Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu Negara ialah Ilmu yang menyelidiki atau membicarakan Negara, ini telah nyata
ditunjukkan sendiri oleh namanya. Tetapi sebetulnya Ilmu yang membicarakan negara itu
bukanlah hanya Ilmu Negara saja, oleh karena di samping Ilmu Negara itu masih ada Ilmu-ilmu
lainnya yang juga membicarakan negara.
Adapun sistematis pembicaraannya yaitu:

1. Objek Ilmu Negara


→ Membicarakan tentang apa yang menjadi objek Ilmu Negara.
2. Asal Mula Negara
→ Membicarakan tentang teori-teori (baik ajaran-ajaran maupun paham-paham) mengenai
timbulnya negara, atau terjadinya suatu negara.
A. Teori pada Jaman Yunani Kuno
a. Socrates
b. Plato
c. Aristoteles
d. Epicurus
e. Zeno
B. Teori pada Jaman Romawi Kuno
a. Polybius
b. Cicero
c. Seneca
C. Teori pada Jaman Pertengahan (abad ke V – abad ke XV)
 Timbul bersamaan dengan berkembangnya Agama Kristen.
 Ajaran ini berkembang dalam 2 periode, yaitu:
1) Jaman Pertengahan sebelum Perang Salib (abad ke V – abad ke XII)
 Ajaran bersifat Teokratis Mutlak, artinya mendasarkan ajarannya
itu kepada kekuasaan serta keagungan Tuhan.
 Diciptakan oleh: Augustinus,Thomas Aquinas.
2) Jaman Pertengahan sesudah Perang Salib (abad ke XII – abad ke XV)
 Ajaran agak bersifat kritis, sehingga lalu menjadi Teokratis Kritis.
 Disebabkan karena masuknya pengaruh dari jaman Yunani Kuno,
terutama ajaran Aristoteles pada waktu terjadinya Perang Salib.
 Ajaran diwakili oleh : Marsilius Van Padua
Jadi dengan demikian, Perang Salib sebagai Pemisah antara kedua periode.

D. Jaman Renaissance (± abad ke XVI)


 Terjadi perubahan-perubahan besar dalam Ilmu Pengetahuan, terutama
dalam Ilmu Kenegaraan dan Ilmu Keagamaan.
 Dalam Ilmu Kenegaraan timbul ajaran-ajaran dari:
1) Niccolo Machiavelli
2) Thomas Morus
3) Jean Bodin
 Dalam Ilmu Keagamaan timbul Kaum Reformator :
1) Dante
2) Martin Luther
3) Melanchthon
4) Zwingli
5) Johannes Calvin
E. Kaum Monarkomen
 Tokoh : Hotman, Brutus, Buchaman, Mariana, Bellarmin, Suares, Milton
dan nama yang terpenting Althusius.

F. Jaman berkembangya Teori Hukum Alam (abad ke XVII dan abad ke XVIII)
Teori Hukum Alam ini mengalami perkembangan dalam dua abad. Meskipun memiliki
ajaran yang sama, tetapi fungsinya berbeda.
 Ajaran Hukum Alam abad ke XVII berfungsi menerangkan
Tokoh: Grotius (Hugo de Groot), Thomas Hobbes, Benedictus de Sinoza,
John Locke
 Ajaran Hukum Alam abad ke XVIII berfungsi menilai.
Tokoh: Frederick Yang Agung, Montesquieu, Jen Jacques Rousseau,
Immanuel Kant

G. Jaman berkembangnya Teori Kekuatan / Kekuasaan


 Berkembang pada permulaan abad-abad modern.
 Tokoh : F. Oppenheimer, H.J Laski, Karl Marx, Leon Duguit

H. Teori Positivisme
 Merupakan reaksi terhadap teori-teori klasik tradisional.
 Tokoh : Hans Kelsen

I. Teori Modern
 Teori ini bersifat modern, karena sudah menyesuaikan dirinya dengan
keadaan serta perkembangan Ilmu Pengetahuan modern.
 Tokoh : Prof. Mr. R. Kranenburg, Prof. Dr. J.H.A Logemann

3. Teori-teori Tentang Hakekat Negara → Pendapat/ajaran para sarjana


4. Teori-teori Tentang Tujuan Negara
5. Teori Legitimasi Kekuasaan.
Meliputi 3 masalah pokok, yaitu:
a. Sumber Kekuasaan
b. Pemegang Kekuasaan (kekuasaan tertinggi = kedaulatan)
c. Pengesahan Kekuasaan
6. Klasifikasi Negara → Masalah perihal kemungkinan bentuk negara beserta
ajarannya yang bersifat klasik tradisional maupun modern
7. Susunan Negara
 Membicarakan bentuk-bentuk negara ditinjau dari segi susunannya.
 Dari segi susunan:
a) Negara Kesatuan → Negara yang memiliki susunan tunggal
b) Negara Federasi → Negara yang memiliki susunan jamak
8. Negara Demokrasi Modern → Perihal perkembangan demokrasi langsung dan
tidak langsung
9. Negara Autokrasi Modern → Perihal negara sistem satu partai
Demikianlah sekedar gambaran garis perjalanan pembicaraan buku ini, semoga gambaran
yang sederhana ini dapat menjadi tolak ukur/parameter di dalam mempelajari Ilmu Negara.

BAB II
OBYEK ILMU NEGARA

Obyek atau lapangan pembicaraan Ilmu Negara adalah negara. Sedangkan Ilmu yang
berhubungan erat dengan Ilmu negara adalah Hukum Tata Negara dan Hukum Tata
Pemerintahan. Ilmu- ilmu tersebut memiliki kesamaan pada objeknya, yaitu negara.
Adapun perbedaannya adalah:
 Hukum Tatanegara dan Hukum Tata Pemerintahan memandang objeknya (negara),
dari sifatnya atau pengertiannya yang konkret. Artinya obyeknya itu sudah terikat pada
tempat, keadaan dan waktu, jadi telah mempunyai afektif tertentu. Misalnya ; Negara
Republik Indonesia, Negara Inggris, Negara Jepang dst.
 Sedangkan Ilmu Negara memandang obyeknya (negara), dari sifat atau dari
pengertiannya yang abstrak. Artinya obyeknya itu dalam keadaan terlepas dari tempat,
keadaan dan waktu. Jadi tegasnya belum mempunyai afektif tertentu, bersifat abstrak-
umum-universal.
Kemudian dari objek tersebut diselidiki lebih lanjut :
1. Asal Mula Negara
2. Hakekat Negara
3. Bentuk-bentuk Negara dan Pemerintah

George Jellinek
Membagi Staatswissenshaft (dalam pengertian luas) dalam 2 bagian, yaitu:
I. Staatswissenshaft (dalam pengertian yang sempit) Algemeine Staatslehre
II. Rechtswisseschaft (Ilmu Negara Umum)

Besondere Staatslehre
(Ilmu Negara Khusus)

Algemeine Soziale Staatslehre


Algemeine Staatslehre →menyelidiki negara sebagai gejala sosial.

Besondere Staatsrechtslehre
→ menyelidiki negara dari segi Yuridis.

Individuelle Staatslehre
Besondere Staatslehre → menyelidiki negara dari lembaga-lembaga kenegaraannya.

Spezielle Staatslehre
→ menyelidiki negara dari lembaga kenegaraan yang khusus
(Badan Perwakilannya)
BAB III
ASAL MULA NEGARA

A. Jaman Yunani Kuno


1. Socrates (meninggal pada tahun 399 SM)
 Negara bukanlah semata-mata bersifat objektif.
 Tugas negara adalah menciptakan hukum, yang harus dilakukan oleh para
pemimpin, atau para penguasa yang dipilih secara saksama oleh rakyat.
 Ia menentang keras apa yang dianggapnya bertentangan dengan ajarannya yaitu
menaati Undang-undang
 Negara pada waktu itu masih bersifat demokratis. Karena :
1) Negara Yunani pada waktu itu masih kecil, masih merupakan apa yang disebut
Polis atau City State, negara kota.
2) Jumlah Warga Negara masih sedikit, sehingga tidak terjadi persoalan yang
terlalu sulit.
3) Setiap Warga Negara (kecuali yang masih bayi, sakit ingatan dan budak-
budak belia) adalah negara minded, dan selalu memikirkan tentang penguasa
negara, cara memerintah dsb.
 Demokrasi yang dimaksud di atas adalah Demokrasi Kuno, atau Demokrasi
Langsung. Artinya bahwa setiap warga negara itu berhak turut langsung dalam
memerintah atau menentukan kebijaksanaan pemerintahan negara.

