Anda di halaman 1dari 5

BAHAN KULIAH ILMU NEGARA:

Konsep merupakan Komponen terpenting untuk terciptanya suatu teori.


Konsep lahir dalam pikiran (mind) manusia sehingga bersifat abstrak.

“Neuman mengatakan dengan lebih sederhana bahwa konsep sebagai suatu


gagasan yang dinyatakan dalam suatu symbol atau kata” . Dengan demikian
konsep negara adalah bahasan , gagasan, dan pikiran manusia dari fenomena atau
gejala yang bersifat kenegaraan. Dengan kata lain konsep negara adalah pemikiran
dan renungan tentang negara .

Pada umumnya seperti ilmu lainnya , ilmu negara merupakan ilmu dan
pengetahuan yang didasarkan pada kerangka ontology (hakikat apa yang di kaji),
epistemology (bagaimana cara mendapatkannya) dan aksiologi (nilai kegunaan
ilmu) dan ilmu negara sudah memiliki ketiga unsur tersebut. Dalam kajiannya
dapat ditelusuri melalui cara sistematis , yaitu dengan mendeskripsikan lokus dan
focus kajiannya.

Konsep atau pemikiran mengenai Negara yang kita ketahui sekarang ini,
sebenarnya sudah dirintis sejak 4.000 tahun lalu. Dilihat dari usianya, maka
sebagai sebuah pemikiran, teori Negara berusia sangat tua, yakni mulai muncul dan
menjadi pusat kegelisihan para pemikir (intelektual) pada masa Yunani Kuno
(Ancient Greek) seperti Socrates, Plato , Aristoteles. 

Socrates tidak banyak dketahui oleh orang karena buku-bukunya tidak ada.
Socrates menjadi kiblat pikiran manusia karena sering disebut oleh Plato
(muridnya) dalam karyanya , misalnya Plato menyebut Socrates sebagai seorang
filosof dan ahli negara dan dipandang sebagai contoh orang yang berbudi luhur.
Pemikiran Socrates tentang negara adalah bahwa negara bukanlah organisasi yang
dapat dibuat oleh manusia untuk kepentingan dirinya sendiri, tapi merupakan jalan
susunan obyektif berdasarkan pada hakikat manusia sehingga bertugas
menjalankan peraturan2 yang obyektif mengandung keadilan dan kebaikan umum
atau bersama, tidak hanya melayani kebutuhan penguasa yang berganti-ganti
orangnya . Kenikmatan jiwa hanya dapat dicapai dengan keadilan obyektif sejati,
kesenangan palsu akan disuburkan oleh kezaliman. M

Menurut Socrates , keadilan(justice) merupakan tujuan politik yang layak.


Karena itu negara sebagai bagian dari Lembaga politik memiliki tujuan akhir yang
sama , yakni keadilan guna mencapai kebaikan.

Kematian Socrates tidak berarti kematian ajaran2nya , kematian tsb justru


menjadi awal kebangkitan ajaran2nya dikalangan kaum muda Yunani kuno. Hal
ini karena menjelang kematiannya , segala pemikirannya telah mempengaruhi
tradisi intelektual kaum muda Athena, salah satunya adalah Plato muridnya. Plato
menjelaskan kepada kita tentang negara , ia beranggapan bahwa negara merupakan
Lembaga atau organisasi yang mementingkan kebajikan umum (virtue) atau
kebaikan Bersama. Bagi Plato negara yang mengabaikan prinsip kebajikan umum
akan jauh dari negara yang didambakan manusia. Plato berpendapat bahwa negara
ideal atau negara yang terbaik bagi manusia adalah negara yang didalamnya penuh
kebajikan.Sedangkan menurut Aristoteles (murid Plato) bahwa negara adalah
lembaga politikyang paling berdaulat meskipun bukan berarti negara tidak
memiliki batasan kekuasaan . Negara memiliki kekuasaan tertinggi hanyalah
karena ia merupakan Lembaga Politik yang memiliki tujuan paling tinggi dan
mulia. Tujuan dibentuknya negara adalah untuk mensejahterakan seluruh warga
negara, bukan individu tertentu. Selain itu menurutnya tujuan negara hampir sama
dengan tujuan hidup manusia, yaitu agar manusia mencapai kebahagian(eudai-
monia).
Secara singkat kemudian memasuki masa-masa kekuasaan Romawi Kuno
(Ancient Rome). Dan seiring perubahan-perubahan atau proses sejarah dalam
masyarakat, negara sebagai teori dan ilmu terus mengalami “pencanggihan”
(berkembang disesuaikan dengan situasi dan kondisi) yang melingkupi proses
perubahan dalam masyarakat. Lalu memasuki masa klasik atau pra-modern yang di
Eropa ditandai dengan abad pertengahan atau abad kegelapan, masa peralihan yang
ditandai dengan Rennaisance (masa pencerahan/Aufklarung di awal abad 16), masa
modern sampai masa pasca-modern atau masa sekarang. 

