Anda di halaman 1dari 8

ILMU NEGARA BAB 1- 14

NAMA : SHYEREN
AMANDA

NIM : 010002200111
Secara umum menurut sudut pandang gue “Ilmu Negara” itu seperti “Gerbang Ilmu” saat nantinya gue mau melangkah
menuju kenegaraan, sama kaya dimana lo mau belajar tentang Bangunan Politik pasti hal utama yang harus lo tau
adalah “Politik itu apa?” dan “Konsep Dasar” suatu negara itu sendiri apa.

Dan menerut gue juga ilmu negara ini cabang ilmu yang berisi pengatahuan dimana nantinya kita disini dijarin cara
berpikir atau pola pikir kita dalam mendalami serta memahami ilmu hukum baik ilmu hukum yang bersifat abstrak
maupun konseptual atau juga yang bersifat dogmatis – normatif.

Dikatakan “Ilmu negara bersifat abstrak” bisa dikatakan seperti ini karna menurut gue pribadi hal ini terkait konsep
ilmu negara memandang objeknya yakni negara berada dalam keadaan terlepas dari tempat dan waktu, jadi ilmu
negara tidak melihat baik tempat maupun waktu di dalamnya makanya di sebut abstrak,dan masih banyak lagi deh
sifat sifatnya.

Bicara tentang teori, banyak banget teoritis yang mengukakan pendapat mulai dari Socrates dia ini muncul dimana
saat negaranya sedang kacau balau sehingga dari sini dia menyatakan hasil pemikirannya, tapi karna pemikirannya
inilah teori nya dianggap berbahaya dan dapat merusak bangsa nya oleh penguasa negaranya, sehingga para penguasa
negaranya menjatuhi hukuman untuknya dengan cara meminum racun tetapi sebagai masyarakat yang baik dia
menjalankan hukuman yang diberikan negaranya.

Setelah Socrates muncul lah muridnya yang bernama Plato, Plato sendiri merupakan anak bangsawan serta
berpendidikan, dimana disini dia sebagai penerus Socrates dengan menyampaikan hasil tanya jawabnya dengan
Socrates semasa hidup yang berisi tentang ilmu hukum, dari hasil tanya jawab ini dia membukukan nya yang terdapat
lebih dari 7 buku.

Plato bilang asal mula negara itu karna banyaknya kebutuhan dan keinginan hidup manusia yang harus di penuhi
maka dari itu mereka membagi tugas dalam menjalankannya. Tapi menurut gue itu bener sih menurut gue itu bisa jadi
salah satu alesan negara terbentuk, tapi menurut gue negara itu terbentuk karna adanya keinginan untuk mencapai
persatuan bersama bukan hanya terjadi dan muncul karena di jajah saja, tapi adanya keinginan untuk Bersatu dan
merdeka maka dari itu mereka bekerja bersama sama untuk mencapai tujuan mereka.