2. Plato (429-347 SM)


 Adalah murid terbesar dari Socrates
 Tahun 389 membuka sekolah filsafat di Athena yang diberi nama “Academia”
 Menulis buku Politeia (Negara)
Politecos (Ahli Negara)
Nomoi (Undang-undang)
 Plato telah membuktikan melalui jalan dialektika, bahwa Aristokrasi
merupakan Sistem Pemerintahan yang terbaik. Dan Tyranni adalah Sistem
Pemerintahan yang terjelek.
 Plato juga menggolongkan antara sifat-sifat negara dengan sifat-sifat manusia,
yaitu:
1) Sifat kepandaian (pikiran)
2) Sifat keberanian
3) Sifat akan adanya kebutuhan yang beraneka ragam

Tiga sifat inilah yang menghasilkan atau mengakibatkan timbulnya 3 golongan orang-orang di
dalam Negara Khayalan Plato, yaitu:
1) Golongan Penguasa → Golongan yang memerintah, terdiri dari orang-orang
pandai, ahli-ahli fikir dan ahli filsafat.
2) Golongan Tentara → Golongan yang menjaga keselamatan negara, yang
harus mendapatkan didikan khusus untuk menjalankan tugasnya itu dan ini pertama-
tama dibutuhkan adanya siasat keberanian.
3) Golongan Pengusaha atau pekerja

3. Aristoteles (384 – 322 SM)


 Adalah murid terbesar dari Plato. Ia adalah putera dari Nicomachus, seorang
tabib pribadi pada istana raja di Macedonia.
 Pencipta ajaran “realisme”. Oleh karena itu filsafatnya adalah merupakan
suatu ajaran tentang kenyataan atau Ontologi.
 Menulis buku Ethica (Keadilan)
Politica (Negara)
 Aristoteles menyelidiki sifat-sifat umum daripada segala-galanya yang ada di
dunia ini, maka timbullah ajaran ilmu pengetahuan baru yaitu PRIMA
PHILOSOPHIA. Suatu ajaran filsafat yang pertama mencari hakekat yang
dalam daripada yang ada, jadi mencari makna keadaan.
 Kriteria dalam menguraikan bentuk-bentuk negara, yaitu:
1) Jumlah orang yang memegang kekuasaan.
2) Sifat atau tujuan Pemerintahannya.
 Aristoteles menggolongkan bentuk negara menjadi 3, yaitu:
1) Negara dipegang oleh satu orang
 Monarki : ditujukan untuk kepentingan umum, sehingga baik
 Tyranni : hanya ditujukan untuk kepentingan penguasa itu
sendiri, sehingga jelek
2) Negara dipegang oleh beberapa orang
 Aristokrasi : ditujukan untuk kepentingan umum,
sehingga baik
 Oligarki : hanya ditujukan untuk kepentingan
penguasa itu sendiri, sehingga jelek
3) Negara dipegang oleh rakyat
 Republik Konstitusional :Negara memperhatikan kepentingan umum
atau rakyat, sehingga baik
 Demokrasi :Pemerintahannya hanya ditujukan untuk
kepentingan penguasa itu saja, sehingga jelek.
 Jadi menurut Aristoteles bentuk negara yang terbaik adalah “REPUBLIK
KONSTITUSIONAL”

