Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL SKRIPSI

“INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI DINAS KEPENDUDUKAN


DAN CATATAN SIPIL DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN
KEPENDUDUKAN MASYARAKAT DI KABUPATEN
KULONPROGO”

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana


pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh:

PROGAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan publik yang berkualitas dan efisien merupakan landasan


penting dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi
pemerintah. Saat ini pelayanan publik menghadapi berbagai tantangan,
antara lain kemajuan teknologi informasi dan meningkatnya tuntutan akan
akses yang mudah, cepat, dan transparan. Dalam konteks ini, penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi
kualitas pelayanan publik dan menyarankan strategi dan inovasi untuk
meningkatkan efisiensi dan kepuasan pengguna.
Damanpour dan Suwarno (2008: 9) menyatakan bahwa inovasi
layanan dapat berupa Barang dan jasa baru, teknologi baru, metode produksi
baru, struktur manajemen baru, Dan strategi baru untuk karyawan. Rogers
dalam Suwarno, (2008: 9) menjelaskan bahwa inovasi dalam
pelaksanaannya Memiliki atribut inovasi antara lain yaitu relative advantage
atau keuntungan relatif. Sebuah Inovasi harus mempunyai keuntungan dan
nilai lebih dibandingkan dengan inovasi Sebelumnya. Selalu ada sebuah
nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi Ciri yang
membedakan dengan yang lain, compability atau kesesuaian. Inovasi juga
Sebaliknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuaian dengan inovasi
yang diganti. Hal Ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta
dibuang begitu saja selain karena Alasan faktor biaya yang sedikit namun
juga inovasi yang lama menjadi bagian dari proses Transisi ke inovasi baru.
Selain itu dapat memudahkan proses adaptasi dan proses Pembelajaran
terhadap inovasi secara lebih cepat, complexity atau kerumitan. Dengan
Sifatnya yang baru maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan yang lebih
tinggi Dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Namun demikian karena
sebuah inovasi Menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik maka
tingkat kerumitan ini pada umumnya Tidak menjadi masalah yang penting,
triability atau kemungkinan dicoba. Inovasi hanya bisa Diterima apabila
telah teruji dan terbukti mempunyai keuntungan atau nilai lebih
Dibandingkan dengan inovasi yang lama. Sehingga sebuah produk inovasi
harus melewati Fase uji publik dimana setiap orang atau pihak mempunyai
kesempatan untuk menguji Kualitas dari sebuah inovasi, observability atau
kemudahan dPencatatan pernikahan merupakan upaya untuk menjaga
kesucian

Aspek hukum yang timbul dari ikatan perkawinan.Realisasi


pencatatan Itu, melahirkan Akta Nikah yang masing-masing dimiliki oleh
istri Dan suami salinanya. Akta tersebut, dapat digunakan oleh
masingmasing pihak bila ada yang merasa dirugikan dari adanya ikatan
Pernikahan itu untuk mendapatkan haknya. Inovasi pelayanan merupakan
kunci penyelenggaraan. Inovasi Layanan merupakan hal yang paling
fundamental dalam membangun Kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah, karena inovasi Pelayanan akan mengubah cara dan metode
kerja pemerintah dalam Memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena
itu, dibutuhkan Komitmen dari pemerintah dalam mencari dan menemukan
trobosan trobosan baru dalam mengantisipasi tuntutan masyarakat akan
Pelayanan yang adil, efektif, dan efesien.
Salah satunya inovasi yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh
pemerintah kabupaten Kulonprogo yaitu Kacar kucur . Selalu berinovasi
untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif, itulah semangat dari
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Kulon Progo. Hal ini
merupakan amanat dari Pasal 386 UU No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, yangt menyebutkan bahwa dalam rangka peningkatan
kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat
melakukan inovasi. Inovasi adalah semua bentuk pembaharuan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Kulon Progo
saat ini sedang menyiapkan inovasi “Kacar Kucur” – Perkawinan Lancar
Dokumen Meluncur, sebuah inovasi terkait pencatatan perkawinan bagi
penduduk non muslim. Dalam inovasi ini, pemohon akan mendapatkan
dokumen berupa kutipan akta perkawinan, kartu keluarga baru dan KTP-el.
Koordinasi dengan Pembantu Pegawai Pencatat Perkawinan (P4) dilakukan
pada Kamis, 4 April 2019 di Ruang Rapat Dinas Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Dalam
koordinasi yang dipimpin oleh Sekretaris Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tersebut juga membahas standar pelayanan inovasi “Kacar
Kucur” meliputi persyaratan, mekanisme dan prosedur, biaya/tariff dan hal
lainnya.
Inovasi yang diluncurkan terkait dengan pencatatan perkawinan bagi
penduduk non muslim. Jika selama ini pasangan baru selalu direpotkan
dalam pengurusan berbagai dokumen keluarga baru, maka dalam inovasi ini
pasangan pengantin akan langsung mendapat berbagai dokumen. Dokumen
tersebut terdiri dari dua kutipan akta perkawinan, dua KTP elektronik, dan
Kartu Keluarga bagi pengantin, keluarga pengantin pria dan keluarga
pengantin wanita dengan catatan sebagai warga Kulon Progo. Dalam waktu
hanya sekitar 10 menit, setelah ekaristi selesai, dokumen-dokumen tersebut
sudah langsung diterima oleh pasangan pengantin

