1. AUGUSTINUS
Augustinus adalah pemikir Kristiani yang paling besar pada abad-abad pertama. Menurut
pandangannya kebenaran tidak ditemukan pertama-tama dalam pikiran akal budi teoretis
sebagaimana diajarkan oleh filsuf-filsuf.Menurut Augustinus Allah adalah bukan hanya Budi
Ilahi, melainkan pertama-tama Kehendak Ilahi atau Cinta Ilahi. Melalui Budi-Nya Allah
menciptakan segala-galanya, lalu ia menjaganya dalam cinta kasih-Nya. Menjaga atau
memelihara itu dimungkinkan, oleh sebab dalam Allah terletak suatu rencana tentang
berjalannya semesta alam. Rencana tentang alam ini oleh Augustinus disebut hukum abadi (lex
aeterna)
Hukum abadi yang terletak dalam Budi Tuhan ditemukan juga dalam jiwa manusia.
Sebagai demikian hukum itu disebut hukum alam (lex naturalis). Partisipasi hukum abadi itu
nampak dalam rasa keadilan, yakni suatu sikap jiwa untuk memberikan kepada setiap manusia
apa yang patut baginya, dengan mengindahkan juga tuntutan-tuntutan kepentingan
umum.Pandangan Augustinus atas hukum positif kurang jelas. Kadang-kadang dikatakannya
bahwa hukum itu harus berdasarkan pada hukum alam supaya mempunyai kekuatan hukum.
Kadang-kadang dikatakannya juga bahwa berlakunya hukum tergantung dari pengesahan oleh
negara. Di sini Augustinus menghadapi dilemma yang akan timbul kembali dalam seluruh
sejarah filsafat hukum.
2. THOMAS AQUINAS
Thomas Aquinas adalah seorang rohaniwan Gereja Katolik yang lahir di Italia, lalu
belajar di Paris dan Koln di bawah bimbingan ALBERTUS MAGNUS. Sebagai doctor Filsafat
dan Teologi ia mengajar di Paris dan di beberapa tempat di Italia.Dalam membahas arti hukum
Thomas mulai membedakan antara hukum-hukum yang berasal dari wahyu dan hukum-hukum
yang dijangkau oleh akal budi manusia sendiri. Hukum yang didapati dari wahyu disebut ‘hukum
ilahi positif’ (ius divinum positivum).
Tentang hukum yang berasal dari wahyu dapat dikatakan, bahwa hukum itu mendapat
bentuknya dalam norma-norma moral agama. Sering kali norma-norma itu sama isinya dengan
norma-norma yang umumnya berlaku dalam hidup manusia. Hal itu dimungkinkan karena apa
yang dapat kita ketahui dari wahyu, dapat kita ketahui juga melalui akal budi yang berpikir sehat
dan tertib. Pengertian tentang hukum dalam negara oleh Thomas didasarkan seluruhnya pada
kebenaran-kebenaran yang didapati akal budi manusia.
Thomas Aquinas bertolak dari ide-ide dasar filsafat Aristoteles. Seperti Aristoteles,
Thomas memandang semesta alam sebagai suatu kesatuan substasni-substansi dengan wujud
yang berbeda-beda. Semua substansi itu disamping mempunyai tujuannya sendiri, mempunyai
juga suatu tujuan di luar wujudnya, yakni benda mati berguna untuk tumbuh-tumbuhan dan
semua makhluk yang lebih tinggi, tumbuh-tumbuhan untuk binatang dan manusia, binatang
untuk manusia.
Hukum alam yang oleh akal budi manusia ditimba dari aturan alam, dapat dibagi dalam
dua golongan. Terdapat hukum alam primer dan terdapat hukum alam sekunder.Hukum alam
primer dapat dirumuskan dalam norma-norma yang karena bersifat umum beraku bagi semua
manusia. Pada hukum alam primer termasuk kedua norma yang telah dipegang aliran Stoa.
Hukum alam sekunder dalam arti yang benar dapat dirumuskan dalam norma-norma, yang selalu
berlaku in abstracto, oleh karena langsung dapat disimpulkan dari norma-norma hukum alam
primer, tetapi dapat terjadi juga adanya kekecualian berhubung adanya situasi tertentu.
Hukum alam itu agak umum, dan tidak jelas bagi setiap orang, apa yang sesuai dengan
hukum alam itu. Oleh karena itu perlu disusun undang-undang negara yang lebih konkret
mengatur hidup bersama. Inilah hukum positif.Keutamaan yang disebut keadilan menurut
Thomas menentukan bagaimana hubungan orang dengan orang lain dalam hal iustrum, yakni
mengenai ‘apa yang sepatutnya bagi orang lain menurut sesuatu kesamaan proporsional’.