4. Epicurus (342 – 271 SM)


 Pencipta ajaran “INDIVIDUALISTIS”. Yang menganggap bahwa elemen atau
bagian yang ter-penting bukanlah negara atau masyarakat, tetapi adalah individu
itu sendiri sebagai anggota masyarakat.
 Adanya negara adalah untuk memenuhi kepentingan individu itu sendiri. Karena
masyarakat itu terdiri dari individu-individu sebagai atoom dan individu-
individu inilah sebagai bagian yang terpenting, hal itu disebut “AJARAN
ATOOMISME”.
 Negara adalah hasil daripada perbuatan manusia, yang diciptakan untuk
menyelenggarakan kepentingan anggota-anggotanya. Negara adalah alat bagi
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai individu.
 Tujuan negara adalah menyelenggarakan ketertiban dan keamanan, dan untuk
terseleng-garanya kesenangan pribadi yang sifatnya lebih langgeng atau abadi
bukan hanya bersifat materialistis
5. Zeno
 Ajaran bersifat “UNIVERSALISTIS”, dari ajaran kaum stoa. Yang meliputi
seluruh manusia dan bersifat kejiwaan, seluruh kemanusiaan, sehingga
lenyaplah perbedaan orang Yunani dengan orang biadab, orang merdeka dengan
budak, dan kemudian timbullah moral yang memungkinkan terbentuknya
kerajaan dunia.
 Ajaran Kaum Stoa bersifat 2 hal:
1) Menggambarkan manusia yang merasa kosong di dalam masyarakat yang
sedang me-ngalami kebobrokan (sosial-etis).
2) Menunjukkan jalan keluar dari kebobrokan masyarakat serta keruntuhan
negara dengan syarat Etis Minimium.
 Kaum Stoa mengajarkan bahwa orang harus menyesuaikan diri dengan susunan
Dunia Internasional.

B. Jaman Romawi Kuno


Berbeda dengan zaman Yunani, pada zaman Romawi ilmu pengetahuan terutama ilmu
kenegaraan tidak dapat berkembang dengan sedemikian rupa sehingga sedikit sekali pengetahuan
yang didapatkan pada zaman ini.
Perbedaannya antara lain sebagai berikut:

1) Pada zaman Romawi ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan pesat. Disebabkan
karena lebih menitikberatkan soal-soal praktis daripada berpikir secara teoritis.
Sedangkan bangsa Yunani lebih pada orang-orang yang suka berfikir tentantang
negara dan hukum.
2) Kerajaan Romawi dimulai dari keadaan terpecah belah, tetapi setelah peperangan
Romawi mulai mengalami perubahan. Perubahan yang penting adalah perubahan
dari negara yang bersifat polis atau negara kota (city state) menjadi Imperium
(Kerajaan Dunia). Sedangkan bangsa Yunani dimulai dari negara kesatuan nasional
yang kompak, tetapi akhirnya negara terpecah belah dan tidak dapat dipersatukan
lagi.

1. Polybius
 Sebenarnya merupakan ahli sejarah berkebangsaan Yunani. Tetapi karena
sesuatu hal ia dipenjarakan di Romawi.
 Ajaran terkenal dengan nama “Cyclus Theori”. Karena menurutnya bentuk
negara atau peme-rintahan yang satu sebenarnya merupakan akibat daripada
bentuk negara yang lain, yang telah langsung mendahuluinya. Jadi berbagai
bentuk negara tersebut terdapat hubungan sebab-akibat. Bentuk negara itu
berubah-ubah sehingga merupakan suatu lingkaran, suatu Cyclus. Sehingga
diberi nama “Cyclus Theori”.
 Teori ini memiliki kelemahan, yaitu bahwa gambaran tentang timbulnya
negara meskipun tersimpul pikiran yang logis, tetapi dalam kenyataannya
tidaklah pernah ada atau terjadi apa yang digambarkan oleh Polybius itu.

2. Cicero (106 – 43 SM)


 Seorang ahli pemikir terbesar tentang negara dan hukum dari bangsa Romawi.
Ia juga seorang ahli kesusastraan dan ahli pidato.
 Menulis buku De Republika (tentang Negara)
De Legibus (tentang Hukum atau Undang-undang)
 Negara merupakan suatu keharusan yang didasarkan atas rasio manusia. Rasio
di sini adalah rasio yang murni, didasarkan atau menurut hukumalam kodrat.
 Bentuk pemerintahan yang baik adalah yang merupakan campuran dari yang
baik pula , yaitu Monarki, Aristokrasi dan Republik. Dan Demokrasi adalah
lawan dri ketiganya.
 Hukum yang baik adalah hukum yang didasarkan atas rasio yang murni. Oleh
karena itu hukum positif harus berdasarkan atas dalil-dalil atau azas-azas
hukum alam kodrat. Jika tidak maka tidak mempunyai ikatan yang mengikat.

