Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAHAN DARI SUDUT PANDANG

FILSAFAT SOCRATES, PLATIO,


ARISTOTELES

UNTAD

NAMA: IVAN ARNANTA BASRAN LAMANDO

NIM: B40118224

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLOTIK

UNIVERSITAS TADULAKO
2021

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Pemerintahan merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaaan


dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyat dan
negara. Menurut para ilmuan plato, sorates, aristoteles. Komunikasi pemerintah
dalam pelaksanaan pembangunan, menjadi penting diantara semua pihak yang terlibat
dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, dari
proses penyampaian ide-ide, gagasan-gagasan dan program pembangunan untuk
mencapai suatu tujuan bersama, oleh karena itu, komunikasi pemerintahan dalam
pelaksanaan pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik
penyampaian ide-ide, gagasan-gagasan, yang berasal dari pihak yang memprakarsai
pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. (Dipong,2018)

Plato dan Aristoteles adalah pemikir pada masa Yunani, yang dibesarkan pada
peradaban Yunani. Aristoteles dikenal sebagai pemikir emperis-realis berbeda dengan
Plato yang berfikir utopis dan idealis. Bisa jadi pemikiran Aristoteles adalah bentuk
protes terhadap pemikiran dan gagasan Plato. Aristoteles adalah murid dari Plato,
sementara Plato sangat dipengaruhi pemikirannya oleh Socrates, baik gagasan, ide
dan nilai-nilai yang disampaikan oleh Socrates, semuanya ditulis oleh Plato dalam
bentuk buku, terutama karyanya yang fenomenal sampai sekarang.( Widagdo,2015)

Pemikiran Plato relatif tidak memiliki nilai-nilai orisinalitasnya dipertannyakan,


sebab Plato hanya melanjutkan pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh Socrates,
bisa jadi penulis berani mengatakan pemikiran Plato tidak ada tapi yang ada hanya
pemikiran Socrates, tapi itu relative. Plato juga telah mengembangkan ide dan nilai-
nilai yang diajarkan oleh Socrates, sebab Socrates tidak pernah menulis pemikirannya
dalam bentuk buku, disinilah barangkali kelemahan Socrates.

Keterkaitan antara hukum kekuasaan dan demokrasi pada masa Yunani, bisa dilacak
dari cerita cerita turun temurun atau tradisi lisan, serta peninggalan artefak atau bukti
lain yang masih bisa dilacak. Meski tidak lengkap, yang jelas persoalan hukum,
kekuasaan dan demokrasi, telah dilaksanakan di era, zaman atau masa Pra Socrates

Demokrasi dan kekuasaan saling terkait erat, sebab cita-cita tertinggi negara hukum
adalah berlakunya atau terlaksananya demokrasi. Demokrasi adalah inti setiap negara
hukum. Hukum dipergunakan untuk melegitimasi kekuasaan, agar kekuasaan tersebut
bisa diakui, sebaliknya hukum dipergunakan untuk mengontrol kekuasaan agar tidak
bertentangan dengan demokrasi. Penguasa tidak bisa mempergunakan kekuasaannya
dengan semena-mena tanpa dasar hukum atau atas nama demokrasi

Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik, tetapi keduanya tidak
sama. Demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip mengenai
kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat prosedur (hukum) dan praktek
(kekuasaan) yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku.

Salah satu unsur penegak demokrasi adalah negara hukum. Konsepsi negara hukum
mengandung pengertian, bahwa memberikan perlindungan hukum bagi warga negara
melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak dan penjaminan Hak
Asasi Manusia (HAM). Terminologi politik yang dominan dalam suatu negara
hukum adalah pemilu, demokrasi dan kekuasaan. Ada kaitan erat antara hokum dan
kekuasaan. Hukum dan kekuasan ibarat dua sisi sekeping uang logam, di mana ada
hukum, disitu ada kekuasaan. Demikian juga dengan demokrasi. Demokrasi
merupakan elemen penting yang menjadi cita-cita setiap negara yang mengatas
namakan negara hukum.

