Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN DAN PRINSIP DALAM PARADIGMA ILMU

ISLAM TERAPAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Islam Terapan
Dosen Pengampu : H.zaenal Khafidin,M.AG.

Disusun oleh:

Dian Alina Hidayati (2110510001)

Nisrina Nur Maulida (2110510014)

Muhammad Nashrullah (2110510025)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS FAKULTAS


TARBIYAH
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Studi Islam dengan Pendekatan Sejarah tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak tertentu
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas H.Zaenal
Khafidin.M.AG. sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Ilmu Islam Terpan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan serta
wawasan yang luas dan pengalaman bagi para pembaca. Semoga untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik.
Kami mengucapkan terimakasih kepada H.Zaenal Khafidin,M.AG.
sebagai dosen pengampu mata kuliah Ilmu Islam Terapan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menanmbah pengetahuan dan wawasan bagi kami. Kami
menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari banyak kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan makalah lebih
lanjut.
Mudah-mudahan penyusunan makalah ini mendapat Ridha Allah SWT,
serta kita semua dapat mengambil manfaat keilmuan yang terdapat di dalamnya.

Kudus, 12 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. Pengertian Paradigma Ilmu Islam Terapan...........................................................2

B. Prinsip-Prinsip Paradigma Ilmu Islam Terapan....................................................7

BAB III........................................................................................................................12

PENUTUP...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap manusia yang dilahirkan telah dibekali akal untuk
berfikir oleh Allah SWT. Buah dari akal fikiran adalah ilmu, dan ilmu itu
memiliki banyak cabang termasuk ilmu agama. Oleh karena itu kita
berkewajiban untuk menuntut ilmu dan mempelajari ilmu apapun namun tetap
berpegang pada agama islam agar ilmu yang telah didapat tidak di pergunkan
untuk hal hal yang salah. dan pada paradigma ilmu diajarkan bagian bagian
ilmu mana dan jenis jenis ilmu sepeti apa yang boleh di pelajari. apalagi pada
era sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana ilmu semakin berkembang pesat
dan semua serba canggih.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian paradigma Ilmu Islam Terapan
2. Bagaimana prinsip-prinsip Ilmu Islam Terapan
3. Bagaimana Ilmu Islam Terapan di era globalisasi

C. Tujuan Pembahasan.
1. Mengetahui pengertian Paradigma Ilmu Islam Terapan.
2. Mengetahui prinsip-prinsip Ilmu Islam Terapan.
3. Mengetahui perkembangan Ilmu Islam Terapan di era globalisasi.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma Ilmu Islam Terapan.


1. Pengertian Paradigma.
Secara etimologis, kata paradigma berasal dari bahasa Yunani dari
kata ‘’para’’ yang memiliki arti sebelah atau samping, dan ‘’diegama’’
artinya teladan, ideal, model ataupun arketif. Sedangkan secara
termonoligi dapat diartikan sebuah pandangan ataupun cara pandang
yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya.
Kata “paradigma” mempunyai beberapa pengertian: 1) cara pandang
akan sesuatu. 2) didalam ilmu pengetahuan:pola, model, ideal. Dari
berbagai model ini fenomena yang dipandang. 3) totalitas premis-
premis teoritis dan metodologi yang menentukan atau mendefinisikan
suatu studi ilmiah konkret. 4) Dasar untuk menyeleksi masalah-
masalah dan pola sebagai pemecah masalah-masalah riset.1 Maksud
paradigma disini berarti lebih mendekati pengertian yang kedua, yaitu
model, pola, ideal, hal ini adalah model atau pola ilmu berdasarkan
pandangan al-Qur’an.
Thomas Kuhn dalam I.B. Wirawan mendefinisikan paradigma sebagai
pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan
dalam ilmu pengetahuan tertentu ( Wirawan, 2012:1). Pandangan lain,
paradigma adalah jendela keilmuan yang dapat digunakan untuk
‘’melihat’’ berbagai persoalan yang terjadi dalam dunia sosial. Tinggal
tingkat kejernihan dari sebuah ‘’ jendela ilmu’’ tersebut dapat