Hasil dari kesimpulan dari sudut pandang gue ialah,

Istilah Ilmu negara berasal dari Belanda staatsleer yang diambil dari istilah bahasa Jerman staatslehre hasil dari
penyelidikan dari seorang Sarjana Jerman bernama Georg Jellinek dalam bukunya Allgemeine Staatslehre. Itulah
sebabnya Georg Jellinek dianggap sebagai Bapak Ilmu Negara. Sebutan bapak dalam salah satu cabang ilmu
pengetahuan adalah untuk menunjukkan bahwa orang itulah yang pertama-tama dapat melihat cabang ilmu
pengetahuan itu sebagai satu kesatuan, keseluruhan, dan sistematik. Di Indonesia, istilah ilmu negara pertama kali
digunakan oleh Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1946. Walaupun pada mulanya terdapat perbedaan
pandangan mengenai penggunaan istilah ilmu negara, tetapi pada akhirnya disepakati penggunaannya. ilmu negara
adalah ilmu yang menyelidiki pengertian pokok dan sendi-sendi pokok daripada negara dan hukum negara pada
umumnya. Maksud perkataan pengertian, yaitu menitikberatkan kepada suatu pengetahuan, sedangkan maksud dari
pada sendi adalah menitikberatkan kepada suatu asas atau kebenaran. Menurut Roelof Kranenburg, ilmu negara adalah
ilmu tentang negara, dimana diadakan penyelidikan tentang sifat hakikat, struktur, bentuk, asal mula, ciri-ciri serta
seluruh persoalan di sekitar negara. Objek dari ilmu negara adalah penyelidikan terhadap negara. Negara yang
dimaksud adalah negara dalam keadaan terlepas dari tempat, keadaan, dan waktu sehingga obyek ilmu negara adalah
negara dalam pengertian yang abstrak, umum, dan universal. Ilmu negara mengkaji lebih lanjut mengenai asal mula
negara, hakikat, dan bentuk negara pada umumnya. Georg Jellinek dalam allgemeine staatslehre membagi konsepsi
ilmu negara menjadi sistematis, lengkap, dan teratur untuk menjelaskan ilmu tentang negara dengan menggunakan
metode van systematesering (metode sistematika) dengan cara mengumpulkan semua bahan tentang ilmu negara yang
ada mulai zaman kebudayaan Yunani sampai pada masanya sendiri. Dalam bukunya tersebut, Jellinek membagi ilmu
RANGKUMAN 1.20 Ilmu Negara l kenegaraan menjadi dua bagian, yaitu: (1) Ilmu negara dalam arti sempit
(staatswissenschaften); dan (2) Ilmu Pengetahuan Hukum (rechtwissenschaften). Merujuk dari klasifikasi yang dibuat
oleh Jellinek, terlihat bahwa ilmu negara merupakan bagian tidak terpisahkan dari ilmu kenegaraan (staatswissenchaft)
yang kesemuanya berpangkal pada ilmu-ilmu sosial yang memiliki karakter empiris umum berdasarkan pemahaman
makna jiwa dari ilmu (geisteswissenschaft). Secara sederhana tersirat bahwa ilmu negara berpangkal dari filsafat
sebagai sumber dari segala ilmu.

Kekuasaan negara merupakan kewenangan suatu negara untuk mengatur seluruh rakyatnya untuk
mencapai keadilan, kemakmuran dan keteraturan yang diinginkan.
Kekuasaan juga bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang/kelompok dalam mempengaruhi tingkah
laku seseorang/kelompok orang sesuai keinginannya. Pengertian ini diambil dari pendapat Miriam
Budiardjo. Contoh kekuasaan antara lain adalah: Guru memberikan perintah mengerjakan soal pada
anak didiknya. Robert M Mac Iver mengemukakan bahwa sebuah negaramerupakan persekutuan
manusia atau asosiasi yang menyelenggarakan penertiban terhadap suatu masyarakat yang ada
di dalam sebuah wilayah dengan dasar sistem hukum yang dijalankan oleh pemerintah dan memiliki
sifat kekuasaan yang memaksa.

Kewibawaan kekuasaan merupakan suatu hal sangat penting untuk dipelajari, karena menyangkut
tentang suatu pembawaan serta keadilan. Kewibawaan sangat berpengaruh dalam beberapa hal, baik itu
dalam bernegara dan berorganisasi. Kewibawaan tidak hanya soal kekuasaan negara, kewibawaan pun
dibutuhkan dalam kekuasaan hukum. Dalam mata kuliah Ilmu Negara kewibawaan dijabarkan banyak oleh
beberapa ahli dengan beberapa pendapatnya. Negara pada hakikatnya merupakan organisasi kekuasaan
yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa dan negara sebagai
organisasi kekuasaan memiliki suatu kewibawaan sehingga negara dapat memaksakan kehendaknya kepada
semua orang yang diliputi oleh organisasi tersebut.
Max Weber membagi kewibawaan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Kewibawaan yang bersifat kharismatik. Kewibawaan ini terdapat pada seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat kepribadian yang tinggi dan istimewa. Sebagai contoh kewibaan ini adalah kewibawaan para
nabi-nabi yang mempunyai pengaruh besar terhadap pengikut-pengikutnya atau kewibawaan seorang
presiden terhadap rakyatnya.
2. Kewibawaan yang bersifat tradisional. Kewibawaan ini lazimnya dimiliki oleh seorang raja yang karena
hak warisnya mempunyai pengaruh terhadap rakyatnya. Keistimewaan pribadi seorang raja mungkin tidak
ada atau mungkin juga ia tidak sepandai seorang presiden, tapi karena hak wari yang dimilikinya itu rakyat
patuh kepadanya dan ia memiliki kewibawaan sebagai simbol dari kerajaannya.
3. Kewibawaan yang bersifat rasional. Kewibawaan ini didasarkan atas pertimbangan akal pikiran manusia
yang banyak terdapat pada organisasi-organisasi modern dengan disertai disiplin yang kuat dan birokrasi.

Logemann membagi kewibawaan menjadi lima macam, yaitu :


1. Kewibawaan berdasarkan 'magic' atau kekuasaan gaib. Misalnya, seorang guru yang mempunyai pengaruh
besar terhadap muridnya karena ia mempunyai kekuatan gaib.
2. Kewibawaan berdasarkan 'dinasti' atau hak keturunan. Misalnya, seorang raja yang dipatuhi rakyatnya
sebagai simbol karena hak keturunannya.
3. Kewibawaan berdasarkan 'kharisma'. Misalnya, seorang presiden yang mempunyai keistimewaan pribadi
sehingga ia mempunyai pengaruh besar terhadap rakyatnya.
4. Kewibawaan yang berdasarkan atas 'kehendak rakyat melalui perwakilan'. Kewibawaan ini merupakan
mitos dari abad ke-19 yang berkumandang ke seluruh dunia sesudah Revolusi Perancis dengan semboyan
'Kedaulatan rakyat dan Perwakilan'.
5. Kewibawaan dari 'elite'. Kewibawaan ini dimiliki oleh segolongan kecil dari rakyat di dalam negara yang
dapat menguasai negara. Elite disebut the ruling class, artinya klas yang memerintah. Kewibawaan ini juga
disebut sebagai mitos dari abad ke-20

Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi di dalam negara untuk mengatur fungsinya. Dalam kedaulatan ini,
pemerintah berhak untuk mengatur segala kepentingan rakyat melalui lembaga negara dan perangkat lain
tanpa campur tangan negara lain. Kedaulatan ke dalam merupakan kedaulatan suatu negara untuk mengatur
organisasinya (negara) sesuai dengan hukum atau peraturan yang berlaku di negara tersebut dan rakyat
harus tunduk dan patuh dengan aturan yang ditetapkan.

Sifat-sifat Kedaulatan
Jean Bodin, filsuf politik Prancis yang mengenalkan konsep kedaulatan dalam bukunya The Six Bookes
of a Commonweale menjelaskan ada empat sifat pokok kedaulatan. Keempat sifat itu adalah:
1. Permanen
Permanen berarti kedaulatan tetap ada selama negara itu tetap berdiri.
2. Asli
Artinya, kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
3. Bulat
Maksud bulat dalam kedaulatan adalah kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi karena akan mengaburkan sifat
kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi.
4. Tidak terbatas
Terakhir yakni tidak terbatas. Berarti kedaulatan tidak dapat dibatasi oleh apapun dan oleh siapapun.

Teori Kedaulatan
Kedaulatan sendiri memiliki lima teori yang diterapkan pada berbagai negara di dunia. Ini penjelasannya.
1. Kedaulatan Tuhan
Menurut teori Kedaulatan Tuhan, kekuasaan tertinggi dalam suatu negara hanya satu yaitu Tuhan. Oleh
karena itu, negara dan pemerintah negara harus mewakili Tuhan dalam menjalankan hukum Tuhan di
dunia.
2. Kedaulatan Negara
Teori selanjutnya adalah teori Kedaulatan Negara. Menurut teori ini, kekuasaan tertinggi dalam suatu
negara berada pada negara itu sendiri.
3. Kedaulatan Raja
Kedaulatan Raja adalah teori kedaulatan di mana kekuasaan tertinggi dipegang oleh raja. Sebab, raja
dianggap sebagai keturunan dewa.

4. Kedaulatan Hukum
Kemudian terdapat pula Kedaulatan Hukum. Kedaulatan Hukum artinya kekuasaan tertinggi dalam suatu
negara adalah hukum. Oleh karena itu, negara, pemerintah, pengadilan, dan rakyat seluruhnya harus
tunduk pada hukum.

5. Kedaulatan Rakyat
Teori kedaulatan terakhir adalah Kedaulatan Rakyat. Menurut teori ini, kedaulatan berada di tangan
Rakyat dan negara menempatkan rakyat pada kedudukan yang tertinggi.

BENTUK NEGARA, BENTUK


PEMERINTAHAN DAN SISTEM
PEMERINTAHAN
sedang atau yang akan dilaksanakan oleh badan Legislatif atau Eksekutif. Beberapa sarjana
menyebutkan bentuk negara sebagai kerajaan atau Republik sebagian lagi mengartikan mengartikan bentuk
negara sebagai kesatuan atau negara Federal. UUD Sementara 1950 termasuk yang menganut faham ini
dimana dalam ayat I pasal 1 disebutkan: “Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
negara Hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan”, sedang UUD 1945 menganut faham terdahulu
dan menyebutkan dalam pasal I ayat 1; “Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik”.
Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan secara yuridis
mengenai negara. Disebut peninjauan secara sosiologis yaitu apabila negara dilihat secara keseluruhan,
tanpa melihat isinya dan sebagainya. Sedangkan disebut peninjauan secara Yuridis apabila negara hanya
dilihat dari isinya atau strukturnya.
Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno.
Bentuk negara ini telah dibahas pada zaman yunani kuno yang mengutamakan peninjauan secara
ideal (filsafat), plato mengemukakan lima macam bentuk negara yang sesuai dengan sifat tertentu dari jiwa
manusia, yaitu:
Aristokrasi, yang berada dipuncak. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh Aristokrat (cendikiawan) sesuai
dengan pikiran keadilan. Keburukan merubah aristokrasi menjadi:
Timokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai kemasyhuran dan kehormatan.
Timokrasi ini berubah menjadi:
Oligarchi, yaitu pemerintahan oleh para (golongan) hartawan. Keadaan ini melahirkan milik partikulir,
maka orang-orang miskinpun bersatulah melawan kaum hartawan dan lahirlah.
Demokrasi, yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin. Karena salah mempergunakannya maka keadaan ini
berakhir dengan kekacauan atau Anarchi.
Tirani, yaitu pemerintahan oleh seorang penguasa yang bertindak sewenang-wenang. Berntuk inilah yang
paling jauh dari cita-cita tentang keadilan. Sebab seorang tirani akan menindas rakyatnya.
Kemudian Aristoteles mengemukakan tiga macam bentuk negara yang dibagi menurut bentuk yang
ideal dan bentuk pemerosotan, sehingga dijumpai enam bentuk negara yaitu sebagai berikut:
Bentuk Ideal
1. Monarchi
2. Aristokrasi
3. Politiea
Bentuk Pemerosotan
1. Tirani/Diktatur/Despotie
2. Oligarchi & Plutokrasi.
3. Demokrasi.
Keterangan:
1. Monarchi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh rakyat.
2. Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingannya sendiri.
3. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendikiawan guna
kepentingan seluruh rakyat.
4. Oligarchi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan kelompoknya sendiri.
5. Plutokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang kaya guna kepentingan orang-orang kaya.
6. Politiea adalah suatu pemerintahan oleh seluruh orang guna kepentingan seluruh rakyat.
7. Demokrasi adalah pemerintahan dari orang-orang yang tidak tahu sama sekali tentang soal-soal
pemerintahan.
Ke tujuh bentuk tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan satu dengan yang
lainnya sehingga merupakan cyclus.

Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan.


Pada zaman pertengahan beberapa sarjana mengemukakan bentuk negara semisal Machiavelli yang
mengatakan baahwa negara itu kalau bukan Republica (Republik) terntu Principat (Kerajaan). Lalu Jellinek
memberikan ukuran untuk membedakan Kerajaan atau Republik yang didasarkan atas pembentukan
kemauan negara. Kerajaan pembentukan kemauan terjadi seluruhnya di dalam badan seseorang dan
kemauan negara yang terbentuk terlihat sebagai kemauan yang tertentu atau individual. Sedangkan
Republik kemauan negara tercapai berdasarkan kejadian yuridis menurut tindakan-tindakan kemauan
banyak orang, sehingga kemauan itu tidak terlihat seseorang yang tertentu.
Sedangkan Duguit membedakan Republik dengan Kerajaan berdasarkan cara mengangkat Kepala
Negara. Apabila kepala negara yang ditunjuk berdasarkan keturunan yang telah ditetapkan maka disebut
monarchi. Sedangkan bila tidak demikian maka disebut Republik.

Bentuk Negara pada Zaman Sekarang.


Pada uraian sebelumnya belum didapatkan bentuk negara yang sebenarnya. Lalu para sarjanapun
mencari perumusan bentuk negara yang lebih mendekati kenyataan, maka muncullah 3 aliran yang
didasarkan pada bentuk Negara yang sebenarnya, yaitu :

Faham yang menggabungkan bentuk Negara dengan Bentuk Pemerintahan.


Bentuk pemerintahan adalah suatu sisem yang berlaku dalam mengatur alat-alat perlengkapan
negara dan bagaimana hubungan antara alat-alat perlengkapan negara itu. Menurut faham ini bentuk
pemerintahan ada 3 macam yaitu :
1. Bentuk pemerintahan dimana terdapat hubungan yang erat antara badan eksekutif dan badan
legislatif. Dalam bentuk ini eksekutif dan legislatif saling tergantung satu sama lain. Eksekutif
terdiri dari Raja atau Presiden yang disebut kepala negara dan kabinet yang dipimpin kabinet
yang dipimpin oleh Perdana Menteri atau Kanselir. Di samping itu ada suatu bentuk sistem
parlementer, khusus yang memberikan peluang kepada badan eksekutif untuk memainkan
peranan yang dominan dan yang karena itu disebut pemerintahan kabinet atau Cabinet
Goverment. Di dalam partnership ini kabinet memainkan peranan yang dominan sehingga kabinet
merupakan suatu panitia dalam parlemen.
2. Bentuk pemerintahan dimana ada pemisahan yang tegas antara badan eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Menurut sistem ini presiden adalah kepala Eksekutif. Menurut Kraenburg kekuasaan
eksekutif mempunyai dasar sendiri yakni pilihan rakyat. Alat Eksekutif Presiden mengangkat
kawan-kawan sekerjanya sendiri, pemimpin departemen pemerintahan dan menteri-menteri tidak
bertanggung jawab kepada badan Perwakilan Rakyat melainkan kepada Presiden. Bentuk
pemerintahan yang seperti ini bisa disebut juga sebagai sistem Presidentil yang murni (fixed
executive). Sedangkan kabinetnya disebut kabinet Presidentil.
3. Bentuk pemerintahan dimana terdapat pengaruh/pengawasan yang langsung dari rakyat terhadap
badan legislatif. Bentuk seperti ini sering disebut juga sebagai sistem pemerintahan rakyat yang
representatif. Dalam sistem ini legislatif tunduk pada pada kontrol langsung dari rakyat. Kontrol
ini bisa dengan 2 cara yaitu:
o inisiatif rakyat, maksudnya hak rakyat untuk mengajukan atau mengusulkan suatu
rancangan undang-undang kepada badan legislatif dan eksekutif.
o referendum, maksudnya permintaan/persetujuan dan atau pendapat rakyat apakah setuju
atau tidak terhadap kebikjaksanaan yang telah,

Faham yang membahas Bentuk Negara Atas Dua golongan Yaitu Demokrasi atau Diktator.
1. Demokrasi.
Demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat. Demokrasi bukanlah suatu bentuk pemerintahan yang timbul
sendirinya tetapi tumbuh dan berkembang seperti Lembaga-Lembaga masyarakat.
1. Demokrasi konstitusional.
Demokrasi ini sering juga disebut demokrasi liberal yaitu demokrasi yang didasarkan pada
kebebasan atau individualistis.
M. Carter dan John Herz menyatakan suatu negara disebut negara demokrasi apabila:
1. Yang memerintah dalam negara tersebut adalah rakyat.
2. Bentuk pemerintahan yang diselenggarakan kekuasaannya terbatas, yang membiarkan beberapa
atau kadang-kadang sebagian besar lingkungannya hidup individu dan golongan tanpa diatur.
Henry B Mayo merumuskan beberapa nilai yang mendasari demokrasi yaitu:
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara Lembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah.
3. Menyelenggarakan penggantian pimpinan secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keaneka ragaman.
6. Menjamin tegaknya keadilan.
2. Demokrasi Rakyat
Banyak nama yang diberikan pada demokrasi tipe ini, yaitu demokrasi proletar, marxis komunisme
atau demokrasi sovyet. Tokoh dari aliran ini antara lain Robert Owens, Saint Simon, Fourier dan Karl Marx.
Masyarakat yang di cita-citakan oleh Marx adalah masyarakat komunis yaitu masyarakat yang tidak ada
kelas sosial di mana manusia dibebaskan dari ketertarikannya kepada milik pribadi dan tidak ada
eksploitasi, penindasan dan paksaan. Tetapi anehnya untuk mencapai masyarakat yang bebas dari paksaan
itu perlu melalui jalan paksaan serta kekuatan yaitu dengan perebutan kekuasaan oleh kaum buruh dari
tangan kapitalis dan ucapan Marx tentang ini ialah kekerasan adalah bidan dari setiap masyarakat lama
yang sedang hamil tua dengan masyarakat baru.
Sehingga seperti disebut oleh Miriam Budiardjo bahwa komunisme tidak hanya merupakan sistem
politik tetapi juga mencerminkan suatu gaya hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertentu yaitu :
Gagasan monoisme (sebagai lawan dari pluralisme). Gagasan ini menolak adanya golongan-golongan di
dalam masyarakat sebab dianggap bahwa setiap golongan yang berlainan aliran pikirannya merupakan
perpecahan.

