DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi yang lagi di pebincangkan mengenai
persaingan yang ketat dan penuh tantangan, setiap instansi harus
mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat untuk memberikan
pelayanan yang baik dengan sesuai ketentukan yang telah di terapkan
didalam Standar Operasional Prosedur (SOP).
Menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara (Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, Kepmenpan ini
memberikan pengertian terhadap pelayanan publik, pelayanan publik
yaitu; segala bentuk dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
institusi penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya dalam proses
pemenuhan dari segala bentuk kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagaimanapun kondisi masyarakatnya, pemerintah sebagai unsur
pelayanan harus tetap memberikan pelayanan publik berkualitas dan yang
terbaik kepada masyarakatnya sebagai suatu kewajiban dari pemerintah,
baik pelayanan publik dalam arti luas maupun pelayanan publik dalam arti
sempit. Oleh karena itu, proses pelayanan publik dalam kehidupan suatu
negara atau penyelenggaraan suatu pemerintahan memiliki makna dan arti
yang sangat strategis dan penting, mengingat kebutuhan dari masyarakat
yang terus ada dan bahkan kecenderungannya kebutuhan masyarakat
tersebut terus meningkat.
Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah prasyaratan untuk
menjalankan atau mengoperasikan kendaraan bermotor dan berlaku selama
lima tahun. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
wajib memiliki surat izin mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan yang
dikemudikan. Untuk mendapatkan Surat Izin mengemudi seseorang harus
memiliki kompetensi mengemudi yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan atau belajar sendiri. Pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh lembaga yang mendapat izin dan terakreditasi dari
pemerintah merupakan unsur pelayanan yang terciptanya profesionalisme
didalam instansi tersebut dan memiliki karyawan yang berpotensi untuk
terstruktur SDM yang baik di karenakan didalam pelayanan instansi
SATPAS masih kurangnya profesionalisme baik pekerjaan, pelayanan,
sarana prasarana, dan waktu yang saat pengurusan surat tersebut.
B. Rumusan Masalah
B. Definisi Publik
Dalam proses perkembangan ilmu administrasi publik, maka
konsep dari kata “publik” bermakna lebih luas daripada hanya bermakna
“government” (pemerintah saja), seperti keluarga, rukun tetangga,
organisasi non pemerintah, asosiasi, pers, dan bahkan dalam bentuk
organisasi sektor swasta. Sebagai akibat dari adanya suatu konsep publik
yang lebih luas ini, nilai-nilai keadilan, kewarganegaraan (citizenship);
etika pemerintahan dan jabatan, patriotisme, dan responsiveness,
Frederickson (1997: 5) menjadi kajian yang cukup penting disamping
mengenai nilai-nilai efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
Sementara istilah dari kata publik, yang berasal dari bahasa Inggris
(public), terdapat beberapa pengertian, yang memiliki variasi arti dalam
bahasa Indonesia, yaitu umum, masyarakat, dan negara. Public dalam
pengertian umum atau masyarakat juga dapat kita temukan dalam istilah-
istilah lainnya, yakni;
a. public offering (penawaran umum),
b. public ownership (milikumum),
c. public utility (perusahaan umum),
d. public relations (hubungan masyarakat),
e. public service (pelayanan masyarakat),
1. Kesadaran pegawai
Adanya kesadaran dari pegawai mengenai tindakan terhadap tugas atau
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga membawa
pengaruh yang positif dan memberikan pelayanan yang baik.
2. Adanya aturan
Terdapat aturan dalam organisasi mutlak diperlukan agar organisasi
dan pekerjaan dapat berjalan terarah dan teratur.
3. Faktor organisasi
Yaitu pengaturan dan mekanisme kerja (sistem, metode serta prosedur)
yang mampu menghasilkan pelayanan yang memadai.
4. Faktor kemampuan dan keterampilan
Jika kemampuan maupun keterampilan yang memadai maka
pelaksanaan tugas/pekerjaan dapat dilakukan dengan baik.
