Anda di halaman 1dari 4

MARAKNYA TAWURAN PADA PELAJAR SMP

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SKI


Dosen Pengampu : Dra., Nur Hasanah M.Pd.

1. Manda Achika Putri 23040220040


2. Tegar Syifa’i R 23040220042
3. Lailatul Istiqomah 23040220043
4. Ely Novi Rahmawati 23040220052
5. Najwa Nur Shabrina R 23040220055
6. Tasya Efrilia W R 23040220060
7. Fajar Alifia K 23040220062
8. Syifa Dian Putri W 23040220067
9. Muhammad Asa K 23040220068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2023
MARAKNYA TAWURAN PADA PELAJAR SMP

A. Rumusan Masalah
Dari beberapa sumber yang ditemukan, dapat dirumuskan masalah menegenai
“Maraknya Tawuran Pada Anak SMP” adalah sebagai berikut :
1. Mengapa tawuran sering terjadi pada pelajar SMP ?
2. Bagaiamana peran orang tua dan guru untung menghilangkan budaya
tawuran pada anak SMP ?
3. Apa faktor – faktor yang mendorong terjadinya tawuran di lingkungan
sekolah?

B. Menelaah Masalah
Dengan semakin berkembangnya zaman, media sosial atau internet dapat
menjadi faktor utama penyebab tawuran antar pelajar SMP. Berawal dari ejek
mengejek antara individu satu ke individu yang lain yang beda sekolah dapat memicu
awal mula konflik bermulai. Sebagai contoh, mungkin ada perbedaan pendapat atau
perselisihan yang mulai berkembang di media sosial antar siswa SMP. Komentar yang
tidak menyenangkan atau provokatif bisa memicu ketegangan dan akhirnya berujung
pada tawuran di dunia nyata.
Seringkali, media sosial dapat menjadi wadah di mana konflik diperbesar dan
dipublikasikan secara lebih luas, membuatnya sulit untuk diselesaikan dengan damai.
Selain itu, tekanan sosial dan keinginan untuk "mempertahankan reputasi" di hadapan
teman-teman juga dapat menjadi faktor pendorong yang memperburuk situasi.
Selain itu faktor video – video tentang tokoh tawuran yang menyebar di tiktok,
youtube, facebook menyebabkan para anak SMP yang masih labil ini terpengaruh.
Kita ambil contoh yakni video Katak Bhizer yang menyebar luas di media sosial yang
di video tersebut walau mereka sudah vakum pada dunia tawuran dan hanya
menceritakan hal tersebut agar menjadi pelajaran bagi para pelajar, malah para pelajar
SMP ini semakin terpengaruh dengan cerita – cerita hebat dan sangar itu.
Bukannya membuang yang buruk malah para pelajar SMP yang labil ini
menjadikan video itu sebagai motivasi mereka untuk tawuran dan berharap sekolah
mereka menjadi sangar.
Faktor lingkungan memang punya peran penting dalam mencegah tawuran.
Lingkungan yang aman dan mendukung bisa membantu mengurangi konflik.
Misalnya, keberadaan tempat-tempat rekreasi yang baik, pendekatan komunitas yang
positif, dan peran pengawasan yang efektif bisa menciptakan suasana yang lebih
damai. Pendidikan tentang toleransi dan kerjasama juga bisa diterapkan dalam
lingkungan tersebut. Jadi, bukan hanya tanggung jawab individu, tapi juga masyarakat
dan lingkungan sekitar untuk menciptakan atmosfer yang mendukung ketertiban dan
keamanan.
Guru dan keluarga memiliki peran kunci dalam mencegah tawuran. Guru
berperan dalam memberikan pendidikan tidak hanya secara akademis, tetapi juga
dalam pengembangan karakter dan nilai-nilai moral. Mereka dapat membimbing
siswa untuk memahami pentingnya kerjasama, toleransi, dan penyelesaian konflik
secara damai.
Di sisi lain, keluarga membentuk dasar utama pembentukan karakter anak.
Nilai-nilai seperti menghormati orang lain, mengendalikan emosi, dan bekerja sama
juga diajarkan di rumah. Komunikasi terbuka antara keluarga dan anak dapat
membantu mencegah perilaku agresif dan mengajarkan solusi damai dalam
menangani konflik. Kolaborasi antara guru dan keluarga juga diperlukan. Mereka
dapat saling mendukung untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
mendukung, memastikan bahwa pesan tentang pentingnya damai dan toleransi
diulang di kedua lingkungan tersebut.

