Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

ILMU NEGARA

Nama: I Kadek Yudi Ariawan


NIM: 2014101083
Absen: 17
Kelas: 1C

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2020
Soal.
1. Jelaskan dengan pengertiannu mengenai obyek ilmu negara. Apa bedanya dg HTN?

2. Abad pertengan sering disebut era kegelapan dan era pencerahan. Jelaskan hal itu.

3. Jelaskan hubungan teori asal mula negara yg dikemukakan oleh Socrates, Plato dan
Aristoteles.

4. Bagaimana anda memahami teori siklus tentang bentuk pemerintahan negara yg dikemukakan
oleh Polybius? Jelaskan.

Jawaban.
1. Menurut pengertian saya perbedaan obyek ilmu negara dan HTN, dimana Ilmu
negara menganggap negara sebagai objek penyelidikannya, meliputi pertumbuhan, sifat
hakikat dan bentuk-bentuk negara. Hukum tata negara juga menganggap negara sebagai
objeknya, terutama tentang hubungan antara alat-alat perlengkapan negara.
Dalam ilmu negara, pembehasannya menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat umum
dengan menganggap negara sebagai genus (bentuk umum) mengesampingkan
/mengabaikan sifat-sifat khusus dari negara- negara.
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa perbedaan antara Hukum Tata Negara
dan Ilmu Negara adalah Ilmu Negara membehasa teori-teori yang umum
mengesampingkan sifat-sifat khusus negara sedangkan Hukum Tata Negara (positif)
menyelidiki /membehas suatu system Hukum Tata Negara Indonesia, Hukum Tata
Negara Inggris, Hukum Tata Negara Belanda dsb, dengan memperhatikan sifat-sitfat
khusus dari negara-negara tersebut.
Hukum Tata Negara Menguraikan pertumbuhan, Perkembangan dan susunan suatu
system alat-alat perlengkapan negara tertentu sedangkan Ilmu Negara mencurahkan
perhatiannya pada hal-hal yang bersifat menyeluruh yaitu berupa pengertian pokok atau
sendi pokok

2. Penjelasan tentang disebutnya abad pertengahan sebagai abad kegelapan dan abad
pencerahan, Zaman kegelapan merupakan sebuah zaman antara runtuhnya Kekaisaran
Romawi dan Renaisans atau munculnya kembali peradaban lama. Di saat Zaman
Kegelapan, segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan
demokrasi di parlemen seperti ketika zaman Kekaisaran Romawi. Keputusan tersebut
diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat karena
pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-keputusan adalah para ahli agama
katolik. Istilah ini menggunakan citra terang-versus-kegelapan tradisional untuk
membandingkan "kegelapan" pada zaman itu (dengan tidak adanya catatan) dengan
periode "terang" sebelumnya dan kemudian (banyaknya catatan). Konsep "Zaman
Kegelapan" berasal pada tahun 1330an dengan cendekiawan Italia Petrarch, yang
menganggap abad-abad pasca-Romawi sebagai "gelap" dibandingkan dengan cahaya
zaman kuno klasik. Ungkapan "Zaman Kegelapan" sendiri berasal dari bahasa Latin
saeculum obscurum, yang pada awalnya diterapkan oleh Caesar Baronius pada 1602 ke
periode yang kacau di abad ke-10 dan ke-11. Konsep tersebut kemudian menjadi ciri
seluruh Abad Pertengahan sebagai masa kegelapan intelektual antara kejatuhan Roma
dan Renaissance; ini menjadi sangat populer selama Zaman Pencerahan abad ke-18.
Ketika pencapaian-pencapaian zaman menjadi lebih dipahami pada abad ke-18 dan ke-
20, para sarjana mulai membatasi sebutan "Abad Kegelapan" ke Abad Pertengahan Awal
(abad ke-5 - 10), dan sekarang para sarjana juga menolak penggunaannya dalam periode
ini. Mayoritas cendekiawan modern menghindari istilah ini sama sekali karena
konotasinya negatif, menganggapnya menyesatkan dan tidak akurat. Makna yang
merendahkan tetap digunakan, biasanya dalam budaya populer yang sering salah
menandai Abad Pertengahan sebagai masa kekerasan dan keterbelakangan.

