Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat banyak fenomena yang terjadi pada zaman

moderen sekarang ini manusia sudah jauh dari moral nilai-nilai Al-Qur’an yang

dapat kita saksikan di media sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari

diantaranya peristiwa perendahan martabat manusia, narkoba, ketidakadilan,

korupsi, bahkan dewasa ini, pembicaraan tentang aspek moralitas menjadi hangat

dibicarakan khususnya dalam dunia pendidikan. Banyak yang mengatakan bahwa

masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia terletak pada aspek moral.

Terbukti dengan banyaknya berita tentang moral dan karakter siswa diantaranya,

akhlaq orang tua dan guru, kepada teman, siswa bercanda dalam beribadah, tidak

memperhatikan pelajaran ketika di kelas, bertengkar, membully teman atau adik

kelasnya, pacar-pacaran, bahkan ada siswa yang berbuat tidak sopan terhadap

teman lawan jenisnya bahkan kepada guru.

Kejadian pada tanggal 26 Januari 2017 ada salah satu siswa yang

melakukan tindakan yang tidak pantas di lakukan oleh siapapun, apa lagi di

lakukan oleh anak-anak sekolah, di mana salah satu anak di SDIT Gameel Akhlaq

melakukan hal ata kasus yaitu memegang payu dara seorang guru. Masih dengan

kasus yang sama, pada tanggal 14 Februari 2017 salah satu siswa memegang

kemaluan dengan lawan jenis. Sekarang ini, moral para murid sedikit banyak telah

mengalami kemerosotan. Para murid cenderung melupakan sopan satun teradap

1
guru yang pada dasarnya orang tua yang harus dihormati. Boleh jika menganggap

guru sebagai teman, namun sopan santun juga harus tetap dijaga. Dalam kasus ini

pihak sekolah melakukan sanksi kepada murid tersebut dengan cara pendekatan,

teguran, dan pembinaan khusus.

Seharusnya murid diberi pelajaran adab terhadap guru. Agar moral yang

sekarang ini telah terkikis bisa diperbaiki. Jadi sangat jelas bahwa menghormati

guru itu harus ditanamkan sejak dini kepada murid, agar murid mengetahui adab

terhadap guru, sehingga dalam menuntut ilmu para murid diberi kemudahan untuk

memahami berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada.1

Bullying adalah perilaku agresif disengaja yang menggunakan

ketidakseimbangan kekuasaan atau kekuatan. Bullying itu terjadi jika seseorang

atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan

seseorang baik secara fisik maupun psikologis, mengancam properti, reputasi atau

penerimaan sosial seseorang serta dilakukan secara berulang dan terus menerus.

Bentuk-bentuk  bullying  bisa berupa fisik, contohnya: memukul, menendang,

mendorong, meludah, mengejek, menggoda, penghinaan rasial, pelecehan verbal,

dan mengancam. Pada tanggal 31 Januari 2017 ada salah satu siswa di SDIT

Gameel Akhlaq melakukan tindakan yang tidak sewajarnya, tindakan ini

merupakan tindakan menyakiti fisik, yaitu membeset tangan temannya

menggunakan batu bata. Kemudian pada tanggal 23 September 2019 salah satu

siswa yang melakukan pemukulan pada alat kelamin sampai menangis kesakitan.

Dalam kasus ini pihak sekolah melakukan sanksi kepada murid tersebut dengan

1
Adab Murid Terhadap Guru Syeikh Az-Zarnuji, Ta’lim Muta’alim, terj. Abdul Kadir Aljufri,
(Surabaya :Mutiara Ilmu, 2009).

2
cara pendekatan, teguran, pembinaan khusus dan membaca Al-Qur’an didepan

guru.

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial dimana dia membutuhkan

kehadiran oeang lainuntuk membantunya dalam kehidupan ini. Seharusnya

dengan hal tersebut kita bisa mengerti bahwa kalimat kita ‘kita semua saling

memiliki’ hingga kemudian kita bisa ikhlas saling tolong menolong antar sesama

manusia pada kebaikan. Namun sayanagnya, kenyataan di dunia tidak seperti itu.

Sebagai mana Rasulullah SAW. bersabda , “ Salah seorang di antara kalian

tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya

sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)2

Dalam hadits diatas dengan jelas dikatakan bahwa mutiara hikmah yang

bisa di ambil dari hadits Arbain Nawawi nomor 13 itu adalah bahwa sikap saling

menyayangi merupakan penyempurna iman seseorang. Seorang yang mengaku

mukmin dan beriman kepada Allah dan Rasul harus mau menyayangi sesama.

Seseorang yang mau disebut orang islam yang beriman haruslah bersedia menjadi

peka dan kehidupan sosial. Mau membantu saudaranya yang membutuhkan

bantuan dan memusatkan perhatiannya lebih pada memberi dari pada menerima.

Pacaran usia dini akhir-akhir ini kita sering menemukan berita atau video

tentang anak di bawah umur yang masih duduk di bangku SD sudah punya pacar,

bahkan gaya pacarannya pun nggak kalah dengan orang dewasa. Mungkin saat

kita seusia mereka, kita sedang sibuk-sibuknya belajar, mengerjakan PR dan

2
Dr.Musthfa Dieb Al-Bugha Muhyiddin Mistu, AL-WAFI Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah
hal.86 ( Jakarta :Al I’tishom, 2003 )

3
bermain. Miris memang jika melihat anak-anak yang baru mau memasuki usia

remaja bertingkah seolah paham apa itu cinta.

Kejadian pada tanggal 23 Agustus 2019 dan tanggal 11 September 2019

ada salah satu siswa SDIT Gameel Akhlaq yang kepergok oleh salah satu

temanya sedang barmain surat-surat percintaan dengan teman lawan jenisnya,

kemudian dilaporkan lah pelaku kepada guru bidang kesiswaan. Dalam kasus ini

pihak sekolah melakukan sanksi kepada murid tersebut dengan cara pendekatan,

teguran, dan pembinaan khusus.

Bahasan  tentang cinta seolah tiada tepinya. Berbagai macam sudut

pandang hadir ke permukaan untuk mendefinisikan secara pasti tentang arti cinta

yang sesungguhnya. Namun, pada umumnya cinta banyak dikupas pada aspek

hubungan spesial antara pria dan wanita dewasa. Selebihnya, kurang mendapat

perhatian memadai. Padahal, dalam kehidupan, bukan hanya remaja, anak kecil

pun sudah akrab dengan kata cinta. Anak-anak kita hari ini, disadari atau tidak

telah terkontaminasi dengan pengertian dan praktik cinta yang salah, khususnya

pada aspek hubungan lawan jenis. Bisa dibayangkan, anak TK saja sudah biasa

mengatakan kata pacar. Walaupun perasaan cinta ini adalah fitrah, bagi remaja

atau anak-anak yang masih belum matang pemikiran dan kedewasaaannya tentu

pacaran bukanlah langkah untuk menuju pernikahan, melainkan untuk kesenangan

dan memenuhi perasaan semata. Jika tidak dikontrol dan dipupuk oleh nilai-nilai

maka akan menjadi kerusakan dan kehancuran.

Allah melarang hamba-hambaNya berbuat zina, begitu pula mendekatinya

dan melakukan hal-hal yang mendorong dan menyebabkan terjadinya perzinaan,

4
sebagaimana dalam surat Al Isra’ ayat 32 yang berbunyi Janganlah kamu

mendekati zina, Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Al-Quran melarang walau hanya

mendekati perbuatan zina, dalam rangka untuk menunjukkan sikap kehati-hatian

dan tindakan antisipatif yang lebih besar,” kata Ibnu Katsir dalam Tafsir Fi

Zhilalil Quran. Karenanya Islam menerapkan hukum untuk mencegah terjadinya

zina. Islam melarang ikhtilath, campur baurnya antara pria dan wanita. Islam

melarang khalwat, pria berduaan dengan wanita yang bukan mahramnya. Islam

melarang membuka aurat. Islam melarang pacaran. Islam mengajarkan untuk

menjaga pandangan. Islam memotivasi para pemuda untuk segera menikah3.

Kemudian pada tanggal 03 Maret 2020, salah seorang siswa berkelahi

karena salah satu dari mereka tidak terima saat bermain. Dalam kasus ini pihak

sekolah melakukan sanksi kepada murid tersebut dengan cara mengerjakan tugas

satu tema, kemudian guru melakukan pendekatan, teguran, dan pembinaan

khusus.

Dalam kasus di atas sudah jelas yang seharusnya anak-anak pada usia

menginjak sekolah dasar sudah ditanamkan rasa kasih sayang kepada keluarga,

orang tua dan salah satunya adalah saling menyayangi sesama, sebagaimana

dalam surat Al fath ayat 29 yang berbunyi. Berkasih sayanglah sesama mereka,

Kasih sayang adalah perasaan halus dan belas kasihan di hati yang memunculkan

perbuatan terpuji, memaafkan dan berlaku baik terhadap semua hamba dan

makhluk Allah SWT. Kasih sayang jika diklasifikasikan cukup ragam, di

antaranya kasih sayang kepada kerabat, kepada anak yatim, orang sakit,

pembantu, binatang, dll.


