DISUSUN OLEH :
DIAN OKTAVIANA
NIM: 30901700020
SEMESTER 4
FAKULTAS ILMU KEERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmannirohim
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaika makalah tentang “Tawuran ada remaja”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai tawuran ada remaja di sekitar kita khususnya tentang tawuran
antar pelajar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain.
Kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon dengan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dimasa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah anak yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun. Ciri-
ciri masa remaja adalah periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia
bermasalah, masa mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak
realistik dan sebagai ambang masa dewasa (Hurlock, 1992). Jumlah remaja berumur 16
sampai dengan 19 tahun berjumlah 8,71 persen dari jumlah warga negara atau 20.624.373
orang (Badan Pusat Statistik, 2010). Jumlah ini cukup besar potensinya untuk
dikembangkan agar dapat menentukan masa depan bangsa. Dengan harapan mereka bisa
berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara, sehingga relasi antar organisme
dengan lingkungannya perlu diperhatikan (Constable & Flynn, 1982). Dalam pembahasan
masalah remaja setidaknya ada dua dimensi yaitu pertama adalah dimensi makro yang
menggambarkan bagaimana institusi Negara melalui kebijakan dan peraturan yang
dibuatnya mempengaruhi proses perubahan di suatu masyarakat. Sedangkan dimensi yang
kedua adalah dimensi mikro dimana individu keluarga dan kelompok kecil dalam
masyarakat mempengaruhi proses pembangunan itu sendiri (Adi, 2013).
Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama. Integrasi dalam masyarakat
dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Dalam hal ini keluarga menjadi penting dalam proses perkembangan remaja. Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih lanjut diharapkan mengurangi
timbulnya masalah-masalah sosial (Gunarsa & Gunarsa, 1993). Termasuk juga perubahan
intelektual yang mencolok yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk
mencapai integrasi dalam hubungan sosial yang dewasa, yang kenyataanya merupakan
ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Kedekatan remaja untuk
mendapatkan otonomi dan tanggung jawab umumnya membuat bingung dan marah orang
tua. Orang tua memandang anak remaja mereka lepas dari cengkraman mereka. Mereka
mungkin merasa terdorong untuk menerapkan kontrol yang lebih kuat ketika anak remaja
mereka mencari otonomi dan tanggung jawab (Santrock, 2007).
Perilaku menyimpang pelajar (berusia remaja) adalah salah satu tawuran, Tawuran
dalam kamus Bahasa Indonesia artinya perkelahian yang meliputi banyak orang. Pada
tulisan ini, tawuran berarti perkelahian antar banyak orang yang pelakunya adalah remaja.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan remaja digolongkan sebagai salah satu
bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tawuran?
2. Penyebab terjadinya tawuran?
3. Apa saja faktor terjadinya tawuran antar pelajaran?
4. Apa saja Dampak tawuran?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi tawuran
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tawuran
3. Untuk mengetahui faktor terjadinya tawuran antar pelajar
4. Untuk mengetahui dampak tawuran
BAB II
PEMBAHASAN
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam
suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang
harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan
apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita
ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah geng
yang mana dari pembentukan geng inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa
adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok
teman sebayanya
Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh
masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran
adalah salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran pelajar
sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban
yang lebih maju. Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih
senang melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar
mengajar.
Dari konflik ini dapat kita analisis dengan teori konflik Ibn Khaldun, ia
membaginya menjadi tiga perspektif. Pertama, perspektif psikologis yag merupakan dasar
sentimen dan ide yang membangun hubungan sosial diantara berbagai kelompok manusia
(keluarga, suku, dan lainnya). Kedua, fenomena politik yang berhubungan dengan
perjuangan memperebutkan kekuasaan dan kedaulatan yang melahirkan imperium,
dinasti, dan negara. Ketiga, fenomena ekonomi yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan ekonomi baik pada tingkat individu, keluarga, masyarakat maupun keluarga.
Dengan teori ini kita dapat berpacu bahwa tawuran dapat terjadi karena hubungan kelurga
yang kurang dan lebih memilih untuk berhungan dengan teman yang dapat membuatnya
lebih nyaman sehingga timbullah rasa solidaritas pada dirinya tehadap kelompoknya dan
kemudian adanya keinginan penguasaan wilayah yang diperjuangkan dengan melakukan
kekerasan antar pelajar sekolah.
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya
dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan
pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal,
kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab
dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua
kelompok.
Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan oleh banyak faktor,
beberapa contoh di antaranya, yaitu:
1. Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di
tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan
2. Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan
pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
3. Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.Untuk mengkaji lebih jauh
permasalahan tawuran antar pelajar.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Rasa Setia Kawan Yang Berlebihan. Rasa setia
kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidartas adalah hal yang lumrah atau
biasa kita temukan dalam kehidupan, misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan
akan menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah
ketika ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk,
salah satunya adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah
mendengar tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa
yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah
kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan
lain sebagainya.
C. Faktor terjadinya tawuran antar pelajar
Faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar dibagi menjadi dua, yaitu :
faktor internal dan eksternal.
1. Faktor intenal
a. Ingin menonjolkan kebenaran diri sendiri baik dihadapan temen sesekolah
dan ataupun dimata STM menjadi lawan.
b. Ingin membalaskan rasa sakit hati, kepada orang yang melecehkan
c. Tidak mau direndahkan oleh teman-teman
d. Memanfaatkan waktu untuk mencari pengalaman, baik sifat positif
maupun negatif (tawuran) karena menurutnya tidak akan tau benar jika
tidak mengenal salah.
2. Faktor eksternal
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga terdiri dari sebagai berikut.
1) Baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah
tangga.
2) Perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
3) Penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah memikul
tanggunf jawab sebagai ayah dan ibu.
4) Pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal, dan tindakan asusila.
c. Faktor milieu/lingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak baik dan menguntungkan bagi
pendidikan dan perkembangan remaja.
Terkait dengan konsep kelompok sosial, W.G. Summer membagi
kelompok sosial menjadi dua yaitu in-group dan out-group. Menurut
summer, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok –
kelompok kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian jenis
kelompok yaitu kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-
group). Kelompok dalam (in-group) adalah kelompok sosial yang
individu-individunya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya.
Adapun kelompok luar (out-group) merupakan merupakan kelompok di
luar kelompok in-group.
D. Dampak tawuran
Adapun dampak dari tawuran yang dirasakan antara lain adalah dampak
positif dan negative
1. Dampak positif
a. Merasa puas apabila mengalahkan lawan pada saat itu
b. Diri dan komunitas dikatakan paling kuat, paling tangguh,paling
kompak ,dan paling disegani oleh pihak lawan apabila lawan telah
dikalahkan
c. Baik itu nama sendiri dan komunitas terkenal oleh pihak lawan apabila
telah mengalahan lawan tersebut.
d. Bebas bergerak dan tidak terkekang apabila lawannya telah di
kalahkan
e. Tidak ada yang melecehkan lagi
2. Dampak negatif
a. Kalau ketahuan dari pihak sekolah otomatis kena sanksi yang sangat
berat (contohnya di tampar,di pusap, di telanjangi dan di jemur 1 hari)
b. Di marahi masyarakat karena mungkin meresahkan masyarakat merasa
di resahkan
c. Di tangkap polisi
d. Apabila ketahuan oleh orang tua di asingkan dari keluarga dan menjadi
gelandangan
e. Dan yang paling patal bisa menyebabkan korban jiwa
Pada 1 November 2018, tawuran terjadi di kolong tol Jalan Deplu Raya,
Bintaro, Jakarta Selatan. Dalam peristiwa itu, pelajar STM Sasmita Jaya Pamulang,
Muhammad Kindy (17) tewas dibacok. Dua pekan setelah tewasnya Kindy, tawuran
antara SMP Al Mansyuriah dengan MTS Saadad Tuddarain terjadi di Kembangan
Selatan, Kembangan, Jakarta Barat pada Senin, 19 November 2018. Kejadian ini
membuat pelajar SMP Al Mansyuriah, DR (15), tewas sehari setelah jalani perawatan
di RS Pondok Indah, Kembangan. Sekjen Komisi Nasional (Komnas) Pendidikan
Anak, Andreas Tambah menuturkan, kemajuan teknologi saat ini tak diimbangi
mental yang belum siap menyebabkan tawuran terjadi. Ucapan saling ledek medsos
menjadi pemicu tawuran.
A. Kesimpulan
Tawuran adalah perkelahian secara massal yang dilakukan sekelompok pelajar
antar kelompok pelajar lainnya. Tawuran termasuk salah satu gejala sosial pada
kenakalan remaja. Gejala sosial yang seperti ini sudah sangat jelas melanggar norma
dan nilai dalam masyarakat. Tawuran ini terjadi akibat konflik antar satu sekolah,
entah karena perasaan solidaritas antar siswa dan sebagainya. Tawuran antar pelajar
merupakan gejala sosial yang serius yang dapat mengakibatkan korban yang tidak
bersalah dan dapat merusaka benda-benda yag ada disekitar. Dan tawuran antar
pelajar ini terjadi turun temurun pada sekolah tersebut.
B. Saran
Kami menyarankan untuk para pembaca untuk mencari informasi lebih
banyak lagi agar menambah pengetahuan dan wawasan tentang tawuran antar pelajar.
Karena dalam tawuran pelajar sangat tidak baik bagi generasi bangsa, lebih tepatnya
merugikan diri sendiri dan orang lain. Dampak yang terjadinya tawuran antar pelajar
pun akan mengakibatkan korban jiwa dan merusak fasilitas-fasilitas yang ada
disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Constable, R. T., & Flynn, J. P. (1982). School Social Work, Practice and research
perspektives. Homewood, Illinois 60430: The Dorsey Press.
Badan Pusat Statistik. (2010). Penduduk Menurut kelompok Umur Dan Status
Kewarganegaraan Indonesia. Dipetik Januari Selasa, 2016, dari Sensus Penduduk 2010:
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, N. Y. (1993). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 1. Jakarta selatan: Salemba Humanika
Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 2. Jakarta selatan: Salemba Humanika