1. Lomba terbuka untuk seluruh anggota Ketikers tanpa kecuali. Bagi yang belum terdaftar sebagai Ketikers, agar mendaftar terlebih dahulu atau klik di http://ketikketik.com/wp-login.php?action=register
2. Peserta menjamin bahwa opini yang diikutkan lomba adalah karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan di media manapun dan belum pernah diikutkan dalam lomba atau acara serupa.
3. Lomba dimulai sejak pengumuman ini dipublikasikan, dan ditutup pada tanggal : 16 Agustus 2014 jam 24.00
4. Naskah Opini :
Opini ditulis dengan tema : "MENJUNJUNG TINGGI PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA, PASCA PEMILU 2014"
Dikirim melalui modul Add New Post atau klik http://ketikketik.com/wp-admin/post- new.php dan wajib ditempatkan didalam kategori :Lomba Opini HUT RI ke 69
Bebas dituangkan, baik dalam bentuk ESAI maupun Puisi, dapat berupa himbauan, harapan, saran dan pemikiran positip yang dapat memberi inspirasi kepada para pembaca dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa pasca Pemilu 2014.
Opini yang berbentuk ESAI, minimal terdiri dari +/- 500 kata dan dibatasi maksimum terdiri dari +/- 1.000 kata atau setara dengan 2 (dua) halaman ukuran A4, (line spacing : single) pada aplikasi MS WORD, sedangkan untuk opini yang berbentuk Puisi, minimal terdiri dari 100 kata.
Setiap peserta hanya diperkenankan menulis 1 (satu) opini berbentuk Esai dan atau 1 (satu) opini berbentuk Puisi. Judul Opini yang diikutkan lomba harus memuat teks [OPINI] didepan judul artikel.
Contoh penulisan judul : [OPINI] Persatuan dan Kesatuan Bangsa Adalah Diatas Segalanya
Peserta wajib membagikan artikel opininya melalui akun sosial media (Facebook atau Twitter) miliknya, dengan cara klik tombol share FB atau Twitter yang tersedia.
5. Peserta lomba wajib klik LIKE fan page FB KetikKetik https://www.facebook.com/pages/KetikKetik/212754415541421
6. Hadiah Lomba :
Disediakan hadiah kepada para pemenang sebagai berikut :
1 orang Pemenang Utama 1 (satu) unit Smartphone Samsung S7262 (Galaxy Star Plus) 5 orang Pemenang Favorit Souvenir menarik dari :
Seluruh hadiah akan langsung dikirim ke alamat pemenang lomba.
7. Mekanisme Penentuan Pemenang :
- Pemenang Utama akan ditentukan oleh Dewan Juri dengan mempertimbangan kualitas materi antara lain ketajaman analisis, teknik penulisan dan gaya bahasa. - Pemenang Favorit ditentukan oleh jumlah suara (vote) terbanyak yang diberikan oleh para pembaca opini peserta. Untuk itu, setiap artikel opini peserta akan dipasang sistem voting dan voting tertinggi secara otomatis dapat dilihat pada daftar peringkat Voting yang ada ditempatkan pada halaman depan (home page). Sebagai tambahan informasi mengenai jumlah vote terhadap artikel lomba adalah jumlah vote yang di lakukan oleh pembaca pada sistem voting yang terpasang, bukan pada angka yang tertera pada counter hits halaman artikel.
8. Peserta lomba tidak diperkenankan melakukan vote berulang-ulang pada artikel opini yang diikutkan lomba, dan apabila terbukti bahwa peserta melakukan rekayasa voting, maka peserta akan didiskualifikasi.
9. Selama periode lomba, peserta diharapkan secara aktip berinteraksi di dalam blog KetikKetik.com antara lain dengan menulis artikel atau memberi komentar atas artikel ketikers lainnya. Oleh sebab itu, panitia lomba akan memantau aktifitas peserta dan aktiftas peserta adalah merupakan pertimbangan utama bagi Dewan Juri untuk memilih Pemenang Utama.
10. Mekanisme dan syarat penyerahan hadiah : a. KetiKetik.com akan mengumumkan para pemenang lomba pada tanggal 18 Agustus 2014, dan para pemenang wajib mengisi data alamat pengiriman hadiah pada formulir yang dbsediakan. b. Apabila dalam tempo 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal pengmuman pemenang, pemenang tidak memberikan data atau tidak ada respons sama sekali, maka peserta dianggap tidak aktip dan pemberian hadiah dibatalkan (hangus). c. Peserta harus menertibkan profil akunnya sendiri yaitu dengan memasang foto profil dan melengkapi data biografi.
11. Apabila terjadi kesalahan teknis pada sistem perhitungan hasil voting, sehingga mengakibatkan kegagalan sistem dalam menampilkan artikel opini dengan jumlah vote terbanyak, maka Dewan Juri akan melakukan pemilihan Pemenang Favorit secara manual.
12. Seluruh Keputusan Juri didalam menentukan pemenang dalam lomba ini tidak dapat dituntut dan atau diganggu gugat.
13. Seluruh peserta lomba dianggap telah membaca dan menyatakan tunduk kepada syarat dan ketentuan ini.
selengkapnya di: http://infolombanulis.blogspot.com/2014/07/lomba-menulis-opini- peringatan-hut.html#ixzz39F2NNsiA Follow us: @infolombanulis on Twitter | Infolombanulis on Facebook
KONSEPSI NILAI DEMOKRATIS, KEBERSAMAAN DAN KETAATAN HUKUM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI KONSTITUSI 1. Umum. Perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka membentuk satu kesatuan sebagai bangsa nationdan membentuk negara yang merdeka penuh dengan dinamika dan pasang surut. Dari berbagai peristiwa perjalanan perjuangan tersebut ada suatu peristiwa yang perlu terus kita jadikan sebagai catatan penting, karena pada saat-saat itulah sebuah komitmen atau konsensus bangsa diletakkan. Peristiwa dimaksud adalah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian dilanjutkan dengan pengesahan UUD NRI Tahun 1945 sebagai Konstitusi Negara. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan dan pengesahan UUD NRI Tahun 1945 merupakan konsensus nasional (semua warga bangsa) bahwa pengaturan kehidupan berkebangsaan dan kehidupan bernegara dalam negara Indonesia yang dibentuk disepakati dengan dilandasi oleh ideologi negara yang disebut Pancasila, dilandasi oleh sebuah konstitusi negara yang disebut UUD NRI Tahun 1945, disepakati mengenai konsepsi bentuk negaranya adalah negara kesatuan Republik Indonesia, dan disepakati bahwa masyarakatnya berada dalam satu ke-Indonesia-an yang terdiri dari berbagai suku/ras/etnis, budaya, agama dan norma-norma kehidupan yang mencerminkan dalam Bhinneka Tunggal Ika. Konsensus nasional tersebut menjadi panduan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah sampai saat ini. Berbagai peristiwa penghianatan berupa pemberontakan, gerakan separatis, coup dEtat, bahkan perjuangan politik yang legal melalui Konstituante, yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat untuk merubah atau mengganti konsensus tersebut dapat diatasi. Konsensus nasional yang selama ini nilai-nilai dasarnya menjadi dasar dalam penanaman, penumbuhan, dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat kebangsaan serta memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa Indonesia melakukan perjuangan guna mencapai cita-cita nasionalnya, ternyata mengalami suatu kemunduran (degradasi). Degradasi rasa, jiwa dan semangat kebangsaan. Indikasi dari degradasi tersebut terlihat semakin menipisnya kesadaran dan kurang dihayatinya tata kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai ideologi Pancasila pada hampir semua generasi bangsa. Oleh karena itulah kita perlu mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945, demi meneguhkan kembali jati diri bangsa dan membangun kesadaran tentang sistem kenegaraan yang menjadi konsensus nasional, sehingga diharapkan bangsa Indonesia dapat tetap menjaga keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah terpaan arus globalisasi yang bersifat multidimensial. Nilai-nilai Kebangsaan yang terkandung dalam pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945, yaitu: 1) Nilai demokrasi, mengandung makna bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat, setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaran pemerintahan. 2) Nilai kesamaan derajat, setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan kedudukan yang sama di depan hukum. 3) Nilai ketaatan hukum, setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib mentaati setiap hukum dan peraturan yang belaku. 1. Sehingga diharapkan nilai-nilai tersebut untuk dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Membangun Sistem Demokrasi sesuai dengan Konstitusi UUD NRI Th. 1945 [1]. Proses reformasi yang bergulir pada penghujung tahun 1998, pada hakekatnya merupakan proses demokratisasi yang dilakukan bangsa Indonesia secara gradual, berkesinambungan dan sistematis serta menyeluruh. Proses ini akan merupakan on going process mengingat agendanya yang berlanjut di samping interaksi pelbagai fenomena sosial politik yang harus dihadapi karena lingkungan strategis yang berubah dengan cepat, baik yang bersifat nasional, regional maupun internasional. Bangsa Indonesia telah sepakat untuk melakukan meminjam istilah BJ Habibie- evolusi yang dipercepat (accelerated evolution) dengan membangun sistem demokrasi yang sehat atas dasar evaluasi dan introspeksi terhadap pelbagai sistem demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia yang dinilai ternyata gagal, yaitu demokrasi liberal pada awal kemerdekaan yang tidak menjamin stabilitas pemerintahan, demokrasi terpimpin pada era orde lama dan demokrasi Pancasila di era orde baru yang menghasilkan pemerintahan yang otoriter. Dalam proses tersebut pelbagai indeks demokrasi ditegaskan pengaturannya, seperti pemantaban kehidupan konstitusionalisme, promosi dan perlindungan HAM, kekuasaan kehakiman yang merdeka, otonomi daerah, pemilihan umum yang jujur dan adil secara langsung baik pemilu legislatif, DPD, Presiden/wakil Presiden serta pilkada, pemisahan Polri dari TNI, civilian control to the military perkembangan masyarakat madani, kebebasan mass media, pemerintahan yang terbuka, akuntabel dan responsif dan sebagainya dalam waktu yang relatif sangat cepat. Sejak Tahun 1998 kita telah berusaha untuk membangun sistem demokrasi tersebut atas dasar serangkaian nilai-nilai yang diyakini secara akademis dan empiris sebagai core values of democracy sebagaimana yang berlaku di Negara maju dan memperoleh pengakuan dari PBB. Nilai-nilai dasar tersebut adalah : 1) Prinsip pemerintahan berdasar konstitusi (baru) yang menjamin checks and balances yang sehat. 2) Pemilihan umum yang demokratis (free and fair), yang pada akhirnya telah mengembalikan kedaulatan sepenuhnya kepada rakyat. 3) Desentralisasi kekuasan dan tanggung jawab atas dasar sistem otonomi daerah untuk lebih mendekatkan rakyat pada pengambilan keputusan. 4) Sistem pembuatan undang-undang yang demokratis, aspiratif dan terbuka prosesnya. 5) Sistem peradilan yang independen, yang bebas dari tekanan atau pengaruh dari manapun datangnya. 6) Pembatasan kekuasaan kepresidenan atas dasar konstitusi. 7) Peran media yang bebas sebagai sarana kontrol sosial. 8) Jaminan terhadap peran kelompok-kelompok kepentingan (civil society). 9) Hak masyarakat untuk tahu. 10) Promosi dan perlindungan HAM, termasuk perlindungan hak-hak minoritas karena beda agama, ras, atau etnis. 11) Kontrol sipil terhadap militer. Atas dasar langkah-langkah tersebut saat ini Indonesia dikenal dan diakui sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India dan AS. Contoh-contoh implelemtasi dari nilai demokrasi tersebut adalah: 1) Prinsip pemerintahan berdasar konstitusi (baru) yang menjamin checks and balances yang sehat. Contoh : 1. Aturan yang baik setidaknya dapat memuat empat hak-hak dasar masyarakat, yaitu a) Kesehatan. b) Pendidikan. c) Rasa aman. d) Serta peningkatan perekonomian menuju kesejahteraan masyarakat. Keempat hal ini tidak saja urgen untuk dipenuhi, namun harus menjadi pilar yang melandasi setiap regulasi yang lahir dari hubungan lembaga legislator dan eksekutor. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan penerapan regulasi yang transparan, sehingga masyarakat bisa merasakan manfaat pemerintah dengan baik, sehingga dua lembaga yang diharapkan dapat memiliki hubungan yang check and balance , dapat menjalankan fungsinya masing- masing, dengan tetap saling berkoordinasi. 2) Pemilihan umum yang demokratis (free and fair), yang pada akhirnya telah mengembalikan kedaulatan sepenuhnya pada rakyat . Contoh: Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu: a) Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil. b) Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama. Ciri-ciri pemerintahan demokratis yaitu adanya Pemilihan umum secara langsung mencerminkan sebuah demokrasi yang baik. a) Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan). b) Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara). c) Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang. d) Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum. e) Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. f) Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah. g) Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. h) Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat. i) Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya). 