Anda di halaman 1dari 8

Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) dianggap sebagai dua tokoh terbesar

filsafat Barat. Selama sekitar 20 tahun, Aristoteles menjadi mahasiswa dan kolega Plato di Akademi
Athena. Sebuah institusi untuk penelitian dan pengajaran filosofis, ilmiah, dan matematis yang
didirikan oleh Plato pada tahun 380-an. Aristoteles menggeluti bidang filsafat dan bidang sains yang
Plato tidak serius mempertimbangkannya.

Menurut pandangan konvensional, filsafat Plato bermuara pada hal abstrak dan utopis.
Sedangkan Aristoteles bersifat empiris, praktis, dan logic. Kontradiksi seperti itu terkenal di Fresco
School of Athens (1510-1111). Sehingga oleh pelukis Renaisans Italia, Raphael sanzio,
menggambarkan Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam percakapan, dikelilingi oleh para filsuf,
ilmuwan, dan seniman dari masa awal hingga selanjutnya.

Dalam dialog tersebut, Plato memegang salinan Timeo (Timaeus) dengan jari tangan
menunjuk ke langit. Sedangkan Aristoteles memegang salinan Etika-nya dengan tangan menunjuk ke
luar (Dunia). Penggambaran ini seakan mencerminkan filsafat yang kedua filsuf tersebut berikan
pada dunia. Plato dengan dunia Idenya, dan Aristoteles dengan Logikanya.

Gestur kedua filsuf ini merupakan bahasa tubuh mereka untuk


mengutarakan filsafat mereka masing-masing. Plato (No. 14) terlihat
sedang menunjuk ke atas menyatakan bahwa tidak ada realitas dalam
dunia kita ini karena realitas dalam konsep Plato dibentuk dari gagasan-
gagasan yang tidak berubah dalam “dunia form”. Dunia form adalah dunia
yang lebih tinggi dibandingkan dunia kita. In other word, Plato adalah
penganut dualisme, bahwa dunia form lebih baik dibanding dunia materi
kita ini. 
Aristoteles sedang memegang sebuah buku etika dan tangannya menunjuk
ke bawah. Ini menggambarkan bahwa Aristoteles menekankan studi
tentang realitas sebagai mana yang kita alami secara empiris (fokus pada
dunia horizontal).
PLATO

Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena,
sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak
dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah
Republik,yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal".Dia juga
menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.

Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai
tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada
cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia
menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat.
Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk
sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara. Menurut Plato
negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan antara
warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa
mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu waktu. Polis atau negara ini dimungkinkan adanya
perkembangan wilayah karena adanya pertambahan penduduk dan kebutuhanpun bertambah
sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini.

Dalam menghadapi hal ini maka di setiap negara harus memiliki penjaga-penjaga yang harus dididik
khusus.

Ada tiga golongan dalam negara yang baik, yaitu pertama, Golongan Penjaga yang tidak lain adalah
para filusuf yang sudah mengetahui yang baik dan kepemimpinan dipercayakan pada mereka.
Kedua, Pembantu atau Prajurit. Dan ketiga, Golongan pekerja atau petani yang menanggung
kehidupan ekonomi bagi seluruh polis.Plato tidak begitu mementingkan adanya undang-undang
dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus berubah-ubah dan peraturan itu
sulit disama-ratakan itu semua tergantung masyarakat yang ada di polis tersebut.Adapun negara
yang diusulkan oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka
akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan,
sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini berdasarkan pada pertanian bukan
perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di Athena.

Ciri-ciri Karya-karya Plato

Bersifat Sokratik

Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan
karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya

Berbentuk dialog

Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa
pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh
karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan
yang berbentuk dialog.

Adanya mite-mite

Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi

Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang
sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk
dialog.

Pandangan Plato tentang Ide-ide, Dunia Ide dan Dunia Indrawi


Idea-idea

Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap
idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato
bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah
gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh
pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang
tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan
tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.. Idea-idea ini saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas
dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap. Namun, pada akhirnya
terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut. Puncak inilah yang
disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.

