Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Konflik dapat terjadi dimana-mana, salah satunya konflik yang ada di sekolah
yang dilakukan oleh siswa-siswi sudah tidak wajar lagi terjadi. Sekolah tempat
atau sarana pendidikan formal untuk para siswa dalam mencari ilmu, selain
mencari ilmu siswa juga dapat beradaptasi dengan siswa lainnya. Menurut
Saefuddin (dalam Budimansyah & Komariah, 2012, hlm 6) mengemukakan
bahwa “Pendidikan adalah suatu upaya yang sistematis agar manusia memahami
hubungan antar manusia dan juga dengan makhluk hidup lainnya”. Jadi
pendidikan digunakan sebagai ilmu dalam hubungan – hubungan antarmanusia
untuk memahami satu dengan yang lainnya atau bisa disebut juga sebagai proses
sosial. Proses sosial adalah cara-cara individu atau kelompok dalam berhubungan
jika saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan atau
bisa diartikan sebagai pengaruh timbal balik dari berbagai segi kehidupan bersama
atau sosial. Masa remaja adalah masa dimana peralihan antara masa anak dengan
masa dewasa. Masa Remaja ini memang biasanya di mulai dari tingkat SMP dan
SMA, masa ini juga biasa disebut dengan pencarian jati diri. Sekolah juga
mewadahi siswa untuk memulai pendewasaan diri anak untuk menyiapkan dirinya
di lingkungan masyarakat.
Selain bimbingan orang tua, dengan bimbingan dan pengarahan dari guru yang
terdapat disekolah juga harus dilakukan karena guru adalah pendidik bagi siswa-
siswanya, tidak hanya guru yang khusus memberikan bimbingan konseling saja,
akan tetapi guru mata pelajaran yang lain pun harus ikut membimbing karena
sebagai guru harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk siswanya.
Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya karena
siswa beradaptasi dan berinteraksi pada lingkungan sekolah. Selain adanya
interaksi sosial terjadi pula kontak sosial. kontak sosial akan terjadi jika seseorang
atau kelompok orang mengadakan hubungan dengan pihak lain. Namun pada
kenyataannya proses sosial yang terjalin di sekolah tidak selalu berbanding lurus
dengan apa yang diharapkan, karena tidak semua warga sekolah dapat memahami
hubungan-hubungan antar manusia di wilayah sekolah yang mengakibatkan pada

1
Wielma Dwisuchia Ryawan, 2017
STRATEGI PENGENDALIAN KONFLIK ANTARSISWA DI SMA NEGERI 7 DAN 13 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2

pertentangan bahkan perkelahian, khususnya antara siswa-siswa yang berada


dalam satu sekolah. Pertentangan dan perkelahian tersebut akan menimbulkan
konflik yang berkepanjangan jika sekolah tidak dapat mengendalikan konflik
tersebut dengan menggunakan strategi-stategi dalam penyelesaian konflik.
Adapun salah satu contoh konflik di sekolah yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah konflik antarsiswa di SMA Negeri Kota Bandung, diantaranya SMA
Negeri 7 Bandung dan SMA Negeri 13 Bandun. Peneliti mengambil lokasi
tersebut karena menurut data yang ada bahwa sekolah tersebut pernah mengalami
konflik antarsiswa bahkan sampai tauwuran antarsekolah, seperti SMA Negeri 7
Bandung yang terletak di Jalan Lengkong Kecil No.53 Paledang Lengkong Kota
Bandung Jawa Barat 40261.
SMA Negeri 7 Bandung ini memiliki komunitas atau sekelompok anak remaja
minoritas yang dinamakan Brigade Seven yang kini dikenal sebagai “geng”
motor terbesar di kota Bandung. Kelompok ini terbentuk karena sebagai perlawan
kepada SMA lain yang pada saat itu, Bandung sedang ramai-ramainya tawuran
pelajar. Lokasi selanjutnya SMA Negeri 13 Bandung yang terletak di Jalan
Cibeureum No. 52 Kota Bandung. Berdasarkan hasil observasi peneliti, di SMA
Negeri 13 Bandung pernah terjadi konflik antar jurusan yaitu jurusan IPA dan
IPS. Penyebab ini biasanya karena prestasi belajar IPA yang lebih unggul
dibanding IPS, dan ada salah satu siswa dari jurusan masing-masing pernah
menyindir salah satu siswa dari jurusan yang lain, serta masalah percintaan
antarsiswa jurusan IPA dan IPS. Namun konflik tersebut kian memudar dengan
seiring berjalannya waktu. Kemudian selain itu ada pula konflik antarsiswa satu
kelas misalnya dikelas XI IPS 2 ada dua kelompok siswa perempuan, kelompok
satu cenderung pergaulannya lebih “famous” sedangkan kelompok satunya lagi
perempuan yang pergaulannya biasa saja namun memiliki prestasi yang cukup
baik. Kelompok perempuan yang lebih “famous” ini terlihat arogan dan tidak
mengganggap kelompok perempuan yang lainnya, kemudian terjadilah saling
sindir di media sosial yang berujung konflik antarsiswa di kelas. Selain itu ada
juga konflik “geng” di sekolah yang memiliki anggota campuran baik itu jurusan
IPA atau IPS dan laki-laki serta perempuan. Ada dua “geng” besar di SMA Negeri
13 Bandung kedua kelompok tersebut sama-sama memilki kekuatan yang besar