1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 779

v
digunakan sehingga sangat berpengaruh terhadap pemahaman
sesorang tentang apa dan bagaimananya.
Paradigma juga diartikan sebagai kerangka berpikir ilmiah. Ilmu
memrlukan kerangka berpikir yang tajam, penelitian juga
membutuhkan paradigma berpikir. Dalam proses keilmuan, paradigma
keilmuan memegang peran yang penting. Fungsi paradigma
memberikan kerangka,mengarahan bahkan menguji konsisntensi dari
proses keilmuan (Suwardi, 2012:234).
Pengertian ilmu sebagaimana kumpulan sistemik sejumlah
pengetahuan juga disepakati oleh pakar filsafat ilmu barat seperti
Henry W.Johnstone, John G. Kemeny, dan lain-lainnya. Sudah pasti,
perbedaan kualifikasi tentang sifat dasar ilmu dapat dilakukan antara
para pakar ini.
Persoalan sekarang adalah bagaimana umat manusia, dan khususnya
umat islam masa kini memperoleh ilmu ini. Artinya mereka
memerlukan rumusan tentang rangkaian kegiatan , terminal dan rute
perjalanan yang harus dilewati, agar sampai pada pemerolehan ilmu.
Mereka memerlukan metode yang oleh Dictionary of behavioral
science dirumuskan menjadi prosedur yang dipergunakan ilmuwan
untuk mengolah fakta, data, dan penafsirannya dengan asas dan aturan
tertentu. Arturo Rosenblueth juga memahaminya sebagai prosedur dan
ukuran yang dipakai oleh ilmuwan dalam penyusunan dan
pengembangan cabang khusus pengetahuan mereka. Karena pokok
bahasanya adalah prosedur, maka metode yang harus dengan tegas
dibedakan dengan metodologi. Jika term pertama hanya mengarahkan
bahasanya pada prosedur, maka bahasan tentang pijakan dasar
pemilihan prosedur adalah lingkup tugas metodologi. Atas dasar itulah
maka bahasa ini tidak menguraikan sisi filosofis dari metode yang
dipilihnya.

vi
Meskipun memiliki persamaan esensial dengan islam pada masa
Rasulullah, Islam masa kini harus memperhatikan kondisi mereka
yang berbeda dengannya. Perbedaan ruang waktu menurut Ogburn,
Gillin & Gillin, dan sosiolog yang lain adalah faktor yang
memungkinkan tumbuhnya perbedaan kehidupan masyarakat. Rentang
waktu antara islam masa Rasul dengan islam masa kini memang telah
demikian jauh sehingga laporan sejarah al-Thabary, Ibn katsir, al-
Mas’udy dan Ibn sa’ad menunjukan perbedaan dimensi tidak hanya
sosial politik, budaya tetapi yang lebih penting adalah perbedaan
produksi pemikiran para ilmuwan disebut warisan intelektual islam.
Keterbatasan ilmu islam untuk menjawab dan menyelesaikan masalah
umat, sehingga tidak dengan maksimal berhasil mencapai tujuan
risalah seperti masa rasul, ditunjukkan oleh beberapa indicator.
petunjuk pertamanya adalah kondisi sosial keagamaan mereka yang
oleh para penulis seperti, Lothrop stoddarad, George Antonius, albert
Hourani, w. Montgomery watt, yoseph Schacht dan penulis barat
lainnya, atau oleh Ahmad amin, ahmad syalaby, niyazi berkes, dan
penulis-penulis timur lainnya digambarkan sebagai periode
kemunduran islam. Aspek kemunduran ini tidak terbatas pada dimensi
politik semata, melainkan juga meluas sampai ke dimensi sosial,
budaya, ilmu pengetahuan, bahkan lebih prihatinkan adalah justru
kemunduran dibidang keagamaan.
Kesadaran akan perlunya upaya untuk memperbaiki kondisi ini
memang susah tumbuh dalam masyarakat umat islam. Berbagai
pemikiran, gerakan dan kelompok organisasi telah berkembang di
berbagai kawasan, namun hasil yang tercapai belum maksimal.
Keberhasilan para modernis ini memang pantas untuk dicatat sejarah,
namun kualitasnya masih belum menyamai islam pada masa rasul atau