Persoalan pelayanan menjadi masalah yang tiada hentinya sehingga


harus Terus menerus dicarikan solusi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Program yang diimplementasikan tidak semua direspon
baik oleh masyarakat. Terdapat beberapa inovasi yang menuai kritikan,
karena dianggap kurang efektif. Kritikan tersebut mengarah pada program
baru yang terus bermunculan dan Diterapkan kepada masyarakat, sehingga
menimbulkan ketidakpastian.
Penyebab ketidakpastian dalam pelayanan menjadi salah satu
masalah Yang paling berpengaruh dari banyaknya pengguna perantara atau
biro jasa di Kalangan masyarakat dalam mengakses layanan tertentu
(Dwiyanto, 2015:39). Banyak keluhan masyarakat dari tahun ke tahun di
kabupaten Kulonprogo yang mengeluhkan masalah pelayanan administrasi
kependudukannya. Hal ini menjadi Penyebab banyaknya masyarakat yang
malas mengurus dokumen kependudukan Karena dianggap prosesnya yang
terlalu lama dan rumit, belum lagi faktor lain, Seperti waktu dan jarak yang
ditempuh cukup lama yaitu kurang lebih 2 (dua) jam
Untuk perjalanan dari desa ke Kota.
Disdukcapil merilis program baru sebagai cara memaksimalkan
pelayanan Di tahun 2019 ini, yaitu program kacar kucur Hal ini bertujuan
untuk mempermudah masyarakat memperoleh dokumen Kependudukan.
Selain itu, inovasi ini bertujuan untuk mengakomodir warga Transmigran
pencatatan sipil bagi masyarakat non-muslim yang menikah.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 95 Tahun
2012 Tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
pelayanan Publik yang terdapat pada pasal 1 ayat 7 menjelaskan bahwa
standar pelayanan Merupakan tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan Pelayanan dan acuan penilaian untuk melihat
kualitas pelayanan sebagai Kewajiban dan janji penyelenggaran kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan Yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur.Standar Pelayanan yang diberikan telah diatur dalam
peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2018 ayat (1, 2 dan 3)
disebutkan bahwa, “standar pelayanan Minimal yang disingkat SPM
merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan dasar yang
merupakan urusan Pemerintahan wajib yang berhak Diperoleh setiap warga
Negara secara minimal”. Kedua, “pelayanan dasar adalah Pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan dasar warga Negara”. Pada ayat ketiga Berbunyi
“jenis pelayanan dasar adalah jenis pelayanan dalam rangka penyediaan
Barang atau jasa kebutuhan dasar yang berhak diperoleh oleh setiap warga
Negara Secara minimal”. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah sangat berperan
penting untuk Mewujudkan kebijakan dari Pemerintah Pusat. Pemerintah
Daerah merupakan Ujung tombak struktur Pemerintahan Daerah yang
memiliki kekuasaan untuk Bertindak dalam mengelola praktek
penyelenggaraan Pemerintahan. (Yamil,2014:1).
Menurut Suwarno (Anggraeny, 2013:1), Inovasi pada saat ini menjadi
Sebuah keharusan untuk membuat ketersediaan layanan yang semakin
mudah, Murah, terjangkau, dan merata. Terciptanya suatu inovasi
merupakan ukuran Nyata keberhasilan dari otonomi daerah. Keberadaan
inovasi sangatlah penting untuk pelayanan, karena dapat memberikan
terobosan baru untuk meningkatkan Kualitas pelayanan. Kepuasan
masyarakat semenjak adanya otonomi daerah Semakin meningkat, karena
setiap pemerintah daerah berkewajiban untuk Melakukan inovasi yang
dibutuhkan oleh daerahnya (Anggraeny, 2013:1).