Setiap negara harus mempunyai kekuasaan untuk memelihara ketertiban dengan


aturan hukum, juga tidak sewenang-wenang mengingat demokrasi adalah sistem
dimana rakyatnya bebas mengambil keputusan melalui kekuasaan mayotitas. Dalam
demokrasi, pemerintah hanyalah salah satu unsur yang hidup berdampingan dalam
suatu struktur sosial dari lembaga-lembaga yang banyak dan bervariasi, partai politik,
organisasi dan asosiasi. Keanekaragaman ini disebut pluralisme dan ini berasumsi,
bahwa banyaknya kelompok terorganisasi dan lembaga dalam suatu masyarakat
demokratis tidak bergantung pada pemerintah bagi kehidupan, legitimasi atau
kekuasaan mereka.( haq,2020)

Dalam negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, kekuasaan selalu


dibatasi oleh keputusan-keputusan rakyat, karena keputusan rakyat merupakan salah
satu dari komponen-komponen pendukung tegaknya demokrasi. Oleh karena itu,
dalam kehidupan kenegaraan yang menganut sistem demokrasi akan selalu ditemukan
adanya supra stuktur politik (legislature, bestuuren dan yudicial) dan infra stuktur
politik (partai politik, alat komunikasi politik, dll) sebagai pendukung tegaknya
demokrasi.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana konsep negara dan hukum menurut Socrates, Plato dan Aristoteles.

1.3 Tujuan

Untuk mengkaji secara mendalam tentang konsep negara dan hukum menurut
Socrates, Plato dan Aristoteles.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk mengatur komunitas


di wilayah tertentu, yang umumnya adalah negara. Ada beberapa definisi mengenai
sistem pemerintahan. Sama halnya, terdapat bermacam-macam jenis pemerintahan di
dunia. Menurut Socrates, plato, aristotles itu memiliki pemikiran masing-masing tapi
memiliki tujuan yang sama dalam pemerintahan. Socrates menekankan pentingnya
argumentasi dan pemikiran kritis dalam berpikir; Plato menekankan perlunya mencari
“kebenaran” sekaligus mempertahankan pemikiran kritis; sedang Aristoteles
memandang bahwa segala sesuatu harus dapat didefinisikan dan dikategorikan
disebut juga pemikiran “kategoris”. perbedaan utamanya pemikiran Plato dan
Aristoteles itu gagasan mereka tentang ide.

Plato beraliran idealis-empiris yang bersifat matematis. Sebaliknya Aristoteles


bersifat realis dan menekankan pada kebenaran ilmiah. Plato berpendapat bahwa
keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa
Kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun
dalam karya seni.

Dalam logika klasik (Logika Aristoteles), dikenal istilah silogisme atau proses
bernalar. Silogisme Kategoris adalah struktur suatu deduksi berupa suatu proses logis
yang terdiri dari tiga bagian, dan masing-masing bagiannya berupa pernyataan
kategoris (pernyataan tanpa syarat). Tegasnya menurut Socrates negara ideal atau
masyarakat ideal itu lebih dikendalikan oleh kaidah-kaidah agama dari pada kaidah-
kaidah hukum.

Socrates berpendapat, bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri,
melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang
yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang
diajak bersama-sama mencari kebenaran.Aristoteles melihat keadilan dari sudut hak,
sedangkan Plato memandangnya dari sudut kewajiban. Ini merupakan perbedaan
yang jelas ketika keadilan merupakan hak maka dibutuhkan hukum yang tegas agar
hak tersebut dapat terjaga dengan baik
Kelebihan teristimewa yang dimiliki manusia adalah mampu berpikir (berakal); dan
itu yang membedakannya dengan makhluk-makhluk lainnya. Potensi itulah yang oleh
Socrates, Plato, dan Aristoteles, yang dikenal dengan julukan The Gang of
Three, tunjukkan semasa hidup.

