Anda di halaman 1dari 5

Nama : A. Muh.

Faudzul Adziim

Nim : K011191174

Kelas : Dasar Promkes C

STUDI KASUS GANGGUAN MENTAL

Kasus ini diceritakan oleh seorang dokter yang bernama dr.Andri, SpKJ, FAPM. Dokter ini
kemudian menuliskan pengalamannya dalam menghadapi pasien di sebuah artikel. Setelah
membaca beberapa kasus masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, saya mendapatkan artikel ini
dan kemudian membaca kasus-kasus yang ada. Salah satu kasus membuat saya tertarik untuk
mengangkatnya sebagai topik tulisan saya dalam rangka membuat strategi promosi kesehatan
melalui studi kasus di media massa. Pemaparan masalah dan strategi promosi kesehatannya akan
saya bahas pada paragraf selanjutnya.

Masalah ini dialami oleh seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun. Pasien dibawa oleh
keluarganya karena belakangan ini pasien tampak kebingungan dan mulai berbicara kacau tentang
situasi yang dia bayangkan akan terjadi. Kondisi ini terpicu oleh berita yang dilihat pasien berkaitan
dengan demo-demo besar belakangan ini. Arus informasi yang dia dapat dari media sosial
memperparah apa yang dia dapat sebelumnya dari berita di televisi. Simpang siur pendapat di media
sosial ditambah berita tidak benar (hoax) yang dia baca membuat dia semakin kebingungan. Sampai
suatu ketika dia mengatakan kepada keluarganya suatu teori tentang penyelamatan negara di mana
dia yang akan memimpin usaha penyelamatan tersebut. Dia meyakini hanya dia yang mampu
melakukan hal tersebut dan sangat yakin akan usaha-usahanya. Latar belakang sebagai pedagang
kelontong biasa membuat orang yang mendengar ceritanya menjadi khawatir pasien sudah
mengalami masalah kejiwaan. Saat diperiksa pasien diketahui mengalami masalah delusi atau
waham kebesaran. Saat wawancara pasien secara menggebu-gebu mengatakan bahwa dirinya yang
bisa menyelamatkan negara dari kehancuran akibat perang saudara. Diagnosis mengarah ke suatu
kondisi psikotik akut yang semoga tidak menjadi skizofrenia paranoid ke depannya (pasien baru
mengalami hal ini selama kurang dari sebulan).

Faktor Risiko Kesehatan Mental Pasien

Beberapa faktor risiko gangguan mental yang mungkin didapatkan si pasien, antara lain:
 Si pasien memiliki resiko tinggi mengidap depresi dan kecemasan.
 Si pasien memiliki masalah di masa kanak-kanak atau masalah gaya hidup.
 Si pasien memiliki profesi yang memicu stres, dalam hal ini pasien bekerja sebagai seorang
pedagang.
 Si pasien memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan penyakit mental.
 Si pasien memiliki riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.
 Si pasien memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya.
 Si pasien mengalami kegagalan dalam hidup, mungkin saja kehidupan kerja.
 Si pasien menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang.
Tahap Pencegahan Pasien

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan mental si pasien, antara
lain:

 Memperbaiki kepribadian
Kita memahami bersama bahwa masalah kejiwaan tidak luput dari kepribadian si pasien.
Masalah gangguan kejiwaan, terutama cemas, dikaitkan dengan kepribadian perfeksionis
atau dalam bahasa kedokteran jiwa disebut anankastik. Si pasien yang mengalami gejala
kecemasan ini biasanya memiliki kepribadian pencemas, suka dengan keteraturan, mau
semua sesuai dengan kehendak dirinya dan tidak sabaran. Jika kepribadian ini tidak
diadaptasi dengan baik, maka orang yang mempunyai kepribadian seperti ini akan
cenderung lebih sering cemas dan akhirnya menimbulkan masalah gangguan kecemasan
seperti pada kasus yang dialaminya. Untuk bisa sembuh dengan baik, selain diobati dengan
obat, pasien juga perlu mengubah kepribadiannya agar bisa lebih relaks dan mampu
beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini akan mengurangi kecemasan pasien.
 Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik.
 Melakukan pola hidup sehat.
 Membantu orang lain dengan tulus.
 Memelihara pikiran yang positif.
 Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah.
 Mencari bantuan profesional jika diperlukan.
 Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
 Menjaga kecukupan tidur dan istirahat.

Ketidakstabilan situasi saat ini dan banyaknya berita-berita yang simpang siur dan hoax
berkaitan dengan kondisi sekarang seperti menjadi pemicu buat dirinya. Di satu pihak dia tidak mau
untuk membaca hal tersebut, namun di lain pihak dia merasa susah menghindari informasi tersebut
yang sangat masif dan berlebihan di media sosial bahkan group WhatssApp keluarga yang dia ikuti.
Gejala-gejala kecemasan yang menyerupai kepanikan timbul kembali dan sering datang.

Bijak memakai media sosial. Saya memang merasa bahwa arus informasi saat ini sangat berlebihan
dan kadang kita sendiri tidak mampu untuk mengatasi derasnya arus informasi tersebut. Begitu
banyaknya informasi membuat kita sulit memilah mana yang benar mana yang salah. Mana yang
benar terjadi mana yang merupakan informasi bikinan yang memang sengaja dibuat untuk
kepentingan tertentu. Sayangnya semua orang seolah merasa ingin untuk ikutan menyebarkan
berita dan informasi yang belum tentu benar tersebut. Kadang mungkin hanya karena ingin
dikatakan update berita. Tidak heran juga kita mulai melihat adanya konflik-konflik di kolom
komentar Facebook dan mention Twitter. Bahkan di WhatssApp group yang kita miliki saja banyak
yang akhirnya ribut karena saling bersilang pendapat tentang topik yang diposting. Ada beberapa
tips yang bisa dilakukan untuk bisa lebih bijak menggunakan media sosial

a. Gunakan media sosial untuk menjalin persahabatan, memberikan berita yang positif dan menjalin
silahturahim dengan sesama.
b. Jika mendapatkan broadcast berita jangan terlalu mudah percaya dan langsung meneruskan, cek
dulu atau cukupkan broadcast itu berhenti sampai kita saja. Jangan merasa tidak update atau
ketinggalan berita dengan tidak meneruskan berita tersebut.

c. Beberapa berita yang mengandung unsur SARA dan sekiranya bisa menimbulkan konflik
pertentangan antara sesama teman atau saudara lebih baik disaring terlebih dahulu. Bijaklah dalam
menyebarkan berita seperti ini karena mungkin tidak semua orang punya pikiran yang sama dengan
kita.

d. Jika bermedia sosial di Facebook dan Twitter mungkin tidak selalu harus memberikan komentar.
Jaga diri kita untuk lebih bijak dalam memberikan komentar dan menjaga jari kita meneruskan berita
yang sepertinya malah bisa menimbulkan konflik di kemudian hari.

e. Salah satu definisi sehat jiwa adalah kemampuan kita untuk berpikir positif tentang diri kita dan
orang lain. Biasakanlah berpikir demikian maka kita akan bisa menjadi lebih baik dalam hidup ini.

Dampak Keterlambatan Penanganan Si Pasien

Keterlambatan penegakkan diagnosis dan memulai pengobatan akan menyebabkan masalah


personal, sosial, dan finansial. Dalam kasus ini, apabila pasien ini terlambat ditangani maka akan
terjadi hal-hal buruk dan kondisinya akan semakin parah. Hal-hal buruk yang saya maksud disini
seperti halusinasi yang berlebihan sehingga membuat penderita menghayal terlalu tinggi yang akan
mengganggu kejiwaannya. Bahkan dalam beberapa kasus yang lain, si penderita akan bunuh diri
karena khayalannya sudah tak terkendali atau bisa juga menganggap dirinya sudah tidak punya
tujuan lagi dalam hidup atau biasa kita kenal dengan kehilangan harapan hidup.

Sasaran Promosi

Sasaran utama promosi kesehatan mental ini sesungguhnya adalah pasien itu sendiri.
Setelah itu, baru individu sehat dan keluarga sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat pada
umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Upaya
promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empow-erment).

Sasaran selanjutnya adalah sasaran sekunder yaitu para tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para
tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat
ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi
kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan
sosial (social support).

Sasaran terakhir yaitu sasaran tersier meliputi para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan. Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat
pusat maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan. Dengan kebijakan – kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku
para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer).
Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi

Strategi Promosi

Memasifkan informasi yang lebih valid, edukatif, dan entertaining.

Salah satu langkah yang efektif dalam melakukan pengobatan atau pencegahan delusi
seperti yang dialami pasien pada kasus di atas agar tidak semakin parah adalah dengan psikoterapi
individual atau dalam konteks ini memberikan intervensi melalui alam fikiran atau lebih tepatnya
pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Cara ini dilakukan untuk
membantu orang lain mengenali sekaligus memperbaiki pemikiran yg terdistorsi atau terganggu,
menjadi pemikiran baru.
Daftar Pustaka

Media K. Gangguan Jiwa karena Media Sosial Halaman 3 - Kompas.com [Internet]. KOMPAS.com.
2020 [cited 28 March 2020]. Available from:
https://sains.kompas.com/read/2016/12/21/131900423/gangguan.jiwa.karena.media.sosial?page=3

Media K. Gangguan Cemas Tak Cuma Bisa Diatasi dengan Obat [Internet]. KOMPAS.com. 2020
[cited 28 March 2020]. Available from:
https://sains.kompas.com/read/2016/11/30/140000523/gangguan.cemas.tak.cuma.bisa.diatasi.denga
n.obat.

Anda mungkin juga menyukai