vii
generasi sahabat yang oleh al-qur’an sendiri dilukiskan sebagai “
khaira ummatin”.
Jika terdapat perbedaan prestasi keberagaman antara islam masa
rasulullah dengan masa kini, maka faktor penyebabnya dapat
ditemukan dalam dua unsur. Unsur pertama adalah materi ajaran yang
disampaikan kepada umat, dan unsur kedua adalah ilmu tentang cara
untuk melaksanakannya dalam kehidupan praktis. Sebagimana wahyu
dari Allah SWT, materi ajaran islam diterima atas dasar iman dan
bukan merupakan produk pikir umat manusia.
Untuk mengenal karakter ilmu, cara yang paling mudah adalah
menemukan paradigma yang mendasarinya. Paradigma merupakan
terminologi kunci dalam model perkembangan ilmu-imu pengetahuan
yang pertama kali diperkenalkan oleh Thomas S. Kuh. Tetapi
sayangnya, ia tidak merumuskan dengan jelas apa yang dimaksud
paradigma itu. Konsep yang diperkenalkannya, kemudian
dipopulerkan oleh Robert Friedrichs, melalui bukunya Sociology of
Sociology. Dalam karya ini, paradigma dirumuskan sebgai pandangan
mendasar dari sesuatu disiplin ilmu tentang tentang apa yang menjadi
pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Rumusan ini juga
disepakati oleh George Ritzer. Keberpilihan filosofis tentang
pandangan dasar ini melahirkan suatu pandangan dunia, perspektif
umum,dan metode pemecahan masalah yang oleh Michael Patto Quinn
juga disebut paradigma. Pemahaman ini diterima pula Yvon S.
Lincoln dan Egon G. Guba.
Islam Dalam Keberagaman Umat
Langkah Awal dalam metode Ilmu Islam amali adalah analisis tentang
kehadiran iman dalam diri seseorang atau kehidupan masyarakat.
Agama memang didefinisikan sebagai pranata ke-Tuhanan (wadhu’un
ilahiyyun) oleh sheikh Mahmud Shalthut. artinya menerima pranata ini

viii
berarti mengakui atau meyakini adanya Tuhan yang secara mendasar
sama dengan rumusan Joachim Wach tentang pengalaman beragama.
Menurut pendapatnya, pengalaman seperti ini adalah respons terhadap
sesuatu yang diyakini sebagai realitas mutlak, kemudian diungkapkan
dalam bentuk pemikiran, perbuatan dan komunitas kelompok. Dengan
demikian, agama atau keberagaman baru hadir dalam diri manusia jika
sudah terjalin hubungan antara dua pihak, manusia yang memberi
respons dan pranata yang diyakini datang dari Tuhan.
Sebagai suatu respons terhadap realitas mutlak yang bersifat
suprainsari dan trasenderal, iman memang bersentuhan dengan Dzat
yang berada diluar jangkauan manusia.
2. Pengertian Ilmu.
Ilmu adalah salah satu kata yang berasal dari bahasa arab yang
memiliki arti tahu atau mengetahui, dan menurut istilah ilmu dapat
diartikan sebagai idroku syai bi haqiqotih (mengetahui sesuatu secara
hakiki).
Ilmu disini diartikan bukan sebatas pada ilmu yang bersifat kealaman
atau fisika, sebagaimana definisi yang banyak dikemukakan oleh
ilmuan modern sekarang ini lebih cenderung ke ilmu-ilmu yang
empirik atau sains akan tetapi mencakup ilmu-ilmu metafisika atau
non-empirik, yang diakui keberadaannya sebagai ilmu.
Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim karya Bahrul Islam al-Zarnuji pada
fasal pertama di jelaskan bahwa kewajiban menuntut ilmu bagi laki-
laki dan perempuan muslim bukanlah untuk ilmu apapun, melainkan
sebatas ilmu agama, dan ilmu yang menjelaskan bagaimana bersikap
atau berinteraksi dengan sesama manusia. Sehingga ada yang
mengatakan, “Ilmu yang paling utama adalah pengetahuan tentang
sesuatu. Dan amalan yang paling mulia adalah menjaga akhlak.” Yang