5. Faktor sarana pelayanan
Adanya sarana pelayanan yang memadai dan mencukupi sehingga
tercipta efektifitas dan efektifitas suatu pelayanan.
E. Pengertian Integritas
Sagala (2013: 32) mengemukakan bahwa integritas adalah
perilaku yang konsisten dengan prinsip etika dan moral, yang dapat
dibenarkan, mengandung nilai-nilai kejujuran, dan penuh tanggung jawab
atas amanah yang diberikan kepadanya.
Integritas juga diungkapkan oleh Low (2012: 115)
bahwa:“Integrity is a concept of consistency of actions, values, methods,
measures, principles, expectations, and outcomes. In ethics, integrity is
considered as the honesty and truthfulness or accuracy of one’s actions.”
Yaumi (2016: 66) mengemukakan bahwa integritas adalah
integrasi antara etika dan moralitas, semakin keduanya terintegrasi
semakin tinggi level integritas yang ada sehingga integritas dapat
menghasilkan sifat keteladanan seperti kejujuran, ketulusan, tanggung
jawab, dan loyalitas yang melibatkan keyakinan dasar terhadap kebenaran
sesuatu yang melekat dengan kuat dalam diri seseorang.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai
definisi integritas tersebut, dapat disimpulkan bahwa integritas adalah
perilaku seseorang yang konsisten dengan nilai yang menyertainya dan
orang tersebut bersifat jujur, etis, dapat dipercaya, dan bekerja keras untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang menjadi tanggung jawabnya.
Integritas dapat dikatakan kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan.
Orang-orang yang berintegritas tinggi, cenderung mampu menjadi
pemimpin, lebih konsisten dan selaras antara hidupnya dengan pikiran,
ucapan, hati nurani, dan tindakan.
1. Pentingnya Integritas Pelayanan
Integritas pelayanan memiliki peran yang vital dalam membangun
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan institusi publik.
Ketika warga negara melihat pelayan publik yang bertindak dengan
integritas, mereka merasa yakin bahwa kepentingan mereka akan
dilindungi dan bahwa pelayanan yang diberikan akan adil dan
profesional. Integritas juga membantu mencegah korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran etika lainnya yang dapat
merusak integritas sistem pelayanan secara keseluruhan.
a. Transparansi dan Akuntabilitas
Integritas pelayanan mendorong transparansi dan
akuntabilitas dalam setiap tahap pelayanan. Pelayan publik yang
jujur akan berkomitmen untuk menyediakan informasi yang jelas
dan akurat kepada masyarakat tentang proses, kebijakan, dan
keputusan yang mempengaruhi mereka. Mereka akan menjaga
keterbukaan dan siap untuk memberikan pertanggungjawaban atas
tindakan mereka. Transparansi dan akuntabilitas menciptakan
lingkungan di mana pelayan publik bertanggung jawab kepada
masyarakat yang mereka layani.
b. Pemberdayaan Masyarakat
Integritas pelayanan juga berarti memberdayakan
masyarakat. Pelayan publik yang berintegritas akan mendengarkan
dan menghargai aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Mereka akan
melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan
mengedepankan partisipasi publik yang inklusif. Dengan cara ini,
integritas pelayanan memberikan suara kepada masyarakat dan
memastikan bahwa pelayanan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan harapan mereka.
c. Keadilan dan Kesetaraan
Integritas pelayanan juga melibatkan keadilan dan
kesetaraan. Pelayan publik yang bertindak dengan integritas akan
memperlakukan semua individu dengan hormat, tanpa memandang
ras, agama, jenis kelamin, atau latar belakang sosial-ekonomi.
Mereka akan memastikan bahwa kebijakan dan layanan yang mereka
berikan merata dan adil bagi semua warga negara. Integritas
pelayanan membantu mencegah diskriminasi dan ketidakadilan
dalam sistem pelayanan publik.