Dunia Indrawi

Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat
dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan
daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat
dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.

Dunia Idea

Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan,
semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang indah”.
Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar
yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual.
Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".

Pandangan Plato tentang Karya Seni dan Keindahan

Pandangan Plato tentang Karya Seni

Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide. Sikapnya terhadap
karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia
menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita
yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat
dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.

Pandangan Plato tentang Keindahan

Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang
terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada
dunia ide.Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam
semesta maupun dalam karya seni.Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta
ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.

ARISTOTELES

Aristoteles adalah murid Plato.Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum,
yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-
karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik,
kedokteran dan ilmu alam.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan
spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan
analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan
teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak
mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi yang
sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai theos, yaitu yang dalam
pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.

Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai
saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun
demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan
berpikir induktif (inductive thinking).

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk
demokrasi dan monarkhi. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia
dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang
yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi
tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan
bahkan teori retorika dan puisi.

Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan
penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang
bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut
karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun
kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi
yang keliru.

Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan
pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi
Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas pada abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh
Maimonides (11351204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (11261198). Bagi manusia abad
pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan
metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master
of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
Perbandingan Pemikiran Plato dan Aristoteles Tentang Jiwa dan Raga.

Menurut Plato mausia memiliki tiga elemen dalam jiwa:

·Pertama adalah kemampuan menggunakan bahasa dan berfikir.

·Elemen raga tubuh dalam bentuk nafsu badaniah,hasrat dan kebutuhan.

·Elemen rohaniah/kehendak bisa dilihat dengan adanya emosiseperti


kemarahan,sindiran,ambisi,kebanggaan dadn kehormatan.

Elemen paling tinggi menurut Plato adalah berikir(akal) dan terendah nafsu badaniah
(Lavine.2003;73-74)

Jiwa menurut pandangan Plato,tidak dapat mati karena merupakan sesuatu yang adikodrati berasal
dari dunia ide.Meski kelihatan bahwa jiwadan tubuh saling bersatu,tetapi jiwa dan tubuh adalah
kenyataan yang harus dibedakan.Tubuh memenjarakan jiwa,oleh karenanya jiwa harus dilepaskan
dari tubuh dengan dua macam cara yaitu pertama dengan kematian dan kedua dengan
pengetahuan.Jiwa yang erlepas dari ikatan tubuhbisa menikmati kebahagiaan melihat ide karena
selama ini ide teseut dikat oleh tubuh dengan keinginan atau nafsu badaniah sehingga menutup
penglihatan tehadap ide (Hardiwijono, 2005:42)

Aristoteles meninggalkan ajaran dualise Plato tentang jiwa dan tubuh.Plato berpendapat bahwa jiwa
itu bersifat kekal,tetapi Aristoteles tidak.

Menrut Aristoteles,jiwa dan tubuh ibarat bentuk dan materi.Jiwa adalah bentuk dan tubuh adalah
materi.Jiwa merupakan asas hidup yang menjadikan tubuh memiliki kehidupan.Jiwa adalah penggrak
tubuh,kehendak jiwa menentukan perbuatan dan tujuan yang akan dicapai (Hadiwijono,
2005:51).Secara spesifik jiwa adalah pengendali atas reproduksi,pergerakan dan persepsi.Aristoteles
mengibaratkan jiwa dan tubuh bagaikan kampak.Jika kampak adalah benda hidup,maka tubuhya
adalah kayu atau metal,sedangkan jiwanya adalah kemampuan untuk membelah dan segala
kemampuan yang membuat tubuh tersebut disebut kampak.Sebuah kampak tidak bisa disebut
kampak apabila tidak bisa memotong,melainkan hanya seonggok kau atau metal.
Disadari oleh Aristotel,bahwa tubuh bisa mati dan oleh sebab iu,maka jiwanya juga ikut mati.Seperti
kampak tadi yang kehilangan kemampuannya,manusia juga demikian ketika mati,ia akan kehilangan
kemampuan berfikir dan berkehendak.

Anda mungkin juga menyukai