Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS UPAYA SEKOLAH DALAM MENGATASI KONFLIK ANTAR SISWA DI

SMAN 1 KERITANG KECAMATAN KERITANG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Oleh:
Sesri Resdiani
Email: sesriresdiani03@yahoo.com
Dosen Pembimbing : Dr Achmad Hidir
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Jalan H.R Subrantas Km12,5 Simpang Baru Panam,
Pekanbaru

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Desa Kotabaru Kecamatan Keritan Kabupaten Indragiri Hilir
dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang upaya sekolah dalam mengatasi konflik di
SMAN 1 Keritang. Beberapa permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana upaya
sekolah dalam mengatasi konflik antar siswa di SMAN 1 Keritang Kecamatan Keritang
Kabupaten Indragiri Hilir? (2) Kendala apa saja yang dihadapi sekolah dalam upaya mengatasi
konflik antar siswa di SMA Negeri 1 Keritang Kecamatan Keritang kabupaten Indragiri Hilir ?.
judul penelitian ini adalah “Analisis Upaya Sekolah Dalam Mengatasi Konflik Antar Siswa
di SMAN 1 Keritang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir.” Penelitian yang
dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya sekolah dalam mengatasi konflik
antar siswa di SMAN 1 Keritang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Untuk
mengetahui kendala apa saja yang dihadapi sekolah dalam upaya mengatasi konflik antar siswa
di SMAN 1 Keritang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian ini merupakan
penelitian yang bersifat kualitatif karena sifatnya adalah berbentuk kasus, yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah guru di SMAN 1 Keritang dan siswa-siswa yang terlibat secara
langsung dalam konflik yang berbentuk tawuran dan perkelahian di SMAN 1 Keritang sebanyak
8 subyek. Dalam melakukan pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini menggunakan analisis
kualitatif serta akan diuraikan secara deskriptif dalam melakukan penulisannya. Setelah
dilakukan penelitian ini, hasil penelitian ini diketahui bahwa upaya sekolah dalam mengatasi
konflik antar siswa di SMAN 1 Keritang adalah dengan membuat berbagai kebijakan seperti:
pembuatan tata tertib sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, pemberian sanksi yang sifatnya tegas
namun mendidik. Dengan kebijakan tersebut intensitas tawuran semakin menurun meskipun
belum optimal.

Kata kunci : upaya sekolah, mengatasi, konflik siswa

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 1


ANALYSIS OF SCHOOL EFFORTS IN OVERCOMING INTER-STUDENT CONFLICT
AT SMAN 1 KERITANG KERITANG SUB-DISTRICT INDRAGIRI HILIR REGENCY
BY:
Sesri Resdiani
Email: sesriresdiani03@yahoo.com
Supervisor: Dr. Achmad Hidir
Sociology Faculty
faculty of Social Science and Political Science
Riau University
Campus Bina Widya, Jalan H.R Subrantas Km12,5 Simpang Baru Panam,
Pekanbaru

ABSTRACT

This research was conducted in Kotabaru Village Keritang Sub-district Indragiri Hilir
Regency with the aim to obtain information about school efforts in resolving conflict in SMAN 1
Keritang. Some of the problems in this research are (1) How is the effort of school to overcome
conflict between student in SMAN 1 Keritang Keritang Sub-district Indragiri Hilir Regency? (2)
What are the constraints faced by schools in the effort to solve conflicts between students in
SMA Negeri 1 Keritang Keritang Sub-district Indragiri Hilir regency? the title of this research is
"Analysis of School Efforts in Overcoming Inter-Student Conflicts at SMAN 1 Keritang
Keritang Sub-district Indragiri Hilir Regency." The research aimed to find out how the
school efforts in resolving conflict among students in SMAN 1 Keritang Keritang Sub-district
Indragiri Hilir Regency. To find out what constraints faced by schools in an effort to resolve
conflicts between students in SMAN 1 Keritang Keritang District Indragiri Hilir Regency. This
research is a qualitative research because it is case-shaped, the subject of this research is the
teacher at SMAN 1 Keritang and the students directly involved in the conflict in the form of
brawl and fight in SMAN 1 Keritang as many as 8 subjects. In doing data collection using
observation, interview, and documentation. To analyze the problems in this study using
qualitative analysis and will be described descriptively in writing. After doing this research, the
result of this research is known that school effort in resolving conflict between students at
SMAN 1 Keritang is by making various policies such as: making of school order, extracurricular
activity, giving sanction which is assertive but educational. With the policy, the intensity of
fighting decreased though not optimal.

Keywords : school efforts, resolve, student conflict

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 2


1. PENDAHULUAN Konflik merupakan suatu peristiwa yang tidak
Pendidikan merupakan usaha manusia utuk dapat dihindarkan dalam kehidupan
membina kearah yang sesuai dengan nilai- organisasi, bahkan konflik selalu hadir dalam
nilai di dalam masyarakat dan budaya. setiap hubungan kerjasama antar individu,
Pendidikan merupakan masalah yang sangat kelompok, maupun organisasi. Konflik
penting dalam kehidupan manusia dan tidak dikalangan remaja sudah menjadi fenomena
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu umum di masyarakat. Remaja ketika
sendiri, karena tanpa pendidikan manusia berinteraksi dengan sesama, selalu diwarnai
tidak dapat tumbuh dan berkembang secara dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Konflik
baik. remaja merupakan pertentangan yang
Lembaga Pendidikan atau sekolah merupakan dialaminya, pertentangan ini bisa berbentuk
tempat untuk membentuk karakter anak pertentangan fisik dan non fisik, yang pada
menuju kearah yang lebih baik, maka tidak umumnya berkembang dari pertentangan non
seharusnya sekolah menjadi tempat para fisik menjadi benturan fisik, yang bisa
siswa untuk berkelahi atau bersetu. Namun berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan, bisa
demikian konflik tidak bisa dihindarkan juga berkadar rendah yang tidak
karena sekolah merupakan salah satu tempat menggunakan kekerasan.
untuk siswa berinteraksi. Adanya interaksi Pendidikan yang baik tidak berarti terbebas
tersebut menyebabkan siswa juga mengalami dari konflik baik yang terjadi dalam sekolah
konflik dalam hubungannya dengan orang ataupun dalam dunia pendidikan. Namun
lain. pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
Siswa sebagai individu yang sedang berada mampu mengelola konflik dengan baik demi
dalam proses berkembang atau menjadi, yaitu kemajuan pendidikan dimasa mendatang, dan
berkembang kearah kematangan atau mampu membentuk karakteristik peserta
kemandirian mereka selalu melakukan didik kearah yang lebih baik demi
interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan mencerdaskan kehidupan bangsa.
tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena Konflik yang terjadi pada setiap pelajar
mereka masih kurang memiliki pemahaman merupakan sesuatu yang tidak dapat
atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan dihindarkan. Hal ini terjadi karena di satu sisi
sosilanya, juga pengalaman dalam orang-orang yang terlibat dalam konflik
menentukan arah kehidupannya. Disamping tersebut mempunyai karakter, tujuan, visi,
itu, proses perkembangan siswa tidak selalu maupun gaya yang berbeda-beda. Sekolah
berlangsung secara mulus, atau bebas dari Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Keritang
masalah. Dengan kata lain proses merupakan suatu lembaga pendidikan tingkat
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam menengah atas berstatus negeri. Saat ini
alur linier, lurus atau searah dengan potensi, dikepalai oleh bapak Arifuddin, S.Pd, MM.
harapan, dan nilai-nilai yang di.anut.1 SMA ini terdapat di Kecamatan Keritang
kabupaten Indragiri Hilir.
1 http://sosiologismanics. p/konflik-sosial-konflik-yang- Upaya sekolah dalam mengatasi konflik di
terjadi.html?m=1, Diakses pada tanggal 20 April 2017 sini adalah penanggulangan yang di lakukan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 3