Integritas karyawan tidak terbentuk secara instan, melainkan
melalui upaya pembangunan dan pemeliharaan yang berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun
dan menjaga integritas karyawan di kantor SATPAS:
a. Rekrutmen yang Selektif: Proses rekrutmen merupakan awal dari
pembangunan integritas. Kantor SATPAS perlu melakukan seleksi
yang ketat dalam penerimaan karyawan baru. Melalui tes,
wawancara, dan pengecekan latar belakang, kantor SATPAS dapat
memastikan bahwa calon karyawan memiliki integritas yang tinggi
dan nilai-nilai moral yang kuat.
b. Pelatihan dan Sosialisasi: Setelah karyawan baru diterima, kantor
SATPAS perlu menyelenggarakan pelatihan dan sosialisasi
mengenai integritas dan etika kerja yang berlaku di lembaga
tersebut. Pelatihan ini dapat meliputi pengetahuan tentang kode etik,
standar pelayanan, konflik kepentingan, dan tindakan-tindakan yang
dapat merusak integritas. Dengan demikian, karyawan akan memiliki
pemahaman yang jelas mengenai pentingnya integritas dan
bagaimana menerapkannya dalam pekerjaan sehari-hari.
c. Kepemimpinan yang Teladan: Manajer dan pimpinan di kantor
SATPAS memiliki peran penting dalam memelihara dan
mengedukasi mengenai integritas karyawan. Mereka harus menjadi
contoh yang baik dengan menunjukkan sikap jujur, adil, dan
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
tugas. Kepemimpinan yang teladan akan membentuk budaya kerja
yang menghargai integritas dan menginspirasi karyawan lain untuk
mengikutinya.
d. Sistem Pengawasan dan Pengendalian Internal: Kantor SATPAS
perlu memiliki sistem pengawasan dan pengendalian internal yang
kuat untuk mencegah terjadinya praktik-praktik yang merusak
integritas. Hal ini meliputi penegakan aturan, pemisahan tugas, audit
internal, dan pelaporan pelanggaran. Dengan adanya sistem ini,
karyawan akan merasa akuntabilitas dan kesadaran akan pentingnya
integritas akan meningkat.
e. Reward dan Sanksi: Untuk mendorong dan mempertahankan
integritas, kantor SATPAS dapat menerapkan sistem reward dan
sanksi yang adil. Karyawan yang telah menunjukkan integritas tinggi
dan berkinerja baik dapat diberikan penghargaan atau promosi
sebagai bentuk pengakuan. Di sisi lain, tindakan-tindakan yang
melanggar integritas harus dikenai sanksi yang sesuai, seperti
teguran, penurunan jabatan, atau bahkan pemecatan. Hal ini akan
memberikan motivasi bagi karyawan untuk menjaga integritas dan
berperilaku yang baik.
f. Komunikasi dan Keterbukaan: Keterbukaan dan komunikasi yang
baik antara manajemen dan karyawan sangat penting dalam
membangun integritas. Karyawan harus merasa nyaman untuk
melaporkan potensi pelanggaran integritas atau ketidakpatuhan
terhadap aturan, tanpa takut akan hukuman atau represi. Selain itu,
manajemen harus secara terbuka memberikan informasi mengenai
kebijakan, perubahan, dan pengambilan keputusan yang dapat
mempengaruhi integritas karyawan.
Keadaan
N Ada/Tidak
Jenis Alat Kurang
O Ada Baik
Baik
1 Komputer Ada √ −
2 Alat Pengambil Foto Ada − √
3 Alat Pengambil Ada √ −
Tanda Tangan
4 Alat Sidik Jari Ada √ −
5 Alat Cetak Ada √ −
6 Latar Belakang Foto Ada √ −
7 Ranmor untuk ujian Ada −
8 AC Ada √ −
9 Kursi Tunggu Ada − √
10 Parkir Ada − √
Sumber : Satuan Penyelenggara Administrasi SIM (SATPAS) Paekanbaru, 2023