Pelayanan publik yang berkualitas menjadi kunci dalam memenuhi


kebutuhan masyarakat serta membangun kepercayaan terhadap institusi
pemerintah. Salah satu lembaga yang memiliki peran vital dalam hal ini
adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil). Disdukcapil
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan administrasi kependudukan,
mulai dari pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, hingga pemberian
dokumen kependudukan seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan Akta
Kelahiran. Namun, seringkali pelayanan yang diberikan oleh Disdukcapil
masih menghadapi berbagai kendala, baik dari segi efisiensi, kualitas,
maupun kepuasan pengguna. Pelayanan yang berkualitas dan efisien di
Disdukcapil sangat penting dalam mendukung berbagai kebutuhan
masyarakat, seperti dalam mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan
kebutuhan administratif lainnya. Dalam menghadapi era digitalisasi, inovasi
dalam pelayanan publik menjadi semakin penting. Berbagai teknologi
informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi
dan kualitas pelayanan kependudukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, penelitian ini


akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan, antara lain:
 Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh Disdukcapil dalam
menyelenggarakan pelayaanan program Kacar kucur ?
 Bagaimana penerapan program Kacar kucur pada masyarakat
Kulonprogo?
 Bagaimana dampak dari implementasi inovasi-inovasi tersebut
terhadap efisiensi, kualitas, dan kepuasan pengguna pelayanan
kependudukan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


a. Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sebuah pengetahuan dan wawasan mengenai
penerapan SIMKAH di Kantor Urusan Agama dalam
Peningkatan Kualitas pelayanan nya. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan
bagi penelitian selanjutnya mengenai SIMKAH pada
KUA
b. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Masukan bagi para pembaca dan menjadi acuan bagi
Kantor Urusan agama dalam mempermudah pelayanan
dan Meningkatkan kualitas pelayanan.

D. Kerangka Dasar Teori


1. Peran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil):
 Fungsi dan tugas Disdukcapil dalam administrasi
kependudukan.
 Pentingnya Disdukcapil sebagai lembaga penyelenggara
layanan kependudukan di tingkat pemerintah daerah.
2. Tantangan dalam Pelayanan Kependudukan:
 Identifikasi masalah dan hambatan utama dalam proses
pelayanan kependudukan di Disdukcapil.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
kependudukan.
3. Inovasi dalam Pelayanan Publik:
 Konsep inovasi dalam konteks pelayanan publik.
 Jenis-jenis inovasi yang dapat diterapkan dalam pelayanan
kependudukan.
 Contoh inovasi pelayanan publik yang telah berhasil
diterapkan di berbagai daerah.

E. Definisi Konsepsional
Definisi konseptual tentang penelitian ini ialah:
 Tingkat peningkatan dalam efisiensi pelayanan, seperti
pengurangan waktu tunggu, peningkatan tingkat otomatisasi, dan
pengurangan birokrasi.
 Peningkatan kepuasan masyarakat terhadap layanan yang
diberikan, diukur melalui survei kepuasan atau feedback dari
pengguna.
 Peningkatan dalam akurasi dan ketepatan data kependudukan.
 Peningkatan dalam aksesibilitas layanan bagi masyarakat,
termasuk di daerah terpencil atau rentan.

F. Definisi Operasional
Definisi operasional tentang penelitian ini ialah:
 Survei kepuasan masyarakat untuk mengukur persepsi dan
pengalaman pengguna terhadap layanan yang diberikan setelah
penerapan inovasi.
 Analisis data kinerja, seperti waktu penyelesaian proses, tingkat
kesalahan, dan jumlah pengulangan permohonan.
 Pemantauan langsung terhadap pelaksanaan inovasi dan
pemetaan terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
 Evaluasi terhadap dampak finansial dan sumber daya yang
terlibat dalam implementasi inovasi terhadap efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik.

G. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif menurut
Sugiyono (2019:18) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari generalisasi.
A. Jenis Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif, Yang mana perolehan datanya didapat dari hasil
pengamatan secara langsung Ke beberapa informan yang
diwawancarai lalu dilakukan analisa pada Perolehan datanya
kemudian ditarik kesimpulan dari hasil pengamatan Tersebut.
Adapun tujuannya yaitu untuk mendapatkan pemahaman yang
Sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan.
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan Data sekunder, menurut Sugiyono (2019:296) disebutkan
bahwa:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber Asli (tidak melalui media perantara). Data primer
dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau
kelompok, dan observasi. Metode Yang digunakan untuk
mendapatkan data primer yaitu metode wawancara Dan
observasi. Wawancara bisa dilakukan dengan kepala camat,
Sekretariat Camat dan kegiatan observasi yang kemudian
akan Diolah oleh peneliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak Langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang Telah tersusun
dalam arsip. Misalkan struktur organisasi, laporan pembuatan
KTP, Penduduk dan laporan Masyarakat.
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam Penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan Mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan. Adapun Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, melalui
observasi Peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari
perilaku tersebut. Metode Ini digunakan untuk mengamati
secara langsung peristiwa/fenomena yang Menjadi fokus
penelitian. (Sugiyono, 2019:297)
2) Wawancara
Menurut Esterberg (2002) wawancara adalah pertemuan dua
orang untuk Bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
sehingga dapat Dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Dengan wawancara Maka peneliti akan mengetahui
hal-hal yang lebih mendalam tentang Partisipan dalam
menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi
Dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Wawancara yang Akan dilakukan oleh peneliti adalah
dengan kepala camat , sekertaris, dan Bagian administrasi
yang bertujuan untuk menggali informasi yang Dibutuhkan
peneliti. (Sugiyono, 2019:304).
3) Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
baik berupa Tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang. Studi Dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan Wawancara dalam
penelitian kualitatif.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara Sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan Juga dokumentasi kemudian membuat kesimpulan
yang mudah dipahami oleh Diri sendiri maupun orang lain.

Miles and Huberman (1984) dalam buku Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R&D mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data Kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus Sampai tuntas sehingga datanya
sudah jenuh. (Sugiyono, 2019:321)Adapun gambaran komponen
dalam analisis data tersebut adalah sebagai Berikut:

Gambar 1,4.Komponen Analisis Data

Sumber: Sugiyono (2019)


a. Data Collection/Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan datanya
dengan melakukan Observasi, wawancara mendalam,
dan dokumentasi, atau gabungan Ketiganya
(triangulasi). (Sugiyono, 2019:322).
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih dan
memilah hal-hal yang Pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan
memeberikan gambaran Yang jelas dan
memepermudah peneliti. (Sugiyono, 2019:323).
c. Data Display (Penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk Uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Namun, Miles and Huberman (1984) mengemukakan
bahwa yang paling Sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
Dengan teks yang bersifat naratif. (Sugiyono,
2019:325).
d. Conclusion Drawing/Verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah
merupakan temuan baru Yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
Gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap Sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
Interaktif, hipotesis atau teori
Dengan mengikuti teknik analisis data yang dikemukakan
oleh Miles and Huberman (1984), analisis data dalam penelitian
deskriptif kualitatif Dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah pengumpulan Data dalam periode tertentu.
Adapun analisis data yang dilakukan oleh penulis Adalah sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan
masalah analisis yang ada di dukcapil Kabupaten
Kulonprogo.
b. Mempelajari dan menganalisis struktur organisasi
yang telah dijalankan
Sehingga dengan demikian dapat diketahui apakah
struktur organisasi yang Diterapkan telah
mempunyai sistem wewenang serta tanggung jawab
yang Jelas.
c. Mempelajari dan menganalisis jurnal dan dokumen-
dokumen lain yang digunakan dalam sistem
pelayanan publik dukcapil kabupaten Kulonprogo,
sehingga dapat diketahui apakah dokumen-dokumen
tersebut sudah memenuhi syarat dalam kaitannya
dengan sistem dan prosedur yang digunakan.
d. Memberi kesimpulan mengenai hasil analisa data
dari sistem pengendalian Internal pelayanan publik
dukcapil kabupaten Kulonprogo.
BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Kondisi Kabupaten Kulonprogo

Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Kulon Progo dapat
dikatakan Kabupaten yang tingkat kesejahteraan masyarakatnya lebih
rendah Dibandingkan dengan kabupaten lain di Yogyakarta. Meski
demikian, Kulon Progo juga memiliki banyak aset yang dapat
mengembangkan kesejahteraan Masyarakatnya. Terbukti di Kulon Progo
telah berdiri pabrik-pabrik yang Dapat memberikan lapangan pekerjaan dan
menambah pendapatan bagi Pemerintah Kulon Progo yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan

Masyarakat.. Mayoritas penduduk bergantung pada pertanian dan


sektor pertanian skala kecil untuk mata pencaharian mereka. Meskipun Desa
Klonprogo mempunyai potensi alam yang besar, namun masih menghadapi
beberapa tantangan, antara lain: Terbatasnya akses terhadap infrastruktur,
terbatasnya ketersediaan layanan kesehatan dan pendidikan, dan rendahnya
kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan. Namun dengan
semangat gotong royong dan gotong royong antar warganya, kabupaten
Kulonprogo tetap berkomitmen mengatasi tantangan tersebut dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kabupaten Kulon Progo, salah satu dari lima Kabupaten/kota di


Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas Wilayah 58. 627,512 ha (586,28
km2). Kabupaten Kulon Progo Terdiri dari 12 kecamatan 87 desa, 1
kelurahan dan 917 dukuh Dengan ibu kota Wates. Terletak di barat Daerah
Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo memiliki batas wilayah
Sebagai berikut.

Barat : Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah

Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul, DIY

Utara : Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah

Selatan : Samudera Hindia

Kabupaten Kulon Progo berdasarkan kondisi geografisnya Dibagi menjadi 3


bagian yaitu bagian utara, tengah dan selatan. Bagian utara Kabupaten
Kulon Progo merupakan dataran Tinggi/perbukitan Menoreh meliputi
Kecamatan Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Bagian
tengah merupakan Daerah perbukitan yang meliputi Kecamatan Sentolo,
Pengasih, Dan Kokap. Bagian selatan merupakan dataran rendah dengan
ketinggian 0 sampai dengan 100 meter dari permukaan air laut Meliputi
Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan Lendah.

Gambar 2.1. peta administrasi kabupaten Kulonprogo


Sumber: dukcapil kabupaten Kulonprogo

Topografi wilayah Kabupaten Kulon Progo mencakup Dataran


rendah, dataran tinggi serta daerah perbukitan. Prosentase Luas tanah
menurut ketinggiannya dari permukaan air laut adalah 17.58% berada pada
ketinggian <7 m di atas permukaan air laut (dpal), 15.20% berada pada
ketinggian 8-25 m dpal, 22,84% pada Ketinggi 26-100 m dpal, 33% berada
pada ketinggian 101-500 m Dpal, dan 11.37 % berada pada ketinggian >500
m dpal. Berikut Adalah tabel luas tanah menurut kemiringannya per
kecamatan di Kabupaten Kulon Progo (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kulon Progo, 2020).