3. hubungan teori asal mula negara yg dikemukakan oleh Socrates, Plato dan
Aristoteles.
 Socrates
Socrates adalah seorang filosof dengan coraknya sendiri. . Ajaran filosofinya tak
pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara
hidup. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar-benar, ia
malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi
bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi
yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia
tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. Kebenaran itu
tetap dan harus dicari.Tujuan filosofi Socrates mencari kebenaran yang bertujuan
untuk selama-tahun. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang
mengajarkan bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus berhubungan
dengan pendirian yang skeptis . Masyarakat berpendapat, bahwa dalam mencari
kebenaran ia tidak memiki sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang
lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua tidak dipandangnya sebagai
lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari
kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak
mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam
jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran
yang tetap dengan tanya jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan
pengertian, maka jalan yang ditempuhnya adalah metode induksi dan definisi.
Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates
diperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai contoh dan persamaan,
dan diuji pula dengan saksi dan saksi.

 plato
Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri Akademi
Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah
murid Socrates . Pemikiran Plato banyak memanfaatkan oleh Socrates. Plato
adalah guru dari Aristoteles . Karyanya yang paling terkenal adalah Republik ,
yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal".
 Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di
mana Socrates adalah peserta utama.Ajaran Plato tentang etika kurang
menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik,
dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-
cita Yunani Kuno yang hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam
polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos / adat kebiasaan saja
dan bukan physis / kodrat. Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa
manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia
menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara. Menurut Plato negara
terbentuk atas dasar kepentingan yang ekonomis atau saling membutuhkan antara
warganya maka terjadilah suatu spesialis bidang pekerjaan, karena tidak semua
orang bisa mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu waktu.
Dalam menghadapi hal ini maka di setiap negara harus memiliki penjaga-penjaga
yang harus dididik khusus.Ada tiga golongan dalam negara yang baik, yaitu
pertama, Golongan Penjaga yang tidak lain adalah para filusuf yang sudah
melihat yang baik dan kepemimpinan yang dipercayakan pada mereka. Kedua,
Pembantu atau Prajurit. Dan ketiga, Golongan pekerja atau petani yang mengatur
kehidupan ekonomi bagi seluruh polis.Plato tidak begitu mementingkan adanya
undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus
berubah-ubah dan peraturan itu sulit disama-ratakan itu semua tergantung
masyarakat yang ada di polis tersebut.Adapun negara yang diusulkan oleh Plato
berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka akan
terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak
kebebasan, sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini berdasarkan
pada pertanian bukan perdagangan.

 Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato.Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia
memimpin Lyceum, mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah
logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain
kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan bidang
metafisika. Di bidang ilmu alam, ia merupakan
orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies
secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa
kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato
pernyataan teori tentang bentuk-bentuk benda ideal, sedangkan Aristoteles
menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).
Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi yang sempurna, atau bentuk
akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai sebuah tulisanos, yaitu yang dalam
bahasa Yunani sekarang berarti Tuhan.Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (penalaran deduktif), yang bahkan sampai saat ini masih dalam
dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam
penelitian ilmiahnya ia menyadari bahwa observasi observasi, eksperimen dan
berpikir induktif (pemikiran induktif). Di bidang politik, Aristoteles percaya
bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari demokrasi dan monarkhi.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia
berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi
bidang-bidang yang sangat beragam seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi,
metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar
tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih
merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (penjelasan akal sehat),
banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun. Hal
ini terjadi karena teori-teori tersebut karena asumsi-asumsi yang masuk dan
sesuai dengan pemikiran masyarakat, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-
teori tersebut salah total karena asumsi-asumsi yang keliru.Dapat dikatakan
bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan
pemikiran keagamaan pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles
dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas pada abad ke-13,
dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (11351204), dan dengan teologi Islam
oleh Ibnu Rusyid (11261198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak
saja memanggil sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika,
melainkan juga sebagai sumber utama ilmu pengetahuan, atau “the master of
those who know”, yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri

4. teori siklus tentang bentuk pemerintahan negara yg dikemukakan oleh Polybius,


Polybius berpendapat bahwa pemerintahan suatu negara umumnya diawali dengan
bentuk kerajaan atau monarki, dimana seorang raja/ratu yang memerintah sebagai
penguasa tunggal demi kesejahteraan rakyatnya. Namun demikian bentuk pemerintahan
semacam ini lama-kelamaan merosot menjadi tirani ketika raja yang bersangkutan atau
raja-raja keturunannya tidak lagi memikirkan kepentingan umum melainkan hanya
mengejar kepentingannya sendiri dengan cara yang sewenang-wenang.Menurut Polybius,
dalam situasi semacam ini umumnya akan muncul sekelompok bangsawan yang
kemudian menggerakkan perjuangan itu berhasil, negara akan diperintah oleh
sekelompok bangsawan yang berupaya menyejahterakan semua rakyat. Inilah yang
disebut pemerintahan Aristokrasi. Namun karena kekuasaan itu cenderung untuk disalah
gunakan, pemerintah kaum bangsawan yang baik itu (kaum Aristokrat) pun lama-
kelamaan akan merosot menjadi pemerintahan yang hanya memperjuangkan kepetingan
pribadi kaum bangsawan itu sendiri. Dengan demikian,
pemerintahan aristokrasi berubah menjadi pemerintahan oligarki yang menindas rakyat

Anda mungkin juga menyukai