyakan generasi mudanya dalam bidang teknologi yang
sering disebut sebagai C3 Creative, Confident, dan connected. Akan tetapi dalam
prosesnya tidak semua remaja generasi ini mampu beradaptasi dengan perkembangan
teknologi, sehingga krisis percaya diri dan depresi menjadi masalah-masalah
psikososialnya.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1.         Apa itu generasi 4.0?


2.         Apa saja dinamika anak dan remaja generasi 4.0?
3.         Bagaimana peranan orang tua dalam pembentukan karakter remaja generasi 4.0?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1.      Untuk mengenal generasi 4.0


2.      Untuk mengetahui dinamika anak dan remaja generasi 4.0
3.      Untuk mengetahui peranan orang tua dalam pembentukan karakter remaja generasi 4.0
BAB II
PEMBAHASAN
A. Generasi 4.0
Revolusi industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dan
pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Revolusi 4.0 adalah era penerapan teknologi
modern seperti teknologi fiber (fiber technology) dan sistem jaringan terintegrasi (integrated
network) yang bekerja disetiap aktivitas ekonomi dari produksi hingga konsumsi, demikian
dikutip dari buku bertajuk 'Lebih Dekat dengan Industri 4.0' oleh Akmal.
Revolusi 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan revolusi industri. Melansir laman
History, revolusi industri sendiri dimulai pada abad ke-18, ketika masyarakat pertanian sudah
menjadi lebih maju dan berurbanisasi. Revolusi Industri 4.0 akan membangun ketersediaan
perluasan teknologi digital hasil dari Industri 3.0. Revolusi Industri 4.0 sebagian besar akan
didorong oleh konvergensi inovasi digital, biologis, dan fisik.
Istilah revolusi industri 4.0 juga dikenal sebagai "internet of things" (IoT), yang mulai
menyentuh dunia virtual, bentuk konektivitas manusia, mesin dan data.
Dikutip dari Ensiklopedia Britannica, Revolusi Industri 4.0 menandai serangkaian perubahan
sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang akan berlangsung selama abad ke-21. Penamaan
Revolusi Industri 4.0 atau Four Poin Zero (FPZ) di awali dari revolusi internet.
Konsep Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Scwab.
Scwab adalah seorang ekonom terkenal asal Jerman sekaligus penggagas World Economic
Forum (WEF). Konsep Revolusi Industri 4.9 pertama kali digunakan di publik salam
pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman pada tahun 2011.
Perkembangan Revolusi Industri 4.0 dimulai pada tahun 2016 dengan ditandai dengan adanya
digital ekonomi, big data, IoT, robotic, cloud sistem yang semua aktivitasnya berbasis
teknologi hingga sekarang.