3) Desentralisasi kekuasaan dan tanggungjawab atas dasar sistem otonomi daerah untuk lebih mendekatkan rakyat pada pengambil keputusan. Contoh : 1. Di Kabupaten Bandung, pelayanan kebutuhan air bersih dikelola secara swakelola , dengan cara RW membangun sumur artesis (sekitar 60m) dan menjualnya kepada warga sekitar dengan harga yang lebih murah dibanding harga PDAM. Dalam hal ini, implementasi good local governance terlihat dari posisi masyarakat bertindak selaku penyedia jasa layanan ( service provider ), pengguna( service user ), sekaligus kelompok kepentingan ( concern groups ). 4) Sistem pembuatan undang-undang yang demokratis, aspiratif dan terbuka prosesnya. Contoh: Partisipasi merupakan sistem yang berkembang dalam sistem politik modern. Penyediaan ruang publik atau adanya partisipasi masyarakat merupakan tuntutan yang mutlak sebagai upaya demokratisasi. Masyarakat sudah semakin sadar akan hak-hak politiknya. Pembuatan peraturan perundang-undangan, tidak lagi semata-mata menjadi wilayah dominasi birokrat dan parlemen. Meskipun partisipasi masyarakat ini terlalu ideal dan bukan jaminan bahwa suatu undang-undang yang dihasilkannya akan dapat berlaku efektif di masyarakat, tetapi setidak-tidaknya langkah partisipatif yang ditempuh oleh lembaga legislatif dalam setiap pembentukan undang-undang, diharapkan dapat lebih mendorong masyarakat dalam menerima hadirnya suatu undang-undang. Keberadaan partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan UU sangat penting dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan melalui perangkat Undang-Undang. Demikian juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pemegang legislasi, dituntut untuk membuka pintu yang seluas-luasnya dalam persoalan partisipasi, apabila disepakati bahwa reformasi politik di Indonesia merupakan tahapan untuk menuju demokratisasi. Karena anggota DPR merupakan perwujudan representasi politik rakyat yang harus peka kepada aspirasi publik yang telah memilihnya. 5) Sistem peradilan yang independen, yang bebas dari tekanan atau pengaruh dari manapun datangnya. Contoh : Independensi Peradilan secara umum dipakai untuk mewakili lembaga peradilan, termasuk individu- individu hakimnya, sebagai lembaga yang bebas dari intervensi dari pihak lain. Prinsip Dasar Independensi Peradilan Versi PBB menjelaskan bahwa imparsialitas peradilan ditentukan oleh perilaku hakim yang selalu memutus perkara yang diajukan kepada mereka berdasarkan fakta-fakta dan kaitannya dengan hukum yang berlaku, tanpa adanya pembatasan-pembatasan, pengaruh- pengaruh yang tidak seharusnya ada, tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, atau intervensi- intervensi, baik secara langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun dan dengan alasan apapun. 1. Reduksi kepercayaan publik secara konstan adalah diakibatkan absennya prinsip independensi peradilan dalam upaya melindungi hak warga negara untuk mendapatkan keadilan dan akses terhadap keadilan. Penyebabnya, adalah perilaku korup dari institusi peradilan. 6) Pembatasan kekuasaan kepresidenan atas dasar konstitusi. Contoh : Fungsi konstitusi dalam membatasi kekuasaan Presiden bukan merupakan pemikiran baru, karena selain memang merupakan fungsi utama konstitusi, beberapa kajian sebelumnya juga telah mengupas masalah ini secara luas, bahwa konstitusi tidak saja berfungsi membatasi kekuasaan Presiden, tetapi juga bagaimana semestinya kekuasaan Presiden itu diatur secara tepat, tegas dan jelas di dalam konstitusi, sehingga walaupun kekuasaan Presiden dibatasi, tetapi konstitusi juga dapat mengatur, bahwa kewenangan yang dimiliki Presiden adalah kewenangan yang proporsional. Dalam perspektif pembatasan kekuasaan Presiden, sebenarnya ada korelasi antara kekuasaan Presiden dengan masa jabatannya. Jika masa jabatan Presiden tidak dibatasi secara tegas dan jelas, maka Presiden dapat memperluas, memperkuat dan memperpanjang jabatannya selama ia mau. 7) Peran media yang bebas sebagai sarana kontrol sosial. Contoh : Negara demokrasi adalah negara yang mengikutsertakan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, serta menjamin terpenuhinya hak dasar rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu hak dasar rakyat yang harus dijamin adalah kemerdekaan menyampaikan pikiran, baik secara lisan maupun tulisan. Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara dan pemerintah yang demokrasi. 8) Jaminan terhadap peran kelompok-kelompok kepentingan (civil society). Contoh: Masyarakat madani merupakan konsep yang memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, Merujuk pada Bahmueller (1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya: a) Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial. b) Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif. c) Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program- program pembangunan yang berbasis masyarakat. d) Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi- organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah. e) Tumbuh kembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter. f) Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. g) Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif. Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya, dimana pemerintahan memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program- program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah konsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic governance (pemerintahan demokratis yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience). Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuah prasyarat masyarakat madani sbb: a) Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat. b) Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital) yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok. c) Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial. d) Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan. e) Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan. f) Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial. g) Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.
9) Hak masyarakat untuk tahu. Contoh: 1. Sementara itu, para wakil rakyat kita menilai sebaliknya, dengan mengatakan pembangunan gedung baru DPR adalah suatu keharusan, mengingat daya tampung ruang yang tidak lagi mencukupi. Kontroversi semakin meruncing setelah salah satu Anggota DPR memberikan pernyataan tentang tidak perlunya rakyat dilibatkan dalam hal pembangunan gedung baru DPR. Bahkan ia menolak dilakukannya survei opini publik untuk mengetahui respons rakyat. Padahal dalam demokrasi, pemerintah dan para wakil rakyat kita, diharuskan sebisa mungkin, bersikap terbuka. Artinya, gagasan dan keputusannya harus terbuka bagi pengujian publik secara seksama. Sudah barang tentu, tidak semua langkah pemerintah dan wakil rakyat harus dipublikasikan, namun rakyat punya hak untuk mengetahui bagaimana uang mereka dibelanjakan. Dengan biaya yang begitu besar, yang memakan anggaran sampai Rp. 1,16 triliun, rakyat tentu perlu tahu apa alasan dari rencana pembangunan gedung baru DPR. Jika wakil rakyat hanya menggunakan asumsi tentang tidak mencukupinya ruang dalam membangun gedung baru DPR, tentu hal itu bukanlah sebuah penjelasan yang rasional. Apalagi terdengar kabar yang menyebutkan masih ada satu anggota DPR yang memiliki dua ruang sekaligus. Penjelasan tentunya harus di barengi dengan urgensi. Tentang apakah pembangunan gedung baru DPR itu lebih urgen dari hal-hal mendesak lainnya seperti agenda kerja untuk mensejahterakan rakyat. Untuk itu para wakil rakyat kita ditekankan untuk selalu mengedepankan kepentingan rakyat sebelum memutuskan menggunakan anggaran yang sangat besar dalam membangun gedung baru DPR, mengingat masih memperihatinkannya kondisi rakyat Indonesia dari segi ekonomi. Andaikan dana sebesar itu digunakan untuk kepentingan rakyat, tentu hal itu akan lebih bermanfaat dan DPR akan di puji oleh rakyat dan bukannya dikritik. Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Arif, jika dana sebesar itu digunakan untuk kepentingan rakyat, seperti membangun 116 unit rumah bagi fakir miskin dengan asumsi per rumah menghabiskan dana Rp100 juta, maka rakyat akan mendapatkan rumah yang bukan tipe RSSS (rumah sangat sederhana sekali) yang umumnya mereka tempati pada saat ini. Atau akan lebih baik lagi jika dana Rp 1.16 triliun itu digunakan untuk membuka lahan pertanian seluas 20 ribu hektare. Telah menjadi rahasia umum bahwa mayoritas petani kita saat ini merupakan petani penggarap alias tidak punya lahan . Itulah alasan mengapa rakyat perlu tahu. Karena jika rakyat tidak tahu atau tidak dilibatkan dalam hal ini, maka para wakil rakyat kita itu pantas disebut oleh apa yang Franz Magnis Suseno (2004) katakan, UANG bagi mereka adalah segala-galanya. Mereka itu adalah elit negara kita. Elit yang sudah lupa akan rakyat yang membiayai mereka. Elit yang sedang merusak negara ini karena mereka berpolitik tanpa suara hati, karena agama pada mereka merosot menjadi aspirasi daripada inspirasi, karena bagi merekalah uang segala-galanya. 10) Promosi dan perlindungan HAM , termasuk perlidungan hak-hak minoritas karena beda agama, ras, atau etnis. Contoh : HAM sebagaimana diketahui adalah hak dasar/mutlak pemberian Tuhan yang dimilik setiap manusia serta melekat untuk selamanya. Di dalam pelaksanaanya wajib memperhatikan dan menghormati hak orang lain. Karena, demi terciptanya harmonisasi hubungan antarwarga masyarakat, setiap anggota masyarakat dalam merealisasikan hak dasar tersebut dilakukan dengan penuh kearifan, artinya ketika menikmati hak asasinya dibarengi pula dengan kesadaran bahwa ada kewajiban asasi dan tanggung jawab asasi. Dalam masyarakat modern, perbedaan anggota masyarakat karena jabatan atau posisi dan peran yang diemban merupakan kewajaran. Perbedaan tersebut bukan berarti ada diskriminasi dalam menikmati hak asasinya yang dijamin oleh UUD maupun perundang-undangan lain suatu negara. Karenanya penyebaran tentang pemahaman, pengetahuan, pendalaman sampai memasyarakatkan HAM menjadi penting, terutama di kalangan akar rumput (grass root). Tanpa kemauan politik dan keberanian politik yang kuat dari suatu rezim, pemerataan HAM dapat tersandar. Disinilah partisipati aktif pemerintah ada kemauan dan tindakan politik serta pengawasan (monitoring) terhadap pejabat yang menyatakan siap mengamankan UUD negara, inklusif menghormati HAM agar tidak sewenang-wenang atau tidak menegakkan HAM di dalama berbagai peraturan yang efektif. Begitu juga, partisipasi yang aktif warga masyarskat dituntut, baik dalam bentuk partisipasi akitif para pengamat, intelektual, agaman, maupun kelompok masyarakat dalam wadah LSM/Ornop atupun lembaga formal lainnya. Dengan adanya langkah-langkah tersebut, upaya diseminasi HAM semakin efektif sehingga rangkaian kegiatan dari semua unsur masyarakat akan menjadi mesin utama yang terus berproses dan bergerak menyebarluaskan HAM di masyarakat. 11) Kontrol sipil terhadap militer. Contoh: Posisi militer yang sebenarnya adalah berada di bawah kontrol sipil secara demokratis. Dengan kalimat lain, hubungan sipil-militer (HSM) yang demokratis terjadi bila militer dikendalikan oleh sebuah kontrol sipil secara demokratis. Secara teoretis, kontrol sipil adalah sederhana: Semua keputusan pemerintah, termasuk keamanan nasional, tidak ditentukan oleh militer sendiri, melainkan diputuskan oleh pejabat sipil yang terpilih secara demokratis. Pada prinsipnya, kontrol sipil adalah absolut dan mencakup keseluruhan. Tidak ada keputusan atau tanggung jawab yang diberikan kepada militer kecuali secara ekspresif atau implisit didelegasikan kepadanya oleh pemimpin sipil. Bahkan keputusan-keputusan perintah. Pemilihan strategi, operasi apa yang digunakan dan kapan, taktik apa yang dipakai, manajemen internal militer berasal dari kekuasaan sipil. Mereka didelegasikan untuk menyeragamkan personel hanya untuk alasan-alasan kenyamanan, tradisi, keefektifan, atau pengalaman militer dan keahlian.
Kaum sipil membuat semua peraturan, dan mereka dapat mengubahnya kapanpun. Ancaman dan misi militer dalam konteks pertahanan-keamanan. Secara konvensional fungsi utama militer adalah memelihara pertahanan dan keamanan nasional. Misi dan doktrin keamanan nasional (national security) sangat menentukan posisi militer. Pijakan utama formulasi doktrin pertahanan dan keamanan sebagai perangkat lunak adalah ancaman, yang secara umum bisa dirumuskan menjadi dua kategori, yaitu sifat ancaman dan asal ancaman. Nilai Kebersamaan Salah satu masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah memudarnya wawasan kebangsaan dan rasa bangga sebagai bangsa atau rasa nasionalisme yang dikumandangkan dengan penuh heroik pada tahun 1928, yang dikenal sebagai hari sumpah pemuda. Tergerusnya rasa nasionalisme suatu bangsa dapat disebabkan oleh hal-hal yang bersifat internal maupun eksternal. Bersifat internal, manakalah rasa kebersamaan antara sesama anak bangsa mulai berkurang, seperti memelihara persamaan dalam perbedaan dan memelihara perbedaan dalam persamaan. bersifat eksternal dapat diidentifikasi dalam bentuk rong-rongan dan gangguan dari berbagai kepentingan asing yang bersifat pragmatis, historis, yang bertujuan untuk memecah belah semangat kebangsaan termasuk integritas wilayah, kedaulatan nasional dan kemerdekaan politik nasional. Berkaitan dengan pengaruh yang bersifat ekternal, globalisasi yang melanda dunia, termasuk Indonesia, tidak mungkin untuk dihindari. globalisasi adalah proses homogenisasi dengan masuknya atau meluasnya pengaruh nilai-nilai dari suatu wilayah/negara ke wilayah/negara lain dan atau proses masuknya pengaruh sistem nilai lain kedalam suatu negara sebagai konsekwensi pergaulan dunia akibat kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan transportasi modern yang sangat cepat. Perbedaan internasionalisasi dan globalisasi adalah bahwa dalam internasionalisasi kedaulatan suatu bangsa masih memegang peranan penting, sedangkan globalisasi menumbuhkan nilai-nilai kosmopolitan. Proses globalisasi yang semula bernuansa ekonomis kemudian mengandung implikasi multidimensional bahwa suatu aktivitas yang sebelumnya terbatas jangkauannya secara nasional, secara bertahap berkembang menjadi tidak terbatas pada suatu negara. Hal ini dapat diamati, globalisasi dalam budaya (cultural diffusion) sebagai dampak pertumbuhan kontak-kontak budaya sehingga menciptakan satu standard kehidupan dan pemikiran (world culture) misalnya, seperti masuknya pengaruh luar khususnya budaya barat melalui media tv dan internet, budaya barat dalam bentuk konsumerisme dan cara berpakaian dan pergaulan bebas yang diikuti dan dijadikan model oleh sebagian masyarakat kita. Kedepan diperlukan adanya pemaknaan nilai-nilai ideologi Pancasila yang berlangsung secara dialogis, tidak monologis. pemaknaan sila-sila Pancasila ditopang oleh pilar-pilar dan nilai-nilai kearifan lokal yang meragai pluralisme konstruktif, mencerminkan keanekaragaman yang Berbhinneka Tunggal Ika. Pemaknaan masing-masing sila Pancasila sesuai dengan adat istiadat dan budaya masyarakat di daerah, merupakan manifestasi dari common value yang hidup ditengah masyarakat, akan menumbuhkembangkan sikap dan perilaku masyarakat sebagai pemilik ideologi yang bersifat lintas kultural sebagai benang emas (golden thread) yang menembus sekat-sekat budaya (cultural barriers). Dengan pemaknaan yang tepat terhadap nilai-nilai Pancasila, sebagai ideologi dan simpul kebangsaan yang dapat mencerminkan kebersamaan, di era globalisasi yang penuh dengan turbulensi sosial dewasa ini, sangat dibutuhkan, karena kesadaran atas kebersamaan yang kuat merupakan kapital sosial yang sebenarnya memiliki akar budaya kuat di Indonesia. Tanpa itu peranan negara akan menjadi sangat lemah dan tidak effektif dilanda oleh arus globalisasi dan regionalisasi yang cenderung semakin kuat. Salah satu contoh adalah komentar para ahli tentang terror di Mumbai India baru-baru ini yang diakibatkan oleh tidak berfungsinya (disfungsionalisasi) pemerintah pusat di India menghadapi arus globalisasi dan industrialisasi serta akibat kuatnya federalisme sebagai dampak pengaruh globalisasi demokrasi. Salah satu kegagalan di sini adalah kegagalan mengelola pluralisme (agama) dan kewaspadaan nasional. Kebersamaan sebagai satu bangsa yang sangat pluralistik yang dibangun atas dasar jiwa dan semangat nilai-nilai obyektif dan non-primordialistik, sangat strategis yang tidak hanya larut pada pendekatan alamiah, rutin, praktis dan pragmatis semata dan menganggap persatuan nasional sebagai mitos yang langgeng. Memantapkan karakter bangsa dan memperkuat integrasi bangsa serta kehendak politik untuk selalu meningkatkan rasa kebangsaan sehingga sangat dipehitungkan bangsa dan negara lain, merupakan elemen kekuatan dan ketahanan nasional yang yang terus menerus memerlukan intervensi pemerintah dengan mengedepankan soft power. Hal ini terutama menghadapi generasi baru yang melihat Indonesia sebagai suatu yang given dan instant. Dalam posisi yang demikian, memiliki kesadaran dan komitmen yang kuat terhadap 4 konsensus dasar bangsa Indonesia yakni Pancasila, UUD NRI TH 1945, asas Bhinneka Tunggal Ika dan asas NKRI, yang secara keseluruhan menggambarkan bahwa Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, tetap tegar sebagai suatu sistem baik sistem fisik (kerjasama secara terpadu dari pelbagai sub-sistem untuk mencapai tujuan) maupun sebagai sistem abstrak (kesatuan karakter, pandangan, nilai, perilaku dan falsafah) memerlukan manajemen yang sistemik, berkelanjutan dengan perspektif jangka panjang. Salah satu upaya untuk menghentikan kerawanan dan berkembangnya konflik dalam masyarakat, adalah dengan pemahaman nilai ideologi Pancasila dan transformasi nilai universal secara benar dan komprehensif. Oleh sebab itu untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dan berkembang dengan cepat serta tidak terbayangkan sebelumnya, diperlukan ide-ide segar yang dikembangkan dalam konteks kultural dan nilai-nilai ideologi Pancasila yang ditopang oleh pilar-pilar dan nilai-nilai kearifan lokal yang hidup dan berkembang dalam masyarakat di daerah, yang dipertimbangkan merupakan sub-sistem nasional dan bukan yang sebaliknya merupakan counter system. Dalam era globalisasi dewasa ini, tidak mungkin suatu negara dapat hidup dan membangun kemajuan dalam posisi mengisolasi diri dari pengaruh antar negara lewat teknologi informasi, teknologi industri, perdagangan uang dan perdagangan komoditas antar bangsa merupakan kenyataan yang harus dihadapi. Untuk itu diperlukan kecerdasan sekaligus kecerdikan taktis dan strategis untuk merubah dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi dari tantangan menjadi peluang. Globalisasi harus difahami sebagai fenomena meningkatnya proses multikulturalisme atau diversitas budaya yang secara alamiah akan meningkatkan asimilasi budaya, akbat proses kombinasi antara kekuatan ekonomi, teknologi, sosial budaya dan kekuatan politik. Hal ini pada tingkat nasionalisme maupun internasionalisme dibutuhkan secara sadar promosi atau pemajuan perdamaian dan pengertian antar manusia. Krisis finansial global akhir-akhir ini telah mendemonstraikan kenyataan bahwa globalisasi merupakan suatu proses dimana manusia di dunia telah dipersatukan kedalam suatu masyarakat tunggal (single society) dan berfungsi bersama (function together) , baik dalam menikmati kemajuan maupun dalam menghadapi bahaya bersama. dalam hal ini Nilai-Nillai Kebersamaan itulah yang menjadi suatu kekuatan bagi bangsa Indonesia, terutama didalam menghadapi kuatnya arus globalisasi, dan informasi saat ini.
Ketaatan Hukum dalam Konstitusi Istilah konstitusionalisme mempunyai makna suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud ialah pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Dalam hal ini, yang dimaksud negara adalah organisasi kekuasaan. Dikatakan organisasi kekuasaan, karena dalam setiap negara terdapat pusat-pusat kekuasaan[2]. Pusat-pusat kekuasaan tersebut baik yang terdapat dalam Supra Struktur Politik maupun dalam Infra Struktur Politik. Supra Struktur Politik meliputi organ legislatif, eksekutif, yudisial. Di sisi lain, Infra Struktur Politik terdiri atas Partai Politik, Tokoh Politik, Kelompok Penekan, Kelompok Kepentingan, dan Alat Komunikasi Politik. Selanjutnya pusat-pusat kekuasaan yang mempunyai kekuasaan itu mempunyai kekuasaan itu mempunyai kemampuan mengendalikan pihak lain. Selain konstitusionalisme, sokoguru Indonesia adalah paham negara hukum. Di dalam kepustakaan hukum di Indonesia istilah negara hukum sudah sangat populer. Pada umumnya istilah tersebut dianggap merupakan terjemahan yang tepat dari dua istilah yaitu rechtsstaat dan the rule of law. Istilah Rechtsstaat (yang dilawankan dengan Machtsstaat) memang muncul di dalam penjelasan UUD 1945 yakni sebagai kunci pokok pertama dari Sistem Pemerintahan Negara yang berbunyi Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Kalau kita lihat di dalam UUD 1945 BAB I tentang Bentuk dan Kedaulatan pasal 1 hasil Amandemen yang ketiga tahun 2001, berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. Dari teori mengenai unsur-unsur negara hukum, apabila dihubungkan dengan negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI Th.1945, dapat ditemukan unsur-unsur negara hukum, yaitu: Pertama, adanya pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia dan warga negara. Kedua, adanya pembagian kekuasaan. Ketiga, dalam melaksankan tugas dan kewajibannya, pemerintah harus selalu berdasar atas hukum yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Keempat, adanya kekuasaan kehakiman yang dalam menjalankan kekuasaannya bersifat merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah maupun kekuasaan lainnya. Hukum obyektif adalah kekuasaan yang bersifat mengatur, hukum subyektif adalah kekuasaan yang diatur oleh hukum obyektif. Fungsi hukum sebagai sosial kontrol merupakan aspek yuridis normatif dari kehidupan sosial masyarakat. Efektivitas hukum dalam masyarakat mengandung arti bahwa daya kerja hukum itu dalam mengatur dan/atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap hukum. Menurut K.C. Wheare, kalau berangkat dari aliran positivisme hukum, maka konstitusi itu mengikat, karena ia ditetapkan oleh badan yang berwenang membentuk hukum, dan konstitusi itu dibuat untuk dan atas nama rakyat (yang didalamnya sarat dengan ketentuan sanksi yang diatur lebih lanjut dalam undang-undang organik). Di dalam teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan tiga macam hal mengenai berlakunya hukum sebagai kaidah. Pertama, kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatanya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan. Kedua, kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif. Artinya, kaidah dimaksud dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat (teori kekuasaan) atau kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari masyarakat. Ketiga, kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi. Hukum berfungsi sebagai alat untuk mengubah masyarakat yang disebut oleh Roscoe Pound a tool of social engineering. Perubahan masyarakat dimaksud terjadi bila seseorang atau sekelompok orang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin lembaga-lembaga kemasyarakatan. Selain itu, dapat diketahui bahwa pranata hukum itu pasif, yaitu hukum menyesuaikan diri dengan kenyataan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, terlaksana atau tidaknya fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial amat ditentukan oleh faktor aturan hukum dan faktor pelaksana hukum. Pada umumnya orang berpendapat bahwa kesadaran warga masyarakat terhadap hukum yang tinggi mengakibatkan para warga masyarakat mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebaliknya, apabila keadaran warga masyarakat terhadap hukum rendah, derajat kepatuhannya juga rendah. Pernyataan yang demikian berkaitan dengan fungsi hukum dalam masyarakat atau efektivitas dari pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum dalam masyarakat. Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat (warga negara). Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan atau orang-orang lain (bangsa lain) yang disyahkan dengan undang-undang sebagai warga negara yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dalam suatu negara tertentu. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Pada BAB X tentang Warga Negara dan Penduduk Pasal 26 ayat (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Ayat (2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Seorang warga masyarakat mentaati hukum karena pelbagai sebab. Pertama, Takut karena sanksi negatif, apabila hukum dilanggar. Kedua, untuk menjaga hubungan baik dengan penguasa. Ketiga, untuk menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan sesamanya. Keempat, karena hukum tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Kelima, kepentingan terjamin. Suatu norma hukum akan dihargai oleh warga masyarakat apabila ia telah mengetahui, memahami, dan menaatinya. Artinya, dia benar-benar dapat merasakan bahwa hukum tersebut menghasilkan ketertiban serta ketentraman dalam dirinya. Hukum tidak hanya berkaitan dengan segi lahiriyah dari manusia, akan tetapi juga dari segi batiniah. Dalam kajian struktur bahasa hukum tentang daya ikat konstitusi dalam aspek hukum bisa kita lihat dalam tindakan bahasa. Ketika tindakan bahasa hukum diperlukan untuk mempengaruhi perilaku, maka ditetapkanlah tindakan-tindakan bahasa direktif, institusional dan perikatan. Tindakan bahasa direktif yang padanya pembicara menggunakan sebuah kalimat untuk menggerakkan pendengarannya demi melakukan sebuah sesuatu. Sedangkan tindakan bahasa institusional, menggunakan sebuah kalimat yang dilaksanakan dalam sebuah institusi peradilan dan seterusnya. Di dalam institusi itu terdapat aturan-aturan konstitutif yang menimbulkan akibat institusional, dilengkapi dengan diktum sebuah undang-undang atau undang-undang dasar yang mengikatkan diri. Kemudian kalau dilihat dari prinsip-prinsip wawasan negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) sebagaimana dikatakan oleh Zippelius, konstitusi merupakan alat untuk membatasi kekuasaan negara. Prinsip-prinsip ini mengandung jaminan terhadap ditegakkanya hak- hak asasi, adanya pembagian kekuasaan dalam negara, penyelenggaraan yang didasarkan pada undang-undang, dan adanya pengawasan yudisial terhadap penyelenggaraan pemerintah tersebut. Esensi hukum postif, wawasan negara berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), inklusif di dalamnya pemahaman tentang konstitusi sebagai dokumen formal yang terlembagaan oleh alat-alat negara dan sekaligus sebagai hukum dasar yang tertinggi. Bila demikian halnya, maka konstitusi akan selalu mengikat seluruh warga negara. 2. MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI KONSTITUSI Konstitusi Negara Republik Indonesia adalah UUD NRI Tahun 1945. Konstitusi UUD NRI Tahun 1945 mempunyai peran penting dalam mempertahankan esensi keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bangsa Indonesia telah menyepakati untuk meletakkan konstitusi dalam kehidupan guna mengatur tata kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik secara nasional maupun internasional agar dapat berdiri sejajar dengan bangsa dan negara lain yang ada dan berdaulat di dunia ini. Keberadaan konstitusi UUD NRI Tahun 1945 diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu budaya sadar konstitusi perlu dikembangkan agar masyarakat memahami norma-norma dasar dalam konstitusi dan menerapkannya dalam wujud sikap positif terhadap pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945. Dalam rangka menumbuhkan sikap positif terhadap pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945, kita perlu membangun budaya sadar konstitusi agar masyarakat memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban konstitusionalnya sebagai warga negara baik perorangan maupun kelompok melalui pemahaman nilai-nilai konstitusi UUD NRI Tahun 1945. Peranan Nilai-nilai Konstitusi. Peranan Nilai-nilai Konstitusi bagi suatu bangsa sangat strategis karena konstitusi adalah the supreme law of the land, merupakan national myth and symbol bangsa dan negara yang selalu terbuka bagi perubahan (amandemen) sehingga merupakan the living constitution sehingga memiliki peranan yang strategis berupa: 1) Menjaga kredibilitas dan efektivitas pelbagai lembaga publik. 2) Menjamin kehidupan demokrasi dan public engagement. 3) Menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam rangka akuntabilitas badan-badan publik. Salah satu agenda utama proses reformasi yang sangat monumental tersebut adalah amandemen UUD NRI Tahun 1945 yang telah dilaksanakan secara bertahap sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002. Dalam proses amandemen tersebut telah terjadi pelbagai perkembangan yang signifikan pada pokok-pokok pikiran, struktur kelembagaan dan relasi antar lembaga negara, bahkan sampai dengan peniadaan lembaga-lembaga yang sebelumnya ada (mis. DPA), disamping munculnya lembaga-lembaga baru yang sebelumnya belum dikenal seperti Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, DPD dan sebagainya. Boleh dikatakan bahwa yang tidak tersentuh dengan proses amandemen adalah 4(empat) konsensus dasar (4 Pilar,istilah MPR) yaitu Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang meliputi Pancasila, bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Sesanti Bhinneka Tunggal Ika. Yang sangat mendasar antara lain adalah tekad untuk memperbaiki sistem checks and balancesberupa ketentuan-ketentuan konstitusional yang mengatur agar tiga cabang pemerintahan nasional saling membatasi kewenangan dan menjaga keseimbangan satu sama lain, sehingga mencegah adanya konsentrasi kekuasaan politik pada salah satu cabang pemerintahan (legislatif, eksekutif dan yudikatif). the constitutional provision whereby the three branches of the national govermentmat restrict one anothers authority, thus preventing a consntration of political power in any one branch (dye and ziegler: 2000) Pemahaman Nilai-nilai Konstitusi. Pemahaman Nilai-nilai Konstitusi UUD NRI Tahun 1945, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk memperluas wawasan dan mempertajam analisis guna terwujudnya kesamaan persepsi dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam melaksanakan kewenangan dan kekuasaan sesai tanggung jawab yang dibebankan negara, senantiasa berpikir, bersikap dan bertindak secara komprehensif dan integral, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, daerah dan golongan. Berpikir, bersikap dan bertindak yang dilandasi penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai konstitusi, nilai-nilai perbedaan dalam keberagaman dalam rangka menjamin tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berpikir, bersikap dan bertindak untuk senantiasa menjaga terbinanya persatuan dan kesatuan bangsa dengan berlandaskan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam Konstitusi UUD NRI Tahun 1945. Sebagai warga Negara yang baik adalah memiliki kesetiaan terhadap bangsa dan Negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi Negara, kesetiaan terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu maka setiap warga Negara harus dan wajib untuk memiliki prilaku positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berprilaku peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan berani menegakkan jika konstitusi di langgar. Cita-cita tersebut dapat terwujud seandainya masyarakat Indonesia dapat memahami nilai-nilai dengan sikap yang positif. Contoh sikap positif yang berkaitan dengan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Konstitusi UUD NRI Tahun 1945, adalah: 1) Nilai kemanusiaan. a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. a) Saling mencintai sesama manusia. b) Mengembangkan sikap tenggang rasa. c) Tidak semena-mena terhadap orang lain. d) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. e) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. f) Berani membela kebenaran dan keadilan. g) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat dunia internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekejasama dengan bangsa lain 2) Nilai religius. a) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing- masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. b) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing- masing. d) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.
3) Nilai Produktivitas. a) Kualitas perlindungan terhadap masyarakat dalam menuju kemakmuran. b) Kualitas undang-undang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4) Nilai Keseimbangan. a) Menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang proporsional. b) Tidak memaksakan kehendak, tetapi ber-emphaty. c) Keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani.
5) Nilai Demokrasi. Kedaulatan berada di tangan rakyat, berarti setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan Indonesia. Pilar utama persatuan dan kesatuan Indonesia. Pilar utama dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa dalam masyarakat, adalah: a) Rasa cinta tanah air. b) Jiwa patriot bangsa. c) Tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pondasi utama tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa adalah rasa cinta dan patriotisme terhadap tanah air serta hadirnya kesejahteraan rakyat. Berkaitan dengan faktor penting dalam membina dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa adalah: a) Segala derap langkah yang utama harus didasarkan pada upaya mengejar kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. b) Terpeliharanya rasa kemanusiaan dan keadilan. c) Pemahaman yang benar atas realitas adanya perbedaan dalam keberagaman. d) Tumbuhnya kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
6) Nilai Kesamaan Derajat. Setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan kedudukan yang sama di depan hukum. Masyarakat menilai bahwa upaya penegakkan HAM yang paling menonjol adalah penegakkan hak mengeluarkan pendapat, kebebasan beragama, perlindungan dan kepastian hukum, serta bebas dari perlakuan tidakmanusiawi. Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan, serta aman dari ancaman ketakutan.
7) Nilai ketaatan Hukum. Setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib mentaati setiap hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Penutup. Dalam meningkatkan Pemahaman Nilai-Nilai Konstitusi, perlu Konsepsi yang jelas dan tegas terhadap Nilai Demokrasi, Kebersamaan, dan Ketaatan pada Hukum yang berlaku, Oleh karena itulah kita perlu mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945, demi meneguhkan kembali jati diri bangsa dan membangun kesadaran tentang sistem kenegaraan yang menjadi konsensus nasional, sehingga diharapkan bangsa Indonesia dapat tetap menjaga keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah terpaan arus globalisasi yang bersifat multidimensial.
[1] Syafran Sofyan : Implementasi Nilai-nilai Konstitusi Dalam Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, Tahun 2011.
Beberapa hari ini publik Indonesia mungkin saja berada dalam begitu banyak perbedaan, mulai dari pemilihan presiden dan wakil presiden, favorit juara piala dunia, pilihan sikap mendukung Israel atau Palestina, dan lain sebagainya. Catatan kali ini hanya sebagai 'reminder' bagi kita bahwa pada hakikatnya, perbedaan menjadi salah satu landasan persatuan dari bangsa Indonesia,Bhinneka Tunggal I ka.
Kita hendaknya tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang memang lahir dari berbagai keberagaman latar belakang. Negara yang berdiri atas perpaduan yang indah dari berbagai macam suku dan bahasa.
Mari, jangan izinkan perbedaan memecah belah persatuan yang sudah dibangun selama ini.
Safari Ramadan, Wagub Kaltim di Kukar July 25, 2014 by admin Filed under Kutai Kartanegara Berikan respon TENGGARONG vivaborneo.com, Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim Mukmin Faisyal menaruh harapan besar kepada segenap masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar) dan pada umumnya masyarakat Kaltim untuk tetap menjaga situasi kondusif daerah pasca penetapan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal tersebut diungkapkan Wagub ketika melakukan buka puasa bersama jajaran Pemkab Kukar, termasuk Bupati Kukar Rita Widyasari, dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kukar lainnya serta kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkup Pemkab Kukar. Dalam rangkaian acara Safari Ramadan yang dilaksanakan di Pendopo Odah Etam Tenggarong, Rabu (23/7). Siapapun presiden yang terpilih, dia adalah presiden kita, bukan presiden satu kelompok atau golongan tertentu saja, ujar Mukmin. Seperti diketahui, pelaksanaan pilpres di Kaltim pada 9 Juli lalu berjalan dengan aman dan lancar tanpa ada gangguan berarti, salah satunya di Kukar. Karena itu, hasil pilpres menurut Mukmin, harus disikapi dengan lapang dada oleh masing-masing pendukung, tidak boleh ada pertikaian yang dapat merusak sendi-sendi keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang selama ini menjunjung tinggi kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Saya yakin dan percaya aparat Kepolisian dibantu TNI mampu mengamankan dan mendeteksi hal-hal yang tidak diinginkan. Insyaallah di Kaltim tetap kondusif, jelasnya. Mukmin berharap suasana kondusif daerah yang selama ini berjalan baik dapat terus dijaga karena merupakan salah satu modal untuk membangun daerah. Masyarakat diminta tidak memperkeruh suasana dengan berbagai pernyataan yang menjelek-jelekkan masing-masing Calon Presiden (Capres). Terlebih di bulan ramadhan yang penuh berkah ini. Mari kita doakan bersama-sama semoga Presiden terpilih nanti mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT dalam memimpin bangsa 5 tahun ke depan, katanya. Mukmin Faisyal yang hadir bersama istri Hj Harmina Mukmin, menambahkan bahwa sebentar lagi akan ada pemilihan Ketua DPRD Kaltim, dan 2 calon tersebut berasal dari Kukar, terang Ketua Umum DPD Golkar Kaltim ini. Sementara Rita Widyasari, mengungkapkan rasa syukurnya terkait pelaksanaan Pilpres di Kukar yang berjalan lancar sejak proses pemungutan suara hingga rapat pleno semua berjalan lancar tanpa ada masalah, terutama terkait keamanan. Alhamdulillah kondisi Kukar kondusif, karena yang kita baca dan lihat di media massa terkesan provokatif. Kondisi ini harus terus kita jaga, ujar Bupati Kukar tersebut. Dia juga melaporkan, tahun ini Pemkab Kukar tidak melaksanakan Safari Ramadan. Namun akan di ganti dengan safari Syawal bersama seluruh umat beragama di Kukar di 18 kecamatan, jadi tidak hanya umat muslim saja. Safari Syawal di maksud selain bersilatirahmi langsung dengan masyarakat, sekaligus menyampaikan pembangunan Kukar selama 4 tahun kepemimpinan saya. Safari Syawal ini akan di mulai tanggal 11-18 Saya berharap, sebentar lagi pemilihan Ketua DPRD Kaltim dan kami meminta supaya Kukar jangan di lupakan. Karena kata Wagub 2 calon (Ketua DPRD Kaltim, red) adalah dari Kukar, pungkas Rita dihadapan Wagub Kaltim. Turut hadir mendampingi Wagub dalam acara tersebut, Ketua DPRD Kaltim Syahrun, anggota DPRD Kaltim Sarkowi V Zahri, dan Ustad Abdul Ghafur serta sejumlah pejabat Pemrov Kaltim lainnya. (vb/rahman) ARTIKEL TERKAIT http://www.vivaborneo.com/safari-ramadan-wagub-kaltim-di-kukar.htm
Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia
diposting oleh alhada-fisip11 pada 07 March 2012 di Makalah - 36 komentar
ABSTRAKSI
Identitas nasional Indonesia merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain di dunia ini. Faktor-faktor yang mendukung kelahran identitas bangsa Indonesia tersebut meliputi: faktor objektif (geografis, ekologis dan demografis), faktor subjektif (historis, social, politik dan kebudayaan) yang dimiliki bangsa Indonesia. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia tersebut meliputi: suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa. Dalam menentukan identitas nasional Indonesia, yang terpenting adalah perilaku atau kepribadian bangsa Indonesia yang sesuai dengan ideologinya yaitu Pancasila. Perilaku tersebut tercermin dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu berketuhanan YME, berkemanusiaan yang adil dan beradap, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepribadian bangsa Indonesia yang sesuai dengan Ideologi Pancasila tersebut dalam era Globalisasi ini mudah sekali terkontaminasi oleh pengaruh kebudayaan dari negara lain. Secara umum melihat fakta-fakta yang ada saat ini, keadaan jati diri jati diri Bangsa Indonesia sedang mengalami kerusakan/keterpurukan. Langkah-langkah paling efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia tersebut yang pertama dimulai dari diri kita sendiri, selanjutnya kita mengajarkan atau mengejak orang lain yang beradi di sekitar kita. Kemudian peran pemerintah untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia dan menumbuhkan karakter bangsa yang bagus yang sesuai dengan pancasila yaitu dengan mengalakkan program wajib belajar ajaran agama (untuk meningkatkan ketakwaan) dan juga pendidikan umum (untuk meningkatkan rasa kebangsaan).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikantugas makalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berjudul Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak , oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin
Surabaya, 03 Januari 2011
PENYUSUN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Identitas nasional Indonesia merupakan pembeda atau ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang dapat dijadikan pembeda dengan bangsa lainnya di dunia ini. Identitas nasional merupakan suatu hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap bengsa di dunia ini termasuk Indonesia sebagai karakter dan pola perilaku yang seharusnya tertanam kuat sebagai acuan masyarakat dalam berprilaku atau bersikap di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar tatanan kehidupan di negara kita ini dapat berjalan teratur dan sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia yang telah tertanam sejak dahulu kala. Jika suatu bangsa tidak mempunyai ciri khas atau cirikhasnya telah pudar kerena suatu hal, bangsa tersebut akan mengalami perubahan sikap dan tatanan kehidupan yang terjadi pada masyarakatnya. Mereka akan cenderung meniru perilaku atau cirikhas bangsa lain yang diidolakannya. Padahal ciri khas bangsa lain belum tentu cocok dan sesuai bila digunakan pada bangsa tersebut. Ketidak cocokan tersebut mungkin dikarenakan karena faktor letak geografis, kebudayaan, agama yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, sejarah pembentukan bangsa, dan sebagainya. Dampak dari hilangnya identitas suatu bangsa dan pola perilaku masyarakat yang baru tersebut tidak sesuai dengan keadaan bangsa itu, maka akan melemahkan keadaan bangsa tersebut dalam berbagai bidang. Sehingga dapat dengan mudah bangsa itu dihancurkan atau dijajah oleh negara lain. Dari uraian diatas kita tahu betapa pentingnya identitas nasional itu dimiliki oleh setiap bangsa. Maka dari itu dalam makalah ini penulis ingin mengetahui bagaimana kondisi identitas nasional Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia saat ini. Kemudian apabila ternyata identitas bangsa Indonesia ini mulai pudar, maka penulis ingin mengetahui bagaimana langkah-langkah yang efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia agar kembali kepada jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: 1. Apa definisi dari Identitas Nasional Indonesia? 2. Bagaimana sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia? 3. Apa sajakah unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia? 4. Bagaimana jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya? 5. Bagaimana pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia? 6. Bagaimana kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini? 7. Bagaimana cara mengembalikan jati diri bangsa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui definisi dari Identitas Nasional Indonesia 2. Untuk mengetahui sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia 3. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia 4. Untuk mengetahui jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya 5. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia 6. Untuk mengetahui kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini 7. Untuk mengetahui cara efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia
D. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan dan pengumpulan data dalam makalah ini yaitu di lakukan dengan sistim dokumentatif, yaitu mengambil referensi bahan dari berbagai sumber yang relefan kemudian menganalisisnya sesuai dengan kasus yang kami angkat.
E. Batasan Masalah Dalam Pembuatan Makalah ini, penulis hanya mengulas dan membatasi masalah seputar: 1. Definisi dari Identitas Nasional Indonesia 2. Sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia 3. Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia 4. Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya 5. Pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia 6. Kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini 7. Cara mengembalikan jati diri bangsa Indonesia
F. Manfaat Penulisan Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dri penulisan makalah ini yaitu: 1. Bagi penulis Manfaat yang bisa diambil oleh penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai definisi bangsa Indonesia, jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya, kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini, dan cara mengenbalikan jati diri bangsa Indonesia. Sehingga penulis dapat megapresiasikan pengetahun tersebut dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka terbentuknya jati diri bangsa indonesia yang sesungguhnya. 2. Bagi Mahasiswa Manfaat yang bisa diperoleh bagi mahasiswa yaitu sebagai salah satu acuan untuk memahami materi kuliah mengenai identitas nasional Indonesia. Serta agar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik pada diri mereka sendiri maupun menularkannya kepada orang lain demi terwujudnya jati diri bangsa indonesia yang sesungguhnya yang bisa membawa kita menjadi manusia yang Excellent with Morallity.
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Identitas Nasional Menurut Kaelan (2007:07) Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa. Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdidri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain. Menurut Kibawa (2010:01) identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. dentitas Nasional Indonesia meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, demografi atau kependudukan Indonesia, ideolgi dan agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan keamanan.
B. Sejarah Pembentukan Identitas Nasional Indonesia Menurut Kaelan (2007:18) Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat,ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh factor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahran identitas bangsa Indonesia meliputi (1) factor objektif yang meliputi factor geografis, ekologis dan demografis, (2) factor subjektif yaitu factor,historis, social, politik dan kebudayaanyang dimiliki bangsa Indonesia. Kondisi geografis ekologis Indonesia sebagai wilayah kepulauan terletak diantara dua benua yaitu Asia dan Australia yang menjadi jalur komunikasi di Asi tenggara turut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, social dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu factor historis yang ada di Indonesia mengakibatkan berbagai macam interaksi yang terjadi di dalamnya turut menyumbang proses pembentukan identitas nasional yang ada di Indonesia.Robert De Ventos mengungkapakan terdapat empat factor penting sebagai akibatdari interaksi historis yaitu factor primer, factor pendorong, factor penarik dan factor reaktif. Faktor yang pertama mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama dan sejenisnya. Hal seperti inilah yang merupakan kesatuan meskipun memiliki beragam perbedaan tetapi hal ini tetap menjadi sebuah kesatuan yang kemudian dinamakan Bhineka Tunggal Ika. Faktor yang kedua meliputi pembangunan telekomunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan negara. Dalam hal ini kemajuan iptek dan pembangunan negara juga menjadi salah satu identitas nasional yang bersifat dinamis atau dapat terus berubah tetapi tetap berpegang teguh pada kepribadian bangsa. Hal ini tergantung sesuai dengan prestasi bangsa tersebut serta kemampuannya dalam mencapai prestasi tersebut. Dalam hal ini tentu saja dibutuhkan persatuan dan kesatuan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia ini. Faktor yang ketiga yaitu mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan system pendidikan nasional. Di sini bangsa Indonesia memiliki berbagai macam bahasa mengingat terdapat berbagai macam suku,etnis dengan berbagai macam kebudayaan mereka tetapi mereka tetap bersatu yaitu dengan satu bahasa yang menjadi bahasa bersama yaitu bangsa Indonesia. Di dalam pendidikan pun menggunakan bahasa Indonesia sebagai meia komunikasi untuk mempersatukan mereka. Faktor yang keempat meliputi penindasan, dominasi dan pencarian identitas alternative melalui memori kolektif rakyat. Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami masyarakat Indonesia merupakan salah satu factor strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan itulah yang kemudian menjadi identitas yang mampu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang sampai terbentuknya bangsa yang seperti sekarang ini. Faktor sejarah tersebutlah yang menjadi donator yang cukup besar dalam perkembangan identitas nasional dan hal tersebut tidak terlepas dari budaya yang merupakan hasil dari sejarah tersebut. Kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia dituangkan dalam pancasila harus dilacak dari sejarah pada masa lampau seperti pada jaman kerajaan seperti majapahit, sriwijaya dan sebagainya. Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai- nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.
C. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia Menurut Prince (2010:01) Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke- majemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa. o Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang [1]300 dialek bahasa. o Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan. o Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. o Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
Dari unsur-unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut: 1) Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan ldeologi Negara. 2) Identitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya". 3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan (agama).
D. Jati Diri Bangsa Indonesia yang Sesungguhnya Menurut Robert (2002:04) jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya tercermin pada perilaku masyarakat Indonesia pada umumnya yang sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pancasila. Perilaku yang sesuai dengan nilai dalam pancasila dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang sesungguhnya yaitu:
1.Ketuhanan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama anatra pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda- bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Berani membela kebenaran dan keadilan. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. 3. Persatuan Indonesia Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menghormati hak orang lain. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. Suka bekerja keras. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Itulah ciri khusus bangsa Indonesia sebagai Identitas nasional yang seharusnya dimiliki, dikembangkan, dan menjadi kepribadian masyarakat Indonesia, agar cita-cita luhur bangsa Indonesia ini yaitu menjadi bangsa yang adil, makmur, dan sejahtera dapat terwujut.
E. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Jati Diri Bangsa Indonesia Menurut Widianto (2009:82) Berbagai problem mengusik kehidupan berbangsa dan bernegara yang kita hadapi pada saat ini. Salah satunya yaitu adanya isu bahwa semakin banyak kebudayaan bangsa asing yang masuk di Indonesia. Dewasa ini kita dihadapkan kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu 1. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar belakang sosio-budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikatan-ikatan primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan. 2. Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. perubahan itu nampak terjadinya pergeseran sistem nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kelompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai bangsa. 3. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendari sebagai bangsa.
Menurut Moestopo (1983:23) Budaya asing yang masuk ke Indonesia tersebut tidak menutup kemungkinan membawa dampak positif maupun negatif bagi bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut diantaranya yaitu: a. Pengaruh Positif Memberi inspirasi bagi kita agar tidak tertinggal informasi tentang kecanggihan teknologi. Menggunakan sebagai motivasi untuk hidup yang lebih baik dan maju. Memberi semangat bagi kita untuk memperkenalkan dengan Negara asing bahwa kebudayaan Indonesia yang beragam mampu bersaing dengan kebudayaan mereka. b. Pengaruh Negatif Etika atau cara berperilaku akan merubah seorang individu perilaku yang lama ke perilaku baru. Pada awalnya individu etika yang lama sudah tidak sesuai dengan peilaku yang ada sehingga ia cenderung merubah etikanya untuk menyesuaikan dengan yang baru. Padahal etika yang baru belum tentu sesuai dengan norma yang berlaku pada kehidupannya. Cara berpakaian oleh para remaja yang terkena dampak ini akan menyesuaikan cara berpakaiannya dengan kebudayaan yang ia pelajari. Pada awalnya individu merasa tertarik untuk mencoba berpakaian yang berbeda untuk mengikuti tren yang sedang marak namun lambat laun akan merubah gaya berpakaian untuk seterusnya. Adanya teknologi yang canggih menyebabkan hidup seesorang cenderung ke arah hedonisme dan arogan. Adanya teknologi yang dirasa lebih berguna sehingga mengesampingkan tenaga manusia. Padahal sebelum mengenal teknologi, masyarakat Indonesia menghargai jasa manusia.
F. Kondisi Jati Diri Bangsa Indonesia Saat Ini Menurut Habib (2011:01) kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini dapat kita kaji dan kita identifikasi dengan melihat prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia pada umumnya yang tercermin pada tingkah laku masyarakat Indonesia sehari-hari. Perilaku masyarakat Indonesia pada umumnya saat ini yaitu: Banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak sesuai dengan butir-butir pancasila. Sebagai contoh yaitu sekarang ini banyak generasi muda yang tidak bertaqwa kepada Tuhan YME. Kita lihat saja, sekarang ini banyak pemuda-pemudi muslim yang tidak memegang teguh agamanya sesuai syariah Islam. Contohnya banyak pemuda-pemudi yang sekarang ini menjalin cinta kasih dengan pasangan yang bukan muhrimnya, dan tidak jarang hal tersebut sampai kepada prilaku yang sangat memalukan yaitu berhubungan sek bebas dengan pasangan yang bukan muhrimnya. Tanpa disadari sekarang ini moral para pemuda bangsa indonesia juga dijajah melalui beredarnya vidio-vidio porno diinternet yang dapat diakses dengan mudah sehingga banyak diantara pemuda Indonesia yang melihat dan bahkan menirukan aksi dari video porno tersebut. Selain itu,model-model pakaian para generasi muda saat ini kebanyakan telah meniru bangsa barat yang dikenal modis dan trend masa kini. Mereka lebih bangga mengenakan pakaian-pakaian tersebut dari pada pakaian asli budaya Indonesia. Padahal belum tentu model pakaian itu cocok dikenakan di indonesia. Model pakaian tersebut nampak jelas terutama pada model pakaian cewek yang terlalu terbuka sehingga menimbulkan gairah lawan jenisnya dan mengakibatkan sekarang ini tidak jarang kita temui kasus pemerkosaan di Indonesia ini. Selain masalah penampilan, sekarang ini masalah akhlak pemuda di negara Indonesia juga kian memburuk. Faktanya generasi muda saat ini banyak yang melampiaskan masalah-masalah yang sedang meraka hadapi seperti: ketika putus dengan pacar, bertengkar dengan orang tua, merasa terasing dengan lingkungan teman, dan ketika pusing dengan beban-beban tugas sekolah yang mereka anggap berat. Mereka mengatasi masalah-masalah tersebut cenderung dengan jalan pintas. Seperti minum miunuman keras, menggunakn narkoba, pergi ke tempat-tempat hiburan malam dan bahkan sampai ada yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sungguh ini merupakan kerusakan moral dari jati diri bangsa yang begitu fatal. Selain moral dan gaya hidup, ketaqwaan generasi muda bangsa indonesia yang mencermainkan sila pertama juga luntur seperti contoh nyatanya banyak generasi muda muslim indonesia yang tidak bisa membaca Al-quan. Hal itu terjadi karena lemahnya sistem pendidikan agama di negara ini. Padahal sebenarnya jika generasi muda mempunyai ketaqwaan yang tinggi pasti tidak akan ada tindakaan tindakan yang melanggar hukum seperi korupsi, kolusi, pelecehan seksual, dan tindakan menyimpang lain, karena mereka menganggap dirinya selalu di awasi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga mereka takut dosa dan akan selalu berbuat baik. Disamping fakta-fakta tentang sila pertama di atas, di paragraf saya akan mengemukakan fakta tentang keadaan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang berhubungan dengan sila kedua sebagai jati diri bangsa indonesia. Sekarang ini banyak diantara pemuda indonesia yang tidak memanusiakan manusia lain sebagai mana mestinya. Maksutnya yaitu mereka tidak menganggap manusia berhakekat sebagai manusia yang mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihargai seperti dirinya. Segai contoh yaitu sekarang ini banyak kasus-kasus perkelahian antar pelajar yang disertai daengan penyiksaan salah satu pihak yang kalah. Mereka menjadikan pihak yang kalah itu sebagai bulan-bulanan dan dianggap sebagai boneka yang dapat dimain-mainkan dan mereka siksa. Kasus lain yaitu adanya playboy dikalangan remaja Indonesia. Mereka menganggap wanita sebagai mainan yang dapat di pergunakan sesuka hati untuk memuaskan nafsu birahinya dan apabila telah bosan meraka buang sesuka hati tanpa menghargai wanita sebagai manusia yang punya hati dan persaan. Dalam fakta lain yang terjadi dan lebih parah yaitu adanya pemerkosaan yang dilakuakan oleh para remaja Indonesia. Mereka memperlakukan orang yang ia perkosa seperti mainan pemuas nafsu birahi tanpa mereka anggap sebagai manusia yang mempunyai hak, dan perasaan sama seperti dirinya. Lalu fakta-fakta lain yang terjadi dan mencerminkan terjadinya krisis jati diri pada generasi muda sesuai sila ke-3 yaitu seperti memudarnya rasa persatuan dan kesatuan yang terjadi pada generasi penerus bangsa Indonesia saat ini. Hal tersebut dapat kita lihat dari kasus-kasus bentrok antar pelajar atau mahasiswa, bentrok antar seporter sepakbola, bentrok antar genk, dan lain sebagainya. Dari kasus diatas dapat kita ketahui bahwa rasa persatuan kita sebagai warga negara indonesia sudah mulai luntur dan mudah dipengaruhi atau diprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Keadaan seperti inilah yang menjadi bibit-bibit terjadinya konflik yang lebih besar seperti konflik antar agama, ras, maupun suku. Selain itu fenomena-fenomena yang terjadi yang mencerminkan tidak tertanamkannya rasa persatuan indonesia yaitu terjadinya perpecahan disetiap kelompok sosial. Sebagai contoh dalam kelas sosiologi terdapat sub-sub kelompok kecil yang biasanya terjadi konflik antar kelompok tersebut. Kelompok tersebut biasanya terbentuk karena adanya perasaan sederajat (dalam hal ekonomi), kesukaan/hobi yang sama, pandangan hidup yang sama, bahkan juga bisa karena musuh yang sama. Hal inilah yang sekarang ini mewabah pada generasi penerus bangsa yang cenderung membentuk perpecahan. Selanjutnya fakta ke-4 yaitu mengenai kepemimpinan yang demokratis. Maksutnya pemimpin di negara kita ini harus bersifat demokratis baik dalam hal pemilihannya maupun ketika telah membuat keputusan/kebijakan umum yang terkait dengan masyarakat karena kekuasaan tertinggi di negara kita ini sebenarnya berada di tangan rakyat, dan para pemimpin hanya sebagai wakil/pelayan bagi rakyat untuk mengatur dan mengambil kebijakan dalam negara demi tercapainya kemakmuran bersama. Sekarang ini fenomena-fenomena pemimpin yang tidak demokratis sudah banyak terjadi pada generasi muda saat ini, dan apabila hal itu dibiarka saja berlanjut maka kelak ketika mereka menjadi pemimpin bangsa ini, mereka akan bertindak seperti apa yang mereka biasakan sejak dini. Contoh nyata yaitu ketua dalam kelas sosiologi misalnya. Dia dalam mengambil kebijakan untuk urusan kelas seperti hendak mengadakan acara pentas seni dan lain sebagainya, dia hanya mendiskusikan/memilih pengurus dalam acara tersebut secara sepihak. Dia hanya berdiskusi dan menerima usulan dari teman-teman yang dekat/akrab dengan dia, sebenarnya untuk formalitas dia telah mengadakan musyawarah namun usul dari teman-temannya yang kurang dekat dengan dia, pasti tidak didengar apalagi dilaksanakan. Inilah contoh kecil saja yang biasanya kita rasakan pada kelompok-kelompok kecil dikalangan remaja Indonesia saat ini. Selanjutnya mengenai keadilan, banyak fakta-fakta mengenai ketidak adilan yang di lakukan oleh generasi muda bangsa Inonesia saat ini. Tidak perlu jauh-jauh, saat ini dapat kita lihat pada kelompok belajar kita saja sebagai faktanya. Dalam kelompok belajar PPKN misalnya, tugas PPKN membuat makalah secara kelompok ketidak adilan selalu kita rasakan. Hal tersebut karena sebenarnya yang mengerjakan tugas kelompok dari 8 anggota kelompok, hanya 3 orang saja dan yang lainnya tinggal nitip nama. Padahal ia menginginkan mendapatkan nilai yang sama. Sungguh ini adalah contoh kecil yang berada pada kehidupan para pelajar sehari- hari. Jika hal ini terus berlanjut dapat kia lihat kelak mereka akan seperti para anggota DPR yang ketika sidang mereka ada yang tidur, bertelfon, dan bahkan ada yang menonton fideo porno. Padahal mereka menginginkan upah/gaji yang sama dengan anggota yang melaksanakan musyawarah dengan baik. Sebenarnya hal ini terjadi pada mulanya dimulai dari kasus-kasus kecil seperti diatas yang kemuadian berlanjut karena kebiasaan sampai mereka bekerja pada nantinya.
Menurut Adib (2011:01) selain kasus diatas, secara global dapat kita lihat kerusakan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang berhubungan dengan aspek-aspek kenegaraan yaitu: Pertama, fenomena besar krisis multidimensional yang menimpa masyarakat, bangsa dan negara Indonesia adalah suatu fakta yang signifikan hingga sampai saat ini.Memang telah dilakukan upaya dan pendekatan untuk menyelesaikan krisis multidimensional yang mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun hasil dari upaya national recovery, terutama economic recovery belum cukup memadai dan masih jauh dari harapan seluruh rakyat Indonesia. Kedua, terdapat fenomena pengelolaan masyarakat, bangsa dan negara yang keliru atau salah, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber dalam manusia (SDM) yang besar, yang pada akhirnya kurang berhasil membawa masyarakat, bangsa dan negara mencapai tingkat keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran yang memadai. Bahkan cenderung membawa sebagian rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan. Ketiga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia sedang menghadapi masalah mendasar dalam memilih peminpin-peminpin bangsa dan negara yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dan memiliki kualitas diri yang tinggi, sehingga peminpin bangsa dan negara tidak mampu memperlihatkan kualitas diri sebagai negarawan yang sejati. Atau tidak mampu memiliki jati diri yang berjiwa Pancasilais yang kokoh. Akibatnya banyak pemimpin bangsa dan negara memiliki moral dan ahlak yang buruk atau busuk. Keempat, persaingan dan perseteruan kekuasaan (power) telah kehilangan dasar-dasar moral dan akhlak, sehingga dalam kehidupan politik muncul etika materialisme dan vulger yaitu menghalalkan segala cara atau jalan untuk mencapai tujuan (kemenangan). Bahkan kondisi tersebut telah memperluas iklim KKN dan praktik money politics, yang dapat merugikan semua pihak termasuk bangsa dan negara. Kelima, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung kehilangan semangat kemandirian dan harga dirinya sebagai dampak ketergantungan dengan bangsa dan negara asing, yang pada akhirnya melahirkan imperialisme gaya baru. Keenam, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung terjebak ke dalam pertarungan luas antara budaya modern-materialistik yang datang dari luar (Barat) dengan budaya tradisional dan konservatif yang hidup di masyarakat Indonesia, sehingga melahirkan kehidupan bangsa dan negara yang paradoks dan permisif terhadap gaya hidup materialistik, individualistik, liberalistik, hedonistik, dan vulgeristik Ketujuh, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung tidak bersikap tegas, lugas, dan tidak memiliki komitmen kuat dalam penegakan hukum, sehingga telah terjadi kerusakan lingkungan hidup dan kondisi SDA, serta munculnya kerugian-kerugian lain yang lebih parah. Kedelapan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia belum siap melakukan transformasi sosial sehingga belum mampu membangun masyarakat Indonesia modern yang lebih rasional, terbuka, dan menghargai nilai Ipteks, yang pada akhirnya sulit untuk melaksanakan rule of law. Kesembilan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan belum memiliki komitmen yang kuat untuk membangun kehidupan berdemokrasi yang berkualitas melalui pemilu. Dan, belum memiliki komitmen dalam membangun pola-pola kehidupan masyarakat sipil (civil society) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sehingga pembangunan demokrasi masih diwarnai dengan tindak kekerasan dan konflik sosial yang berkepanjangan Kesepuluh, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan belum memiliki tanggung jawab bersama yang kuat dalam menciptakan ketertiban dan keamanan nasional, regional dan lokal, sehingga tindak kekerasan dan bahkan tindak kriminalitas menjadi fenomena yang luas dan signifikan Kesebelas, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan mengalami krisis jatidiri yang cukup parah, sehingga menimbulkan krisis moral dan akhlak yang sangat luas, sehingga memberi peluang berkembangnya perilaku KKN yang tercela. KKN tidak akan dapat diberantas bilamana kualitas moral dan akhlak itu rendah. Dari uraian kasus dan fakta diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Jati Diri Bangsa Indonesia saat ini sedang mengelami krisis. Hal itu dapat kita lihat dari Ideologi Pancasila sebagai salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang merupakan lndasan dalam bertindak dan berperilaku sebagai masyarakat Indonesia, sudah tidak dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat Indonesia sebagai kepribadiannya.
G. Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia Menurut Habib (2011:01) cara efektif yang bisa digunakan untuk membangun dan mengembalikan jati diri bangsa Indonesia serta menekan pengaruh buruk pihak lain baik yang berasal dari luar maupun dari dalam yang mengikis jati diri bangsa Indonesia yaitu yang pertama dimulai dari diri kita sendiri. Hal itu dapat dilakukan dengan membiasakan diri dari sekarang untuk bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai jati diri kita. Seperti harus bertakwa kepada Tuhan YME, maksutnya kita harus selalu menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dari sila pertama ini saja sebanarnya jika diterapkan dengan baik bangsa Indonesia ini pasti akan menjadi bangsa yang damai, tentram, aman, adil, dan sejahtera. Sebab masyarakat Indonesia akan takut terhadap dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku. Dalam kaitannya dengan sila pertama ada nilai-nilai yang harus kita kembangkan pada diri kita yaitu: Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideologi beragama. Sebab Ideologi Pancasila adalah ideologi beragama. Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas. Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengajarkan permusuhan. Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama. kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas. Selain itu kita harus bersikap adil dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Maksutnya kita harus memenusiakan orang lain tanpa pandang bulu dan bersikap adil kepada siapa saja yaitu kita tidak boleh sewenang-wenang memperlakukan orang yang lemah kemudian tunduk patuh terhadap orang yang mempunyai kekuasaan tinggi dan mempunyai uang banyak. Sebab apabila hal ini terjadi dapat menjadiakn keadilan bangsa kita ini menjadi lemah, karena hukum hanya bersifat tajam bagi masyarakat yang kedudukannya rendah sementara bagi kalangan atas hukum sangat tumpul dan bahkan bisa dibeli dengan uang. Sehingga nilai keadilan sosial harus dikembangkan dan ditegakkan di semua kalangan terutama pada kehidupan kita sehari- hari. Kemudian kia juga harus selalu bersatu sebagai negara kesauan republik Indonesia, walaupun sebenarnya kita mempunyai kebudayaan, agama, ras, dsb yang beranekaraga, namun dari keberanekaragaman tersebut sebenarnya kalau disatukan dalam satu wadah besar (NKRI) bisa menjadi kekayaan besar yang saling melengkapi dan memajukan bangsa Indonesia. Sehingga kita tidak perlu mempersoalkan kebinekaan tersebut apalagi terlalu fanatik dan ingin menghancurkan satu sama lain, hal inilah yang dapat melemahkan persatuan Indonesia dan memudahkan bangsa Indonesia untuk dihancurkan. Sehingga kita harus mengikis sikap primordialisme yang berlebihan terhadap budaya lokal agar kasus-kasus pertikaian antar suku, agama, dsb dapat ditekan bahkan dihilangkan dari NKRI. Selanjutnya kita juga harus ikut menjaga dan melestarikan keutuhan NKRI dan jangan berusaha melepaskan diri dari wilayah NKRI yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Lalu kita juga harus menanamkan sikap demokrasi yang tingi, yaitu apabila kita menjadi seorang pemimpin di negara Indonesia ini kita harus sadar bahwa kita ini sebenarnya sebagai wakil rakyat untuk mengatur dan mengambil kebijakan dalam rangka memajukan dan mensejahterakan bengsa Indonesia. Bukan sebaliknya, sebagai pemimpin hanya untuk mencari harta sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi. Ingat negara Indonesia sebagai negara demokrasi dengan pemerintahan tertinggi dipegang oleh rakyat, jadi sebagai seorang pemimpin sebanarnya merupakan pelayan dan wakil untuk rakyat. Banyak kasus-kasus korupsi di negara ini karena mensalahartikan kekuasaannya sebagai ajang untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Hal inilah yang membuat perekonomian negara Indonesia ini semakin mempuruk. Kemudian dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin kita juga harus memusyawarahkannya dengan demokratis dan tidak mengambil keputusan secara sepihak yang menguntungkan kelompok tertentu. Dan yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan waklil rakyat sikap adil dan demokratis harus benar-benar kita junjung tinggi. Kita harus menghindari kasus suap-menyuap, agar negara kita ini benar-benar menjadi negara yang demokratis sesuai dengan nilai yang terkandung dalam panca sila sebagai kepribadian yang harus kita miliki. Selanjutnya kita juga harus menjunjung tinggi nilai keadilan tanpa pandang bulu dan di segala sektor bagi seluruh warga negara Indonesia. Jika ke-5 sila tersebut sudah tertanam kuat pada diri sendiri selanjutnya kita harus mengajak orang-orang yang ada di sekitar kita. Semisal dengan mengajar nilai-nilai Pancasila di sekolah melalui mata pelajaran PPKN kepada peserta didik kita, agar mereka menanamkan nilai pancasila dalam kepribadiannya, Sebagai orang tua kita mendidik dan menanamkan nilai pancasila pada anak kita agar nilai Pancasila menjadi kepribadian yang melekat baik pada anak kita. Mengajak teman-teman disekitar kita agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, dan menasetinya/menegur apabila teman-teman kita berperilaku bertentangan dengan Pancasila. Agar masyarakat Indonesia mampu menjalankan nilai-nilai pancasila dengan baik, cara efektif yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan YME. Karena dengan ketakwaan dan keyakinan yang tingi, masyarakat akan mempunyai rasa takut terhadap dosa sehingga mereka akan enggan berbuat salah. Kasus-kasus seperti: korupsi, kolusi, penipuan, pencurian, pembunuhan, pelecehan seksual, dsb. Pasti tidak akan terjadi. Namun jika primordialisme terhadap agama yang dianut terlalu tinggi maka akan mengakibatkan perpecahan. Hal ini dapat diatasi dengan menenemkan sikap toleransi melalui pendidikan di sekolah umum. Maka dari itu, sebaikya pemerintah mewajibkan para generasi penerus bangsa untuk mendapatkan program wajib belajar selain sekolah umum juga sekolah keagamaam seperti madrasah/pondok pesantren bagi yang muslim. Sehingga untuk meningkatkan ketakwaan agar tidak perprilaku menyimpang yaitu melalui program pendidikan Agama. Selanjutnya untuk mendapatkan pendidikan mengenai cara hidup berkemajemukan (bertoleransi) serta untuk meningkatkan keahlian/ketrampilan khusus, melalui sekolah umum. Secara otomatis apabila kita telah menanamkan kuat jati diri bangsa Indonesia pada diri kita melalui cara-cara diatas, kita akan mempunyai filter dengan sendirinya untuk memilih dan memilah pengaruh kebudayaan lain yang masuk ke negara kita. Yang baik kita pakai dan yang buruk atau tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia, kita tinggalkan. Kemudian pengaruh kebudayaan lokal juga dapat kita saring melalui pendidikan kewarganegaraan di sekolah umum serta kita juga harus berusaha mengikis primordialisme yang berlebihan pada diri kita.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Ciri khas tersebut dapat kita lihat dari perilaku masyarakat Indonesia sehari-hari secara umum dan juga kebudayaan serta atribut- atribut khas yang dimiliki bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya dan merupakan harapan bangsa yaitu pribadi masyarakat Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Jati diri bangsa Indonesia tersebut dapat tercemari oleh kebudayaan lain melalui globalisasi apabila kita tidak dapat menjaga dan melestarikannya dengan baik. Sekarang ini jati diri bangsa Indonesia sedang mengalami krisis, hal tersebut dapat kita lihat dari prilaku masyarakat secara umum yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Cara efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia yaitu yang pertama dimulai dari merubah sikap dan perilaku diri kita sendiri agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kemudian kita juga harus mengajak dan mempengaruhi orang-orang yang ada di sekitar kita agar mengikuti kita dalam menanamkan nilai pancasila sebagai kepribadian bangsa. Untuk membangun jati diri bangsa Indonesia peran yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu harus menggalakkan pendidikan agama dan pendidikan umum pada generasi penerus bangsa. B. Saran Sebagai masyarakat Indonesia yang menginginkan perubahan kearah yang lebih baik bagi bangsa Indonesia, kita harus memulai perubahan itu dari hal kecil dalam diri kita sendiri. Perilaku/kepribadin yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila harus kita kikis. Sementara itu, kita harus memupuk dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri kita. Selanjutnya kita juga harus menularkannya pada orang-orang disekitar kita, agar kepribadian bangsa Indonesia sebagai Identitas Nasional dapat sesuai dengan Pancasila. Sehingga harapan bangsa sebagai bangsa yang aman, adil, makmur, sentosa, sejahtera, dan makmur dapat terwujut, demi kebahagiaan seluruh masyarakat Indonesia.