Negara sebagai sebuah konsep dan ilmu begitu dinamis sepertihalnya ilmu-
ilmu lain yang terus mengalami perubahan serta perkembangan. Seiring dengan
perkembangan masyarakat, sebagai sebuah konsep atau ilmu, Negara tak pernah
terdefinisikan secara konstan dan pasti. Diantara para ilmuwan, atau bahkan ahli
ilmu Negara (ahli tata Negara) definisi tentang negara selalu berbeda-beda. Semua
bergantung dari cara pandang masing-masing pemikir (ahli). Ruang dan waktu
juga mempengaruhi pengertian atau terminologi mengenai negara .  

Bahwa unsur-unsur Negara yang paling pokok ialah menyangkut dimensi


geografis-teritorial, bahwa Negara harus meliputi sebuah wilayah, kemudian
dimensi politik-kekuasaan, yakni adanya pemerintahan, serta dimensi demografis,
penduduk atau warga negara .  

Dimensi yuridis, seperti pengakuan (de facto dan de jure) secara


internasional, merupakan faktor keempat yang pada perkembangan sejarah
masyarakat dunia kekinian, hal itu menjadi salah satu unsur yang juga menjadi
penting (pokok) bagi Negara . Pada masa kini, terbentuknya Negara baru harus
memperoleh pengakuan internasional, secara de fakto maupun de jure. Meskipun
demikian ini hanya bersifat decklaratif saja bukan konstitutif sifatnya.

Terbentuknya Negara terletak dari tindakan untuk menyatakan terbentuk


baik melalui revolusi, perebutan kekuasaan, kudeta,penyerahan kedaulatan,
deklarasi atau proklamasi.

Derajat legitimasi dari Negara yang baru terbentuk masih formal dan
sepihak, tergantung pada pengakuan Negara lain. Pengakuan Negara lain secara De
facto yaitu pernyataan secara resmi menurut hokum tentang berdirinya suatu
Negara (secara pisik disuatu wilayah telah ada Negara , misalnya dengan
memproklamasikan kemerdekaan), secara De jure yaitu pengakuan secara hukum
bahwa disebuah wilayah telah ada Negara (pengakuan suatu Negara atas Negara
lain). Dalam hal ini contoh Negara Republik Indonesia mendapat pengakuan secara
De facto dari Negara lain pada tanggal 17 Agustus 1945, sedangkan secara De jure
pertama kali pada tanggal 10 juni 1947 dari Negara Mesir dan pada tanggal 2 7
Desember 1949 dari Negara Belanda. 

ISTILAH, PENGERTIAN, OBJEK DAN METODE ILMU NEGARA


A. Istilah Ilmu Negara:

Menurut Kamus Bahasa Indonesia , Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu


bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang [pengetahuan]itu. .
Ilmu Negara = Staatswetenschap (Belanda) = General State
Science,Theory of State atau The General Theory of State atau Political
theory (Inggris) = Staatsleer, Staatlehre (Jerman)=Theorie d’ etat
(Prancis).

Istilah Staatleer (Ilmu Negara) adalah hasil penyelidikan yang


pertama sarjana Jerman Georg Jellinek, oleh karena itu beliau mendapat
penghargaan sebagai “bapak ilmu negara” , mencoba melihat lapangan
ilmu kenegaraan dalam arti luas ,dibagi-baginya dalam bagian-bagian
dalam arti sempit/Staatswissenschaft (HTN,HAN,Hukum Antar Negara)
dan Rechtswissensschaft, pendekatan segi hukum (Hukum Pidana,
Hukum Acara Pidana/Perdata), yang berhubungan satu sama lain, dan
memandang negara dari segi sosial dan yuridis dalam “zwei seiten
theore”. Selanjutnya menyebutkan bahwa negara adalah suatu kesatuan
ikatan dari orang2 yang bertempat tinggal/kediaman tertentu dan
dilengkapi dengan kekuasaan yang sifatnya asli untuk memerintah.
(R.Kranenburg-il Negara Umum), negara pada hakekatnya merupakan
suatu keluarga yang besar, negara tidak boleh mempunyai luas daerah
yang tidak tertentu.
Bapak Hukum Adat adalah C.Van Vollenhoven, sedangkan bapak
Hukum Antar Golongan adalah Hugo de Groot (Grotius) dan bapak
ilmu Negara Indonesia adalah Prof.Djokosutono.

Anda mungkin juga menyukai