kepala sekolah dan seluruh guru di SMA Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri
Negeri 1 Keritang agar semua aktifitas kerja Hilir.
yang ada di sekolah dapat berjalan dengan
efektif dan efisien untuk mencapai suatu 2. KAJIAN PUSTAKA
tujuan yang mulia. Masalah upaya sekolah
2.1 Pengertian Konflik
dalam mengatasi konflik di sekolah ini sangat
Konflik berasal dari kata “configere” yang
urgen dibahas karena konflik bisa
berarti “saling memukul”. Secara sosiologis,
berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
kegiatan pendidikan di sekolah, maka dari itu
antara dua orang atau lebih (bias juga
perlu adanya penangan yang dilakukan pihak
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
sekolah dalam mengatasi konflik yang terjadi
menyingkirkan pihak lain dengan cara
di SMAN 1 Keritang ini sering terjadi konflik
menghancurkannya atau membuatnya tidak
antar murid, di mana konflik yang terjadi
berdaya. Max Weber konflik tidak satu
bersifat kelompok seperti antar suku atau
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
gang, hal ini tentu sangat di sayangkan terjadi
konflik antara anggotanya atau dengan
di lingkungan pendidikan.
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya
1.2 Rumusan Masalah masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan uraian latar belakang dan gejala
Konflik adalah aspek intrinsik dan tidak
permasalahan yang ditemui di atas, maka
mungkin dihindarkan dalam perubahan sosial.
penulis dapat merumuskan masalah pokok
Konflik adalah sebuah ekspresi heterogenitas
yang akan dijadikan arahan serta pedoman
kepentingan, nilai, dan keyakinan yang
dalam penelitian ini, yaitu :
muncul sebagai formasi baru yang
a. Bagaimana upaya sekolah dalam
ditimbulkan oleh perubahan sosial yang
mengatasi konflik antar siswa di SMA
muncul bertentangan dengan hambatan yang
Negeri 1 Keritang Kecamatan Keritang
diwariskan.2
Kabupaten Indragiri Hilir ?
Jonathan Turner merumuskan teori konflik
b. Kendala apa saja yang dihadapi sekolah
dalam tiga pandangannya tentang konflik,
dalam upaya mengatasi konflik antar
yaitu: (1). Tidak ada definisi yang jelas
siswa di SMA Negeri 1 Keritang
tentang gejala mana yang termasuk konflik itu
Kecamatan Keritang kabupaten Indragiri
(yakni apakah yan termasuk konflik dan yang
Hilir ? bukan konflik), sebab ada banyak istilah yang
1.3 Tujuan penelitian digunakan untuk menyebut istilah konflik
Berdasarkan perumusan masalah yang seperti permusuhan, perang, persaingan,
ada, maka yang menjadi tujuan penelitian antagonism, tekanan, pertengkaran, perbedaan
penulis adalah: pendapat, kontravensi, kekejaman, revolusi,
1. Untuk mengetahui upaya sekolah dalam perselisihan, dan sebagainya. (2). Teori
mengatasi konflik antar siswa di SMA konflik tampak mengambang karena tidak
Negeri 1 Keritang Kecamatan Keritang menjelaskan unit analisis tentang konflik,
Kabupaten Indragiri Hilir. apakah konflik tersebut terjadi antar individu,

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi 2


Hugh Miall, Oliver Ramsbotham Tom Woodhouse,
sekolah dalam upaya mengatasi konflik
Resolusi Damai Konflik Kontemporer, Jakarta: PT Raja
antar siswa di SMA Negeri 1 Keritang Grafindo Persada, 2000, 8

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 4


kelompok, organisasi, kelas-kelas sosial, atau masing pihak yang bertikai untuk
konflik antar bangsa. (3). Teori konflik sulit mendifinisikan kembali kepentingan
melepaskan dari teori fungsional, karena pada mereka secara objektif atau kemampuan
dasarnya teori ini merupakan reaksi dari teori masing-masing pihak untuk menanggapi,
fungsional struktural. mengatur, dan mengontrol konflik itu.
Berangkat dari pemikiran itulah Jonathan Dalam kesembilan tahap tersebut, Turner
Turner lalu memusatkan perhatiannya pada merumuskan kembali proses terjadinya
konflik sebagai proses dari peristiwa- konflik dalam sebuah sistem sosial atau
peristiwa yang mengarah pada interaksi yang masyarakat. Pada akhirnya konflik yang
disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih. terbuka antara kelompok-kelompok yang
Ia memperjelas Sembilan tahap menuju bertikai sangat tergantung kepada
konflik terbuka, yaitu: kemampuan masing-masing pihak untuk
1. Sistem sosial terdiri dari unsur-unsur atau mendifinisikan kepentingan mereka secara
kelompok-kelompok yang saling objektif dan untuk menangani, mengatur, dan
berhubungan satu sama yang lain. mengontrol kelompok itu.3
2. Di dalam unit-unit atau kelompok- 2.2 Penyebab Terjadinya Konflik
kelompok itu terdapat ketidak seimbangan
pembagian kekuasaan atau sumber- Para sosiologi berpendapat bahwa akar dari
sumber penghasilan. timbulnya konflik yaitu adanya hubungan
3. Unit-unit atau kelompok yang tidak sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah
berkuasa atau tidak mendapat bagian dari perbuatan atas sumber-sumber kepemilikan,
sumber-sumber penghasilan mulai status sosial dan kekuasaan(power) yang
mempertanyakan legitimasi sistem jumlah ketersediaannya sangat terbatas
tersebut. dengan pembagian yang tidak merata di
4. Pertanyaan atas legitimasi itu membawa masyarakat. Ketidak merataan pembagian
mereka kepada kesadaran bahwa mereka asset-aset sosial di dalam masyarakat tersebut
harus mengubah sistem alokasi kekuasaan dianggap sebagai bentuk kepentingan.
atau sumber-sumber penghasilan itu demi Sementara pihak yang telah mendapat
kepentingan mereka. pembagian asset sosial tersebut berusaha
5. Kesadaran itu membuat mereka secara untuk mempertahankan atau menambahnya
emosional terpancing untuk marah. yang disebut status quo dan pihak yang
6. Kemarahan tersebut seringkali meledak berusaha mendapatkannya disebut status
begitu saja atas cara yang tidak need.
terorganisasi. Penyebab konflik dibagi menjadi dua, yaitu:
7. Keadaan yang demikian menyebabkan
1. Kemajemukan horizontal, yang artinya
mereka semakin tegang.
adalah struktur masyarakat yang majemuk
8. Ketegangan yang semakin hebat
secara kultural, seperti suku, agama, ras
menyebabkan mereka mencari jalan untuk
dan majemuk secara sosial dalam arti
mengorganisir diri guna melawan
perbedaan pekerjaan dan profesi.
kelompok yang berkuasa.
Kemajemukan horizontal kultur
9. Akhirnya konflik terbuka bisa terjadi
menimbulkan konflik yang masing-masing
antara kelompok yang berkuasa dan
kelompok yang tidak berkuasa. Tingkatan
3
kekerasan dalam konflik sangat Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi,
tergantung kepada kemampuan masing- Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011, 370-371

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 5


unsur kultur tersebut mempunyai biasanya muncul akibat adanya kebutuhan
karakteristik sendiri dan masing-masing untuk memecahkan masalah secara cepat.
penghayatan budaya tersebut ingin
mempertahankan karakteristik budaya 2. Delinkuensi Sistematik, para remaja yang
tersebut. Dalam masyarakat yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
strukturalnya seperti ini, jika belum ada organisasi tertentu atau geng. Di sini ada
konsensus nilai yang menjadi pegangan aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang
bersama, konflik yang terjadi dapat harus diikuti anggotanya, termasuk berkelahi.
menimbulkan perang saudara dan gerakan Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila
saparatisme. dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompoknya. Seperti yang kita ketahui
2.Kemajemukan vertikal, yang berarti struktur bahwa pada masa remaja seorang remaja akan
masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan cenderung membuat sebuah gengyang mana
kekayaan, pendidikan dan kekuasaan. dari pembentukan geng inilah para remaja
Kemajemukan vertikal dapat menimbulkan bebas melakukan apa saja tanpa adanya
konflik sosial karena ada sekelompok kecil peraturan-peraturan yang harus dipatuhi
masyarakat yang ingin kekayaan, karena ia berada dilingkup kelompok teman
pendidikan yang mapan, kekuasaan dan sebayanya
kewenangan yang besar, sementara
sebagian besar tidak atau kurang memiliki 2.4 Penyebab Terjadinya Tawuran
kekayaan, pendidikan rendah dan tidak
memiliki kekuasaan dan kewenangan. Kegemaran berkelahi secara massal diantara
Polarisasi masyarakat seperti ini merupakan anak-anak sekolah lanjutan disebabkan oleh
benih timbulnya konflik sosial. Singkat kata dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
distribusi sumber-sumber nilai di dalam Faktor internal atau faktor endogen
masyarakat yang pincang akan menjadi berlangsung lewat proses internalisasi diri
penyebab utama timbulnya konflik.4 yang keliru oleh anak-anak remaja dalam
menanggapi milieu di sekitarnya dan semua
2.3 Tawuran dan Perkelahian pengaruh dari luar. Tingkahlaku mereka itu
merupakan reaksi yang salah atau irrasional
Secara psikologis, perkelahian yang dari proses belajar, dalam bentuk ketidak
menyebabkan pelajar usia remaja mampuan mereka melakukan adaptasi
digolongkan sebagai salah satu bentuk terhadap lingkungan sekitar.Faktor eksternal
kenakalan remaja (juvenile deliquency). atau faktor eksogen dikenal pula sebagai
Kenakalan remaja dalam hal perkelahian, pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau
dapat digolongksn ke dalam dua jenis faktor sosiologis adalah semua perangsangan
deliquency yaitu: dan pengaruh luar yang menimbulkan
tingkahlaku tertentu pada anak-anak remaja
1. Delinquensi Situasional, perkelahian terjadi (tindakan kekerasan, kejahatan, perkelahian
karena adanya situasi yang mengharuskan missal dan seterusnya).
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu
1. Faktor Internal
4 Nella Regar, Konflik Lahan Antar Masyarakat dengan PT.
Inti Kamparindo Sejahtera (Studi Kasus Pada Lokasi Di a. Reaksi Frustasi Negatif
Desa Danau Lancang Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten
Kampar), Universitas Riau, 2016

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 6


dimasukkan ke dalam cara adaptasi yang a. Faktor Keluarga
salah terhadap tuntutan zaman modern
yang serba kompleks sekarang ini ialah: Keluarga adalah lembaga pertama dan
semua pola kebiasaandan tingkahlaku utama dalam melaksanakan proses sosialisasi
patologis, sebagai akibat dari pemasakan dan sivilisasi pribadi anak. Ditengah keluarga
konflik-konflik bathin sendiri secara salah, anak belajar mengenal makna cinta-kasih,
yang menimbulkan mekanisme simpati, loyalitas, ideologi, bimbingan dan
reaktif/respon yang keliru atau tidak cocok. pendidikan. Keluarga memberikan pengaruh
menentukan pada pembentukan watak dan
b. Gangguan Pengamatan dan Tanggapan kepribadian anak; dan menjadi unit sosial
Pada Anak-anak Remaja terkecil yang memberikan fondasi primer bagi
perkembangan anak. Baik buruknya struktur
Adanya kedua gangguan tersebut sangat keluarga memberikan dampak baik atau
mengganggu daya adaptasi dan buruknya perkembangan jiwa dan jasmani
perkembangan pribadi anak yang sehat. anak.
Gangguan pengamatan dan tanggapan itu
antara lain berupa: ilusi, halusinasi, dan b.Lingkungan Sekolah yang tidak
gambaran semu (waanvoorstelling). Menguntungkan
Kondisi buruk ini antar lain berupa
c. Gangguan Berpikir dan Intelegensi Pada bangunan sekolah yang tidak memenuhi
Diri Remaja persyaratan, tanpa halaman bermain yang
cukup luas, tanpa ruang olahraga, minimnya
Berpikir mutlak perlu bagi kemampuan fasilitas ruang belajar, jumlah murid satu
orientasi yang sehat dan adaptasi wajar kelas yang terlalu banyak dan padat,
terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga ventilasi dan sanitasi yang buruk, dan
penting bagi upaya memecahkan kesulitan sebagainya.
dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap
remaja tidak mampu mengoreksi pikiran- hari anak-anak harus melakukan kegiatan
pikirannya yang salah dan tidak sesuai dengan yang tertekan, duduk, dan pasif
realita yang ada, maka pikirannya terganggu; mendengarkan, sehingga mereka menjadi
ia kemudian dihinggapi bayangan semu yang jemu, jengkel dan apatis. Minat belajar anak
palsu. Lalu pola reaktifnya juga menjadi remaja menjadi menurun; sebaliknya
menyimpang dan tidak normal lagi. mereka menjadi lebih tertarik pada hal-hal
nonpersekolahan, misalnya: masalah seks,
d. Gangguan Perasaan/Emosional Pada hidup santai, minum minuman keras,
Anak-anak Remaja mengisap ganja dan bahan narkotik lainnya,
suka bolos sekolah, lebih suka berkeliaran
Perasaan bergandengan dengan pemuasan
dijalan raya, dan melakukan perkelahian
terhadap harapan, keinginan, dan kebutuhan
untuk menggugah “gairah hidup”.
manusia. Jika semua tadi terpuaskan, orang
c. Faktor Milieu
merasa senang dan bahagia, sebaliknya jika
Milieu atau lingkungan sekitar tidak selalu
keinginan dan kebutuhannya tidak terpenuhi,
baik dan menguntungkan bagi pendidikan
ia mengalami kekecewaan dan banyak
dan perkembangan anak. Lingkungan
frustasi.
adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta
2. FAKTOR EKSTERNAL anak-anak muda kriminal dan anti sosial,

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 7


yang bisa merangsang timbulnya reaksi yang terlibat konflik di SMA N 1 Keritang
emosional buruk pada anak-anak puber dan Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri
odolenses yang masih labil jiwanya. Dengan Hilir.
begitu anak-anak remaja ini mudah
terjangkit oleh pola kriminal, asusila, dan 3.3 Teknik Pengumpulan Data
anti sosial.5 Untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian ini maka penulis
Sutherland memperkenalkan differential menggunakan teknik sebagai berikut:
association theory dalam buku teksnya 1. Observasi
Principles of Criminology pada tahun 1939.
Pada saat itu sarjana telah membaca, menguji, Penulis melakukan pengamatan langsung ke
melakukan pengujian ulang, dan terkadang lapangan untuk mengetahui upaya sekolah
mengkritik teori ini, yang diklaim dapat dalam mengatasi konflik antar siswa di SMA
menjelaskan perkembangan semua N 1 Keritang kecamatan Keritang kabupaten
tingkahlaku kriminal. Indragiri Hilir.
3. METODE PENELITIAN
2. Wawancara
Jenis penelitian yang digunakan penulis disini Teknik pengumpulan data atau wawancara
adalah penelitian yang bersifat kualitatif, adalah pengumpulan data dengan
karena sifatnya adalah berbentuk kasus. menggunakan wawancara non struktur
Metode penelitian kualitatif adalah jenis sehingga lebih terbuka bagi penulis untuk
penelitian yang temuan-temuannya tidak di berdialog atau Tanya jawab langsung.
peroleh melalui prosedur kuantitatif, Wawancara ini dilakukan dengan beberapa
perhitungan statistik atau bentuk cara-cara narasumber yang dianggap penting dalam
lainnya yang menggunakan ukuran angka. masalah yang dikaji ole penulis.
Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan
dengan aspek kualitatif, nilai atau makna yang 3.4 Jenis Data
terdapat di balik fakta. Kualitas, nilai atau 1. Data Primer
fakta dapat diungkapkan dan dijelaskan Data primer adalah data yang didapatkan
melalui linguistik atau bahasa metode ini juga dari wawancara langsung atau sumber
menekankan pada metode observasi di pertama berupa informasi-informasi yang
lapangan. belum diolah yang merupakan hasil
wawancara dengan kepala sekolah dan
3.1 Lokasi Penelitian guru-guru di SMA N 1 Keritang
Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri
SMA NEGERI 1 KERITANG tepatnya di Hilir.
Desa Kotabaru Kecamatan Keritang 2. Data Sekunder
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Data sekunder merupakan data pendukung
hasil penelitian sesuai dengan tujuan
3.2 Subjek Penelitian penelitian, dan data-data ini meliputi:
Subjek dalam penelitian ini adalah letak dan keadaan geografis lokasi
kepala sekolah beserta guru-guru dan siswa penelitian, data jumlah siswa SMA N 1
Keritang Kecamatan Keritang Kabupaten
5
Indragiri Hiliir, data jumlah guru SMA N
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja,
Jakarta: Rajawali Pers, 2014, 109-126 1 Keritang Kecamatan Keritang

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 8


Kabupaten Indragiri Hilir, dan data-data
penting lainnya. 4.1.1 Intensitas Tawuran Siswa di SMA
Negeri 1 Keritang
3.5 Analisis Data Diketahui bahwa intensitas tawuran antar
siswa di SMA Negeri 1 Keritang sudah mulai
Analisis data yang digunakan dalam menurun. Namun saat ini masih dijumpai
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari siswa-siswa SMAN 1 Keritang yang
hasil observasi dan hasil wawancara melakukan kumpul-kumpul, baik itu di
langsung. Di mana data ini selanjutnya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
analisis dengan kasus yaitu penggambaran, Tawuran di SMAN 1 Keritang sudah mulai
penjelasan dan penguraian secara mendalam berkurang, tetapi masih ada siswa yang suka
dan sistematis dalam bentuk kalimat tentang kumpul-kumpul pada saat pulang sekolah
keadaan yang sebenarnya. yang menyebabkan terjadinya tawuran. Saat
kumpul-kumpul anggota gang tersebut tidak
4.Hasil Penelitian
hanya membahas masalah tawuran, tapi juga
4.1 Fenomena Tawuran di SMA Negeri 1 mencakup kehidupan solidaritas siswa di
Keritang sekolah seperti isu-isu yang terjadi di sekolah,
Sejak awal berdirinya SMAN 1 Keritang gosip-gosip antar siswa, namun ada juga
merupakan sekolah menengah atas yang perencanaan liburan atau touring
berorientasi pada pengembangan mutu menggunakan sepeda motor. Pada saat sedang
pendidikan dan didasari pada pengembangan kumpul-kumpul mereka melihat sesuatu yang
kemampuan agama yang menjadikan siswa tidak mengenakkan dari suku lain seperti
beriman dan bertaqwa. Namun dalam mengegas Honda di depan mereka maka
pelaksanaannya SMAN 1 Keritang masih mereka akan langsung mendatangi orang
terlibat kasus tawuran antar siswa. Tawuran tersebut dan terjadilah perkelahian. Pihak
sering dilakukan oleh siswa karena pada masa yang di datangi tersebut merasa tidak senang
tersebut siswa sedang berada pada masa dan kemudian memberitahukan kepada
remaja sehingga berharap mendapat teman-temannya yang lain, maka di situlah
pengakuan dan harga diri. Permasalahan terjadi tawuran. Dan ini merupakan salah satu
tersebut tentunya harus segera mendapat penyebab terjadinya tawuran antar siswa di
solusi agar tidak menjadi kebiasaan wajar SMAN 1 Keritang Kabupaten Indragiri Hilir.
bagi seluruh siswa SMAN 1 Keritang
Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri 4.1.2 Yang Terlibat dalam Tawuran
Hilir. Antar Siswa di SMA Negeri 1
Hal yang lebih memprihatinkan kini siswa- Keritang
siswa SMAN 1 Keritang masih ada yang
melakukan perkumpulan baik itu di Saat ini SMAN 1 Keritang Kabupaten
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah Indragiri Hilir masih terjadi tawuran antar
yang mana dari perkumpulan tersebut yang siswa, namun dalam skala yang tidak sering.
nantinya akan dapat menimbulkan tawuran. Berbicara mengenai tawuran disini,
Tentunya perkumpulan tersebut ditentang sebenarnya bukan tawuran antar SMAN 1
oleh pihak sekolah sehingga pihak sekolah Keritang dengan sekolah lain, melainkan
senantiasa berupaya agar berbagai perbuatan tawuran antar siswa di sekolah itu sendiri.
hal negatif tidak semakin meluas dikalangan siswa yang terlibat dalam tawuran di SMAN 1
siswa. Keritang adalah siswa-siswa yang mempunyai

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 9


permasalahan diantara mereka, tawuran tidak “Waktu itu ada siswa yang
berdasarkan antara junior dan senior dengan mengganggu pacar teman saya
kata lain tidak berdasarkan kelas. Siswa yang kak, sebagai teman saya tidak
terlibat bisa dari kelas mana saja Tergantung terima jadi saya dan teman saya
permasalahan yang mereka hadapi. Dari mendatangi siswa tersebut,
permasalahan tersebut bagi siswa lain yang awalnya kami datang baik-baik
merasa harus membela temannya maka tapi siswa itu memandang seperti
mereka juga ikut terlibat di dalam tawuran menantang kami jadi saya emosi
tersebut. Namun dari penjelasan dari beberapa dan saya langsung memukulnya.
guru di SMAN 1 Keritang bahwa siswa-siswa Wawancara dengan Zakaria,
yang terlibat dalam tawuran adalah siswa dari pada tanggal 01 Februari 2018,
suku Melayu dan Suku Bugis, yang mana pukul 13:46 WIB.”
apabila salah satu dari mereka mengalami
masalah perkelahian maka yang lain juga ikut 4.1.4 Kebijakan Sekolah dalam Mengatasi
terlibat karena kesetiakawanan itu. Yang Tawuran Antar Siswa di SMAN 1
terlibat dalam kasus tawuran di SMAN 1 Keritang Kabupaten Indragiri Hilir
Keritang tidak berdasarkan kelas dan yang Dalam rangka mengurangi intensitas
terlibat adalah siswa dari suku Melayu dan tawuran antar siswa di SMAN 1 Keritang,
suku Bugis. sekolah telah membuat Tata Tertib Sekolah
berisi tentang larangan, perintah dan poin
4.1.3 Faktor Penyebab Terjadinya sanksi terhadap setiap pelanggaran siswa.
Tawuran Antar Siswa di SMAN 1 Sekolah sekarang sudah berusaha
Keritang menegakkan tata tertib sekolah demi
terciptanya suasana sekolah yang aman dan
Kegemaran berkelahi secara massal diantara nyaman. Pihak sekolah selalu memberikan
anak-anak sekolah lanjutan disebabkan oleh sanksi yang sifatnya mendidik kepada siswa
dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. yang melakukan pelanggaran tata tertib
Faktor internal atau faktor endogen khususnya tawuran pelajar dengan
berlangsung lewat proses internalisasi diri memberikan efek jera. Sebagai seorang
yang keliru oleh anak-anak remaja dalam pendidik tentunya tata tertib bukanlah suatu
menanggapi milieu di sekitarnya dan semua hal yang bersifat mutlak, sehingga tetap harus
pengaruh dari luar. Tingkahlaku mereka itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
merupakan reaksi yang salah atau irrasional terjadi di sekolah. Sekolah membuat beberapa
dari proses belajar, dalam bentuk ketidak program dan tahap-tahap dalam mengurangi
mampuan mereka melakukan adaptasi tingkat tawuran antar siswa yang ada di
terhadap lingkungan sekitar. SMAN 1 Keritang.
Faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal Pihak sekolah sudah berupaya sebaik
pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor mungkin untuk mengatasi tawuran antar siswa
sosial atau faktor sosiologis adalah semua di SMAN 1 keritang dengan membuat
perangsangan dan pengaruh luar yang beberapa program agar siswa-siswa bisa
menimbulkan tingkahlaku tertentu pada anak- terhindar dari berbagai macam masalah yang
anak remaja (tindakan kekerasan, kejahatan. menyebabkan terjadinya tawuran antar siswa
Berikut rangkuman dari beberapa jawaban di sekolah itu.
dari setiap subjek mengenai faktor penyebab Kebijakan yang di buat SMAN 1 Keritang
terjadinya tawuran di SMAN 1 Keritang: dengan didasarkan kepada peraturan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 10


pemerintah. Namun secara khusus, kebijakan sekolah masih banyak siswa-siswa-siswa
tersebut ditentukan atas kesepakatan bersama yang nongkrong-nongkrong di depan
berdasarkan aspirasi seluruh warga sekolah sekolah. Karena efek nongkrong-
dengan memperhatikan kondisi yang ada. nongkrong ini siswa jadi bergerombol, hal
Berdasarkan hasil perumusan tersebut, adapun tersebut merupakan salah satu faktor
kebijakan tertulis dan non-tertulis yang telah penyebab terjadinya tawuran antar siswa
ditetapkan oleh SMA N 1 Keritang dalam di SMAN 1 Keritang. Sekolah membuat
rangka mengatasi tawuran antar siswa di kebijakan pembentukan ekstrakurikuler
SMAN 1 Keritang adalah sebagai berikut: agar anak bisa teralihkan pikirannya untuk
1. Pembuatan tata tertib dan tata krama kumpul-kumpul yang mengakibatkan
kehidupan sosial di sekolah tawuran, dengan begitu anak-anak merasa
SMAN 1 Keritang juga membuat tata lelah dan langsung pulang kerumah
tertib dan tata krama yang mengatur setelah ekstrakurikuler berakhir. Kegiatan
kehidupan di sekolah. Tujuannya sebagai ekstrakurikuler biasanya dilaksanakan
kontrol bagi siswa dalam mengikuti dengan adanya guru pendamping agar
kegiatan belajar mengajar di sekolah. seluruh kegiatan dapat terpantau dan
Adapun isi dari tata tertib sekolah bagi terlaksana dengan baik.
siswa SMAN 1 Keritang adalah mengatur 4. Pengembangan agama dan spiritual
tentang kewajiban siswa, larangan siswa, Sesuai dengan visi misi sekolah yang
dan pemandu sanksi. Selain itu, dalam mengembangkan siswa untuk menjadikan
pedoman tata tertib tersebut juga diatur siswa yang beriman dan berakhlak maka
pedoman penilaian poin terhadap siswa, penegakan tata tertib sekolah juga
klasifikasi dan bobot pelanggaran dan didukung dengan pelaksanaan program
jenis sanksi yang akan diberikan kepada kerohanian untuk mengembangkan aspek
siswa. spiritual dan kerohanian. Pengembangan
2. Pihak-pihak yang terkait/berperan dalam aspek tersebut dilaksanakan melalui
mengatasi masalah tawuran antar siswa program pendidikan agama islam,
SMAN 1 Keritang berkerjasama pengajian kelas, dan membaca yasin
dengan pihak-pihak terkait dalam setiap hari jum’at .
mengatasi masalah tawuran antar siswa 5. Adanya sanksi yang sifatnya mendidik
diantaranya adalah orangtua wali murid namun tegas
dan pihak berwajib/kepolisian. Hal ini Sekolah memberI sanksi kepada peserta
dilakukan karena dalam rangka didik sesuai dengan pelanggaran yang
penegakkan tata tertib sekolah diperlukan dilakukan oleh siswa . pada dasarnya
kerjasama dari berbagai pihak. Sekolah pemberian sanksi tersebut dilakukan
tidak akan berjalan dengan baik apabila dengan tujuan pemberian efek jera kepada
tidak ada kerja sama antar pihak internal siswa.
dan eksternal sekolah. 4.1.5 Implementasi Kebijakan Sekolah
3. Pelaksanaan ekstrakurikuler di luar jam Mengatasi Masalah Tawuran di
pelajaaran sekolah SMAN 1 Keritang Kecamatan
Pelaksanaan ekstrakurikuler di luar jam Keritang Kabupaten Indragiri Hilir
sekolah di tetapkan dengan tujuan untuk
mengurangi resiko terjadinya tawuran Aksi tawuran di SMAN 1 Keritang sudah
antar siswa. Sebelum kegiatan terjadi cukup lama , oleh karena itu seluruh
ekstrakurikuler dibentuk, setiap pulang warga sekolah bekerjasama dalam rangka