REFERENSI
Mustopo, Habib. (1983). Manusia dan Budaya. Kumpulan Essay.Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional Widianto, Bambang. (2009). Perspektif Budaya: Kumpulan Tulisan Koentjaraningrat. Jakarta: RajaGrafindo Persada Kaelan dan Zubaidi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi pertama http://kibaw90.wordpress.com/2010/03/29/identitas-nasional-indonesia/ http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/jatidiri-bangsa-indonesia/ http://ideologipancasila.wordpress.com/2007/07/02/bedah-butir-pada-pancasila-sila-pertama/ http://ideologipancasila.wordpress.com/butir-pancasila/ http://hadahabib.blogspt.com/2011/11/esay-jati-diri-generasi-muda-indonesia.html http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/identitas-nasional.html
Stabilitas Pascapilpres Published Juli 17, 2014 Artikel Pengamat Ditutup Tag:Firmanzah, Stabilitas Pascapilpres Oleh Firmanzah Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 telah kita lalui. Seluruh masyarakat Indonesia yang terdaftar sebagai pemilih telah menggunakan hak politiknya untuk menentukan kepemimpinan nasional lima tahun ke depan. Pilpres untuk periode 2014- 2019 berjalan kondusif, damai, dan penuh kesejukan. Ini juga menjadi salah satu barometer semakin matangnya demokrasi Indonesia. Kematangan dan kualitas demokrasi telah ditunjukkan Indonesia dalam setidaknya empat periode pemilu yaitu 1999, 2004, 2009, dan 2014. Kesuksesan demokrasi ini sumbangsih dari seluruh pihak yang telah bekerja dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Apresiasi sebesar-besarnya perlu diatributkan kepada Komisi PemilihanUmum(KPU), Bawaslu, DKPP, TNI-Polri, partai-partai politik, dan seluruh rakyat Indonesia yang telah mengawal proses berdemokrasi Indonesia hingga saat ini. Yang tidak kalah pentingnya adalah kematangan dari masing-masing kandidat capres-cawapres yang menunjukkan sisi kenegarawanan dengan komitmen yang besar dalam mengawal stabilitas serta mengedepankan asas persatuan. Ini modal besar bangsa ini karena siapa pun yang nanti memenangkan pilpres telah menunjukkan kualitas dan karakter kepemimpinannya. Komitmen kedua kandidat caprescawapres untuk mengawal pilpres sejak masa kampanye hingga pemungutan suara menjadi bukti mesin demokrasi kita telah memproduksi pemimpinpemimpin yang berkualitas. Suasana kondusif dan stabilitas yang sedemikian perlu untuk terus kita jaga hingga rekapitulasi perhitungan suara di tingkat KPU selesai. Mari kita jaga kondisi ini dan percayakan KPU untuk merampungkan tugasnya hingga pengumuman pada 22 Juli 2014. Stabilitas sepanjang proses perhitungan perolehan suara dari tingkat PPS, PPK, KPU kabupaten/ kota, dan KPU provinsi, sehingga sampai akhir rekapitulasi nasional merupakan komitmen nasional yang perlu terus dikedepankan. Jika pun ada perselisihan pada perhitungan perolehansuara, KPUjugamemberikan ruang yang cukup bagi para kandidat untuk mengajukan penyelesaian perselisihan tersebut ke Mahkamah Konstitusi. KPU telah menetapkan jadwal perhitungan perolehan suara mulai perhitungan tingkat desa/ kelurahan 10-12 Juli, rekapitulasi di tingkat kecamatan 13-15 Juli, rekapitulasi tingkat kabupaten/ kota 16-17 Juli, rekapitulasi provinsi 18-19 Juli, dan rekapitulasi nasional 20-22 Juli. Setelah pengumuman pada 22 Juli 2014, diberikan waktu 3 x 24 jam untuk kandidat yang ingin mengajukan perselisihan hasil perhitungan ke MK. Selanjutnya MK akan bekerja maksimal dalam 14 hari kerja pascapendaftaran gugatan (maksimal 12 Agustus 2014) untuk memberikan putusan atas pengajuan perselisihan perhitungan hasil pilpres. Kesinambungan penyelenggaraan pilpres yang damai, kondusif, dan menjunjung tinggi persatuan-kesatuan bangsa merupakan pijakan bagi dua kandidat capres- cawapres, para tim sukses, simpatisan, dan seluruh masyarakat Indonesia. Siapa pun yang akhirnya terpilih sebagai presiden dan wakil presiden 2014-2019 harus kita dukung bersama demi melanjutkan pembangunan nasional. Di tengah masa penghitungan suara yang dilakukan KPU, kita semua berharap masing- masing pihak mampu menjaga diri dan saling menghormati agar proses rekonsiliasi nasional pascapenetapan presiden dan wakil presiden secara sah dapat dilakukan dengan baik. Agenda pembangunan nasional masih menyisakan sejumlah tantangan, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Pada 2015 kita akan memasuki babak Masyarakat EkonomiASEANyangmemerlukan perhatian serius mengingat waktu yang tersisa relatif singkat pasca penyelenggaraan pilpres. Presiden dan wakil presiden yang dilantik pada 20 Oktober 2014 perlu mengoptimalkan kerja dua bulan sebelum memasuki 2015. Ini bukan hal mudah. Konsolidasi dan koordinasi lintas sektor perlu dipacu di samping mengawal percepatan infrastruktur sehingga Indonesia bisa mengambil manfaat positif dari era komunitas ASEAN. Era baru masyarakat ASEAN ini juga memicu ketatnya persaingan antarkawasan pada masa mendatang. Tantangan lain terkait menjaga kedisiplinan fiskal. Pengelolaan fiskal memerlukan kehati- hatian dan kedisiplinan tinggi saat ekonomi dunia masih menyisakan ketidakpastian. Presiden dan wakil presiden terpilih nanti bertanggung jawab dan berkewajiban menjaga kesinambungan fiskal sehingga ekonomi nasional dapat terus tumbuh berkualitas. Pengalokasian dan penggunaan anggaran secara efisien, tepat guna, dan tepat manfaat. Pada saat yang bersamaan, reformasi birokrasi perlu dipercepat untuk memangkas ekonomi biaya tinggi yang selama ini banyak membelenggu daya saing nasional. Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan menjadi salah satu potret reformasi birokrasi yang perlu terus ditingkatkan untuk mendorong kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang optimal. Sinkronisasi regulasi lintas sektoral yang masih menjadi kendala bagi pembangunan sektoral. Begitu pula pelayanan terpadu satu pintu perlu untuk terus didorong sebagai moda bagi proses penyederhanaan regulasi. Industrialisasi dan hilirisasi perlu ditempatkan sebagai salah satu mesin pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi berbasis nilai tambah. Di samping tantangan ekonomi tersebut, kita juga masih menghadapi persoalan pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan upaya perluasan pasar lapangan kerja. Dengan begitu, banyak pekerjaan yang menanti di depan mata, sinkronisasi energi dan kecepatan merespons menjadi sangat dibutuhkan pascapilpres. Kita tentu tidak ingin menghabiskan energi terlalu banyak di kontestasi politik penyelenggaraan Pilpres 2014. Kita masih membutuhkan energi yang besar menghadapi tahun-tahun mendatang. Sejumlah agenda pembangunan nasional menanti siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih nanti. Penuntasan agenda pembangunan nasional yang telah berjalan dalam satu dekade ini menjadi harapan seluruh lapisan masyarakat Indonesia saat ini. Kontestasi politik dan kepentingan politik perlu kita dudukkan secara proporsional dengan meniadakan dendam politik pascapilpres. Ini sangat penting untuk memastikan penuntasan agenda pembangunan nasional kita. (Sumber: Koran Sindo, 14 Juli 2014) Tentang penulis: Prof Firmanzah PhD, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
nasional.kompas.com Tim Prabowo Hatta Desak Pemilu Ulang di Jatim sekiranya sudah kalah,terima saja kekalahan itu dengan jiwa besar, jangan membesarkan masalah sehingga menjadi berkelanjutan!! rasanya sungguh terlalu jika satu provinsi dilakukan pemilu ulang.. padahal sekalian saja seluruh indonesia (tapi lima tahun nanti yach.. hehe) mustahil satu propinsi bisa melakukan kecurangan serempak, lebih baik jangan mimpi di siang bolong! lempar batu sembunyi tangan , ambil yang nyata saja jika madura dilakukan pencoblosan ulang pasti kita semua akan setuju 100 persen.. kekalahan jawa timur dikarenakan mulut fahri hamzah yang seenaknya berkata sinting terhadap santri dan jokowi.. seharusnya yang patut dipersalahkan prabowo-hatta ialah kubu PKS!! jika perlu fahri hamzah dilempar oleh asbak/hp .. keluarga besar NU sangat menjaga tata krama bahasa dan perbuatan , sehingga sangat tidak berkenan dengan ucapan politisi yang sangat tajam dalam menyerang!! apalagi fahri hamzah sangat tidak mau meminta maaf atas kelakuan nya.. malah mengeluarkan sikap angkuh dan sombong jadikan kekalahan di pilpres 2014 ini sebagai pembelajaran, jika melakukan kampanye jangan melakukan isu SARA yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa!! sangat wajib kita sebagai bangsa besar menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan adat timur mayoritas rakyat indonesia sudah sangat cerdas dalam menilai politik.. sehingga tidak mudah di provokasi dan termakan propaganda. apalagi warga nahdiyin sangat cinta damai dan toleransi terhadap siapapun!! NU merupakan pilar penting dalam membangun bangsa dan negara dari semenjak perjuangan sampai sekarang, sehingga lebih mengutamakan keselamatan indonesia daripada mengikuti ambisi sebagian kelompok/golongan.. sekarang yang paling penting seluruh rakyat indonesia harus kembali bersatu pasca 22 juli 2014, seluruh elit politik pun harus mau melakukan rekonsiliasi nasional!! terimalah dengan sikap ksatria apa yang telah diputuskan mayoritas rakyat http://politik.kompasiana.com/2014/07/16/wow-jatim-pemilu-ulang-ter-laaluuu-674508.html