ix
dimaksud dengan ilmu tentang sesuatu adalah ilmu agama Islam,
shalat misalnya.
3. Penegertian Islam Terapan.
Islam terapan adalah pencetus paradigma amalia yaitu paradigma
yang menitik beratkan pada dimensi praktis adalah kehidupan nyata
pelakunya. Yang terpenting dalam model berpikir amali adalah
bagaimana melakukan dan mewujudkannya pada kehidupan praktis.
Atas dasarnya prinsip bahwa ajaran islam berlaku untuk semua umat
manusia seperti di tafsirkan oleh maraghy, sayid quthub, al-maududi
dan lain-lainya, maka islam saat ini pada dasarnya, memiliki
persamaan dengan islam masa rassullulah. Tidak yakin dasar disini di
ukur dari sikap kebaragaman, baik masa lalu, maupun masa kini, yang
merupakan respons terharap wahyu tuhan dan kemudian
diakualisasikan dalam pikiran, perbuatan dan gejala sosial. Dengan
meminjam terminology filsafat , maka dapat dipertemukan persamaan
esensi, meskipun dengan perbedaan tampilan empiris, karena
perbedaan waktu pelaksanaan dengan berbagai konsekuensi
praktisnya. Jika islam masa kini berulang ulangi islam masa lalu, maka
masalahnya adalah keniscyaan untuk menemukan cara yang mampu
mengantar mereka agar sampai pada tujuan tersebut.2

B. Prinsip-Prinsip Paradigma Ilmu Islam Terapan.


Ajaran Islam yang diterima umat manusia bersifat universal.
Universalitas ini tidak hanya dalam pengertian keberagamaan yang
menjadi tujuan semata, melainkan juga orang percaya sampai hari akhir.
Adanya iman dalam diri seseorang membuat orang tersebut menjadi kuat
tidak akan tergoyahkan dengan isu-isu di masyarakat. Atas dasar prinsip

2
Muslim A.Kadir, islam terapan, (Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2003), hlm 39.

x
bahwa Islam berlaku untuk semua umat manusia seperti halnya oleh al-
Maraghy, Sayid Quthub, al-Maududi dan lainnya, Islam masa kini dalam
dasarnya memiliki persamaan dengan Islam masa Rasulullah. Jika Islam
masa kini berulang ulangi Islam masa lalu, maka masalahnya adalah
keniscayaan untuk menemukan cara yang mampu mengantar mereka agar
sampai pada tujuan tersebut. Meskipun memiliki persamaan dengan islam
masa Rasulullah, islam masa kini harus memperhatikan kondisi mereka
berbeda dengannya untuk mengenal karakter ilmu, cara yang paling
mudah adalah menemukan paradigma yang mendasarinya. Paradigma
merupakan kunci dalam model perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan
tersebut pada umumnya merupakan metode pemecahan yang dipakai yang
memudahkan untuk menemukan potensinya untuk membantu umat islam
yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari hari untuk membantu umat
islam mencapai tujuannya. Sehingga penting menggunakan prinsip dalam
paradigma islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari untuk
menjaga kemaslahatan umat islam yang diterapkan dalam kehidupan
sehari hari untuk menjaga kemaslahatan umat islam yang berdasarkan Al-
Quran dan Sunnah. Hal ini menjadi sangat penting karena orang islam,
dalam konteks ruang waktu berbeda beda dengan Rasulullah yang
berupaya untuk melaksanakan ajaran islam. Maka umat islam perlu
memperoleh pesan umat islam perlu memperoleh pesan moral dan nilai
kemanusian yang diajarkan Rasulullah, kemudian dipraktekkan dalam
wujud

