PENDIDIKAN
Tindak kekerasan oleh guru, lebih banyak disebabkan karena emosi yang timbul
akibat dari perbuatan siswa. Ini juga tidak mengherankan, bagaimanapun juga guru adalah
manusia. Tekanan kehidupan yang kian berat, baik yang berhubungan dengan kesejahteraan
sosial, kehidupan profesi, maupun tekanan psikis lainnya menambah deret panjang pemicu
kasus kekerasan terhadap siswa. Seperti halnya dalam kasus “guru diadili yang telah cubit
siswanya” . guru melakukan kekerasaan kepada murid berupa mencubit bagian lengan atas
siswa karena tidak melakukan kegiatan sholat dhuha. Mencubit merupakan hukuman fisik
yang dilakukan guru dengan maksud agar siswa melakukan kegiatan tersebut. Dalam keadaan
ini, guru juga merasa emosi kepada siswa karena tidak mau menurut terhadap ketentuan
sekolah yang berlaku. Selain hal tersebut, penyebab lainnya bisa berupa tidak bekerjanya
komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua murid. Meskipun sudah banyak dibentuk
komite sekolah, namun belum banyak yang memanfaatkan wadah ini sebagai sarana menjalin
komunikasi orang tua murid dengan pihak sekolah dengan baik. Dalam kasus ini, orang tua
merasa tidak terima karena anaknya mendapat perlakuan kurang baik dari guru sehingga ia
melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib. Orangtua memandang kasus ini dari
perspektif kekerasaan yang dialami anaknya tanpa memahami maksud dan tijuan yang
dilakukan oleh guru kepada anaknya. Orangtuanya disini menganggap bahwa anaknya tidak
boleh diberi kekerasan.
Kekerasan dalam murid tidak sepenuhnya kesalahan dari seorang guru. Maksud dan
tujuan guru tersebut baik, yakni menyuruh siswa yang bersangkutan untuk solat Dhuha. Hal
ini tentu akan berdampak baik pada siswa dan dapat meningkatkan moral siswa tersebut.
Namun siswa disini menolak untuk melakukan kegiatan tersebut. Dalam kasus ini,
memperlihatkan bahwa siswa tidak mudah untuk melakukan apa yang diminta oleh orang
lain. Tidak mudah untuk membentuk kepribadian siswa menjadi siswa yang berkarakter
Solusi yang dapat dilakukan guna mencegah kekerasan guru tidak terulang kembali,
yaitu pemerintah perlu mengevaluasi sistem pembelajaran di Indonesia. Sistem pendidikan
sebaiknya tidak hanya menekankan aspek kognitif anak tetapi juga memperhatikan aspek
perilaku.Dalam pengembangan kurikulum mulai dari pendidikan TK sampai Perguruan
Tinggi hendaknya diseimbangkan anatara aspek kognitif dengan aspek perilaku. Selain itu,
tindak kekerasan di sekolah bisa diminimalkan dengan membangun komunikasi yang baik
antara orang tua murid dengan sekolah. Agar tidak banyak lagi terjadi kasus tragis pada guru
sebaiknya dalam mendidik murid, khususnya pemberian hukuman, hendaknya yang dapat
menciptakan efek positif bagi siswa.Cara mendidik bisa dilakukan dengan mengembangkan
model pemberian insentif dan disinsentif yang justru bisa membuat murid menjadi tertantang
untuk menjadi lebih baik. Metode ini bisa mencegah terjadinya kekerasan baik pada anak
maupun guru