3. Demokrasi Pancasila
Menurut GBHN demokrasi Pancasila adalah demokrasi berdasarkan Pancasila yang meliputi
bidang-bidang politik sosial dan ekonomi serta dalam penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha
sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
Demokrasi Pancasila adalah berdasarkan faham kekeluargaan dan kegotongroyongan yang
ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius dan menolak
atheisme; kebenaran, kecintaan, dan berlandaskan budi pekerti yang luhur, yang berkepribadian Indonesia;
berkeseimbangan, dalam arti menuju keseimbangan antara individu dan masyarakat, antara manusia dengan
Tuhannya antara lahir dan batin.
Demokrasi pancasila mengandung aspek-aspek sebagai berikut :
1. Formal, yang menunjukan bagaimana caranya partisipasi rakyat diatur dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Materiil, yang menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan yang menghendaki pemerintahan untuk membahagiakannya.
3. Kaidah, yang mengikat negara dan warga negara dalam bertindak, dan menyelenggarakan
hak dan kewajiban serta wewenangnya.
4. Tujuan, yang menunjukkan keinginan atau tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera dalam negara hukum, negara kesejahteraan dan negara kebudayaan.
5. Organisasi, yang menggambarkan perwujudan demokrasi Pancasila dalam organisasi
pemerintahan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
6. Semangat, yang menekankan bahwa demokrasi Pancasila memerlukan warga negara
yang berkepribadian, berbudi pekerti luhur dan tekun dalam pengabdian.
Mekanisme yang digunakan untuk menyelenggarakan demokrasi Pancasila ialah :
1. Lembaga negara
o Majelis Permusyawaratan Rakyat
o Presiden, Wakil Presiden dan Kabinet.
o Dewan Perwakilan Rakyat.
o Badan Pemeriksa Keuangan.
o Dewan Pertimbangan Agung.
o Mahkamah Agung.
2. Pemilihan Umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia serta berkala.
3. Pers yang bebas dan bertanggung jawab.
4. Partai Politik dan Golongan Karya dengan azas Pancasila.
2. Diktator atau Autokrasi.
Diktator atau Autokrasi adalah bentuk modern dari tirani. Menurut Logemann bentuk ini
sebenarnya masih dapat digolongkan dalam bentuk demokrasi. Pendapat ini sebenarnya kurang dapat
diterima, walaupun diakui bahwa negara-negara autokrasi sekarang ini ada yang mempunyai Lembaga-
Lembaga legislatif dan Lembaga yudikatif, bahkan ada yang menyelenggarakan pemilihan umum untuk
anggota-anggota legislatifnya.
Kraenburg menyatakan bentuk modern dari autokrasi secara formal tidak melenyapkan perwakilan
rakyat, walaupun perwakilan-perwakilan mempunyai kehidupan bayangan dan cara kerjanya tidak berarti
seluruh kekuasaan berada pada eksekutif.
Sulit untuk menyebutkan satu persatu contoh dari negara-negara autokrasi karena hampir semua
negara menyebutkan dirinya sebagai negara demokrasi, namun dapat dirasakan atau diduga sebagian
negara-negara sedang berkembang menganut sistem autokrasi dalam pemerintahannya. Contoh dari negara
autokrasi yang paling menonjol pada abad ke-XX ini adalah :
Nazisme.
Dalam negara Jerman telah dinyatakan bahwa Fuhrerwesen, pimpinan autoriter menjadi wujud
negara nasional sosialis. Nazisme menekankan pada mithos bangsa Jerman, dan Fuhrer dianggap orang
terkemuka atau orang utama. Dalam praktek, Fuhrer menyampingkan Lembaga legislatif dan yudikatif dan
kekuasaan legislatif yang paling luas telah bergeser dari Ryksdag (parlemen) kepada pemerintah negara
atau Fuhrer. Dan puncaknya Fuhrer berubah menjadi makhluk sakti yang dipuja dan didewakan.
Fasisme.
Fasisme muncul di Italia dibawah Mussolini. Mussolini mengambil over kekuasaan dalam negara,
ia disebut sebagai pemimpin “Duce”. Istilah negara korporatif di negara Italia telah menjadi seluung yang
menutupi pemerintahan pribadi dari “Duce” atau pemimpin. Walaupun diakui ada kebaikan dari sistem
pemerintah diktator ini yaitu cepat mengambil keputusan, terutama ketika negara dalam bahaya. Namun
sistem ini juga memiliki kelemahan yaitu dalam penggantian pemimpin.
Aliran yang mencoba Memecahkan Bentuk Negara dengan ukuran-ukuran/Kriteria yang sudah ada.
Aliran ini dipelopori oleh C.F. Strong, kriteria yang dikemukakannya ada 5 macam yaitu :
1. Melihat negara itu bagaimana bangunannya, apakah ia negara kesatuan atau negara serikat.
2. Melihat bagaimana konstitusinya, apakah terletak dalam suatu naskah atau tidak.
3. Mengenai badan perwakilannya, bagaimana disusunnya, siapa-siapa yang berhak duduk
disitu.
4. Melihat badan eksekutif, apakah ia bertanggung jawab kepada parlemen atau tidak, apakah
masa jabatannya tertentu atau tidak.
5. Bagaimana hukum yang berlaku dinegara itu.

Anda mungkin juga menyukai