C. Paradigma pendidikan Agama islam di Era globalisasi

Tokoh yang mngembangkan istilah paradigma dalam dunia


pengetahuan adalah Thomas S. Khun, menurutnya paradigma adalah
sesuatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum ( merupakan suatu
sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hokum, metode, serta

xi
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri
serta karakter ilmu pengetahuan sendiri. Secara singkat dapat dikatakan
paradigma adalah “cara pandang, kerangka berpikir, nilai-nilai atau cara
memecahkan sesuatu masalah (dalam suatu bidang tertentu, termasuk
dalam bidang pembangunan, reformasi, maupun dalam pendidikan) yang
dianut oleh masyarakat tertentu’’. Sementara menurut Joel Arthur Barker
sebagaimana yang diungkapkan oleh Azyumardi Azra bahwa: “
paradigma adalah seperangkat peraturan dan ketentuan baik yang tertulis
maupun tidak yang berfungsi untuk:1) menciptakan atau menentukan
batas-batas;dan 2) menjelaskan cara berperilaku di dalam batas-batas
tersebut agar menjadi orang yang berhasil”.3
Paradigma tidaklah mesti statsis sebaliknya harus dinamis, terlebih
menyangkut pendidikan yang mana sangat erat kaitannya dengan berbagai
aspek kehidupan masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
khususnya di era globalisasi. Perubahan paradigma menurut harefa
melalui 2 cara ini: 1) inside out, yakni dilakukan secara sadar dan
sukarela. Dimana perubahan paradigma dilakukan melalui proses
pembelajaran, pendidikan, perluasan wawasan, peningkatan pengalaman
dan lain sebagainya. Melalui pola ini paradigma seseorang menjadi
berkembang dan dinamis, 2) Outside in, yakni sifatnya lebih memaksa,
dimana seseorang mengubah atau menggeser paradigma agar terhindar
dari bentuk dar berbagai bentuk abnormalitas dan deviasi lainnya. Pada
konteks ini, era globalisasi telah menyeret paradigma pendidikan dan
pembelajaran menuju sesuatu yang baru.4 Perubahan paradigma dalam
pendidikan ini dihimpun oleh Surakhmad dalam pendidikan Islam yang
berorientasi ke masa silam menjadi berorientasi ke masa depan: 1)
3
(azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Di tenggah Tantangan Millenium
III, 52.)
4
(azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Di tengah Tantangan Milenium III,
54.)

xii
Pengalihan dari pendidikan yang mengutamakan nilai kehidupan budaya
feudal aristokrasi ke pendidikan yang mengalahkan kehidupan nilai
budaya demokrasi. 2)peralihan pendidikan yang memihak kepada
pentingnya penguasa menuju kepentingan masyarakat, 3)Pengalihan
pendidikan yang terputus sentralistik beralih kepada pengelola pendidikan
berbasis kekuatan masyarakat. 
Melalui perkembangan dan tuntutan zaman, pendidikan Islam telah
menempatkan dirinya sebagai pendidikan yang fleksibel, responsif, dan
sesuai dengan perkembangan zaman, dengan mengedepankan masa depan,
seimbang, berorientasi pada mutu yang unggul, egaliter, adil, demokrasi.
sejarah menunjukkan bahwa pendidikan islam senantiasa mengalami
inovasi dari masa ke masa. Melalui inovasi inilah pendidikan Islam saat
ini muncul dengan berbagai  beragam model. Bagi umat Islam
sendiri,bukanlah hal baru dalam tukar menukar dan transmisi ilmu
pengetahuan,budaya, dan peradaban terlebih diera globalisasi. Sejarah
islam mencatat terdapat 3 fase di era globalisasi yang telah dilalui dan
dilakukan dalam pendidikan dunia Islam. Fase pertama, pada zaman klasik
(abad ke-6 s/d 13 M) pada fase ini lahirlah banyak cendekiawan muslim
yang memberi kontribusi bagi dunia. Umat islam pada masa itu telah
mebangun hubungan komunikasi dengan berbagai macam pusat peradaban
dan ilmu pengetahuan yang ada di dunia. fase kedua, zaman pertengahan
(abad ke 13 s/d 18M) pada zaman ini hubungan umat islam dengan Eropa
dan barat terbangun. Umat islam telah banyak berkontribusi bagi
kemajuan Eropa. Seperti yang telah ditulis W.C. Smith, dan Thomas W.
Arnold bahwa kemajuan Eropa tidak lepas dari kontribusi umat islam
yaitu dengan penerjemahan berbagai disiplin keilmuan yang kemudian
dikembangkan di Barat. fase ketiga, yaitu pada zaman modern (abad ke-19
hingga saat ini) pada masa ini, muncul dimana kesadaran umat islam
untuk kembali membangun peradaban melalui ilmu pengetahuan,

xiii
teknologi, kebudayaan,dan berbagai kajian penelitian. Dengan mulai
mempelajari berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh Eropa dan Barat
dengan selalu mengedepankan nilai-nilai moral dan estetika sebagai
cerminan karakteristik islam.5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu merupakan suatu hal yang wajib di pelajari oleh manusia sebagai bentuk
rasa syukur terhadap pemberian akal oleh Allah SWT, ilmu yang di pelajari harus
ilmu yang memiliki manfaat baik bukan memberikan dampak yang buruk bagi
kehidupan. Oleh karena itu disamping memiliki kecerdasan dalam keilmuan manusia
juga harus memiliki pegangan yang kuat agar ilmu yang di pelajari bukanlah ilmu
yang dapat mendatangkan pengaruh buruk yaitu dengan tetap berpegang teguh dalam
ajaran Islam agar tidak tersesat. Oleh karena itu paradigma ilmu mengatur ilmu
bagaimana saja yang dapat di pelajari dan diamalkan. Bahkan dalam Al-Qur'an juga
di jelaskan kewajiban seseorang dalam menuntut ilmu. Dan hal yang paling penting
pada saat ini adalah kita harus dapat berpegang teguh pada ilmu yang membawa
kebaikan supaya tidak tersesat di tengah perkembangan keilmuan era globalisasi.

B. Saran

5
Lubis, Zulkifli,Dewi Anggraeni.Paradigma Pendidikan Agama Islam di Era Globalisasi Menuju Pendidik
Profesional,2019,Vol. 15, No. 1, Tahun.2019.

xiv
Sebagai rasa syukur terhadap Allah serta sebagai umat Islam yang taat pada
Allah hendaklah kita menuntut ilmu sebanyak-banyaknya mungkin tetapi tetap harus
berpegang pada agama Islam di era globalisasi agar tidak menyalah gunakan ilmu
yang didapat untuk hal hal yang dilarang oleh agama Islam.

xv
DAFTAR PUSTAKA
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 779
Muslim A.Kadir, islam terapan, (Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2003), hlm 39.
azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Di tenggah Tantangan Millenium III,
52.)
azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Di tengah Tantangan Milenium III,
54.

Lubis, Zulkifli,Dewi Anggraeni.Paradigma Pendidikan Agama Islam di Era


Globalisasi Menuju Pendidik Profesional,2019,Vol. 15, No. 1, Tahun.2019.

xvi

Anda mungkin juga menyukai