C. Merumuskan Hipotesis
Berdasarkan analisis masalah, hipotesis yang mungkin dihasilkan antara lain
1. Pelibatan pelajar dalam kegiatan tawuran dapat dipengaruhi oleh media sosial
berawal dari saling mengejek.
2. Pelibatan pelajar dalam kegiatan tawuran karena tidak bisa memilah – milah video
yang tersebar di media sosial.
3. Adanya tekanan sosial dari teman sebaya atau kelompok dapat menjadi pemicu
utama tawuran di kalangan pelajar SMP.
4. Kurangnya peran guru dan orang tua dalam menasehati para pelajar.
5. Faktor-faktor personal seperti kurangnya pemahaman emosional atau konflik
interpersonal dapat memperkuat kecenderungan terlibat dalam tawuran.

D. Mengumpulkan dan Mengelompokkan Data


Berdasarkan data yang ditemukan terdapat beberpa kasus tawuran antar anak
smp yang terjadi di Indonesia pada tahun 2023. Berikut adalah beberapa informasi
yang dapat disampaikan : Kasus tawuran SMP di kota pemalang yang menyebabkan 1
orang pelajar tewas, kasus tawuran SMP di kota malang yang berawal dari ejek ejekan
di medsos, kasus Tawuran antar SMP di Bogor yang menyebabkan 1 pelajr tewas
karena dibacok di perut, Kasus tawuran di SMP kota Semarang 22 pelajar ditangkap
polisi, Kasus Tawuran antar SMP di kota Cianjur 1 pelajar tewas.
 Tabel Kasus Tawuran terbanyak di Indonesia
E. Pembuktian Hipotesis
Berdasarkan beberapa informasi yang aku rangkung dari beberapa jurnal
tentang tawuran antar pelajar, ada beberapa hipotesis yang muncul dari kasus tawuran
antar pelajar antara lain:
1. Ada pengaruh eksistensi diri pelajar yang masih memiliki keinginan besar
untuk mendapatkan perhatian.
2. Ada pengaruh dibutuhkannya pengakuan atas nilai-nilai superioritas
dengan cara yang salah.
3. Adanya pengaruh sejarah bentorkan dua belah pihak yang diturunkan dari
generasi ke generasi
4. Adanya pengaruh bullying (perundungan) yang marak di kalangan pelajar
khususnya dalam lingkungan sekolah
5. Adanya pengaruh rasa iri atas kesenjangan sosial hingga menimbulkan
persaingan tidak sehat antar sekolah
6. Ada pengaruh solidaritas untuk membela teman atau nama baik sekolah
dengan cara yang salah.

F. Menyimpulkan
Maraknya tawuran pada pelajar SMP menunjukkan adanya beberapa masalah
mendasar dalam lingkungan pendidikan. Pertama, mungkin ada kurangnya
pendampingan dan bimbingan dari orang dewasa, baik di rumah maupun di sekolah.
Kedua, faktor lingkungan sekitar, seperti pengaruh teman sebaya atau media sosial,
juga dapat memainkan peran penting dalam meningkatnya kekerasan di kalangan
remaja.
Selain itu, pendidikan karakter dan pemahaman akan konsekuensi dari
perilaku kekerasan tampaknya perlu ditingkatkan. Sekolah dan keluarga perlu bekerja
sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif anak-
anak, dengan memberikan perhatian khusus pada nilai-nilai seperti empati,
pengendalian diri, dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan.
Penanganan masalah tawuran di kalangan pelajar SMP memerlukan
pendekatan holistik yang melibatkan orang tua, sekolah, dan masyarakat. Edukasi
yang baik, peran aktif orang dewasa, serta pemahaman akan dampak buruk dari
kekerasan dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung
perkembangan positif bagi para pelajar.

Anda mungkin juga menyukai