B. Kondisi Sosial
Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasar sensus
Penduduk tahun 2010 adalah 388.869 jiwa yang terdiri dari 190.694 jiwa
laki-laki dan 198.175 jiwa perempuan. 7.277 jiwa Penduduk Kulon Progo
merupakan pencari kerja baru berdasar Pada tahun 2013, jumlah tersebut
didominasi oleh lulusan SMA Sederajat karena banyaknya lulusan SMA
sederajat yang tidak Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinngi.
Laju Pertumbuhan penduduk 0.48, rasio jenis kelamin sebesar 96 dan
Kepadatan penduduknya mencapai 663 jiwa per km2Tersebar di 12
kecamatan .
Masyarakat kabupaten Kulonprogo menghadapi berbagai tantangan
sosial dalam menerapkan inovasi pelayanan publik. Meskipun masyarakat
memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya kemajuan dan perlunya
layanan yang lebih baik, namun terdapat juga hambatan seperti rendahnya
tingkat pendidikan dan terbatasnya akses terhadap teknologi. Inovasi dalam
pelayanan publik memerlukan partisipasi aktif masyarakat dalam
pemanfaatan teknologi dan peningkatan literasi digital. Dengan memperkuat
kolaborasi antara pemerintah desa dan masyarakat serta memberikan
pelatihan dan dukungan yang tepat, kabupaten Klongprogo dapat mengatasi
tantangan tersebut dan menerapkan inovasi pelayanan publik yang
memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Ukuran Kinerja yang Berorientasi Pada Proses

Ukuran kinerja yang berorientasi pada proses dalam inovasi


pelayanan publik sebagai berikut:
1. Waktu Penyelesaian Proses
 Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mendaftar dan
mendapatkan dokumen kependudukan, seperti akta kelahiran
atau KTP, sebelum dan setelah implementasi inovasi.
 Tingkat pengurangan waktu tunggu dalam antrian atau waktu
respon dalam pelayanan setelah penerapan inovasi.
2. Tingkat Otomatisasi Proses
 Persentase proses administratif yang telah diotomatisasi
menggunakan sistem informasi atau teknologi terkait.
 Jumlah penggunaan layanan online atau mobile dalam proses
pelayanan kependudukan setelah adopsi inovasi.
3. Tingkat Kualitas Proses
 Persentase kesalahan atau ketidaklengkapan dokumen yang
terjadi selama proses administratif, sebelum dan setelah inovasi
diterapkan.
 Tingkat kepatuhan terhadap standar operasional prosedur (SOP)
yang telah ditetapkan setelah implementasi inovasi.
4. Tingkat Keterlibatan Masyarakat
 Jumlah partisipasi masyarakat dalam program inovasi atau forum
partisipatif terkait pelayanan publik.
 Persentase penggunaan layanan online atau mobile oleh
masyarakat sebagai bagian dari proses pelayanan kependudukan.
5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
 Persentase pengurangan biaya atau anggaran yang terjadi setelah
penerapan inovasi, seperti penghematan biaya administrasi atau
biaya perjalanan.
 Persentase penggunaan sumber daya manusia dalam proses
pelayanan sebelum dan setelah adopsi inovasi.
6. Tingkat Penerapan Inovasi
 Persentase penggunaan teknologi baru atau metode baru dalam
proses pelayanan kependudukan.
 Jumlah perubahan atau peningkatan dalam sistem pelayanan
kependudukan setelah adopsi inovasi.

B. Ukuran Kinerja yang Berorientasi Pada hasil

Ukuran kinerja yang berorientasi pada hasil dalam inovasi pelayanan


publik sebagai berikut:
 Tingkat Kepuasan Pengguna: Mengukur tingkat kepuasan
pengguna terhadap layanan baru yang diperkenalkan atau
perubahan yang dilakukan dalam pelayanan publik. Ini bisa
dilakukan melalui survei, wawancara, atau feedback langsung
dari pengguna.
 Tingkat Partisipasi Masyarakat: Mengukur tingkat partisipasi dan
keterlibatan masyarakat dalam proses inovasi pelayanan publik.
Ini dapat mencakup jumlah partisipasi dalam forum diskusi,
peningkatan partisipasi dalam keputusan publik, atau jumlah
usulan dari masyarakat untuk perbaikan.
 Efisiensi Operasional: Mengukur efisiensi operasional dari
implementasi inovasi dalam pelayanan publik. Misalnya,
pengurangan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
proses, penghematan biaya operasional, atau peningkatan
produktivitas dalam menyediakan layanan.
 Peningkatan Aksesibilitas: Mengukur peningkatan aksesibilitas
terhadap layanan publik yang dihasilkan dari inovasi. Ini bisa
meliputi jumlah orang yang menggunakan layanan, peningkatan
akses bagi kelompok yang sebelumnya tidak terlayani, atau
pengurangan hambatan akses fisik atau administratif.
 Kualitas Layanan: Mengukur peningkatan kualitas layanan yang
disediakan kepada masyarakat. Ini dapat mencakup aspek seperti
waktu respons, akurasi layanan, kejelasan informasi yang
diberikan, atau kesesuaian layanan dengan kebutuhan pengguna.
 Inovasi dan Kreativitas: Mengukur tingkat inovasi dan kreativitas
dalam pengembangan solusi untuk masalah-masalah pelayanan
publik. Ini bisa mencakup jumlah ide yang diusulkan, tingkat
adopsi teknologi baru, atau kemampuan untuk menemukan solusi
yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.
 Pengaruh Sosial dan Ekonomi: Mengukur dampak sosial dan
ekonomi dari inovasi pelayanan publik. Ini bisa meliputi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan keadilan
sosial, atau kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.
 Kemitraan dan Kolaborasi: Mengukur tingkat kemitraan dan
kolaborasi antara instansi pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat sipil dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan inovasi pelayanan publik. Ini bisa
mencakup jumlah kemitraan baru yang terbentuk, tingkat
keterlibatan mitra dalam proses inovasi, atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan bersa
BAB IV
SARAN DAN KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Meskipun ada upaya untuk meningkatkan aksesibilitas, masih

terdapat ketidakmerataan akses terhadap inovasi pelayanan publik di

Kulonprogo. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan

atau memiliki keterbatasan akses terhadap teknologi, mereka mungkin tidak

dapat menikmati manfaat dari inovasi tersebut dengan baik. Dalam

penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan layanan publik, perlu

diperhatikan masalah keamanan data dan privasi. Jika tidak dikelola dengan

baik, adopsi teknologi ini bisa membuka celah bagi pelanggaran privasi dan

penyalahgunaan data, yang dapat merugikan masyarakat. Meskipun ada

upaya untuk meningkatkan kualitas layanan, masih mungkin terjadi

ketidakcocokan antara apa yang ditawarkan oleh inovasi pelayanan publik

dengan kebutuhan dan harapan nyata masyarakat. Kurangnya partisipasi

masyarakat dalam proses perencanaan dan implementasi inovasi dapat

menyebabkan solusi yang tidak tepat sasaran.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan diantaranya ialah:


 Keterlibatan Masyarakat yang Lebih Aktif: Meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan,
pengembangan, dan evaluasi inovasi pelayanan publik. Ini dapat
dilakukan melalui penyelenggaraan forum diskusi, sesi
konsultasi publik, atau platform partisipatif online untuk
mengumpulkan masukan dan umpan balik dari masyarakat.

 Pelatihan dan Penyuluhan: Memberikan pelatihan dan


penyuluhan kepada masyarakat tentang cara menggunakan dan
memanfaatkan inovasi pelayanan publik yang telah
diperkenalkan. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesadaran
dan pemahaman masyarakat tentang layanan yang tersedia, serta
meningkatkan partisipasi dan keterlibatan mereka dalam
menggunakan layanan tersebut.

 Penyebaran Informasi yang Lebih Efektif: Menggunakan


berbagai saluran komunikasi dan promosi untuk menyebarkan
informasi tentang inovasi pelayanan publik kepada masyarakat.
Hal ini dapat meliputi penggunaan media sosial, leaflet, papan
pengumuman, dan kampanye informasi publik untuk
memastikan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki akses
yang sama terhadap informasi tersebut.

 Pengembangan Infrastruktur Teknologi yang Lebih Lanjut:


Melanjutkan pengembangan infrastruktur teknologi yang lebih
lanjut untuk mendukung adopsi inovasi pelayanan publik. Ini
termasuk pembaruan sistem IT, penyediaan akses internet yang
lebih luas, dan pengembangan aplikasi mobile yang lebih user-
friendly untuk memudahkan akses masyarakat terhadap layanan
publik.

Anda mungkin juga menyukai