Anda di halaman 1dari 2

Zaman sekarang ini isu kesehatan mental tengah naik daun, pasalnya banyak hal-hal yang kita

temukan ternyata berhubungan dengan kesehatan mental. Mungkin kamu pernah menonton film
Joker (2019) atau mendengar lagu-lagu Kunto Aji di album Mantra-Mantra (2018), lagu
Melukis Senja (2020), sampai lagu yang lagi in banget, Runtuh dari Feby Putri dan FIersa Besari
(2021). Film dan musik ini mengangkat tentang mental health awareness.
Kesehatan mental itu melekat pada kehidupan kita, tapi dalam proses mewaraskan mental ini
harus hati-hatu lho, pasalnya bisa jadi karena kita aware dengan diri kita sendiri, mungkin kita
jadi bertanya tanya apakah aku stres? Apa yang aku alami ini depresi? Atau kok film ini
menggambarkan aku banget ya? Ini adalah salah satu contoh dari Self-Diagnosis.
Berdasarkan hasil survei dari Millennial Mindset: The Worried Well pada tahun 2014, 37%
responden Gen Y, terkadang melakukan Self-Diagnosis terkait masalah kesehatan mental yang
sebenarnya tidak mereka miliki. Kecenderungan untuk menggunakan internet untuk diagnosis
dapat menciptakan siklus ‘pencarian dan stress’, dengan 44% dari Gen Y menyatakan bahwa
melihat informasi kesehatan online menyebabkan mereka khawatir tentang kesehatan mereka.
Di zaman yang serba digital ini, fenomena yang menunjukkan individu melakukan analisis
terhadap diri sendiri semakin meningkat. Sebagai contoh, adanya web-based symptom checkers,
yang berfungsi untuk mengetahui tanda-tanda dari masalah kita dan mendapatkan rujukan
apakah harus bertanya kepada ahlinya atau hanya butuh beristirahat.
Kevalidan dari situs tersebut tentu harus dipertanyakan karena tidak menunjukan berdasarkan
dari studi apa, dan apakah individu yang melakukan Self-Diagnosis itu menjawab sesuai
kebenarannya dan tidak berdasarkan prasangka.
Di media sosial, tidak sedikit individu yang menyatakan mengalami masalah psikologis.
“Aduh gue depresi nih kerjaan gak kelar-kelar”
“Gue sering ngomong sendiri kalo lagi dimotor, kayanya gue Halusinasi deh”
“Gue kayanya bipolar deh mood gue gampang banget berubah-ubahnya”
Pada kenyataannya, apakah semudah itu mendiagnosis diri sebagai individu yang depresi? Atau
bahkan mengalami Bipolar?
Apa yang dirasakan oleh individu mungkin bisa menjadi salah satu indikasi masalah atau
gangguan psikologis, tapi bukan menjadi satu-satunya indikasi. Hal ini perlu didukung oleh data
yang lain dan terjadi dalam kurun waktu tertentu didasarkan kepada pedoman yang ada seperti
PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa atau DSM (Diagnosis Statistic
Manual). Nah selain PPDGJ dan DSM untuk menjawab pertanyaan pertanyaan itu sudah hadir
ibu Nisa sebagai __________

Pertanyaan :
1. Sebenarnya apa saja hal yang membuat jaman sekarang itu lebih aware dengan kasehatan
mental?
2. Wajar tidak bu apabila kita melakukan screening thd diri jika merasa ada yang tidak
nyaman?
3. Perbedaan screening dan self diagnose itu apa saja?
4. Nah jika merasa bahwa ada yang sesuatu yang tidak nyaman pada diri kit aitu hal yang
harus dilakukan pertama kali itu apa?
5. Seberapa bahaya self diagnose?
6. Sebenarnya diagnosa psikologi untuk menetapkan suatu disorder itu bagaimana bu?
7. Bagaimana tips untuk menghindari self diagnose?
8. Bagaimana tips untuk bisa memotivasi diri agar tetap waras?

Anda mungkin juga menyukai