Anda di halaman 1dari 6

CASE METHOD ILMU PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. GABY FELIN HUTAGAOL (1213113057)


2. ANNISA RINA SIREGAR (1213113017)
3. HELEN DEBORA SITORUS (1213113041)
4. HERMAN LUMBANBATU ( 1213313047)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
A. PENGERTIAN

1. LANDASAN SOSIOLOGIS

Landasan sosiologis adalah pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek, serta menyangkut
fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara

dan pengimplementasian pendidikan yang berdasarkan pada interaksi sosial antar individu dalam
hidup bermasyarakat.

1. LANDASAN FILOSOFIS

Landasan Filosofis (Filosofische grondslag), Filsafat atau pandangan hidup sesuatu bangsa yang
berisi nilai-nilai moral atau etika dari bangsa tersebut. Moral dan etika pada dasarnya adalah
nilai-nilai yang baik dan yang tidak baik. Nilai yang baik adalah pandangan dan cita-cita
dijunjung tinggi yang mengandung nilai kebenaran, keadilan, kesusilaan, dan berbagai nilai
lainnya yang dianggap baik. Pengertian baik, benar, adil, dan susila tersebut menurut takaran
yang dimiliki bangsa yang bersangkutan. Hukum yang baik harus berdasarkan kepada semua itu.
Hukum yang dibentuk tanpa memperhatikan moral bangsa akan sis-sia diterapkannya, tidak akan
ditaati atau dipatuhi.

Pembangunan Pendidikan sesuai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, mempunyai nilai
lebih untuk memperdayakan peserta didik agar dapat berkembang menjadi manusia Indonesia
seutuhnya (insane kamil), yaitu manusia yang sesuai fitrahnya merupakan manusia yang
berharkat, bermartabat, bermoral, berbudi luhur, dan berakhlak mulia, yang mampu menjunjung
tinggi dan memgang teguh norma dan nilai-nilai budaya bangsa. Konsep insan kamil dapat pula
diterjemahkan sebagai manusia paripurna, manusia cerdas kompetitif, manusia cerdas
komprehensif, atau istilah lain yang sejenis.

2. LANDASAN PSIKOLOGIS

Landasan Psikologis Proses Pendidikan mempelajari situasi pendidikan dengan focus utama
interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara siswa dengan guru, yang berlangsung dalam suatu
lingkungan (Sukmadinata,2009). Siswa menduduki tempat yang paling utama dalam interaksi
ini. Seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa, yaitu membantu
pengembangan semua potensi dan kecakapan yang dimilikinya setinggi-tingginya. Sehubungan
dengan hal itu, maka hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan, potensi dan kecakapan,
dinamika perilaku serta kegiatan siswa terutama perilaku belajar menjadi kajian utama dalam
landasan psikologis proses pendidikan. Guru sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam
interaksi pendidikan dengan siswa, menduduki tempat selanjutnya dalam interaksi ini. Berbagai
bentuk aktivitas mendidik, mengajar, melatih dan membimbing yang dilakukan guru, tuntutan
kemampuan profesional serta latar belakang sosial pribadi dari guru menjadi bahan studi
selanjutnya dalam landasan psikologis pendidikan. Ketiga lingkungan pendidikan, yaitu sekolah
yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan, keluarga yang mempunyai pengaruh penting
terhadap perkembangan siswa, dan masyarakat yang walaupun tidak terlibat secara langsung
dalam interaksi belajar-mengajar di sekolah tetapi mempunyai peranan cukup besar, juga
menjadi bahan kajian yang cukup penting dalam landasan psikologis proses pendidikan.

3. LANDASAN IPTEK

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia,
tetapi kebanyakannyateknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan bagi kehidupan
manusia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa adanya perkembangan IPTEK manusia sangat
banyak terbentuk untuk memenuhiberbagai permasalahan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
tetapi disisi lain manusia juga harus sadar dengan adanya berbagai macam ancaman yang dapat
ditimbulkan dengan adanya perkembangan IPTEK tersebut.

Tidak setiap kemajuan dalam IPTEK membawa keuntungan dan kebahagiaan bagi umat
manusia, bahkan membawa masalah-masalah yang justru lebih pelik lagi. Pengaruh
perkembangan IPTEK cukup luas, pendidikan juga mendapat pengaruh yang cukup besar.
Pengaruh tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan dalam nilai-nilai, baik nilai sosial,
budaya, spiritual, intelektual, maupun material

B. KASUS

KASUS 1

Murid Mem-Bully Gurunya di Gresik

Video berdurasi 30 detik itu direkam di salah satu sekolah di Kabupaten Gerisik, Jawa Timur.
Dalam video tersebut, seorang siswa sesekali mendorong bahkan mengarahkan tanganya yang
terkepal ke arah sang guru. Ia juga tampak merokok di hadapan guru tersebut dan mengeluarkan
kata-kata yang tidak pantas. Melihat aksi muridnya itu, guru tersebut tidak membalas dan hanya
menatap siswanya. Sementara, para siswa yang lain asyik merekam dan menertawakan. Aksi
tidak sopan tersebut justru dinilai sebagai hal yang lucu.Setelah viral, siswa tersebut pun
menyampaikan permohonan maaf kepada gurunya. “Dengan ini saya minta maaf, sekali lagi
minta maaf atas perbuatan yang saya lakukan terhadap guru saya Bapak Nurkalin yang terjadi
pada hari Sabtu tanggal 2 Februari 2019 Pukul 8 WIB di dalam kelas sewaktu jam pelajaran,”
ujar siswa tersebut.
KASUS 2