3
https://bersamadakwah.net/surat-al-isra-ayat-32/

5
Masalah diatas sudah tentu memerlukan solusi yang mampu

mengantisipasi perilaku dan karakter yang mulai melanda krisis moral dikalangan

pelajar. Tindakan preventif perlu ditempuh agar dapat mengantarkan manusia

kepada terjaminnya moral generasi bangsa yang dapat menjadi tumpuan dan

harapan bangsa serta dapat menciptakan sekaligus memelihara ketentraman dan

kebahagian di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Seharusnya realita yang terlihat adalah terciptanya situasi kegiatan belajar

mengajar yang kondusif, aman, nyaman, hubungan guru dengan siswa yang baik,

hubungan siswa dengan siswa yang baik, yang disebabkan perilaku dan karakter

manusia khususnya umat Islam yang sesuai dengan tuntunan ajaran agamanya

yang memang segala tindak tanduknya sudah tertera di dalam Al-Qur’an dan

Hadits sebagai pedoman bagi umat Islam. Namun tidak demikian dengan kondisi

real yang kita lihat dan rasakan pada saat ini. Sebagian manusia bahkan umat

Islam banyak yang mengalami dekadensi moral yang disebabkan karena pada

zaman yang modern ini sangat sedikit sekali Muslim yang mau memperhatikan

dan mempelajari kebutuhan aspek-aspek moral, pendidikan, sosial, ekonomi,

budaya dan politik dalam kehidupan yang Islami. Lebih-lebih yang mau

memahami aspek-aspek tersebut secara mendalam, yang nantinya diamalkan dan

diaplikasikan secara tepat dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi yang seperti

inilah yang perlahan-lahan namun pasti dapat menyebabkan hancurnya tatanan

sosial masyarakat yang Islami.

Seharusnya dunia pendidikan memberi peran penting dalam menangkal

dekadensi moral bangsa dalam upaya menyiapkan generasi muda di masa depan

6
yang lebih baik. Terkait hal ini, disadari bahwa tujuan pendidikan pada dasarnya

adalah memperbaiki akhlaq, moral dan karakter dalam istilah lain dikenal dengan

memanusiakan manusia.

Belakangan, muncul gagasan akan pentingnya pendidikan karakter sebagai

solusi menjawab permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education)

melalui sekolah. Kedepan, sekolah tidak hanya bertanggung jawab dalam

mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi

juga dalam diri, karakter dan kepribadian. Karenanya, mencari konsep pendidikan

karakter menjadi sangat urgen dalam upaya menyiapkan anak didik yang unggul,

beriman, profesional dan berkepribadian sebagaimana dituntut dalam tujuan

pendidikan.

Seharusnya seorang anak dalam mencari nilai-nilai akhlaq atau karakter harus

mendapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat

anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah, dan alam disekitarnya lah

yang akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan seorang

anak, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi, “Setiap anak yang

lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya

Yahudi, Majusi, atau Nasrani “ (HR. Bukhari)4 Karena itu Islam sangat

memperhatikan masalah pendidikan terhadap anak dan memberikan konsep secara

kongkrit yang terdapat dalam Al-Qur’an dan penjelasan Rasulullah SAW. yang

ada dalam hadits.

4
Ir. Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid, Cara Nabi Mendidik Anak hal. 4 ( Jakarta, Al ‘Itisom
Cahaya Umat 2004 ).

7
Allah SWT. juga berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 23

‫ض ٰى َربُّكَ َأاَّل تَ ْعبُ ُد ٓو ۟ا ِإٓاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َد ْي ِن ِإحْ ٰ َسنًا ۚ ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعندَكَ ْٱل ِكبَ َر‬
َ َ‫َوق‬

ٍّ ‫َأ َح ُدهُ َمٓا َأوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا ُأ‬
‫ف َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia

dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika

salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut

dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada

keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan

ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.( Q.s Al Isra’ : 23 )

Dalam ayat di atas Surah Al-Isra’ ayat 23 yang spesifik menjelaskan

tentang pendidikan akhlaq atau karakter bagi anak. Dari beberapa masalah diatas

diperlukan kajian tentang peningkatan pendidikan karater, dari sini penulis akan

mencoba menguraikan perspektif Al-Qur’an tentang pendidikan karakter dalam

upaya membentuk insan muslim yang berkualitas.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam tulisan ini, yang penulis jadikan rumusan masalah adalah :

1. Apa yang di maksud dengan pendidikan karakter dan bagaimana konsepnya

dalam Islam ?

2. Bagaimana kajian surat Al-Isra’ ayat 23 ?

8
3. Bagaimana meningkatkan pendidikan karakter anak di SDIT Gameel Akhalaq

Perspektif Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 23 ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, tujuan di lakukan

penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung pada surat Al-

Isra’ ayat 23. Sedangkan manfaat yang dapat kita ambil dari penelitian telaah Al-

Qur’an ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pendidikan karakter atau akhlaq dan konsepnya dalam

Islam.

2. Untuk mengetahui kajian surat Al-Isra’ ayat 23.

3. Untuk mengetahui peningkatan pendidikan karakter di SDIT Gameel Akhalaq.

1.4. Penelitian sebelumnya

Kajian pustaka merupakan kajian penting dalam sebuah penelitian yang

akan kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literal. Kajian pustaka

merupakan sebuah uraian tentang literatur yang relevan dengan bidang atau topik

tertentu.5 Penelitian pustaka ini pada dasarnya bukan penelitian yang benar-benar

baru. Sebelum ini banyak yang sudah mengkaji objek penelitian tentang

peningkatan pendidikan karakter. Oleh karena itu, penulisan dan penekanan

skripsi ini harus berbeda dengan skripsi yang telah dibuat sebelumnya. Adapun

telaah yang digunakan pada penulisan skripsi ini ialah menggunakan prior

5
Punaji Setyosari, Metode enelitian Pendidikan, (Jakarta : Kencana,2010), hlm 72

9
research (penelitian terdahulu). Prior research yaitu penelitian terdahulu yang

telah membahas penimgkatan pendidikan karakter.

Namun prior research yang digunakan penulis dalam pembuatan skripsi

ini, adalah peningkatan pendidikan karakter yang telah dikhususkan objek

kajiannya, seperti peningkatan pendidikan karakter dan akhlak, dan lain

sebagainya. Diantara prior research yang dimaksudkan diantaranya adalah

sebagai berikut :

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah Al A’raf ayat 199. Disusun oleh

Zaenal Abidin.6 Di sini dinyatakan bahwa pola pendidikan Islami adalah pola

pendidikan Qurani yang diaplikasikan oleh Rasulullah SAW. dalam kehidupan

sehari-hari, diantaranya melalui metode-metode pendidikan yang dicontohkan

oleh beliau. Metode pendidikan Qurani adalah suatu cara atau tindakan-tindakan

dalam lingkup peristiwa pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-

sunnah. Jadi metode dalam pendidikan akhlak seharusnya menganut kepada

pendidkan yang diajarkan oleh Rasulullah yang terkandung dalam Al-Qur’an dan

As-Sunnah7

Nilai-nilai pendidikan social dalam Al-Qur’an surat Al Ma’un. Disusun

oleh Nikmatul Ulfa. Di sini dinyatakan bahwa pembiasaan dalam pendidikan

memiliki peranan yang sangat penting karena dengan membiasakan kepada anak

terhadap hal-hal yang baik akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi

yang sedang tumbuh dengan metode pembiasaan, pembelajaran diharapkan akan

6
Zaenal Abidin (3102044), Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surah Al-A’raf Ayat 199,
(Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2007), td

7
Heri Jauhari Mukhtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2005), hlm

10
lebih bermakna bagi siswa. Jadi Metode pembiasaaan tepat untuk diterapkan

dalam pengamalan pendidikan ahklak sebagai mata pelajaran yang dapat

mendorong siswa menghayati sekaligus mengamalkan nilai-nilai agama dalam

kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai pendidikan akhlaq menurut Al-Qur’an surat At Thagabun ayat

14. Di susun oleh Faiq Jauharotul Hud. Di sini di nyatakan nilai-nilai pendidikan

akhlaq yang di lakukan kepada anak dengan menggunakan metode pembiasaan

yang sekaligus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari harus mengikuti dan

menyesuaikan perkembangan anak. Penerapan pendidikan antara priode satu

dengan priode yang lainnya harus berbeda, sebagai perbedaan tersebut

berpengaruh terhadap perbedaan usia dan bahkan peningkatan karakter dan

paradigma anak. Jadi pendidikan akhlaq yang dilakukan kepada anak seharusnya

menggunakan metode pembiasaan yang sekaligus dipraktikkan dalam kehidupan

sehari-hari.8

Dari beberapa penelitian diatas belum ada yang membahas tentang nilai-

nilai akhlaq dan pendidikan karakter dalam pandangan surat Al Isra’ ayat 23.