Wielma Dwisuchia Ryawan, 2017


STRATEGI PENGENDALIAN KONFLIK ANTARSISWA DI SMA NEGERI 7 DAN 13 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3

karena sama-sama memiliki anggota yang cukup banyak. Awalnya kedua


kelompok tersebut saling beriringan namun karena terjadinya perbedaan pendapat,
perbedaan paham munculah gesekan-gesekan kecil yang lama kelamaan menjadi
besar sampai terjadinya bentrokan. Sampai saat ini kedua kelompok tersebut
masih bersitegang meskipun anggota kelompoknya terdapat didalam satu kelas.
Konflik sosial menurut sosiologi yaitu tentang terjadinya pertentangan,
perselisihan, percekcokan, atau ketegangan sebagai dari akibat perbedaan yang
terjadi di lingkungan manusia, baik kelompok maupun individu. Masing-masing
dari individu atau kelompok berusaha untuk mendapatkan tujuan yang diingkan
dengan melawan, mengancam, bahkan dengan kekerasan. Konflik
mengkhawatirkan jika disertai kekerasan. Kekerasan yaitu suatu tindakan untuk
mencelakai salah satu pihak agar pihak tersebut terluka dan kalah. Selain
munculnya kelompok atau “geng” di sekolah, fenomena tawuran pelajar antar
sekolah pun sudah menjadi hal yang biasa akhir –akhir ini. Tawuran dapat terjadi
karena rasa solidaritas yang tinggi antar teman satu sekolahnya, mudah
mengalami kekecewaan atau frustasi, mudah mengalami ketidaknyamanan di
lingkungan sekitarnya karena bising, panas atau lainnya. Rasa solidaritas yang
muncul juga lebih kearah yang negatif dan dapat merugikan pihak lain. Menurut
Khairil. M (2012, hlm 410) menerangkan bahwa “Konflik sering memperkuat dan
mempertegas batas kelompok dan meningkatkan penggalangan solidaritas internal
kelompok. Konflik antarkelompok merupakan penghadapan antara in-group dan
out-group.” Solidaritas dalam kelompok muncul berdasarkan kuantitas dan
kualitas interaksi yang berlangsung di antara sesame anggota kelompok, semakin
sering individu-individu tersebut melakukan interaksi semakin kuat pula
kesolidaritasannya. Selain itu solidaritas muncul disebabkan karna perasaan satu
nasib atau berasal dari latar belakang yang sama dengan identitas atau ciri khas
yang sama.
Dari hasil pembahasan diatas setiap warga sekolah tentu mendambakan
keadaan yang tenang, aman, dan teratur. Namun, kondisi normatif tersebut tidak
selalu bisa terwujud secara utuh. Banyak penyimpangan sosial yang terjadi di
sekolah yang berawal dari ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Maka
dari itu sekolah harus memiliki strategi pengendalian konflik antarsiswa untuk

Wielma Dwisuchia Ryawan, 2017


STRATEGI PENGENDALIAN KONFLIK ANTARSISWA DI SMA NEGERI 7 DAN 13 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4

mengatur perilaku sosial yang terdapat di sekolah. Pengendalian konflik dapat


disebut juga manajemen konflik yang dapat menciptakan ketertiban dalam
mematuhi aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah. Pengendalian konflik di
sekolah sangat dibutuhkan agar tidak terjadinya penyimpangan sosial dari konflik
yang muncul. Semua warga sekolah harus ikut berperan dalam pengendalian
konflik sebagai upaya penyelesaian konflik antarsiswa dari mulai kepala sekolah,
guru, staff dan siswanya harus ikut bekerja sama demi terciptanya sekolah yang
aman, tenang, damai dan tentram.
Untuk mengetahui pengendalian konflik antarsiswa di SMA Negeri 7 dan 13
Kota Bandung, maka dari itulah, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui
hal tersebut. Diperlukan faktor penyebab terjadinya konflik antarsiswa, kemudian
dampak apa saja yang muncul dari adanya konflik antarsiswa, sehingga dapat
mengetahui wujud pengendalian konflik antarsiswa dan sejauh mana pengedalian
konflik antarsiswa tersebut dilakukan. Maka dari itu peneliti mengambil dan
memilih judul “STRATEGI PENGENDALIAN KONFLIK ANTARSISWA
DI SMA NEGERI 7 DAN 13 KOTA BANDUNG”

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini, yakni
“Bagaimana gambaran mengenai strategi pengendalian konflik di SMAN 7 dan 13
Bandung?”
Untuk lebih merinci hal tersebut, maka disusun pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:

1 Bagaimana bentuk konflik yang terjadi antarsiswa di SMA Negeri 7 dan 13


Kota Bandung?
2 Bagaimana faktor penyebab konflik antarsiswa di SMA Negeri 7 dan 13 Kota
Bandung?
3 Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya konflik antarsiswa
terhadap interaksi sosial di SMA Negeri 7 dan 13 Kota Bandung?
4 Bagaimana pola pengendalian konflik antarsiswa yang dilakukan oleh pihak
sekolah di SMA Negeri 7 dan 13 Kota Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian

Wielma Dwisuchia Ryawan, 2017


STRATEGI PENGENDALIAN KONFLIK ANTARSISWA DI SMA NEGERI 7 DAN 13 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
mendapatkan gambaran mengenai strategi pengendalian konflik antarsiswa siswa
di SMA Negeri 7 dan 13 Kota Bandung. Adapun secara khusus tujuan penelitian
yang hendak dicapai yaitu :
1 Untuk mengetahui bentuk konflik antarsiswa di SMA Negeri 7 dan 13 Kota
Bandung
2 Untuk mengetahui faktor penyebab konflik antarsiswa di SMA Negeri 7 dan
13 Kota Bandung
3 Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya konflik antarsiswa
terhadap interaksi sosial di SMA Negeri 7 dan 13 Kota Bandung
4 Untuk pola pengendalian konflik antarsiswa yang dilakukan oleh pihak sekolah
di SMA Negeri 7 dan 13 Kota Bandung

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak.
Manfaat tersebut diantaranya:
1 Manfaat Teoritis:
Dalam rangka pembangunan ilmu pengetahuan dapat berguna untuk
penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangan pengetahuan tentang ilmu sosial yang menjadi kajian sosiologi.
Serta dapat membuka wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat mahasiswa
dan mahasiswi pendidikan sosiologi.
2 Manfaat Praktis:
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat berguna untuk memahami implementasi
teori menganai konflik sosial yang terjadi di sekitar dan pendidikan resolusi
konflik di masyarakat. Selain itu, sebagai ilmu pengetahuan dalam
pengalaman penelitian di bidang pendidikan khususnya strategi pengendalian
sosial dalam mengatasi konflik antarsiswa
b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan tentang
strategi sekolah dalam pengendalian konflik antarsiswa yang sering terjadi
disekolah sehingga mampu menciptakan budaya sekolah yang baik.
c. Bagi guru, penelitian ini dapat berguna sebagai pengambilan tindakan
prefentif dan kuratif yang tepat untuk mengatasi konflik antarsiswa.

Wielma Dwisuchia Ryawan, 2017


STRATEGI PENGENDALIAN KONFLIK ANTARSISWA DI SMA NEGERI 7 DAN 13 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6

d. Bagi siswa, penelitian ini berguna sebagai media informasi agar mereka
mampu menyadari, mengendalikan dan menyeleseikan masalah sendiri. Serta
tidak ada lagi gesekan antarsiswa yang akan merugikan dirinya juga orang
lain.
e. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat
dalam strategi pengendalian konflik dan dapat mengatasi terjadinya konflik
antarsiswa yang terjadi di sekitarnya

1.5 Struktur Organisasi skripsi


Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenaik latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta
struktur organisasi. Latar belakang penelitian memaparkan konteks penelitian
yang dilakukan, mengapa peneliti tertarik meneliti permasalahan berdasarkan
fakta-fakta, data-data, referensi, dan temuan penelitian sebelumnya. Dalam
rumusan masalah, peneliti memaparkan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan
permasalahan yang dikaji. Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan khusus
yang menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian dilakukan. Kemudian
manfaat penelitian dilihat dari salah satu aspek atau beberapa aspek yang
berhubungan dengan strategi pengendalian konflik antarsiswa di SMA Negeri 7
dan 13 Kota Bandung.
BAB II: Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data-
data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung
penelitian penulis. Dokumentasi dan data yang diperoleh dari studi literatur.
Tinjauan pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan
penelitian. Selain itu tinjauan pustaka digunakan untuk membandingkan,
mengkontraskan, dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang
hendak dikaji dan dihubungkan dengan masalah yang sedang diteliti yaitu strategi
pengendalian konflik antarsiswa di SMA Negeri 7 dan 13 Kota Bandung. Konsep
dan teori berhubungan dengan strategi pengendalian konflik antarsiswa di SMA
Negeri 7 dan 13 Kota Bandung. Penelitian terdahulu dan teori yang digunakan
yaitu teori konflik Lewis Coser.

Wielma Dwisuchia Ryawan, 2017


STRATEGI PENGENDALIAN KONFLIK ANTARSISWA DI SMA NEGERI 7 DAN 13 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7

BAB III: Metode penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metode dan desain
penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, prosedur penelitian, serta
teknik pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian mengenai
bentuk, faktor dan dampak serta strategi pengendalian konflik antarsiswa di SMA
Negeri 7 dan 13 Kota Bandung
BAB IV: Hasil penelitian dalam pembahasan. Dalam bab ini penulis menganalisis
hasil temuan data tentang faktor dan dampak serta strategi pengendalian konflik
antarsiswa di SMA Negeri 7 dan 13 Kota Bandung
BAB V: Penutup. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan simpulan
dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah
diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi

Wielma Dwisuchia Ryawan, 2017


STRATEGI PENGENDALIAN KONFLIK ANTARSISWA DI SMA NEGERI 7 DAN 13 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai