Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Rafi Azhari

NIM : P07120322013
Jurusan: Keperawatan
Prodi : Str. Keperawatan Anestesiologi

Self Diagnosis

• Pengertian Diagnosis
Self diagnosis adalah suatu upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan
kepada informasi yang kamu dapatkan secara mandiri, Contohnya saat memiliki
keluarga atau teman yang mengalami rasa sakit di masa lalu. Padahal, diagnosis ini
sendiri sesungguhnya hanya boleh ditetapkan oleh para tenaga medis profesional.
Pasalnya dengan proses menuju diagnosis yang tepat kemudian sangatlah sulit.
Ketika berkonsultasi dengan dokter ia akan menetapkan diagnosis yang sebelumnya
telah ditentukan berdasar riwayat kesehatan, gejala, keluhan, serta berbagai faktor
lain yang sedang kamu alami.

salah diagnosis bisa berbahaya, karena kamu cenderung mengambil pengobatan


yang salah. Risiko mengalami kondisi kesehatan yang lebih parah pun bertambah
besar bila kamu sembarangan mengonsumsi obat atau menjalani metode
pengobatan yang tidak disarankan dokter.

Itulah mengapa kamu disarankan untuk meminta bantuan tenaga ahli medis seperti
dokter untuk mendiagnosis gejala kesehatan yang dialami. Dengan menanyakan
lebih detail tentang gejala yang dialami dan berapa lama gejala tersebut
berlangsung, dokter dapat membuat diagnosis yang tepat.

• Jenis – Jenis Self Diagnosis

Bahaya self diagnosis sendiri akhirnya dapat memicu timbulnya kondisi


kesehatan mental yang cukup fatal. Kenali dahulu ciri-ciri self diagnosis berikut ini:
1. Panik

Self diagnosis dapat memicu kepanikan yang kemudian akan menimbulkan stress
terhadap seseorang. Kamu yang melakukan Self diagnosis juga cenderung
mengalami berbagai kepanikan yang tidak seharusnya. Saat melakukan self
diagnosis, akan lebih mudah bagi seseorang tersebut berasumsi terhadap hal-hal
buruk yang kemudian memicu berbagai kekhawatiran yang kemudian tidak
berdasar. Kondisi ini pada akhirnya dapat memicu stres yang akan berefek buruk
kepada kondisi mental seseorang.

2. Menyangkal Kesehatan Mental

Dengan terlalu sering melakukan self diagnosis kamu juga bisa menyangkal kondisi
Kesehatan mental yang sesungguhnya. Self diagnosis, sendiri sesungguhnya
membuatmu tidak memahami secara pasti tentang berbagai gangguan mental atau
penyakit apa yang sesungguhnya kamu alami. Kamu hanya menebak berbagai
kemungkinan yang tidak pasti kebenarannya. Sehingga pada akhirnya
menyepelekan berbagai kondisi yang bisa jadi sesungguhnya serius.

3. Tidak Mau Berkonsultasi dengan Ahli

Dengan menganggap diri sendiri sebagai seorang yang mampu mengobati diri
sendiri, mereka yang kerap melakukan Self diagnosis kemudian menjadi tidak ingin
berkonsultasi lagi kepada para ahli. Orang yang sering melakukan Self diagnosis
juga kerap menemukan berbagai informasi dari hasil searching internet, setelahnya
ia merasa tidak perlu lagi untuk berkonsultasi ke psikolog. Sebab, mereka akan
berpikir telah memahami berbagai gejala yang dimiliki tanpa harus meminta
pertolongan para ahli. Kondisi ini kemudian akan memicu timbulnya trust issue
pada para Psikolog sebab mereka cenderung lebih mempercayai internet ketimbang
diagnosis para ahli.
• Dampak Self Diagnosis Pada Kesehatan Mental

Self-diagnosis juga bisa berpengaruh pada kesehatan mental dengan menyebabkan


kamu mengalami kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu. Misalnya, kamu
belakangan ini sering merasa pusing. Lalu, kamu mencari tahu sendiri kira-kira apa
yang menjadi penyebab gejala pusing yang sering kamu alami melalui melalui
internet. ri hasil pencarian, kamu ternyata mendapati bahwa sakit kepala yang
sering muncul bisa mengindikasikan penyakit otak serius, seperti tumor otak. Lalu,
kamu merasa khawatir dan stres karena mengira kamu mengidap tumor otak.
Padahal, belum tentu kamu memiliki penyakit serius tersebut, namun kamu sudah
merasa sangat kekhawatiran.

Bukan tidak mungkin lama-kelamaan kamu bisa mengalami gangguan kecemasan


umum akibat kekhawatiran yang dirasakan setelah melakukan self-diagnosis.
Gangguan kecemasan umum adalah kondisi mental yang biasanya ditandai dengan
kekhawatiran berlebihan terhadap situasi tertentu.

Selain menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu yang bisa berujung pada
gangguan kecemasan umum, self-diagnosis juga bisa membuat masalah kesehatan
mental tertentu menjadi tidak terdiagnosis. Gangguan mental biasanya tidak
muncul sendirian, melainkan juga disertai oleh gangguan mental lainnya.

