Anda di halaman 1dari 3

KARYA TULIS ILMIAH POPULER

NAMA : DIANISIA VERONIKA NIKA BALUN

NIM : 1152100245

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Seperti apa wujudnya?

Di dalam kurikulum yang berlaku sekarang ini ( kurukulum 2013) disebutkan adanya pendidikan
karakter. Sekelompok orang mengatakan dengan nada skeptis bahwa pendidikan karakter itu
hanya sekedar tempelan. Seperti apa wujud nyata pendidikan karakter itu?

Pertanyaan mendasarnya adalah : perlukah pendidikan karakter? Untuk menjawabnya mari kita
lihat sejumlah keadaan di tanah air. Kita menyaksikan fenomena tawuran sering terjadi di antara
para siswa di banyak kota di Indonesia. Aksi kekerasan dan kebrutalan semakin merajalela.
Paparan pornografi dan penyalahgunaan narkotika semakin marak. Siswa berani memukul guru,
bahkan sampai guru meninggal dunia. Hal –hal memprihatinkan ini menandakan gagalnya
institusi pendidikan di Indonesia dalam memberikan pendidikan karakter bagi para siswa

Sejatinya, keluarga merupakan peletak dasar utama pendidikan karakter , karena siswa lebih
banyak meluangkan waktunya dalam keluarga ketimbang di sekolah. Dengan demikian, guru
perlu bekerja sama dengan orangtua siswa , karena pendidikan di sekolah dan di rumah itu harus
sinkron satu dengan yang lain. Tak plak, guru dan orangtua harus menjadi suri teladan yang baik
bagi setiap siswa. Bayangkan, bila seorang guru berniat menanamkan karakter disiplin kepada
siswa agar tidak datang terlambat, misalnya, tetapi guru itu sendiri sering datang terlambat. Bila
ini terjadi, jangan berharap siswa mau memperhatikan nasihat atau masukan dari guru yang
bersangkutan , karena siswa telah kehilangan kepercayaan terhadap gurunya sendiri. Jadi kunci
utamanya adalah kepercayaan siswa terhadap guru.

Apa sebenarnya pendidikan karakter itu? Pendidikan karakter adalah pendidikan yang diberikan
untuk menyiapkan keterampilan siswa guna menghadapi kenyataan-kenyataan di dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Bagaimana membawa diri dalam pergaulan, bagaimana harus
berbicara santun, bagaimana harus bertoleransi kepada orang lain, bagaimana menyikapi
kenaikan harga bahan bakar, listrik, dan lain sebagainya.

Orangtua mana yang tak menginginkan anaknya menjadi pribadi yang berintelektualitas tinggi
sekaligus memiliki perilaku yang baik dan menghormati orang lain? Prestasi akademis sering
diutamakan. Akan tetapi, perlu kita ingat bahwa sukses dalam kehidupan itu tidak selalu
bergantung pada kemampuan akademis seseorang.
Bermacam pendapat

Ada pihak yang menyatakan bahwa pendidikan karakter itu adalah membuat siswa melakukan
apa yang diperintahkan oleh guru. Hal semacam ini membawa kita kepada pembebanan suatu
sanksi dan sistem “ hadiah dan hukuman ” yang hanya berdaya guna untuk sementara saja.
Pemberian hadih dan hukuman tak memberikan dapak yang menolok bagi perubahan karakter
dalam jangka panjang

Di samping itu, sistem ini hanya membuat siswa menjadi pengekor gurunya dan tidak terlatih
untuk mengeksplorasi pengalaman hidup lebih jauh. Eksplorasi memungkinkan siswa mengalami
sendiri berbagai tantangan dan kesulitan yang membentuk mereka menjadi pribadi yang tekun,
tangguh , dan mandiri. Dan setiap siswa itu adalah pribadi yang unik. Karenya, janganlah kita
mencoba membuatnya menjadi copy cat guru. Tugas guru seperti yang dikatakan Ki Hadjar
Dewantara adalah Tut Wuri Handayani ( dari belakang ikut memberikan dorongan dan arahan ).
Guru perlu menekan atau mengurangi ego-nya dalam mempraktikkan pendidikan karakter. Guru
dan siswa perlu sama-sama mengasah keterampilan dalam mengembangkan karakter yang baik.

Berdasarkan studi Dr. Marvin Berkowitz – seorang pakar pendidikan karakter dari University Of
Missouri , St. Lois, ternyata pendidikan karakter memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan
motivasi siswa untuk meraih prestasi. Pada kelas-kelas tertentu terdapat penurunan drastis
perilaku negative siswa yang menghambat keberhasilan akademis. Hal ini muncul, karena salah
satu tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan kepribadian yang berintegritas
terhadap nilai dan aturan yang ada. Bila siswa berintegritas, maka ia akan memiliki keyakinan
terhadap potensi diri untuk menghadapi hambatan dalam belajar.

Wujud Nyata

Jika ditanya tentang apa dan bagaimana wujud pendidikan karakter itu, maka selalu merujuk
pada pendidikan karakter sejumlah SD di Jepang.

Setiap jam makan siang, para siswa sudah berbaris rapih di ruang makan, lalu membeirikan
hormat kepada juru masak. Seusai makan, mereka membersihkan seluruh peralatan makan
mereka sendiri , lalu mengepel lantai. Ya, mengepel lantai secara beregu. Sebuah contoh
pendidikan karakter yang sudah ditanamkan sejak usia dini. Benar-benar melatih siswa untuk
disiplin, mandiri , mengerti dan bertanggung jawab.

Pendidikan karakter itu mencakup ranah pengetahuan ( cognitive ) , perasaan ( affective ), sikap
(attitude ), dan tindakan ( action ). Harus mampu memebrikan asupan bukan hanya bagi raga ,
tetapi sekaligus juga bagi jiwa berupa moralitas untuk menentukan sikap baik-buruk, benar-
salah. Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter harus dilakukan dengan mengacu
kepada grand design tersebut.
Itu sebabya dalam pelajaran agama, misalnya, jangan hanya ditekankan aspek berdoa dan ibadah
saja, melainkan juga bagaimana menerapkan secara nyata ajaran agama dalam kehidupan sosial
di tengah masyarakat yang majemuk.

Pesan dalam story telling , menurut hemat penulis, merupakan salah satu cara ampuh untuk
menyampaikan pendidikan karakter kepada para siswa. Para siswa dapat secara bergantian
membawakan story telling dalam acara di dalam kelas mupun acara acara penting yang
diselenggarakan oleh pihak sekolah, misalnya HUT sekolah dan peringatan hari raya tertentu. Di
sini pesan pentingnya tidaklah secara massif diindoktrinasikan kepada siswa, namun nilai-nilai
penting moral yang baik dapat tertanam kedalam hati dan pikiran mereka secara lembut. Inilah
yang disebut sebagai pendekatan soft-selling dalam komunikasi pemasaran. Lembut itu kuat.

Marthin Luther King mengatakan bahwa kecerdasan plus karakter itu adalah tujun akhir
pendidikan yang sebenarnya ( intelligence plus character that is the goal of true education ).Jika
tokoh besar kaliber dunia- yang memiliki rekam jejak karakter positif telah mengatakan betapa
pentingnya peran pendidikan karakter, masihkah kita ragu-ragu untuk menerapkannya?

Tantangan terutama bagi para guru memang berat. Akan tetapi, janganlah pendidikan karakter
membuat kita keder dalam menerapkannya di tengah zaman yang penuh dengan gejolak
negative.

Pendidikan karakter merupakan kunci membangun peradaban bangsa yang memanusiakan


manusia.

Anda mungkin juga menyukai