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 11


menegakkan peraturan sekolah. Selain itu menegakkan tata tertib sekolah sesuai dengan
dalam rangka mengatasi tawuran antar siswa fungsi dan tugasnya masing-masing.
maka pihak sekolah juga melibatkan pihak- 4.1.6 Kendala yang Dihadapi Sekolah
pihak yang berwenang dan orangtua murid dalam Upaya Mengatasi Tawuran Di
agar indikasi terjadinya tawuran antar siswa SMAN 1 Keritang Kabupaten
dapat dikurangi. Tentunya kondisi ini Indragiri Hilir
memerlukan tindakan tegas dari sekolah agar
memberikan efek jera agar tidak terulang lagi Sekolah dalam mengimplementasikan
perbuatan tersebut. Dalam rangka kebijakan tentu saja masih menemui hal yang
menciptakan suatu tindakan yang tepat guna menghambat proses pelaksanaan kebijakan.
maka seluruh kebijakan di SMAN 1 Keritang Kendala tersebut harus segera mendapatkan
Kabupaten Indragiri Hilir dirumuskan solusi kalau tidak maka akan menjadi
berdasarkan pada kebutuhan dan kondisi di penghambat bagi pihak sekolah dalam
sekolah. Agar sesuai tepat guna dan sasaran, mewujudkan visi misi sekolah. Adapun faktor
sekolah melibatkan seluruh warga sekolah yang menjadi kendala bagi sekolah dalam
antara lain: kepala sekolah beserta wakil- upaya mengatasi tawuran antar siswa di
wakilnya, komite sekolah, guru dan sekolah bahwa masih ada orangtua wali murid
karyawan, orangtua wali, dan perwakilan yang kurang memperhatikan anaknya
siswa. Pada awalnya perumusan kebijakan sehingga dia sendiri tidak mengetahui
sekolah dalam rangka mengatasi kasus perkembangan dari anaknya, dan itu membuat
tawuran antar siswa di SMAN 1 Keritang anak merasa tidak diperhatikan sehingga anak
hanya diwakilkan oleh pihak-pihak yang memberontak dan muncul sikap ingin diakui
berwenang namun kini kebijakan akan dibuat khusunya dilingkungan sekolah karena di
dengan melibatkan peran pihak-pihak yang rumah dia tidak mendapatkan perhatian dari
terkait dengan permasalahan yang hendak orangtuanya sendiri.
ditangani. Kebijakan dan program sekolah Faktor lain yang menjadi kendala bagi
dalam rangka mengatasi tawuran antar siswa sekolah dalam upaya mengatasi tawuran di
sudah berjalan sesuai dengan harapan SMAN 1 Keritang selain kurangnya perhatian
sekolah, meskipun saat ini masih terjadi dari orangtua murid penyebab lainnya yaitu
perkelahian tapi hanya dalam skala kecil tidak masih ada dari orangtua murid yang sulit
seperti tahun-tahun sebelumnya tawuran yang untuk diajak kompromi dan kerjasama dalam
terjadi dalam skala besar dan harus menyelesaikan pertikaian antar siswa
melibatkan pihak kepolisian dan sampai sehingga permasalahannya sulit untuk
membuat beberapa siswa harus ditahan diselesaikan. Orangtua wali murid ada yang
selama seminggu di kantor polisi untuk tidak mau diajak berdamai dengan alasan
menimbulkan efek jera bagi siswa-siswa yang sudah merasa dirugikan karena anaknya
terlibat agar tidak melakukan tindakan dipukul oleh siswa lain dan meminta ganti
tawuran lagi. Kurangnya tingkat tawuran rugi atas apa yang dialami anaknya. Hal
antar siswa di SMAN 1 Keritang tersebut tersebut menjadi kendala bagi pihak sekolah
terjadi karena seluruh pihak sekolah sudah dalam mengatasi tawuran antar siswa di
turut aktif berperan dan terlibat dalam rangka sekolah, karena untuk menyelesaikannya
mengatasi masalah tawuran antar siswa di harus ada kerjasama antara pihak-pihak yang
SMAN 1 Keritang. Seluruh guru, staf, dan bertikai dan juga pihak sekolah.
orangtua siswa bekerja sama untuk 5. Kesimpulan dan Saran
A. kesimpulan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 12


pelajaran Pendidikan Agama Islam setiap
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan minggunya tentang akhlak dan kehidupan
yang telah penulis lakukan maka dapat ditarik yang lebih baik, serta pembentukan
kesimpulan sebagai berikut: ekstrakurikuler agar siswa tidak mengarah
1. Fenomena tawuran di SMAN 1 kepada tindakan yang menyebabkan
Keritang tawuran.
Saat ini SMAN 1 Keritang masih terlibat 3. Implementasi Kebijakan Sekolah
kasus tawuran antar siswa. Tawuran dalam mengatasi tawuran antar siswa
tersebut terjadi bukan antara siswa SMAN di SMAN 1 Keritang Kabupaten
1 Keritang dengan Sekolah lain, tetapi Indragiri Hilir
tawuran itu terjadi antar siswa di SMAN 1
Keritang itu sendiri. Hal yang lebih Pada tahapan ini, implementasi
memprihatinkan kini siswa-siswa SMAN kebijakan sekolah sudah berjalan namun
1 Keritang masih ada yang melakukan upaya sekolah dalam mengatasi tawuran
perkumpulan baik itu di lingkungan antar siswa di SMAN 1 Keritang masih
sekolah maupun di luar sekolah yang belum optimal. Masih terjadi tawuran di
mana dari perkumpulan tersebut yang sekolah tersebut tapi dalam skala kecil
nantinya akan dapat menimbulkan tidak seperti dulu. Hal ini terjadi karena
tawuran. Tentunya perkumpulan tersebut masih ada siswa yang tidak disiplin dan
ditentang oleh pihak sekolah sehingga tidak mematuhi peraturan sekolah, serta
pihak sekolah senantiasa berupaya agar orangtua yang kurang mempedulikan
berbagai perbuatan hal negatif tidak anaknya.
semakin meluas dikalangan siswa.
4. Kendala yang dihadapi sekolah dalam
2. Upaya/kebijakan sekolah dalam upaya mengatasi tawuran antar siswa
mengatasi tawuran antar siswa di di SMAN 1 Keritang
SMAN 1 Keritang Faktor penghambat dalam proses
Kebijakan sekolah tentang larangan, poin implementasi kebijakan sekolah
dan sanksi terhadap siswa terdapat dibuku diantaranya adalah: perhatian orangtua
tata tertib sekolah yang dibagikan dan yang kurang terhadap anaknya, kesadaran
disosialisasikan pada saat siswa baru orangtua siswa dan siswa yang masih
masuk sekolah. SMAN 1 Keritang juga kurang dalam proses penegakkan
merumuskan beberapa kebijakan sekolah kebijakan sekolah dan sekolah kesulitan
diantaranya: pembuatan kegiatan dalam mencari aktor dari permasalahan
ekstrakurikuler, pembuatan tata tertib dan tawuran itu, dan ada beberapa orangtua
tata krama kehidupan sosial di sekolah yang kurang tahu permasalahan anak di
yang berusaha mengontrol siswa dengan sekolah karena siswa yang tertutup
membuat skala poin, memberikan sanksi terhadap orangtua.
yang tegas tapi mendidik, mengembalikan B. Saran
siswa kepada orangtua apabila sudah berdasarkan pada kesimpulan di atas maka
melewati poin yang telah ditetapkan dan diajukan beberapa saran sebagai berikut:
siswa tersebut sudah tidak bisa dibina. 1. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten
Adanya pendidikan agama dan spiritual Indragiri Hilir
seperti membaca yasin pada hari Jum’at Perlu adanya tim khusus untuk
dan mengajarkan ilmu agama pada mata menangani masalah tawuran antar siswa

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 13


tidak hanya diserahkan kepada yang Sebagai seorang pelajar sudah
berwajib/pihak kepolisian, dan juga seharusnya mematuhi segala peraturan
perlu adanya pelatihan ataupun tata tertib sekolah, tidak berbuat sesuatu
sosialisasi dari Dinas Pendidikan yang merugikan diri dan orang lain.
mengenai isu-isu dalam penanganan Sebagai seorang yang berpendidikan
masalah tawuran antar pelajar, sehingga harus mampu menunjukkan sikap baik,
pemahaman tentang tawuran antar siswa jangan sampai melakukan perbuatan
semakin meningkat dan mampu yang menyimpang. Tugas seorang siswa
memberikan tindakan yang sesuai. adalah belajar dengan sungguh-sungguh
2. Bagi sekolah demi memajukan Negara Indonesia ini.
a. Sekolah harus menambahkan peran
masyarakat dan aparat keamanan DAFTAR PUSTAKA
yang saling bekerjasama dalam
memberantas permasalahan tawuran Ardiyan, Irfan. 2014. Implementasi
antar siswa. Manajemen Konflik di SMK Al-
b. Mengadakan pertemuan dengan Hasra Bojongari Depok. Jakarta:
orangtua wali murid dan menjalin Universitas Islam Negeri Syarif
komunikasi agar orangtua tahu Hidayatullah
keadaan anaknya di sekolah. Bambang, Saptono. 2007. Sosiologi SMA Jilid
c. Meningkatkatkan penanaman 2. Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama
kepedulian serta kasih saying antar Fuad, Anis & Sapto. 2014. Panduan Praktis
sesama Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
d. Sekolah harus bersosialisasi Graha Ilmu
mengenai Bhineka Tunggal Ika yang Haryanto, Dany & Nugrohadi Edwi. 2011.
selama ini menjadi slogan bagi Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta:
rakyat Indonesia agar siswa PT Prestasi Pustaka Raya
menerima segala perbedaan yang Haryanto, Sindung. 2016. Spektrum Teori
ada sebagai kekuatan bangsa ini. Sosiologi dari Klasik Hingga Post
e. Perlunya komunikasi yang intensif Modern. Jakarta: Arr-Ruzz Media.
dan berkala antar sekolah dan Hidayati, Deni. Dkk. 2005. Manajemen
orangtua sehingga dapat berdiskusi Konflik. Jakarta: Piramida
untuk mencari solusi terkait Publishing
permasalahan siswa di sekolah. Idianto. 2004. Sosiologi. Jakarta: Erlangga
3. Bagi orangtua Tangerang
Sudah kewajiban orangtua untuk Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial2:
memperhatikan anak nya maka tindakan Kenakalan Remaja. Jakarta:
yang seharusnya dilakukan orangtua Rajawali Pers
adalah dengan berbicara kepada anak serta Kurniyati, Nurul. 2016. Bimbingan dan
menanyakan segala sesuatu yang terjadi di Konselimg dalam Menangani
sekolah agar orangtua tahu permasalahan Konflik Interpersonal Siswa di MTS
yang dihadapi anaknya. Orangtua juga Negeri Maguwoharjo, Depok,
tidak boleh membela anak jika anak Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta:
berbuat salah, karena itu hanya akan Universitas Islam Negeri Sunan
membuat anak semakin berperilaku buruk. Kalijaga
4. Bagi Siswa

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 14


Lawang, Robert.M.Z. 1994. Teori Sosiologi Ratnawati. 2005. Pengaruh Konflik Terhadap
Klasik dan Modern (terjemahan). Kinerja Kepala Sekolah Di SMP
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Negeri Sorek Satu Kecamatan
Liliweri, Alo M.S. 2005. Prasangka dan Pangkalan Kuras. Pekanbaru: UIN
Konflik. Yogyakarta: PT. LKIS SUSKA RIAU
Printing Cemerlang Ritzer, Georgi & Douglas J. Goodman. 2010.
Miall, Hugh. & Olivar Ramsbotham. 2000. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Resolusi Damai Konflik Kencana Prenada Media Grup
Kontemporer. Jakarta: PT Raja Rosyada, Amrina. 2009. Konflik Sosial di
Grafindo Persada Pulau Padang Kecamatan Merbau
M.Setiadi, Elly & Usman Kolip. 2011. Kabupaten Kepulauan Meranti.
Pengantar Sosiologi. Jakarta: Skripsi. Sosiologi Fisip Universitas
Kencana Prenada Media Grup Riau
Muhaimin. 2006. Dampak Konflik Terhadap Santoso, Topo & Eva. 2007. Kriminologi.
Prestasi Mengajar Guru Di SMP Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Negeri 1 Reteh Kelurahan Pulau Simmel, George. 1956. Fungsionalisme dan
Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Teori Konflik dalam Perkembangan
Indragiri Hilir. Pekanbaru: UIN Sosiologi. Jakarta: Sinar Grafika
SUSKA RIAU Soekanto, Soerjono dan Ratih. 1988.
Muin, Idianto. 2006. Sosilogi jilid 2. Jakarta: Fungsionalisme dan Teori Konflik
Penerbit Erlangga dalam Perkembangan Sosiologi.
Nasrullah, Nazsir. 2008. Teori-teori Sosilogi. Jakarta: Sinar Grafika
Bandung: Widya Padjajaran Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik dan
Paul, Doyle. 1990. Teori Sosilogi Klasik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer.
Modern. Jakarta: Gramedia. Jakarta: Kencana
Pruitt DG, Rubin JZ. 2001. Teori Konflik Yayat Hayati Jatmiko. 2002. Prilaku
Sosial, Alih Bahasa Soetjipto HP Organisasi. Bandung: ALFABET
dan Soetjipto SM. Jakarta: pustaka http://sosilogismanics.blogspot.co.id/p/konflik-
pelajar sosial-konflik-yang-terjadi.html?m=1.
Rauf, Maswadi. 2000. Konsensus dan Konflik Diakses pada tanggal 20 april 2017.
Politik. Jakarta: Departemen http://boedioetomo145.blogspot.co.id/2014/01
Pendidikan Nasional /pengertian-tawuran.html?m=1 diakses pada
Regar, Nella. 2016. Konflik Lahan Antar tanggal 27 Desember 2017
Masyarakat Dengan PT.Inti
Kamparindo Sejahtera (Studi Kasus http//tekpendkita.blogspot.co.id/2016/01/sosio
Pada Lokasi Di Desa Danau logi-pendidikan.html?m=1 diakses pada 27
Lancang Kecamatan Tapung Hulu Desember 2017
Kabupaten Kampar). Pekanbaru:
Universitas Riau

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 15

Anda mungkin juga menyukai