Kekerasan mengatasnamakan pendidikan dengan dalih meningkatkan
kedisiplinan sering terjadi dalam . Kekerasan yang terjadi kerap dilakukan dengan baik oleh senior kepada juniornya. Tidak hanya kekerasan fisik yang dilakukan, tetapi juga psikis dan emosional yang dilakukan dengan menghina, merendahkan, bahkan melecehkan dengan melontarkan kata yang dapat menjatuhkan harga diri sehingga menurunkan harga diri. Kekerasan ini merupakan strategi untuk kontroling dan diskursus terhadap siswa dan orang lain, serta untuk menunjukkan bahwa cara yang tepat untuk menghindari kekerasan atau hukuman adalah bertindak patuh, tunduk dan menaati peraturan yang ada. Kenakalan pelajar di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pola relasi subjek – objek yang terbangun dalam ilmu pengetahuan.Pola relasi tersebut berakar pada ketidakobjektivan sistem pendidikan, yaitu mengenai prinsip, tujuan, organisasi sosial, kurikulum, metode mengajar, evaluasi, peserta didik, pendidik, fasilitas dan pembiayaan.Kehancuran dalam dunia pendidikan terjadi bukan karena nilai akademik memburuk namun karena moral yang hancur Sebagai bahan refleksi, fenomena kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan pada kenyataannya bertolak belakang dengan larangan pemberian hukuman fisik kepada peserta didik. Larangan pemberian hukuman fisik kepada peserta didik diberlakukan pemerintah melalui UndangUndang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2003, dan siapapun di sekolah dilarang memberikan hukuman fisik kepada anak Tindak kekerasan seringkali terjadi dalam penerapan tata aturan pada saat berlagsungnya proses belajar mengajar. Kekerasan fisik, kekerasan simbolik, maupun kekerasan verbal kerap kali mewarnai keseharian kehidupan disana. Sebagai contoh, mendapatkan hukuman pukulan ketika ada peserta didik yang tidak memperhatikan saat proses belajar mengajar. Bentuk hukuman lainnya yang diberikan pendidik melalui kekerasan fisik, seperti cubitan, pukulan bahkan tidak segan seorang guru melontarkan kata-kata yang kurang mendidik dalam menghukum siswanya, seperti berkata kasar atau dengan mengumpat dengan panggilan hewan. Kasus-kasus yang terjadi dalam dunia pendidikan, seperti kasus pemukulan terhadap guru oleh murid, pemukulan murid oleh guru, dan perkelahian antarmurid, merupakan dampak dari relasi subjek-objek antara guru dan murid, serta murid dan murid.Relasi subjek-objek yang terbangun secara diam-diam melalui metode kerja ilmu pengetahuan.Jika objektivitas ilmu pengetahuan adalah hal penting dalam proses pembelajaran, lalu bagaimana cara mengasah emosi dan batin murid dengan nilai-nilai moral? Sungguh benar bahwa nilai-nilai moral seperti keadilan, kejujuran, hormat kepada sesama manusia, hormat kepada kehidupan dan sebagainya bersifat objektif dan berlaku universal tetapi pengolahan dan internalisasi (penghayatan) bersifat subjektif. Dengan demikian, bukankah tetap berlangsung relasi subjek-objek? Sudah banyak usaha dari para pihak dalam dunia pendidikan, misalnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk mengakhiri relasi subjek-objek.Usaha itu terwujud dalam perubahan dan pergantian isi kurikulum.Dalam kurikulum dimasukkan pula nilainilai moral. Tujuannya adalah membentuk karakter agar siswa menjadi beradab.Nilai-nilai moral disisipkan dalam kehidupan ketarunaan dan disampaikan kepada taruna selama proses pembelajaran. Pendidikan nilai merupakan suatu upaya pembelajaran kepada peserta didik, untuk memahami dan mengenal, menanamkan dan melestarikan, menyerap dan merealisasikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia, yang berhubungan dengan kebenaran, kebaikan dan keindahan dalam pembiasaan bertindak yang konsisten dengan tuntutan nilai.Keluarga sebagai lingkungan yang pertama membentuk sifat, watak dan tabiat manusia, sudah sepantasnyalah memiliki peranan yang sangat besar dalam pelaksanaan pendidikan nilai terhadap anak. Orang tua memiliki tanggung jawab bagaimana anak diarahkan pada hal-hal yang baik dan buruk sesuai dengan nilai-nilai norma masyarakat sebagai lingkungan tempat tinggal Lalu apakah menghajar sama dengan mengajar?. Dua kata yang hampir mirip pengucapannya namun berbeda dalam pengartian. Menghajar adalah memukuli atau sebagainya dengan maksud efek jera. Ajar adalah petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut. Lantas apa hubungan dari hajar dan ajar?. Dua kata tersebut memiliki maksud baik namun dengan cara yang berbeda. Hajar adalah bagian dari cara untuk mendidik walau dengan kekerasan. Namun, hal ini lah yg sering diterapkan dalam pendidikan untuk mendapatkan efek jera. Dengan hal itu ada juga dampak yang akan didapatkan dari cara tersebut. Yang jelas adalah bekas pada fisik dan psikis. Dengan hal ini akan menimbulkan perasaan takut untuk berbuat salah lagi dan akan berusaha untuk menghindar dari hajar Ajar mengutamakan tujuan utama yaitu menuntun untuk mengetahui dan menurut. Namun kadang dengan cara ini sering diremehkan. Sehingga terkadang tujuan utama tidak tercapai. Tidak selalu juga hasil tidak tercapai, ada banyak cara ajar yang lain yang dapat diterapkan ke dalam system pendidikan. Hal ini lah yang sangat dibutuhkan dalam pendidikan saat ini pendidikan itu keras tapi bukan berarti memukuli orang. Keras artinya sungguh-sungguh. Harus ditekankan kehidupan yang sungguh sungguh. Harus tekankan hidup yang sungguh. Harus diajarkan keras, mencapai tujuan juga keras. Dan Pendidikan keras dibutuhkan untuk mendidik untuk menjadikan orang yang tangguh dan tidak lembek. Sangat disayangkan jika nantinya generasi muda kita menjadi generasi yang lembek. Kemajuan dibidang pendidikan tidak lepas dari adanya peran penting dari orangtua, lingkungan tempat tinggal, guru, teman, dan budaya sekolah. Bila lingkungan membawa pengaruh positif maka dampak yang diberikan pada peserta didik juga akan baik, maka sebaliknya bila lingkungan disekitarnya membawa dampak negatif maka tumbuh kembang serta pendidikan karakter yang didapat tidak berjalan dengan semestinya. Karakter seseorang tidak didapatkan berdasarkan keturunan, melainkan dari pembentukan yang ada disekitarnya. Karakter adalah nilai - nilai perilaku seseorang yang berhubungan dengan Tuhan YME. Seseorang yang melakukan tindakan moral maka dapat dikatakan seseorang itu berkarakter. Karakter disiplin yakni seseorang melakukan ketentuan sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan ini pendidikan adalah hal penting untuk mencetak generasi yang akan membangun negeri ini. Cara mendidiklah yang akan selalu di rancang sampai sekarang. Banyak dampak yang akan ditimbulkan dari sistem pendidikan yang diberikan. Ajar atau hajar adalah cara yang sama sama baik untuk mendidik. Yang menjadi kunci keberhasilan cara tersebut adalah bagaimana peserta didik dapat menangkap pesan moral dari setiap ajaran atau hajaran di tempat pendidikan. Sampai pada akhirnya karakterlah yang akan terbentuk dengan sendirinya