Pada umumnya seperti ilmu lainnya , ilmu negara merupakan ilmu dan
pengetahuan yang didasarkan pada kerangka ontology (hakikat apa yang di kaji),
epistemology (bagaimana cara mendapatkannya) dan aksiologi (nilai kegunaan
ilmu) dan ilmu negara sudah memiliki ketiga unsur tersebut. Dalam kajiannya
dapat ditelusuri melalui cara sistematis , yaitu dengan mendeskripsikan lokus dan
focus kajiannya.
Konsep atau pemikiran mengenai Negara yang kita ketahui sekarang ini,
sebenarnya sudah dirintis sejak 4.000 tahun lalu. Dilihat dari usianya, maka
sebagai sebuah pemikiran, teori Negara berusia sangat tua, yakni mulai muncul dan
menjadi pusat kegelisihan para pemikir (intelektual) pada masa Yunani Kuno
(Ancient Greek) seperti Socrates, Plato , Aristoteles.
Socrates tidak banyak dketahui oleh orang karena buku-bukunya tidak ada.
Socrates menjadi kiblat pikiran manusia karena sering disebut oleh Plato
(muridnya) dalam karyanya , misalnya Plato menyebut Socrates sebagai seorang
filosof dan ahli negara dan dipandang sebagai contoh orang yang berbudi luhur.
Pemikiran Socrates tentang negara adalah bahwa negara bukanlah organisasi yang
dapat dibuat oleh manusia untuk kepentingan dirinya sendiri, tapi merupakan jalan
susunan obyektif berdasarkan pada hakikat manusia sehingga bertugas
menjalankan peraturan2 yang obyektif mengandung keadilan dan kebaikan umum
atau bersama, tidak hanya melayani kebutuhan penguasa yang berganti-ganti
orangnya . Kenikmatan jiwa hanya dapat dicapai dengan keadilan obyektif sejati,
kesenangan palsu akan disuburkan oleh kezaliman. M
Negara sebagai sebuah konsep dan ilmu begitu dinamis sepertihalnya ilmu-
ilmu lain yang terus mengalami perubahan serta perkembangan. Seiring dengan
perkembangan masyarakat, sebagai sebuah konsep atau ilmu, Negara tak pernah
terdefinisikan secara konstan dan pasti. Diantara para ilmuwan, atau bahkan ahli
ilmu Negara (ahli tata Negara) definisi tentang negara selalu berbeda-beda. Semua
bergantung dari cara pandang masing-masing pemikir (ahli). Ruang dan waktu
juga mempengaruhi pengertian atau terminologi mengenai negara .
Derajat legitimasi dari Negara yang baru terbentuk masih formal dan
sepihak, tergantung pada pengakuan Negara lain. Pengakuan Negara lain secara De
facto yaitu pernyataan secara resmi menurut hokum tentang berdirinya suatu
Negara (secara pisik disuatu wilayah telah ada Negara , misalnya dengan
memproklamasikan kemerdekaan), secara De jure yaitu pengakuan secara hukum
bahwa disebuah wilayah telah ada Negara (pengakuan suatu Negara atas Negara
lain). Dalam hal ini contoh Negara Republik Indonesia mendapat pengakuan secara
De facto dari Negara lain pada tanggal 17 Agustus 1945, sedangkan secara De jure
pertama kali pada tanggal 10 juni 1947 dari Negara Mesir dan pada tanggal 2 7
Desember 1949 dari Negara Belanda.