3. Seneca
 Pernah menjadi Guru Kaisar Nero. Dan meninggal pada tahun 65 Masehi.
 Bangsa Romawi telah mengalami kebobrokan dan terbecah belah.
 Kelemahan bangsa Romawi terdapat pada bagian sosial-etis. Jadi kelemahan
itu terdapat pada sistem atau politik pemerintahannya, yaitu Sistem Divide et
Impera. Karena di sini orang dapat menggunakan tipu muslihat dan
sebagainya untuk kepentingan negara. Hal ini menyebabkan bangsa yang
ditaklukan kembali mengadakan perlawanan terhadap Romawi, sehingga
Romawi terpecah belah.
 Jatuhnya Imperium Romawi
C. Jaman Abad Pertengahan
Pada zaman pertengahan ini tidak banyak memberikan kesempatan terhadap pemikiran
tentang negara dan hukum, serta ilmu pengetahuan lainnya. Karena cara berfikir yang kurang
kritis. Segala hal di dunia ini selalu dikembalikan pada Tuhan. Mengenai hal ini terjadi
pertentangan antara Kaum yang menjadi penganut Raja (Kaum Legist) dan kaum bagi mereka
yang menganut Paus (Kaum Canonist).
 Kaum Legist mengatakan bahwa tidak hanya Gereja saja yang mempunyai tugas dan
tujuan ethis, memelihara keadilan dan ketertiban hukum, tetapi negara mempunyai
juga. Negara lebih dahulu daripada Gereja.
 Kaum Canonist mengatakan bahwa kekuasaan yang asli di dunia ini ada pada Paus.
Dan Raja itu hanya mendapatkan kekuasaan dari Paus. Jadi Raja itu tidak memiliki
kekuasaan yang asli. Kekuasaan yang ada pada Paus dan yang ada pada Raja
diumpamakan sseperti halnya: matahari dengan bulan. Bahwa sinar yang asli pada
matahari dan bulan yang mendapatkan sinar dari matahari.
Pertentangan itu mengakibatkan adanya dua macam hukum, yaitu:
1) Hukum yang mengatur soal-soal kenegaraan atau keduniawian.
2) Hukum yang mengatur soal-soal keagamaan atau kerohanian.
Dengan demikian terdapat dua macam kodifikasi hukum, yaitu:
1) Kodifikasi hukum yang diselenggarakan oleh Raja Theodosius dan Raja Justinianus.
Kodifikasi ini mengenai peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Negara. Kodifikasi
ini disebut ”Corpus Juris”
2) Kodifikasi hukum yang diselenggarakan oleh Paus Innocentius. Kodifikasi ini
mengenai peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Gereja. Kodifikasi ini disebut
”Corpus Juris Canonici”
Corpus Juris terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. Instituten → sebuah ajaran yang memiliki aturan mengikat layaknya undang-
undang.
2. Pandecten → penafsiran para sarjana terhadap sesuatu peraturan.
3. Codex → peraturan atau undang-undang yang ditetapkan oleh raja.
4. Novellen →tambahan-tambahan dari sesuatu peraturan atau undang-undang.
Di dunia ini terdapat 2 organisasi kekuasaan, yaitu:
1) Organisasi yang dikepalai oleh seorang Raja.
2) Organisasi Gereja yang dikepalai oleh seorang Paus.
Jaman abad pertengahan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Jaman Pertengahan Sebelum Perang Salib (abad ke V – abad ke XII)

1) Augustinus (354 – 430 M)


 Ia hidup dalam keadaan dualisme, maksudnya Ia telah mengalami peralihan dari
peradaban yang satu ke peradaban yang lain.
 Menulis buku Pengakuan (tentang riwayat hidupnya)
De Civita te Dei (tentang Negara Tuhan)
 Ajaran bersifat “Teokratis”, bahwa kedudukan kedudukan Gereja yang dipimpin
oleh Paus, lebih tinggi daripada yang dipimpin oleh Raja.
 Macam Negara, yaitu:
a) Negara Tuhan (Civitas Dei)
Negara ini sangat dipuji oleh Augustinus, karena ini adalah negara yang
diangan-angankan, dicita-citakan oleh Agama.
b) Negara Iblis atau Negara Duniawi (Civitas Terrena atau Diaboli)
Negara in sangat dikecam dan ditolak oleh Augustinus.

2) Thomas Aquinas (1225 – 1274 M)


 Menulis buku De Regimine Principum (tentang pemerintahan Raja-raja)
Summa Theologica (tentang ketuhanan)
 Filsafat bersifat “Finalistis”, bahwa apa yang menjadi tujuan dikemukakan
terlebih dahulu, baru kemudian harus diusahakan supaya tercapai.
 Bentuk Pemerintahan suatu negara, yaitu:
a) Pemerintahan oleh satu orang. Yang baik Monarki dan yang jelek Tyrany.
b) Pemerintahan oleh beberapa orang.yang baik Aristokrasi dan yang jelek
oligarki.
c) Pemerintahan oleh seluruh rakyat. Yang baik disebut Politeia (menurut
Aristoteles Republik Konstitusionil) dan yang jelek disebut Demokrasi.
 Bentuk Pemerintahan yang baik menurut Thomas Aquinas adalah
Monarki.
 Perbedaan Hukum dalam 4 golongan, yaitu:
a) Hukum Abadi (Lex Aeterna)
Adalah hukum dari keseluruhannya yang berakar dalam jiwa tuhan.
b) Hukum Alam (Lex Natura)
Manusia adalah makhluk yang berfikir. Maka Ia merupakan bagian
daripada Nya.
c) Hukum Positif (Lex Humana)
Pelaksanaan dari hukum alam oleh manusia, yang disesuaikan
dengan syarat -syarat khusus yang diperlukan untuk mengatur soal-
soal keduniawian di dalam negara.
d) Hukum Tuhan (Lex Devina)
adalah hukum yang mengisi kekurangan-kekurangan daripada
pikiran manusia dan memimpin manusia dengan wahyu-wahyunya
ke arah kesucian untuk hidup di alam baka, dan ini dengan cara yang
tidak mungkin salah.

3) Marsilius (1270 – 1340 M)


 Ia adalah pemikir tentang negara dan hukum Fransiscan
 Ia adalah seorang tokoh terbesar dari aliran filsafat nominalist,bersama-sama
dengan rekannya William Occam (1280 – 1317 M). Mereka percaya bahwa
hal- hal yang bersifat khusus itu adalah yang bernilai tinggi, sedangkan ha-hal
yang bersifat umum itu hanya merupakan abstraksi daripada pikiran saja.
 Menulis buku “Defensor Pacis” (tentang Pembela Perdamaian)
 Negara adalah suatu badan atau organisme yang mempunyai dasar-dasar
hidup dan tujuan tertinggi, yatiu menyelenggarakan dan mempertahankan
perdamaian.
 Terjadinya negara terlihat pada dasar-dasar daripada perjanjian masyarakat.
 Rakyat menunjuk seseorang yang diserahi untuk memelihara perdamaian. Dan
terhadap orang yang mereka tunjuk ini mereka saling menundukkan diri. Jadi
mereka mengadakan perjanjian untuk membentuk negara dan perjanjian untuk
menundukkan diri. Inilah yang disebut “Perjanjian Penundukkan” atau
“Factum Subjectiones”.
 “Factum Subjectiones” ini ada 2 macam, yaitu:
a) Concessio
 Pendudukkan yang bersifat terbatas pada apa yang dikehendaki
oleh rakyat.
 Kekuasaan Penguasa atau Raja sifatnya hanya eksekutif.
 Raja tidak berwenang membuat peraturan-peraturan dan undang-
undang, melainkan hanya rakyat sendiri.
b) Translatio
 Rakyat secara mutlak tunduk pada Penguasa atau Raja yang mereka
pilih.
 Hak membuat peraturan-peraturan dan undang-undang ada di
tangan Penguasa atau Raja.
 Kekuasaan Penguasa atau Raja sifatnya eksekutif dan konstitutif.
 Dianut oleh kaum Glossatoren, yaitu orang-orang yang
menyisipkan dan menambah hukum yang lama dengan yang baru.
 Menurut Marsilius, kekuasaan negara yang tertinggi itu ada pada rakyat.
Kedaulatan itu ada pada rakyat, sebab rakyatlah yang berhak membuat
peraturan-peraturan dan undang-undang. Jadi dengan demikian Marsilius
menganut Factum Subjenctiones yang bersifat Consessio.

Anda mungkin juga menyukai