Kelompok Kanan
1) Dewi Ayu Utami (41032102212003)
2) Enna Siti Rohmah (41032102211095)
3) Dian Ratna Sari (41032102211119)
4) Icharuly Uljayanti (41032102211106)
5) Dewanti Paramitha (41032102211002)
6) Suci Rahmadiah I (41032102211052)
7) Eris Ariska S (41032102211068)
8) Nopi Safitri (41032102211104)
9) Iman Imanudin (41032102211069)
10) Indra Fauzi (41032102211009)
11) Nizar Wahyuda (41032102211109)
12) Shintia Nurazizah (41032102211125)
13) Cintarama (41032102211126)
2. Di dalam tujuan pendidikan jika tujuan tidak tercapai apakah ada solusi lain atau cara
lain untuk menggantikan tujuan tersebut sehingga tercapai?
Jawab :
Apabila tujuan pendidikan tidak tercapai tentunya sebagai guru harus dapat mencari
solusi lain sebagai alternatif pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak.
Anak perlu diidentifikasi awal atau asesmen sehingga guru dapat menentukan anak
berada difase mana sehingga tujuan pembelajaran dan pendidikannya dapat
ditentukan atau disesuaikan terlebih dahulu.
Guru harus mengetahui apa penyebab yang mengakibatkan tujuan tidak tercapai,
apabila permasalahan ada di materi yang tidak sesuai bagi anak maka sebagai guru
harus menurunkan materi dan menyesuaikan dengan kemampuan anak. Pembelajaran
diusahakan berpusat pada anak.
3. Biasanya anak penyakit kronis selalu berada di kursi roda atau di tempat tidur
program pendidikan seperti apa yang bisa digunakan untuk anak penyakit kronis?
Jawab :
Lebih awal kita harus memahami jenis atau penyakit kronis apa yang di alami
seseorang. Dengan diagnosis Medis sebagai langkah awal.
Tahap berikutnya, kita coba menganalisis terlebih dahulu apa yang memang
dibutuhkan oleh seseorang terkait dengan program pendidikan apa yang bagus,
apakah bisa memungkinkan untuk melakukan proses dalam program pendidikannya
atau tidak. Diperhatikan terkait dengan tujuan program akademinya, apakah sesuai
atau tidak, kebisaan apa yang selama ini dilakukan. Kondisi dengan lingkungan atau
tempat yang akan menjadi proses pembelajaran ini harus ditentukan. Jika, kondisinya
memakai alat bantu atau tidak mampu dan hanya di tempat tidur.
Programnya bisa lebih pada, penumbuhan semangat dan dukungan dari orang terdekat
dan motivasi dalam menjalani hidup. Baik dalam bentuk, kunjungan dari teman2,
mendengarkan ceramah, atau motivasi lainnya.
5. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan untuk mendiagnosa penyakit
kronis?
Jawab :
lewat pemeriksaan yang komprehensif, mulai dari wawancara, pemeriksaan fisik, juga
pemeriksaan penunjang, contohnya laboratorium, rontgen, USG, CT scan, biopsi, dan
sebagainya, tergantung dari kecurigaan terkait jenis penyakitnya. Namun, tanpa
mengetahui penyakit kronis apa yang Anda maksud, tentu sulit juga bagi kami
menjelaskan langkah diagnostik yang tepat untuk mengetahuinya.
6. apakah penyakit kronis hanya dapat menimpa kelompok yang heterogen saja ? Atau
tidak ? Mengapa ?
Jawab :
Ya, karena penyakit heterogen adalah penyakit yang mengacu pada beberapa akar
penyebabnya, dan karenanya penyakit kronis tersebut dapat berlangsung lama,
biasanya lebih dari satu tahun, penyakit tersebut seperti : diabetes, hepatitis, epilepsi
dan yang lainnya.
7. Sebagian besar anak" Berpenyakit kronis menghabiskan waktunya di rumah sakit atau
di rumah peristirahatan daripada di keluarga atau bersama org tua. Perhatiannya lebih
banyak berfokus pada penyakit dan berbagai keterbatasannya. Dari kondisi ini apa
pengaruhnya terhadap perkembangan dan juga kondisi psikis anak tersebut serta
bagaimana cara/ langkah pertama yg paling tepat kita lakukan untuk penanganannya
dan siapa sajakah tenaga profesional yang harus terlibat dalam menangani hal tsb.
Jawab :
Tentu saja jika anak - anak yang memiliki penyakit kronis ketika diposisikan harus
stand by dengan namanya rumah sakit, ruangan, suntik, inpus. sangat berpengaruh
sekali pada perkembangan kondisi psikisnya. Dengan kondisinya biasanya anak
seusianya bermain, bercanda, tertawa tidur dirumah dengan nyaman. Disinilah faktor
dukungan orang tua yang sangat diperlukan oleh anak tersebut, dibalik itu ketika
kondisinya sangat membutuhkan ahli dengan kondisi psikisnya. Bisa, mengikut
sertakan psikolog anak dalam melakukan perkembangan psikisnya.
9. Untuk menyusun program pendidikan bagi anak berpenyakit kronis salah satunya
yaitu, masa perubahan kondisi anak hendaknya diisi dengan kegiatan yang berarti,
contoh kegiatan berarti itu apa saja?
Jawab :
Tentunya kegiatan yang membatasi fisik seperti tidak terlalu banyak melakukan
aktivitas, dan mendorong kebutuhan psikologisnya.
contohnya : memiarkan anak untuk melakukan pengembangan
kemampuan,menikmati hari - hari yang berkualitas dengan orang tua.sekalipun
dirumah sakit.
10. Mencakup dari materi yang disebutkan bahwa secara garis besar reaksi yang
ditunjukan anak ketika menghadapi kondisi fisiknya itu dibagi menjadi 2, ada sikap
patuh dan juga ada sikap agresif, disitu dijelaskan bahwa sikap agresif anak lebih
merasakan kondisi dimana dia putus asa, kemudian adanya sikap menyerang. Nah
untuk pertanyaannya ada tidak cara kita untuk menyadari atau memberi arahan untuk
memahami atau menyadari kondisi anak tersebut tentang permasalahan penyakit ini
sehingga tidak mengakibatkan sikap agresif seperti menyerang, putus asa, dll?
Jawab :
Sikap agresif pada anak yang mengidap penyakit kronis perlu ditindak lanjuti dengan
serius sebab bisa jadi hal tersebut justru memperparah kondisi kesehatan anak maka
ada beberapa langkah yang bisa kita coba untuk mengarahkan sikap agresif anak
• Mengatasi emosi negatif yang muncul dengan mengajak anak berbicara dan
mengarahkan bahwa kita harus sabar saat menghadapinya serta harus yakin kalau
nantinya akan sembuh
• Memberi dukungan untuk anak supaya dia kuat saat menjalani proses pengobatan
baik dukungan dari orang tua, keluarga, dan teman serta memberi motivasi untuk
anak
• Melakukan kegiatan yang menyenangkan dengan menyempatkan waktu untuk
bermain bersama supaya anak tidak merasa jenuh
Melakukan terapi psikologis
Sering mengajak berbicara anak
Menjaga emosi anak
Melakukan kegiatan yang di sukai anak
13. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kronis?
Jawab :
Suatu penyakit dikatakan kronis biasanya jika muncul terus menerus, atau kambuh
kambuhan dalam waktu yang lama. Banyak jenis penyakit kronis, dengan gejala,
keparahan, penyebab, dan penanganan yang berbeda. Oleh karenanya, tentu cara
pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mendeteksinya pun bisa berbeda.
Idealnya, diagnosis suatu penyakit ditegakkan lewat pemeriksaan yang komprehensif,
mulai dari wawancara, pemeriksaan fisik, juga pemeriksaan penunjang, contohnya
laboratorium, rontgen, USG, CT scan, biopsi, dan sebagainya, tergantung dari
kecurigaan terkait jenis penyakitnya. Namun, tanpa mengetahui penyakit kronis apa
yang dimaksud, tentu sulit juga menjelaskan langkah diagnostik yang tepat untuk
mengetahuinya. Sebab itu, sebaiknya dikonsultasikan langsung hal ini dengan dokter
yang memeriksa.