B.Dinamika Anak dan Remaja Generasi 4.0


Perkembangan teknologi digital yang terjadi saat ini ditandai dengan penggunaan teknologi
hampir dalam setiap aspek kehidupan. Teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan kita
sehari-hari. Berbagai kemudahan dapat dinikmati, mulai dari berbelanja, berkomunikasi,
sampai pembelajaran yang kini semuanya dapat dilakukan secara on-line, tanpa harus
membuang tenaga dan waktu.
Teknologi muncul dengan berbagai macam jenis dan fitur baru dari hari ke hari. Kebutuhan
teknologi merupakan salah satu kebutuhan penting saat ini. Hal ini disebabkan karena
teknologi sangat dibutuhkan untuk banyak keperluan. Teknologi komunikasi memiliki
perkembangan yang paling pesat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
tersebut tanpa disadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Karena dengan
seiring arus globalisasi tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat menyebabkan
peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting.
Mereka yang terlahir sejak tahun 2010 disebut generasi alpha. Menurut Yeni (2015) istilah ini
pertama kali dikemukakan oleh Mark Mc Crindle, seorang peneliti sosial. Generasi Alpha
(Gen A) adalah lanjutan dari generasi Z. Mereka adalah anak-anak yang lahir setelah tahun
2010 dan menjadi generasi yang paling akrab dengan internet sepanjang masa. Diprediksi ke
depannya bahwa anak-anak Gen A ini tidak lepas dari gadget, kurang bersosialisasi, kurang
kreativitas dan bersikap lebih individualis. Penggunaan gawai secara terus menerus juga
berpotensi membuat mereka terasingkan secara sosial.
Anak generasi alpha berada pada usia keemasan di mana periode ini perkembangan anak
terjadi sangat pesat dan tak akan terulang lagi pada periode berikutnya. Aspek perkembangan
kognitif, Bahasa, moral dan agama, fisik motorik dan sosial emosional yang terjadi pada usia
ini akan menjadi dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak pada saat
remaja dan dewasa. Mengingat pentingnya masa-masa keemasan ini, maka akan sangat baik
bila semua stimulasi yang diberikan pada anak memiliki dampak positif bagi
perkembangannnya.
Fenomena yang terjadi pada generasi Alpha di atas merupakan cerminan kondisi dan keadaan
yang terjadi saat ini khususnya di dunia remaja. Keadaan tersebut kemungkinan juga terjadi
bukan hanya di daerah perkotaan, akan tetapi juga sudah merambah di daerah pedesaan. Dan
bukan hanya di Pekanbaru saja kondisi tersebut terjadi. Berbagai penelitian mengenai
penggunaan gadget dan dampaknya pada anak sudah dilakukan. Mildayani (2017) yang
meneliti mengenai pengaruh gadget pada interaksi sosial emosional anak, menyimpulkan
bahwa kesuksesan perkembangan sosial emosional pada anak sangat tergantung dari
lingkungan, karena anak tidak akan memperoleh kemampuan sosial emosional dari
interaksinya dengan gadget. Anak tidak akan kecanduan gadget bila pola pengasuhan yang
diteraapkan orang tua memprioritaskan perkembangan anak. Orangtua dituntut untuk
menjalan peran secara aktif untuk mengawasi dan mengontrol anak dalam menggunakan
gadget.