Misalnya, kamu mungkin diliputi kecemasan dan berasumsi bahwa kamu


mengalami gangguan kecemasan. Namun, gangguan kecemasan bisa menutupi
gangguan depresi mayor. Sekitar dua pertiga orang yang mengunjungi klinik rawat
jalan dengan gangguan kecemasan juga mengalami depresi. Ketika dua atau lebih
sindrom terjadi bersamaan pada orang yang sama, hal ini disebut komorbiditas.
Nah, self-diagnosis menyebabkan seseorang melewatkan komorbiditas yang ada.
Itulah bahaya self-diagnosis terhadap kesehatan mental.

Jadi, sebaiknya jangan menjadi dokter bagi diri sendiri dengan melakukan self-
diagnosis. Bila kamu mengalami gejala kesehatan tertentu, sebaiknya tanyakan
pada dokter mengenai penyebab gejala kesehatan yang kamu alami.
• Sisi Positif Self Diagnosis

Self-diagnose bukan hanya dikaitkan dengan hal yang negatif saja. Di sisi lain,
seseorang mendapatkan manfaat akademis tertentu dan memberikan motivasi untuk
membandingkan gejala dan risiko yang yang dideritanya dengan orang lain. Hal ini
menjadi salah satu cara belajar yang ampuh tersimpan di memori mereka.Hasil lain
dari melakukan self-diagnose yaitu dapat membuat seseorang lebih berempati satu
sama lain yang menjadi alasan mereka saling memberikan semangat dan dukungan
(Ahmed & Samuel, 2017).

Individu cenderung melakukan self-diagnose untuk memberi kepuasan pada diri


mereka sendiri. Dengan mencari masalah yang sedang dihadapi melalui internet,
seorang individu merasa dapat memberi pertolongan pada diri sendiri (Gass, 2016).
Namun sebaliknya, jika hal ini terus berlangsung dapat menyebabkan kekhawatiran
apabila informasi yang ditemukan tidak cocok untuk dirinya, namun ia merasa
informasi yang didapat sama seperti yang ia rasakan. Pada umumnya, semua hal
yang terjadi bisa disebabkan oleh pengalaman atau peristiwa hidup sebelumnya.
Hal ini juga dapat menjadi penyebab seseorang cenderung melakukan self-diagnose
karena mereka merasa telah mengetahui atau merasakan hal itu sebelumnya
(Ahmed & Samuel, 2017).

• Cara Mengatasi Self Diagnosis

Self-diagnose tentunya dapat kita atasi dengan selektif dalam mengambil informasi
mengenai kesehatan kita (Georgekopolou & Stavroula, 2017). Kita tidak boleh
menelan mentah informasi kesehatan terutama penyakit yang berkaitan dengan
keluhannya. Kita perlu mengetahui bahwa laman penyedia informasi tersebut
apakah kredibel atau tidak. Jika kita masih memiliki sebuah kekhawatiran, kita
harus berani mengambil keputusan untuk berkonsultasi pada ahli. Individu yang
telah mendiagnosis dirinya sendiri perlu berdiskusi satu sama lain dengan ahli agar
yakin terhadap diagnosis yang diberikan kepadanya dan mengurangi rasa khawatir
yang dialami (Santosa, Purwadianto, Sidipratomo, Pratama, & Prawiroharjo, 2018).
Setelah berkonsultasi dengan ahli, kita harus yakin tentang diagnosa yang telah
disimpulkan dan mengikuti saran yang telah diberikan (Georgakopoulou, 2017).
Jika ahli yang mempelajari sedemikian banyak penyakit kadang tidak sepenuhnya
mengetahui hal-hal detail dari suatu penyakit. Apalagi pasien yang berasal dari latar
belakang keilmuan yang berbeda, tidaklah mungkin sepenuhnya memahami suatu
penyakit sedetail apa pun artikel yang dibacanya, itu pun bila artikel tersebut adalah
artikel berkualitas yang berdasarkan bukti medis. Logika dan penalaran medis
adalah sesuatu yang harus dipelajari secara khusus selama bertahun-tahun serta
ditempa oleh pengalaman dalam periode yang lebih lama lagi, sehingga tidak
mungkin dikuasai hanya dari membaca selama beberapa menit. Maka dari itu, kita
harus mengikuti saran ahli (Santosa, Purwadianto, Sidipratomo, Pratama, &
Prawiroharjo, 2018).

Sumber:

- Zafira Ramadhani (2020). “Ketkom Self-Diagnosis”

- Dr. Fadhli Rizal Makarim (2021). “Bahaya Self-Diagnosis yang Berpengaruh


pada Kesehatan Mental”.<URL: https://www.halodoc.com/artikel/bahaya-self-
diagnosis-yang-berpengaruh-pada-kesehatan-mental>.

- Ananda (2022). “Self Diagnosis: Pengertian, Ciri, Bahaya, dan Cara


Mengatasinya”. <URL: https://www.gramedia.com/best-seller/self-diagnosis/>.

Anda mungkin juga menyukai