Pada hakekatnya, semua manusia di dunia ini memiliki tujuan hidup dari masing-
masingnya. Tujuan yang demikian ini tak pernah lepas dari apa yang diperbuatnya
dalam tindakan, entah dalam taraf individu atau pun kelompok sosial.

Dengan tujuan itu pula, manusia pada akhirnya menjadi yang “seutuhnya”: memiliki
kebebasan dalam taraf kemanusiaannya. Hal itu tentu saja didapati dari hasil berpikir
dari waktu ke waktu; apa yang dahulu dianggap mustahil, sekarang bisa dilakukan.

Untuk mengetahui dari mana semua itu bermula, menarik kiranya menyimak sejarah
mengenai bagaimana kemampuan berpikir manusia itu terus berkembang dari masa
ke masa. Bahwa pengetahuan itu semakin hari semakin bertambah seiring
berkembangnya perjalanan hidup seorang manusia.

Dalam hal ini, ada beberapa tokoh yang begitu dikenal sebagai pemikir di zamannya,
yakni mereka yang biasa dikenal dengan sebutan The Gang of Three: Socrates, Plato,
dan Aristoteles. Ketiga pemikir ini dianggap berperan dominan dalam membentuk
pola pikir orang-orang Barat.

Socrates menekankan pentingnya argumentasi dan pemikiran kritis dalam berpikir;


Plato menekankan perlunya mencari “kebenaran” sekaligus mempertahankan
pemikiran kritis; sedang Aristoteles memandang bahwa segala sesuatu harus dapat
didefinisikan dan dikategorikan—disebut juga pemikiran “kategoris”.

Dari ketiganya, Socrates, Plato, dan Aristoteles, merupakan guru sekaligus murid.
Mereka juga hendak memperlihatkan bagaimana peran seorang guru dan juga peran
seorang murid. Dalam hal ini, murid tak selamanya harus mengekor pada guru, begitu
pun guru tak selamanya harus memaksakan kehendak kepada sang murid. Semuanya
berlanjut pada hasil berpikir yang kritis, tidak turun dari langit secara tiba-tiba (taken
for granted), melainkan hasil dari pergulatan dan pergumulan pemikiran dengan
realitas kehidupan sehari-harinya.
A. Socrates

Tahun 469 SM Socrates seorang filsuf terkemuka lahir. Socrates sangat kritis dan
mempertahankan kebenaran tentang segala sesuatu. Tidak mudah percaya pada
kebenaran dan kebajikan begitu saja tanpa melakukan penyelidikan. Sehingga akal
sangat penting dan digunakan secara terus menerus untuk meragukan dan bertanya
dan selalu bertanya sampai kebenaran dan kebajikan benar-benar dipahami. Sifat dan
metode pencarian kebenaran yang dilakukan oleh Socrates inilah yang disebut
skeptisisme. Sebagai filsuf pencari kebenaran hakiki, Socrates bertentangan dengan
kaum Sofis dan penguasa negara. Ia mengecam kaum Sofis karena mencari
keuntungan dari pengajaran mereka, mengutamakan kepentingan praktis dari teori,
mengabaikan metafisika maupun filsafat terlalu mengutamakan retorika serta
demagogi politik. Karena dianggap sesat dan menyesatkan masyarakat oleh penguasa
politik dan konspirasi kaum Sofis maka Socrates dijatuhi hukuman mati dengan
meminum racun, 399 SM. Kematiannya tragis karena ia dijatuhi hukuman mati tanpa
bisa membela dirinya di pengadilan.

B. Plato

Pemikiran Socrates setelah kematiannya menjadi awal kebangkitan ajaran-ajaran di


kalangan intelektual muda Athena. Salah satu murid dari Socrates adalah Plato. Nama
Socrates kita kenal terutama lewat tulisantulisan Plato, maka seringkali para peneliti
yang coba untuk menelaah kedua tokoh ini menemukan kesulitan dalam membedakan
mana yang memang merupakan murni gagasan Plato dan mana yang merupakan
gagasan Socrates. Melalui karya-karya Plato kita dapat mengenal pemikiran dan
ajaran Socrates antara lain Dialogue (Dialog), Republic (Republik), Statesman
(Negarawan), dan Apologia (Pembelaan). Pengaruh Socrates terhadap Plato dapat
dilihat dalam pandangannya mengenai kebajikan (virtue) sebagai dasar negara ideal.
Menurut Plato negara ideal menganut prinsip mementingkan kebajikan (virtue).
Kebajikan menurut Plato adalah ilmu pengetahuan. Yang dilakukan atas nama negara
adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk melakukan kebajikan.

Atas dasar itulah Plato melihat pentingnya lembaga pendidikan bagi kehidupan
negara. Hal ini mendorong Plato untuk mendirikan sekolah atau akademi
pengetahuan. Pendapat Plato bahwa negara ideal adalah negara yang penuh kebajikan
di dalamnya maka yang berhak menjadi penguasa dalam negara adalah orang yang
mengerti sepenuhnya mengenai prinsip kebajikan yaitu seorang rajafilsuf (The
Philosopher King). Raja filosof ini dianalogikan oleh Plato sebagai seorang dokter
yang memahami gejala penyakit di tengah-tengah masyarakatnya serta mampu
memberikan penawar atau solusi bagi penyakit tersebut.9 Plato tidak membatasi kelas
penguasa dan pembantu penguasa itu musti laki-laki, perempuan pun mendapatkan
kedudukun yang serupa untuk bisa menjadi seorang raja filosof.

Plato juga menegaskan bahwa munculnya negara karena adanya hubungan timbal
balik dan rasa saling membutuhkan antara manusia. Adanya perbedaan bakat dan
kemampuan baik bagi masyarakat karena akan menciptakan saling ketergantungan
dalam arti positif di antara anggota masyarakat. Dengan bakat dan kemampuan yang
berbeda maka setiap orang akan memproduksi barang dan jasa yang berbeda untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga memungkinkan terjadinya.

Negara Ideal menurut Plato adalah sebuah negara yang berdasarkan prinsip larangan
kepemilikan pribadi dalam hal harta, uang, keluarga, anak dan istri. Hal ini disebut
Robert Nisbet ‘nihilisme sosial’. Nihilisme Sosial menurut Plato menghindarkan
negara dari berbagai pengaruh erosif dan destruktif yang pada akhirnya akan
menciptakan disintegrasi negara kota.

Plato memiliki gagasan anti individualisme karena menurut Plato sikap


individualisme akan merusak kehidupan sosial masyarakat yang hanya akan
mementingkan kebutuhan sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Padahal
dalam kehidupan bernegara menekankan pentingnya kehidupan yang saling
ketergantungan sesama warga negara.

Plato menyimpulkan bahwa pemerintahan demokrasi akan melahirkan pemerintahan


tirani. Dalam sistem demokrasi setiap orang memiliki kebebasan untuk melakukan
apa yang dikehendakinya tanpa ada kontrol ketat dari negara. Adanya kebebasan
tersebut menyebabkan setiap orang merasa memiliki hak untuk mengkritik orang lain.
Jika saling kritik dibiarkan maka yang timbul adalah kekacauan sosial. Sehingga
untuk menjaga negara tetap stabil dibutuhkan sebuah kekuasaan negara yang totaliter

C. Aristoteles

Aristoteles dilahirkan pada 384 SM di Makedonia. Pada usia 18 tahun ia pergi ke


Athena untuk menimba ilmu di Akademi Plato Aristoteles dikenal sebagai seorang
pemikir politik empirisrealis, dan berbeda dengan Plato yang dijuluki idealis-
utopianis. Pemikiran Aristoteles (Aristotelianism) merupakan suatu bentuk
pemberontakan terhadap gagasan Plato (Platonism). Dalam mengeluarkan
gagasannya Aristoteles menggunakan metode induktif dan bertitik tolak dari fakta-
fakta nyata dan Plato menggunakan metode deduktif dan merumuskan gagasannya
berdasarkan kekuatan imajinatif pikiran atau wishful thinking.

Aristoteles dikenal sebagai guru Alexander Agung, meskipun pengaruh pemikiran


Plato pada cita-cita politiknya tidak begitu signifikan. Aristoteles menuangkan
banyak buah pemikirannya dalam berbagai bidang, diantaranya ialah soal teologi,
metafisika, etika, ekonomi, politik, dan juga fisika

Salah satu karya besar Aristoteles dalam bidang pemikiran ketatanegaraan yang
monumental adalah Politics. The Athenian Constitution, merupakan kumpulan
kuliah-kuliahnya di Lyceum dan membahas konsep-konsep dasar dalam ilmu politik
yaitu asal mula negara, negara ideal, warga negara ideal, pembagian kekuasaan
politik, keadilan dan kedaulatan, penguasa yang ideal, konstitusi, revolusi kaum
miskin dan uraian tentang tata cara dalam memelihara stabilitas negara.

Menurut Aristoleles kemunculan negara tidak dapat dipisahkan dari watak manusia.
Manusia merupakan zoon politicon artinya makhluk berpolitik. Karena watak
tersebut maka terciptanya negara adalah untuk aktualisasi watak manusia tersebut.
Selanjutnya Aristoteles juga menganalogikan manusia sebagai sebuah organisme.
Negara lahir dalam bentuk sederhana kemudian tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa dan kemudian hancur dan tenggelam dalam sejarah. Keluarga merupakan unit
persekutuan terendah dan yang tertinggi adalah negara.

Aristoteles juga mengeluarkan gagasan tentang kriteria sebuah negara idel. Negara
yang ideal menurut Aristoteles adalah ukuran atau luas wilayah tidak terlalu luas dan
terlalu kecil. Negara terlalu kecil dianggap sulit untuk mempertahankan diri
sedangkan negara yang terlalu luas mudah dikuasai oleh negara lain. Sehingga dari
segi ukuran negara ideal adalah seperti polis atau city state. Hal inilah yang
menyebabkan Aristoteles berbeda pendapat dengan Alexander Agung yang ingin
memperluas negara berbentuk Imperium.

Negara adalah lembaga politik yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan seluruh
warga negaranya. Tujuan negara sama dengan tujuan manusia yaitu agar manusia
mencapai kebahagiaan (cudai-monia). Maka negara bertugas untuk mengusahakan
kebahagiaan para warganya.13 Negara yang baik adalah negara yang sanggup
mencapai tujuan-tujuan negara sedangkan negara yang buruk adalah negara yang
gagal melaksanakan cita-cita itu. (pureklolon, 2020)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Socrates berpendapat, bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak
memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan
jalan tanya jawab.
2. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia
ide. Ia berpendapat bahwa Kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik
dalam alam semesta maupun dalam karya seni.
3. Dalam logika klasik (Logika Aristoteles), dikenal istilah silogisme atau
proses bernalar.
4.
3.2 Saran
Saran saya semoga jauh lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

1. Pureklolon T T. 2020. NEGARA DAN POLITIK. Jakarta : halaman moeka


2. Dipong, D., Kaunang, M., & Undap, G. (2018). KOMUNIKASI PEMERINTAHAN
DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI DESA BUKUTIO KECAMATAN
WASILE SELATAN KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. JURNAL
EKSEKUTIF, 1(1).
3. Widagdo, Y. (2018). Hukum Kekuas Aan dan Demokrasi Masa Yunani
Kuno. DIVERSI: Jurnal Hukum, 1(1), 44-65.
4. Haq, I. (2020). Teori Idea Plato. Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, 5(1), 68-82.

Anda mungkin juga menyukai