Karena itu saya ingin membahas kekurangan-kekurangan yang belum pernah di

lakukan sebelumnya. Selain itu penelitian ini study kasus yang ingin melihat dan

mencari solusi dari sekolah kami di SDIT Gameel Akhlaq.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis Penelitian


8
Faiq Jauharotul Huda (3101332), Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Menurut Al-Qur’an Surat At-
Taghabun Ayat 14, (Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2008), td

11
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian

atau cara kerja tertentu dan khusus yang bermanfaat untuk mengetahui

pengetahuan ilmiah dari suatu dokumen yang dikemukakan oleh ilmuan masa lalu

maupun sekarang. Dalam skripsi ini peneliti menganalisis muatan isi dari objek

penelitian yang berupa dokumen tek tafsir klasik dan konteporer Q.s Al Isra’ayat

23 dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan fokus penelitian sebagai

berikut : peningkatan pendidikan karakter pada Q.S Al-Isra’ ayat 23, yang

meliputi tentang aspek pendidikan aqidah dan aspek pendidikan birrul walidain

(berbuat baik pada kedua orang tua), Bagaimana akhlak seorang anak terhadap

kedua orangtua di saat mereka sangat membutuhkan yakni di saat kedua orang tua

dalam usia lanjut. Seharusnya seorang anak berbuat baik kepeda kedua orang tua

karena pada saat lanjut usia perilaku mereka berubah seperti anak-anak dan

banyak lupa. Ini bagian dari perilaku birrul walidain seorang anak terhadap kedua

orang tua.

1.5.2. Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperolehdari kitab suci Al-Qur’an yang menjadi

pedoman hidup orang Islam. Selain itu, sumber data penulisan ini juga diambil

dari buku buku atau bahan bacaan yang relevan dengan pembahasan masalah

dalam penulisan skripsi ini. Sumber data penelitian ini penulis bedakan menjadi

dua kelompok, yang pertama adalah sumber primer, dan yang kedua adalah

sumber sekunder.

12
a) Sumber Primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh dari sumber inti. Dalam

melakukan kajian mengenai suatu ayat, maka jelaslah kalau yang menjadi sumber

data primer adalah berasal dari Al-Qur’an.

b) Sumber Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang

masih berkaitan dengan masalah penelitian, dan memberi interpretasi terhadap

sumber primer. Sumber data sekunder dapat berupa kitab-kitab tafsir maupun

buku-buku bacaan yang masih relevan dengan pembahasan skripsi ini. 9 Kitab-

kitab tafsir yang penulis jadikan sebagai referensi penulisan skripsi adalah sebagai

berikut :

1) Tafsir klasik :

a) Tafsir Al Munir, karya Muhammad Nawawi Al Jawi

b) Tafsir Fi Dzilalil Quran, karya Sayyid Quthb

2) Tafsir kontemporer :

a) Tafsir Al Misbah, karya M.Quraish Shihab.

b) TafsirAl-Azhar, karya Abdul Malik Karim amrullah

1.5.3. Tekhnis Analisis

a). Metode Observasi

9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 231

13
Metode Observasi adalah ”teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku objek sasaran. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang

pelaksanaan kegiatan dalam penanaman nilai pendidikan karakter, bentuk

kerjasama sekolah dengan masyarakat maupun dengan instansi lain.

b). Metode Wawancara

Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan keterangan atau informasi melalui proses tanya jawab

lisan. Jenis wawancara yang digunakan dalam pnelitian adalah wawancara

terstruktur, yaitu semua pertanyaan dirumuskan cermat dan disiapkan secara

tertulis.

1.5.3. Metode Analisa Data

Analisa data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara sistematis

catatan-catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan

pemahaman peniliti tentang kasus yang diteliti dan menguatkan sebagai temuan.

Dalam analisis data, digunakan metode kualitatif yaitu :

a). Redaksi data yaitu merupakan proses pemilihan, pemusatan, pada

penyederhanaan data dari catatan lapangan.

b). Penyajian data yang menyederhanakan data yang komplek ke dalam kesatuan

bentuk yang mudah dipahami.

c). Penarikan kesimpulan yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi.

1.6. Sistematika Pembahasan

14
Bab pertama dimulai dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, penelitian sebelumnya, metodologi

penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua pendidikan karakter, akhlaq dan konsepnya.

Bab ketiga mendeskripsikan kajian surat menurut para mufassir yakni menurut

mufassir klasik dan mufassir kontemporer.

Bab keempat analisa dari peningkatan pendidikan karakter anak di SDIT Gmeel

Akhlaq perspektif Q.S Al-Isra’ ayat 23

Bab kelima kesimpulan secara keseluruhan serta memberi saran jika perlu.

15

Anda mungkin juga menyukai