C. Peranan Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Remaja Generasi 4.0


Konsep peranan adalah perilaku yang dilakukan seseorang untuk melaksanakan sesuatu
dalam suatu kelompok masyarakat (Yaman La Ndibo, 2020:77). Jadi apabila seseorang
tersebut melakukan hak dan kewajibannya dalam suatu kelompok tersebut maka otomatis ia
melakukan suatu peranan. Peranan juga merupakan sesuatu kegiatan yang sedang dimainkan
oleh seseorang.
Keluarga menurut Jhonson dalam (Neneng Dariah, 2018: 156-157) adalah wadah sosial
terdiri dari sekumpulan individu, memiliki ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara
individu tersebut. Mereka hidup bersama dalam suatu tempat.
Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1022) pengertian orang tua adalah ayah, ibu
kandung. Orang tua adalah orang pertama yang membimbing, mendidik, mengasuh serta
mempunyai pengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. Orang tua bertanggung jawab
secara psikologis, paedagogis dan sosiologis untuk anaknya. Menurut Fitriyah dalam
(Nasihatus Sholihah et al., 2019) Kedudukan orang tua sangat tinggi dan mulia dalam sebuah
keluarga. Menurut (Wahib A, 2015) “orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang
yang dituakan”. Orang tua bisa orang yang terdekat dengan anak. Helmawati dalam (Yunita
et al.,2021:572) mengatakan bahwa mendidik, mengasuh, dan membimbing agar anak
tumbuh cerdas, sehat, dan berkepribadian baik adalah peran orang tua.
Oleh karena itu, Pembentukan karakter remaja tidak terlepas dari pengasuhan orang tua.
Namun saat sekarang ini banyak orang tua yang rela menghabiskan waktu untuk berbagai
kepentingan, rutinitas pekerjaan, aktivitas organisasi dan lainnya seakan menjadi alasan untuk
mengabaikan si anak, sehingga si anak merasa diabaikan orang tuanya (Siahaan et al., 2021).
Tak hanya itu, banyak orang tua yang hanya memenuhi semua keinginan si anak, dengan
mencukupi kebutuhan materi tetapi masalah pendidikan, akhlak terpuji, kasih sayang,
cenderung diabaikan. Hasilnya para remaja akan mempunyai sifat yang tidak baik. Menurut
Abdullah Nashih Ulwan dalam (Ali Muhsin, 2017:131) bahwa sikap pertama yang
dibutuhkan anak adalah sikap kasih saying orang tua.
Pendidikan yang baik dari orang tua akan membentuk karakter remaja yang baik pula,
perkembangan karakter remaja dapat dikontrol dan dibentuk dengan bimbingan dan bantuan
orang tua. Menurut (Nopan Omeri, 2015:466) mengatakan bahwa Karakter merupakan
kombinasi antara moral, etika, dan tingkah laku. Pembentukan karakter tidak bisa dengan
menghafal saja tetapi karakter dapat terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan berulang-
ulang. Mengingat pentingnya pembentukan karakter pada remaja serta banyaknya masalah
yang dihadapi para remaja maka orang tua sebaiknya menanamkan nilai-nilai karakter
dengan baik guna memperkokoh pondasi yang dimiliki remaja dengan harapan kelak anak
mempunyai karakter yang mulia.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Generasi 4.0 adalah generasi yang lahir akibat revolusi 4.0, sedangkan Revolusi 4.0
adalah era penerapan teknologi modern seperti teknologi fiber (fiber technology) dan sistem
jaringan terintegrasi (integrated network) yang bekerja disetiap aktivitas ekonomi dari
produksi hingga konsumsi.
2. Ada banyak dinamika yang dialami anak dan remaja generasi 4.0 sebab kecenderungan
memakai gadget atau smartphone dalam aktivitasnya sehari-hari, beberapa diantaranya adalah
mereka dapat lebih kreatif, efektif, dan produktif dalam mencapai cita-cita mereka karena
kemudahan mereka dalam penggalian informasi dengan bantuan smartphone, akan tetapi,
mereka juga mudah memiliki karakter yang kurang baik, karena penggunaan smartphone
yang salah akan dengan mudah merusak karakter seorang anak atau remaja.
3. Oleh karena itu peranan dari orang tua dalam pembetukan karakter anak dan remaja
sangatlah penting, sebab rasa peduli dan kasih sayang orang tua sangat besar sekali
dampaknya terhadap seorang anak dan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Mannan, A. (2017). Pembinaan Moral Dalam Membentuk Karakter Remaja (Studi Kasus Remaja
Peminum Tuak Di Kelurahan Suli Kecamatan Suli Kabupaten Luwu). Jurnal Ilmu Aqidah-Ta,
3(1), 59–72. Https://Doi.Org/10.24252/Aqidahta.V3i1.3408
Muhsin, A. (2017). Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Dusun Sumbersuko Desa
Plososari Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan. Dinamika : Jurnal Kajian Pendidikan Dan
Keislaman, 2(02), 123–150. Https://Doi.Org/10.32764/Dinamika.V2i02.174
N, O. (2015). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. Manajer Pendidikan, 9(3),
464–468.
Siahaan, K. W. A., Haloho, U. N., Guk-Guk, M. P. A. R., & Panjaitan, F. R. (2021). Implementation
OfDiscovery Learning Methods To Improve Science Skills In Kindergarten B Children. Jurnal
Pendidikan Edutama, 8(1), 33–40.
Wahib A. (2015). Konsep Orang Tua Dalam Membangun Kepribadian Anak. Jurnal Paradigma, 2(1),
1–10.
Yaman La Ndibo, W. B. (2020). Peranan Orangtua Dalam Membina Kedisiplinan Anak. Journal Of
Education And Teaching (JET), 1(2), 75–84. Https://Doi.Org/10.51454/Jet.V1i2.17
Yenni Yuniati, dkk, 2015 Konsep Diri Remaja dalam Komunikasi Sosial melalui “Smartphone” Vol. 31,
No. 2 (Desember, 2015): 439-450 Bandung mu Komunikasi Universitas Islam Bandung.
MAKALAH

MAF’UL FIIH

‘’Disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Bimbingan Konseling’’

Dosen Pengampu

Khafidhotun Nasikhah, M. Pd.

Disusun Oleh; Kelopok 10

1.M.NURUL ILMI (2101010081)

2.FADEL MUHAMMAD QODRI (2101010079)

3.MUADIBA AKMAL NACHARA (2101010085)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI

2022

Anda mungkin juga menyukai