Pandangan Thomas terhadap negara sama dengan pandangan Aristoteles. Negara adalah
masyarakat yang sempurna. Dalam masyarakat ini manusia mendapat perlengkapannya sebagai
makhluk sosial. Orang yang tidak memperhatikan kepentingan umum tidak berlaku sebagai
makhluk sosial dan tidak sampai pada kesempurnaan hidup.
3. HUKUM ISLAM
Dalam abad-abad yang pertama Hijriah agama Islam mempengaruhi bangsa Arab dan
bangsa-bangsa lain di kawasan Timur Tengah sedemikian rupa sehingga timbullah suatu aturan
hidup baru. Dalam aturan baru itu memang adat-istiadat bangsa ditampung juga, namun hanya
sejauh adat itu cocok dengan wahyu Allah dalam Al-Qur’an dan dalam sunna.Para ahli hukum
sepakat tentang sumber-sumber hukum yang empat jumlahnya. Sumber yang paling tua dan
paling berwibawa adalah perintah-perintah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Menyusullah
hidup dan ajaran Nabi Mohammad, seperti terkandung dalam Tradisi. Peraturan-peraturan yang
terkandung dalam hukum Islam meliputi segala bidang kehidupan, yakni ibadah, keluarga,
warisan, milik, hukum, negara.
Untuk mengerti hukum islam, perlu disadari, bahwa hukum itu dipelajari dan dikerjakan
seluruhnya dalam wadah agama. Para penguasa negara tidak mengambil bagian dalam
pembentukan hukum, sebab pada abad-abad pertama hubungan antara para ulama dan para
penguasa itu agak tegang. Akibatnya hukm itu mengambil kewibawaannya bukan dari kekuasaan
negara, melainkan hanya dari kewibawaan agama.Telah dikatakan, bahwa hukum islam lebih
merupakan suatu ideal hidup religius daripada suatu hukum yang langsung dapat dipraktekkan
dalam hidup kenegaraan. Hal ini menerangkan juga, mengapa sejak abad-abad pertama hijriah
negara-negara yang menerima agama islam hanya menerima bagian-bagian tertentu dari hukum
itu.Meninjau kembali pandangan-pandangan tentang hukum selama Abad Pertengahan, dapat
disimpulkan bahwa pandangan-pandangan tersebut tidak pernah lepas dari keyakinan orang-
orang sebagai orang beragama. Baik dalam agama Kristiani maupun dalam agama Islam aturan
hukum dianggapi sebagai perwujudan kehendak Allah.
Salah satu hasil pemikiran yang tak kunjung putus itu adalah aturan-aturan hukum yang
mengatur hidup dalam zaman sekarang ini. Namun itu tidak berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh dari wahyu atas penciptaan aturan-aturan hukum. Pengaruh langsung memang tidak
ada, akan tetapi terdapat pengaruh tidak langsung. Secara tidak langsung wahyu ikut menentukan
aturan hukum, oleh karena menurut orang-orang yang beriman hukum harus berkaitan dengan
prinsip-prinsip moral supaya adil.
BAB III
Zaman Renaissance
Zaman Renaissance juga di sebut sebagai zaman Humanisme karena dalam zaman
tersebut manusia lebih dihargai sebagai pribadi individual, baik dalam kesenian maupun dalam
bidang lainnya. Tokoh-tokoh Renaissance yang paling dikenal adalah LEONARDO DA VINCI (
1452 – 1519 ) dan MICHEL ANGELO (1475-1564).. Gagasan humanisme dan kebebasan
pribadi juga berimplikasi terhadap bidang agama dengan timbulnya agama Kristen Protestan
yang di rintih oleh Luther (1483) dan CALVIN (1509-1564). Dalam Zaman Renaissance
perhatian pertama-tama diarahkan kepada manusia, sehingga manusia menjadi titik tolak
pemikiran. Melihat perubahan yang berlangsung dalam abad XV dan XVI dalam kalangan orang
orang yang berfikir, dapat dinyatakan perbedaan mendasar antara Zaman Renaissance dengan
zaman sebelumnya meupakan dalam bidang religius.
B. ABAD XVI
Hukum alam dalam arti yang sempit adalah hukum yang sesungguhnya oleh karena
menciptakan hak untuk menuntut agar diberikan apa yang termasuk padanya. Keadilan yang
berlaku dalam bidang ini ialah keadilan yang melunasi (iustitia explerix).
Hukum positif adalah hukum yang berlaku dalam negara sebab disetujui dan disahkan
oleh yang berwibawa. Hukum ini tidak boleh melawan hukum alam, yakni tidak boleh menyuruh
sesuatu yang terlarang oleh hukum alam. Oleh karena hukum alam berhubungan dengan pribadi
manusia, bukan dengan masyarakat dan kepentingan umum. Dapat disimpulkan bahwa
sebenarnnya ide hukum alam pada Grotius terlalu sempit dan tidak cocok untuk mencakup segi
segi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dalam masyarakat.