Dua sekolah di Kota Sorong, Papua Barat terlibat tawuran. Aksi tawuran ini diduga dipicu oleh
saling ejek antar pelajar. Tawuran antar sekolah ini berawal saat sekolah SMKN Negeri 1 Kota
Sorong sedang melaksanakan serangkaian lomba jelang HUT Kemerdekaan yang ke-77 RI,
kemudian terjadi penyerangan dari luar sekolah yang diduga dilakukan siswa SMK Negeri 3
Kota Sorong. Petugas kepolisian pun diterjunkan untuk mengamankan lokasi tawuran demi
mencegah tawuran susulan. Akibat tawuran ini, seorang siswa diamankan karena membawa
senjata tajam. Kabag Ops Polres Sorong Kota, Kompol M Nur Makmur mengatakan bahwa
pihaknya telah berupaya meminta untuk kedua pihak sekolah untuk saling berkoordinasi agar
tidak lagi terjadi hal yang serupa.

C. FAKTOR PENYEBAB MASALAH

KASUS 1

1. karakter siswa yang kurang terbina dengan baik di rumah maupun di sekolah dan rendahnya
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaraan peserta didik.

2. bisa saja berasal dari gurunya, seperti rendahnya kompetensi paedagogik guru. Terutama
dalam penguasaan di kelas serta dalam menciptakan suasana belajar yang kreatif, menyenangkan
dan menantang kreativitas serta minat siswa.

KASUS 2

1. Dua sekolah di Kota Sorong, Papua Barat terlibat tawuran. Aksi tawuran ini diduga dipicu
oleh saling ejek antar pelajar.

2. Tawuran antar sekolah ini berawal saat sekolah SMKN Negeri 1 Kota Sorong sedang
melaksanakan serangkaian lomba jelang HUT Kemerdekaan yang ke-77 RI, kemudian terjadi
penyerangan dari luar sekolah yang diduga dilakukan siswa SMK Negeri 3 Kota Sorong.

D. SOLUSI KASUS

KASUS 1

1. Orang tua harus melatih anak agar bisa mengontrol diri dengan cara menjadikan anak mandiri.
Saat anak mandiri, mereka bisa berbaur secara sosial dan belajar mengatur respons dengan baik

2. orang tua juga harus mampu menjadi pendengar yang baik untuk remaja. Masa remaja,
merupakan masa peralihan yang sering kali membuat emosi anak tidak stabil dan membutuhkan
orang untuk mendengar keluh kesah mereka.
3. guru juga harus mampu mendidik anak dengan baik di sekolah,para guru tetap menciptakan
batasan agar dapat dihormati oleh siswa. Di saat yang sama, guru juga dituntut untuk hidup
sesuai generasi milenial.

4. Guru juga mesti melakukan pendekatan dari hati ke hati kepada siswa. Misalnya, saat siswa
tidak mengerjakan tugas,guru sebaiknya mendekati dan menanyakan alasannya, bukan malah
memarahi.

KASUS 2

sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari
pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang
seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Cara mengatasi tawuran di
tanah air tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu keterlibatan berbagai pihak dari
pelajar atau mahasiswanya sendiri, orang tua, guru atau dosen, kepala sekolah atau rektor,
kepolisian, pemuka agama, tokoh masyarakat, pemerintah dan masih banyak lagi lainnya.
Penyebab tawuran antar pelajar atau mahasiswa sangat beragam, dari hal-hal sepele seperti
senggolan kendaraan, rebutan pacar, saling ejek di jalan, kekalahan pertandingan olahraga, atau
dendam lama yang turun temurun.

Cara mengatasi tawuran yaitu :

1. Menambah jam pelajaran keagamaan baik di sekolah ataupun di tempat kuliah. Dengan
penambahan jam pelajaran agama ini siswa atau mahasiswa diajak untuk lebih memahami bahwa
pertengkaran, perkelahian atau tawuran itu tidak ada manfaatnya, yang ada hanya kerusakan dan
bahkan kematian.

2. Menambah kegiatan keagamaan di sekolah ataupun di tempat kuliah. Misalnya di sekolahan


diadakan mengaji bersama, ceramah keagamaan, sholat dhuha, dan shalat wajib secara
berjamaah. Selain menunaikan kewajiban juga mengendalikan perbuatan yang bertentangan
dengan agama.

3. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, ekstrakurikuler atau
penelitian yang bermanfaat bagi mahasiswa. Sehingga tidak terpikirkan keinginan untuk
melakukan hal-hal yang tidak terpuji.

4. Patroli polisi dan penjagaan personel polri ke sekolah-sekolah yang diintensifkan saat jam
pulang sekolah melakukan tawuran, karena siswa atau mahasiswa yang berbeda almamater
biasanya akan cepat tersulut emosinya saat mereka berpapasan dengan jumlah yang banyak.
Hukum yang mengatur tentang tawuran ini terdapat pada pasal 351 ayat 3 dengan hukuman 7
tahun penjara, Pasal 170 ayat 2 ketiga E dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara, dan yang
paling parah Pasal 338 dengan ancaman 15 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai