Anda di halaman 1dari 12

PERKELAHIAN ANTAR SISWA DITINJAU DARI SISI

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkelahian antar siswa di Indonesia saat ini sudah sangat memprihatinkan.
Karena banyaknya terjadi peristiwa peristiwa perkelahian antar siswa baik siswa
tingkat SLA maupun tingkat SLP baik di kota besar maupun di kota kota kecil .
Perkelahian antar siswa itu sudah menjadi hal yang biasa dilihat bagi masyarakat.
Banyaknya perkelahian antar siswa yang terjadi di kota kota besar di
Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku
siswa yang anarkis berasal dari banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor
internal ataupun eksternal.
Perilaku

perkelahian siswa bukan hanya mengakibatkan kerugian harta

benda atau korban cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain. Di mata
mereka nyawa tidak ada harganya, bahkan mereka merasa bangga jika berhasil
membunuh siswa sekolah lain yang mereka anggap musuh mereka.
Oleh karena itu harus menjadi perhatian bersama untuk mencari solusi agar
perkelahian antar siswa tersebut dapat berkurang atau ditiadakan sama sekali.
B. Maksud dan Tujuan
Penulisan

ini

bermaksud

memberikan

gambaran

tentang

bahayanya

perkelahian antar siswa yang terjadi saat ini dan bertujuan agar para siswa
menyadari bahwa tindakan perkelahian adalah tindakan yang sangat tidak pantas
dilakukan oleh seorang siswa.
Memajukan bangsa kita agar lebih baik dari bangsa lain dengan cara
mencetak prestasi prestasi yang membanggakan. Mengahapus tindakan
kekerasan pada jiwa seseorang yang menimbulkan dampak negatif untuk orang lain
ataupun dirinya sendiri.

Diharapkan supaya kita semua saling bekerjasama untuk meningkatkan


kualitas pendidikan bangsa Indonesia, merubah sistem pendidikan yang lebih baik
agar siswa siswi merasa nyaman belajar di sekolah.
Sehingga para siswa setiap harinya selalu bersemangat untuk menimba ilmu
pengetahuan di sekolahnya masing masing dan orang tua tidak khawatir melepas
anak anaknya pergi kesekolah.
C. Sasaran
1. Siwa
Para siswa harus memahami bahwa masa depan mereka yang cerah ada di
tangan siswa

sendiri. Bila siswa ingin menjadi orang yang sukses, harus selalu

berbuat baik dan selalu berpikir positif.


2. Orang tua
Para siswa yang sering melakukan tindakan perkelahian biasanya karena
siswa yang sering menghadapi konflik di keluarganya. Seperti, kurang perhatian dari
kedua orang tuanya, sikap orang tua yang selalu menyelesaikan masalah dengan
tindakan kekerasan menyebabkan pola pikir anak menjadi tidak baik. Sehingga anak
melampiaskannya kepada orang lain dan selalu menyelesaikan masalah dengan
emosi atau tindakan yang kasar.
3. Kepolisian.
Kepolisian harus selalu mengawasi disetiap sekolah yang rawan terjadi
perkelahian , sehingga tidak sampai terjadi jatuh korban terlebih dahulu baru polisi
datang menyelesaikan kasus perkelahian tersebut.
4. Pemerintah
Pemerintah seharusnya memberikan ketegasan dalam masalah hukum untuk
para siswa yang

melakukan tindakan perkelahian. Memberikan hukuman yang

sesuai dengan apa yang sudah mereka lakukan supaya merasa jera dan tidak
melakukan perbuatan yang sama di kemudian hari..
5. Guru atau Pihak Sekolah
Pihak sekolah beserta guru guru harus memberikan tekhnik pengajaran
yang kreatif, yang membuat siswa merasa nyaman di lingkungan sekolah.
2

Menghapus tindakan kekerasan guru terhadap murid yang terjadi di sekolah. Selalu
memberikan reward ( penghargaan ) untuk siswa siswi yang berprestasi.
Mengadakan kegiatan yang lebih bermanfaat di waktu senggang setelah selesai jam
pelajaran disekolah .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perkelahian Siswa
Perkelahian siswa

merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak

kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok siswa.


Di Indonesia sendiri

perkelahian

telah menjadi kebiasaan, atau bahkan

budaya. Prilaku menyimpang ini biasanya diakibatkan oleh masalah sepele atau bisa
saja

disebabkan

oleh

hal-hal

serius

yang

menjurus

pada

tindakan

bentrokan. Perkelahian sering terjadi dikalangan, siswa , mahasiswa dan warga


mayarakat. Maka tak heran jika kita sering menjumpai aksi perkelahian masal ini
sering terjadi di jalan jalan , khususnya diwilayah ibukota.
A. Faktor Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Perkelahian antar siswa.
1. Faktor Internal
Ketidakmampuan

dalam beradaptasi

dengan

lingkungan sosial

yang

kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama pada remaja yang
mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri dan tujuan hidup.
Kekomplekan seperti keberagaman budaya, kemampuan ekonomi dan pandangan
tidak bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat kekerasan.
Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang lain dan
memilih cara jalan pintas / instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa
frustasi semakin mengendalikan emosi

yang labil. Ketidakpekaan terhadap

perasaan sesamanya mengakibatkan siswa tega menganiaya hingga membunuh


sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka sendiri butuh pengakuan dari orang
lain.
2. Faktor Keluarga
Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga
akan berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung, remaja akan
meniru pola yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang terlalu dilindungi
orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat bergabung dalam kelompok
sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri secara total tanpa memiliki
kepribadian dan prinsip yang kuat.

Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan kelompok


sosial yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya tawuran antar siswa.
3. Faktor Sekolah
Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindakan belajar
mengajar yang monoton, tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif, terlalu
mengekang dan otoriter juga menjadi pengaruh. Sebagian besar hidup remaja juga
dihabiskan di sekolah, tempat ia belajar sekaligus mengekspresikan dirinya. Tak
heran jika sekolah sering disebut sebagai rumah kedua.
Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar sekolah.
Guru sekolah dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum siswanya
ketimbang mendidik dalam arti yang sebenarnya.
4. Faktor Lingkungan
Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja. Lingkungan ini
jugamembicarakan sekolah, media televisi, media cetak dan ketidak puasan atas
negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor lingkungan, media-media dan
teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas tawuran pelajar.
Masih teringat keributan antar dewan yang terhormat? Media yang
menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena memberi
teladan yang buruk.
Rasa solidaritas dan soliditas yang diberikan remaja, seringkali berada di
jalur yang salah. Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan
rasa solidaritas dan soliditas dengan akal pikiran sehat dan mempunyai toleransi
antar manusia yang tinggi. Solidaritas dan soliditas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal
yang merugikan baik diri sendiri maupun orang lain.

BAB III
TINJAUAN KASUS

1.

Contoh Kasus perkelahian antar siswa di Jakarta.


Newsth.com Perkelahian pelajar kembali terjadi dan merenggut korban. Kali ini
seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Budi Utomo (Boedoet), Aditya
Alfian meninggal dalam perkelahian antarpelajar yang terjadi pada Senin (19/5 /
2014) sore kemarin, di Jalan Letnan Jenderal Suprapto, Bungur, Senen, Jakpus.
Dalam keterangannya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar
Polisi Rikwanto kepada pers menceritakan mengenai kronologis terjadinya tawuran
pelajar tersebut. Korban tewas dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih, Jawab Komisaris Besar Polisi Rikwanto, saat ditanya mengenai
korban tawuran pelajar tersebut.
Tawuran antara pelajar SMK Budut dan SMK Taman Siswa (Tamsis) terjadi pukul
15.30 sore kemarin, dalam perkelahian tersebut kini ada dua orang pelajar sekolah
yang diamankan. 2 remaja yang diduga sebagai pelaku, yakni DW (17) dan RN (18)
diamankan, imbuh Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi
Rikwanto, kepada media.
Bermula dari berpapasan di depan RM Padang Salero Bundo. Dan kemudian terjadi
saling ejek hingga akhirnya terjadi perkelahian tersebut.(Jf)
B. Cara Mencegah Tawuran Antar Siswa Di antaranya
adalah:
1

Melakukan komunikasi dan pendekatan secara knusus kepada siswa untuk


mengajarkan kasih sayang sesama umat manusia.

2 Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak
akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
3 Pengajaran

ilmu

beladiri

yang

mempunyai

prinsip

penggunaan

untuk

menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.


4 Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar
khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
5 Tindakan kekerasan pasti akan menular, Pihak yang berwenang haruslah tegas
memberikan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan.

C.

Penjelasan Materi Tulisan ini dengan menggunakan Analisis SWOT.


Analisis permasalahan perilaku sosial tawuran antara kelompok siswa dengan

memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lingkungan internal maupun


eksternal dilihat dari aspek :
1. Kekuatan ( Strenght )
a. Para siswa ingin membela sekolahnya, agar tidak diserang oleh sekolah lain.
b. Para siswa cenderung menganggap perkelahian sebagai cara memperoleh
pengakuan dan status tinggi serta disegani dalam kelompoknya.
c. Para siswa melakukan tawuran bisa juga karena hal ingin membela teman
yang pernah diserang oleh sekolah lain.
d. Para siswa menganggap kenakalan yang dilakukan hanya manifestasi
simbolis aspirasi mereka karena sering diperlakukan tidak adil.
2. Kelemahan ( Weakness )
a. Sering mengeluarkan kata kata yang mengejek hanya karena hal yang
sepele dapat memicu terjadinya perkelahian,atau bahkan hanya karena
saling menatap dengan pandangan yang sinis juga bisa menyebabkan
terjadinya perkelahian.
b. Karena masalah rebutan seorang wanita, juga bisa memicu terjadinya
perkelahian antar siswa .
c.Mendapatkan pengaruh yang tidak bak dari profokator, untuk menyerang
sekolah lain.
d.Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di
pikiran para remaja. Bercanda yang terlalu berlebihan yang bisa
menimbulkan emosi sampai akhirnya terjadi perkelahian.

3. Peluang ( Opportunity )
a.Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku
remaja.Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang
oleh para siswa disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan perkelahian.
b.Orang tua yang terlalu memberikan kebebasan untuk anaknya, kurang
mengawasi anaknya bisa membuat anak mencari jati dirinya di lingkungan
7

luar dengan cara yang negatif.


c. Sikap polisi yang kurang siaga untuk kasus perkelahian antar siswa Polisi
baru memunculkan dirinya setelah jatuhnya korban tewas karena aksi brutal
pelajar.
d. Sekolah yang kurang begitu ketat mengadakan razia atau pemeriksaan
terhadap siswasiswinya.
4. Tantangan / Hambatan ( Threats )
a. Para siswa yang melakukan perkelahian akan mendapatkan hukuman dari
pihak kepolisian.
b. Sikap para siswa yang anarkis, membuat para orang tua mereka menjadi
geram atas tingkah laku mereka yang sangat tidak pantas di usia mereka
yang masih sangat remaja. Orang tua juga bisa menjadi stress akibat
perbuatan anaknya.
c. Membuat nama dan citra keluarga serta citra sekolah menjadi buruk di mata
masyarakat.
d.Sekolah biasanya memberikan sanksi yang berat untuk siswa yang
melakukan perkelahian tersebut.

BAB IV
PEMBAHASAN
A.Tinjauan Psikologi Penyebab Remaja Terlibat Tawuran Pelajar

Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara


kecenderungan di dalam diri individu ( sering disebut kepribadian, walau tidak selalu
tepat ) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian siswa. bila
dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat
perkelahian antar siswa.
1. Faktor internal.
Remaja yang terlibat aksi perkelahian biasanya kurang mampu melakukan
adaptasi pada lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti keanekaragaman
pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan dari lingkungan yang makin lama makin
beragam dan banyak. Akan tetapi, pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka
kurang mampu mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi untuk pengembangan diri
mereka sendiri. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari
masalah, menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih
menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang
sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi,
memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki
perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan
dan perhatian khusus dari orang-orang yang ada disekitarnya.
2. Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi dengan kekerasan (entah antar orang tua atau
pada anaknya) jelas berdampak buruk pada kondisi lahir maupun batin pada
seorang anak. Ketika meningkat menjadi seorang remaja, belajar bahwa kekerasan
adalah bagian dari dalam dirinya, dan merupakan hal yang wajar kalau ia melakukan
kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika
remaja akan tumbuh menjadi sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani
untuk mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan temantemannya, ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai
bagian dari identitas yang dibangunnya.
3. Faktor sekolah.
Sekolah terlebih dahulu harus dinilai kualitasnya dari segi pengajaran maupun
segi mendidiknya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya
untuk belajar akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar
sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana

guru jelas memainkan peranan paling penting dan juga guru lebih berperan sebagai
penghukum dan pelaksana aturan yang berlaku disekolah, serta sebagai tokoh
otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk
berbeda) dalam cara mendidik para siswanya.
4. Faktor lingkungan.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga
membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah
yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk ( misalnya
narkoba) Juga lingkungan kota yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat
merangsang para remaja untuk belajar dari lingkungannya, dan kemudian reaksi
emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi
tersebut.
B. Solusi atau Upaya untuk Mengurangi Frekuensi Perkelahian Siswa.
Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat mengatasi perkelahian yaitu:
1. Mengadakan seminar atau workshop yang diadakan di sekolah ataupun di
lingkungan universitas tentang cara mengatasi perkelahian antar siswa yang
semakin marak terjadi di lingkungan luar sekolah.
2. Para orang tua harus memberikan perhatian dan rasa kasih sayang pada
anaknya dan memberikan bimbingan mengenai dampak dari perkelahian.
3. Pihak sekolah harus berani dan tegas memberikan hukuman dan mendidik
para siswanya untuk mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang
bertanggung jawab.
4. Pihak kepolisian juga sangat berperan penting dalam mengatasi perkerlahian
di sebagian wilayah dengan memberikan beberapa penyuluhan pada setiap
sekolah.
5. Memperbanyak kegiatan ekstrakulikuler di lingkungan sekolah, agar para
siswa banyak yang ikut serta untuk menyibukan diri siswa dengan kegiatan
yang bermanfaat.
6. Para siswa selalu berinovasi untuk membuat sesuatu agar nama sekolah
mereka terkenal dan tentunya membanggakan bagi sekolah tersebut.
7. Guru harus selalu memperhatikan para anak didiknya saat di dalam kelas
maupun diluar kelas ketika sedang berlangsung proses kegiatan sekolah.
8. Kepala sekolah dan guru selalu menjadwalkan pemeriksaan tas dan alat-alat
10

yang dibawa oleh anak muridnya sebelum memasuki lingkungan sekolah


agar tidak terjadi masalah yang tidak diinginkan oleh semua pihak.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkelahian antar siswa adalah tindakan kriminal yang sering terjadi di kota kota
besar di Indonesia, yang biasa terjadi karena di dasari alasan solidaritas sesama
teman.
2. Sekolah , lingkungan , orang tua , dan pemerintah merupakan peran yang paling
utama dan harus bertanggung jawab serta bekerjasama dengan baik untuk
menanggulangi permasalahan perkelahian antar siswa yang sudah menimbulkan
11

korban.
3. Para siswa juga harus menyadari bahwa sebagai generasi muda diwajibkan
untuk saling bahu membahu mengisi kemerdekaan, memajukan bangsa.
Membuat prestasi yang bisa mengharumkan nama bangsa , agar mereka tidak
melakukan tindakan kekerasan atau perkelahian sesama siswa.
4. Kepribadian setiap insan manusia pada dasarnya dalah sosok yang berbudi mulia
Hanya saja karena adanya faktor faktor internal ataupun eksternal, yang
membuat pribadi manusia mengalami proses perubahan. Dan dari proses
perubahan tersebut dapat mengarah ke dampak yang positif atau negatif.
B. Saran
1. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan bakatnya
masing-masing sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan hal yang
positif setelah jam sekolah selesai.
2. Memberi kesempatan pada para remaja untuk beremansipasi dengan cara yang
baik dan sehat.
3. Memberikan penghargaan ( reward ) terhadap siswa-siswi yang berprestasi untuk
memacu murid lain untuk berprestasi yang jauh lebih baik lagi.

12

Anda mungkin juga menyukai