NIM : P07120322013
Jurusan: Keperawatan
Prodi : Str. Keperawatan Anestesiologi
Self Diagnosis
• Pengertian Diagnosis
Self diagnosis adalah suatu upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan
kepada informasi yang kamu dapatkan secara mandiri, Contohnya saat memiliki
keluarga atau teman yang mengalami rasa sakit di masa lalu. Padahal, diagnosis ini
sendiri sesungguhnya hanya boleh ditetapkan oleh para tenaga medis profesional.
Pasalnya dengan proses menuju diagnosis yang tepat kemudian sangatlah sulit.
Ketika berkonsultasi dengan dokter ia akan menetapkan diagnosis yang sebelumnya
telah ditentukan berdasar riwayat kesehatan, gejala, keluhan, serta berbagai faktor
lain yang sedang kamu alami.
Itulah mengapa kamu disarankan untuk meminta bantuan tenaga ahli medis seperti
dokter untuk mendiagnosis gejala kesehatan yang dialami. Dengan menanyakan
lebih detail tentang gejala yang dialami dan berapa lama gejala tersebut
berlangsung, dokter dapat membuat diagnosis yang tepat.
Self diagnosis dapat memicu kepanikan yang kemudian akan menimbulkan stress
terhadap seseorang. Kamu yang melakukan Self diagnosis juga cenderung
mengalami berbagai kepanikan yang tidak seharusnya. Saat melakukan self
diagnosis, akan lebih mudah bagi seseorang tersebut berasumsi terhadap hal-hal
buruk yang kemudian memicu berbagai kekhawatiran yang kemudian tidak
berdasar. Kondisi ini pada akhirnya dapat memicu stres yang akan berefek buruk
kepada kondisi mental seseorang.
Dengan terlalu sering melakukan self diagnosis kamu juga bisa menyangkal kondisi
Kesehatan mental yang sesungguhnya. Self diagnosis, sendiri sesungguhnya
membuatmu tidak memahami secara pasti tentang berbagai gangguan mental atau
penyakit apa yang sesungguhnya kamu alami. Kamu hanya menebak berbagai
kemungkinan yang tidak pasti kebenarannya. Sehingga pada akhirnya
menyepelekan berbagai kondisi yang bisa jadi sesungguhnya serius.
Dengan menganggap diri sendiri sebagai seorang yang mampu mengobati diri
sendiri, mereka yang kerap melakukan Self diagnosis kemudian menjadi tidak ingin
berkonsultasi lagi kepada para ahli. Orang yang sering melakukan Self diagnosis
juga kerap menemukan berbagai informasi dari hasil searching internet, setelahnya
ia merasa tidak perlu lagi untuk berkonsultasi ke psikolog. Sebab, mereka akan
berpikir telah memahami berbagai gejala yang dimiliki tanpa harus meminta
pertolongan para ahli. Kondisi ini kemudian akan memicu timbulnya trust issue
pada para Psikolog sebab mereka cenderung lebih mempercayai internet ketimbang
diagnosis para ahli.
• Dampak Self Diagnosis Pada Kesehatan Mental
Selain menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu yang bisa berujung pada
gangguan kecemasan umum, self-diagnosis juga bisa membuat masalah kesehatan
mental tertentu menjadi tidak terdiagnosis. Gangguan mental biasanya tidak
muncul sendirian, melainkan juga disertai oleh gangguan mental lainnya.
Jadi, sebaiknya jangan menjadi dokter bagi diri sendiri dengan melakukan self-
diagnosis. Bila kamu mengalami gejala kesehatan tertentu, sebaiknya tanyakan
pada dokter mengenai penyebab gejala kesehatan yang kamu alami.
• Sisi Positif Self Diagnosis
Self-diagnose bukan hanya dikaitkan dengan hal yang negatif saja. Di sisi lain,
seseorang mendapatkan manfaat akademis tertentu dan memberikan motivasi untuk
membandingkan gejala dan risiko yang yang dideritanya dengan orang lain. Hal ini
menjadi salah satu cara belajar yang ampuh tersimpan di memori mereka.Hasil lain
dari melakukan self-diagnose yaitu dapat membuat seseorang lebih berempati satu
sama lain yang menjadi alasan mereka saling memberikan semangat dan dukungan
(Ahmed & Samuel, 2017).
Self-diagnose tentunya dapat kita atasi dengan selektif dalam mengambil informasi
mengenai kesehatan kita (Georgekopolou & Stavroula, 2017). Kita tidak boleh
menelan mentah informasi kesehatan terutama penyakit yang berkaitan dengan
keluhannya. Kita perlu mengetahui bahwa laman penyedia informasi tersebut
apakah kredibel atau tidak. Jika kita masih memiliki sebuah kekhawatiran, kita
harus berani mengambil keputusan untuk berkonsultasi pada ahli. Individu yang
telah mendiagnosis dirinya sendiri perlu berdiskusi satu sama lain dengan ahli agar
yakin terhadap diagnosis yang diberikan kepadanya dan mengurangi rasa khawatir
yang dialami (Santosa, Purwadianto, Sidipratomo, Pratama, & Prawiroharjo, 2018).
Setelah berkonsultasi dengan ahli, kita harus yakin tentang diagnosa yang telah
disimpulkan dan mengikuti saran yang telah diberikan (Georgakopoulou, 2017).
Jika ahli yang mempelajari sedemikian banyak penyakit kadang tidak sepenuhnya
mengetahui hal-hal detail dari suatu penyakit. Apalagi pasien yang berasal dari latar
belakang keilmuan yang berbeda, tidaklah mungkin sepenuhnya memahami suatu
penyakit sedetail apa pun artikel yang dibacanya, itu pun bila artikel tersebut adalah
artikel berkualitas yang berdasarkan bukti medis. Logika dan penalaran medis
adalah sesuatu yang harus dipelajari secara khusus selama bertahun-tahun serta
ditempa oleh pengalaman dalam periode yang lebih lama lagi, sehingga tidak
mungkin dikuasai hanya dari membaca selama beberapa menit. Maka dari itu, kita
harus mengikuti saran ahli (Santosa, Purwadianto, Sidipratomo, Pratama, &
Prawiroharjo, 2018).
Sumber: