Anda di halaman 1dari 40

Lomba Menulis Opini

Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-69


KetikKetik Dot Com

Syarat dan ketentuan lomba menulis Opini :

1. Lomba terbuka untuk seluruh anggota Ketikers tanpa kecuali. Bagi yang belum
terdaftar sebagai Ketikers, agar mendaftar terlebih dahulu atau klik
di http://ketikketik.com/wp-login.php?action=register


2. Peserta menjamin bahwa opini yang diikutkan lomba adalah karya sendiri dan
belum pernah dipublikasikan di media manapun dan belum pernah diikutkan dalam
lomba atau acara serupa.

3. Lomba dimulai sejak pengumuman ini dipublikasikan, dan ditutup pada tanggal :
16 Agustus 2014 jam 24.00

4. Naskah Opini :

Opini ditulis dengan tema :
"MENJUNJUNG TINGGI PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA, PASCA
PEMILU 2014"

Dikirim melalui modul Add New Post atau klik http://ketikketik.com/wp-admin/post-
new.php dan wajib ditempatkan didalam kategori :Lomba Opini HUT RI ke 69


Bebas dituangkan, baik dalam bentuk ESAI maupun Puisi, dapat berupa
himbauan, harapan, saran dan pemikiran positip yang dapat memberi
inspirasi kepada para pembaca dalam rangka menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa pasca Pemilu 2014.

Opini yang berbentuk ESAI, minimal terdiri dari +/- 500 kata dan dibatasi
maksimum terdiri dari +/- 1.000 kata atau setara dengan 2 (dua) halaman
ukuran A4, (line spacing : single) pada aplikasi MS WORD, sedangkan untuk
opini yang berbentuk Puisi, minimal terdiri dari 100 kata.

Setiap peserta hanya diperkenankan menulis 1 (satu) opini berbentuk Esai
dan atau 1 (satu) opini berbentuk Puisi.
Judul Opini yang diikutkan lomba harus memuat teks [OPINI] didepan judul
artikel.

Contoh penulisan judul : [OPINI] Persatuan dan Kesatuan Bangsa Adalah
Diatas Segalanya

Peserta wajib membagikan artikel opininya melalui akun sosial media
(Facebook atau Twitter) miliknya, dengan cara klik tombol share FB atau
Twitter yang tersedia.

5. Peserta lomba wajib klik LIKE fan page FB
KetikKetik https://www.facebook.com/pages/KetikKetik/212754415541421

6. Hadiah Lomba :

Disediakan hadiah kepada para pemenang sebagai berikut :



1 orang Pemenang Utama
1 (satu) unit Smartphone Samsung S7262 (Galaxy Star Plus)
5 orang Pemenang Favorit Souvenir menarik dari :




Seluruh hadiah akan langsung dikirim ke alamat pemenang lomba.

7. Mekanisme Penentuan Pemenang :

- Pemenang Utama akan ditentukan oleh Dewan Juri dengan mempertimbangan
kualitas materi antara lain ketajaman analisis, teknik penulisan dan gaya bahasa.
- Pemenang Favorit ditentukan oleh jumlah suara (vote) terbanyak yang diberikan
oleh para pembaca opini peserta. Untuk itu, setiap artikel opini peserta akan
dipasang sistem voting dan voting tertinggi secara otomatis dapat dilihat pada daftar
peringkat Voting yang ada ditempatkan pada halaman depan (home page). Sebagai
tambahan informasi mengenai jumlah vote terhadap artikel lomba adalah jumlah
vote yang di lakukan oleh pembaca pada sistem voting yang terpasang, bukan pada
angka yang tertera pada counter hits halaman artikel.

8. Peserta lomba tidak diperkenankan melakukan vote berulang-ulang pada artikel
opini yang diikutkan lomba, dan apabila terbukti bahwa peserta melakukan rekayasa
voting, maka peserta akan didiskualifikasi.

9. Selama periode lomba, peserta diharapkan secara aktip berinteraksi di dalam blog
KetikKetik.com antara lain dengan menulis artikel atau memberi komentar atas
artikel ketikers lainnya. Oleh sebab itu, panitia lomba akan memantau aktifitas
peserta dan aktiftas peserta adalah merupakan pertimbangan utama bagi Dewan
Juri untuk memilih Pemenang Utama.

10. Mekanisme dan syarat penyerahan hadiah :
a. KetiKetik.com akan mengumumkan para pemenang lomba pada tanggal 18
Agustus 2014, dan para pemenang wajib mengisi data alamat pengiriman hadiah
pada formulir yang dbsediakan.
b. Apabila dalam tempo 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal pengmuman
pemenang, pemenang tidak memberikan data atau tidak ada respons sama sekali,
maka peserta dianggap tidak aktip dan pemberian hadiah dibatalkan (hangus).
c. Peserta harus menertibkan profil akunnya sendiri yaitu dengan memasang foto
profil dan melengkapi data biografi.

11. Apabila terjadi kesalahan teknis pada sistem perhitungan hasil voting, sehingga
mengakibatkan kegagalan sistem dalam menampilkan artikel opini dengan jumlah
vote terbanyak, maka Dewan Juri akan melakukan pemilihan Pemenang Favorit
secara manual.

12. Seluruh Keputusan Juri didalam menentukan pemenang dalam lomba ini tidak
dapat dituntut dan atau diganggu gugat.

13. Seluruh peserta lomba dianggap telah membaca dan menyatakan tunduk
kepada syarat dan ketentuan ini.




selengkapnya di: http://infolombanulis.blogspot.com/2014/07/lomba-menulis-opini-
peringatan-hut.html#ixzz39F2NNsiA
Follow us: @infolombanulis on Twitter | Infolombanulis on Facebook


KONSEPSI NILAI DEMOKRATIS, KEBERSAMAAN
DAN KETAATAN HUKUM DALAM MENINGKATKAN
PEMAHAMAN NILAI-NILAI KONSTITUSI
1. Umum.
Perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka membentuk satu kesatuan sebagai bangsa nationdan
membentuk negara yang merdeka penuh dengan dinamika dan pasang surut. Dari berbagai
peristiwa perjalanan perjuangan tersebut ada suatu peristiwa yang perlu terus kita jadikan sebagai
catatan penting, karena pada saat-saat itulah sebuah komitmen atau konsensus bangsa diletakkan.
Peristiwa dimaksud adalah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian
dilanjutkan dengan pengesahan UUD NRI Tahun 1945 sebagai Konstitusi Negara. Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan dan pengesahan UUD NRI Tahun 1945 merupakan konsensus nasional
(semua warga bangsa) bahwa pengaturan kehidupan berkebangsaan dan kehidupan bernegara
dalam negara Indonesia yang dibentuk disepakati dengan dilandasi oleh ideologi negara yang disebut
Pancasila, dilandasi oleh sebuah konstitusi negara yang disebut UUD NRI Tahun 1945, disepakati
mengenai konsepsi bentuk negaranya adalah negara kesatuan Republik Indonesia, dan disepakati
bahwa masyarakatnya berada dalam satu ke-Indonesia-an yang terdiri dari berbagai suku/ras/etnis,
budaya, agama dan norma-norma kehidupan yang mencerminkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Konsensus nasional tersebut menjadi panduan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah sampai saat ini. Berbagai peristiwa penghianatan berupa
pemberontakan, gerakan separatis, coup dEtat, bahkan perjuangan politik yang legal melalui
Konstituante, yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat untuk merubah atau mengganti
konsensus tersebut dapat diatasi. Konsensus nasional yang selama ini nilai-nilai dasarnya menjadi
dasar dalam penanaman, penumbuhan, dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat kebangsaan
serta memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa Indonesia melakukan perjuangan
guna mencapai cita-cita nasionalnya, ternyata mengalami suatu kemunduran (degradasi). Degradasi
rasa, jiwa dan semangat kebangsaan. Indikasi dari degradasi tersebut terlihat semakin menipisnya
kesadaran dan kurang dihayatinya tata kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai ideologi Pancasila
pada hampir semua generasi bangsa.
Oleh karena itulah kita perlu mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan khususnya nilai-nilai yang
terkandung dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945, demi meneguhkan kembali jati diri bangsa dan
membangun kesadaran tentang sistem kenegaraan yang menjadi konsensus nasional, sehingga
diharapkan bangsa Indonesia dapat tetap menjaga keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah terpaan arus globalisasi yang bersifat multidimensial.
Nilai-nilai Kebangsaan yang terkandung dalam pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945, yaitu:
1) Nilai demokrasi, mengandung makna bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat, setiap
warga negara
memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaran pemerintahan.
2) Nilai kesamaan derajat, setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan kedudukan yang
sama di
depan hukum.
3) Nilai ketaatan hukum, setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib mentaati setiap hukum
dan
peraturan yang belaku.
1. Sehingga diharapkan nilai-nilai tersebut untuk dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Membangun Sistem Demokrasi sesuai dengan Konstitusi UUD NRI Th. 1945 [1].
Proses reformasi yang bergulir pada penghujung tahun 1998, pada hakekatnya merupakan proses
demokratisasi yang dilakukan bangsa Indonesia secara gradual, berkesinambungan dan sistematis
serta menyeluruh. Proses ini akan merupakan on going process mengingat agendanya yang
berlanjut di samping interaksi pelbagai fenomena sosial politik yang harus dihadapi karena
lingkungan strategis yang berubah dengan cepat, baik yang bersifat nasional, regional maupun
internasional.
Bangsa Indonesia telah sepakat untuk melakukan meminjam istilah BJ Habibie- evolusi yang
dipercepat (accelerated evolution) dengan membangun sistem demokrasi yang sehat atas dasar
evaluasi dan introspeksi terhadap pelbagai sistem demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia
yang dinilai ternyata gagal, yaitu demokrasi liberal pada awal kemerdekaan yang tidak menjamin
stabilitas pemerintahan, demokrasi terpimpin pada era orde lama dan demokrasi Pancasila di era
orde baru yang menghasilkan pemerintahan yang otoriter.
Dalam proses tersebut pelbagai indeks demokrasi ditegaskan pengaturannya, seperti pemantaban
kehidupan konstitusionalisme, promosi dan perlindungan HAM, kekuasaan kehakiman yang merdeka,
otonomi daerah, pemilihan umum yang jujur dan adil secara langsung baik pemilu legislatif, DPD,
Presiden/wakil Presiden serta pilkada, pemisahan Polri dari TNI, civilian control to the military
perkembangan masyarakat madani, kebebasan mass media, pemerintahan yang terbuka, akuntabel
dan responsif dan sebagainya dalam waktu yang relatif sangat cepat.
Sejak Tahun 1998 kita telah berusaha untuk membangun sistem demokrasi tersebut atas dasar
serangkaian nilai-nilai yang diyakini secara akademis dan empiris sebagai core values of
democracy sebagaimana yang berlaku di Negara maju dan memperoleh pengakuan dari PBB.
Nilai-nilai dasar tersebut adalah :
1) Prinsip pemerintahan berdasar konstitusi (baru) yang menjamin checks and balances yang
sehat.
2) Pemilihan umum yang demokratis (free and fair), yang pada akhirnya telah mengembalikan
kedaulatan
sepenuhnya kepada rakyat.
3) Desentralisasi kekuasan dan tanggung jawab atas dasar sistem otonomi daerah untuk lebih
mendekatkan rakyat pada pengambilan keputusan.
4) Sistem pembuatan undang-undang yang demokratis, aspiratif dan terbuka
prosesnya.
5) Sistem peradilan yang independen, yang bebas dari tekanan atau
pengaruh dari manapun datangnya.
6) Pembatasan kekuasaan kepresidenan atas dasar konstitusi.
7) Peran media yang bebas sebagai sarana kontrol sosial.
8) Jaminan terhadap peran kelompok-kelompok kepentingan (civil society).
9) Hak masyarakat untuk tahu.
10) Promosi dan perlindungan HAM, termasuk perlindungan hak-hak minoritas karena beda
agama, ras, atau
etnis.
11) Kontrol sipil terhadap militer.
Atas dasar langkah-langkah tersebut saat ini Indonesia dikenal dan diakui sebagai negara demokrasi
ketiga terbesar di dunia setelah India dan AS.
Contoh-contoh implelemtasi dari nilai demokrasi tersebut adalah:
1) Prinsip pemerintahan berdasar konstitusi (baru) yang menjamin checks and
balances yang
sehat.
Contoh :
1. Aturan yang baik setidaknya dapat memuat empat hak-hak dasar masyarakat, yaitu
a) Kesehatan.
b) Pendidikan.
c) Rasa aman.
d) Serta peningkatan perekonomian menuju kesejahteraan masyarakat.
Keempat hal ini tidak saja urgen untuk dipenuhi, namun harus menjadi pilar yang melandasi setiap
regulasi yang lahir dari hubungan lembaga legislator dan eksekutor.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan penerapan regulasi yang transparan, sehingga
masyarakat bisa merasakan manfaat pemerintah dengan baik, sehingga dua lembaga yang
diharapkan dapat memiliki hubungan yang check and balance , dapat menjalankan fungsinya masing-
masing, dengan tetap saling berkoordinasi.
2) Pemilihan umum yang demokratis (free and fair), yang pada akhirnya telah
mengembalikan
kedaulatan sepenuhnya pada rakyat .
Contoh:
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat
manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial.
Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:
a) Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk
lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil.
b) Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
Ciri-ciri pemerintahan demokratis yaitu adanya Pemilihan umum secara langsung mencerminkan
sebuah demokrasi yang baik.
a) Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung
maupun tidak langsung (perwakilan).
b) Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).
c) Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
d) Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan
hukum.
e) Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
f) Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku
dan kebijakan pemerintah.
g) Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat.
h) Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan
pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
i) Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya).
3) Desentralisasi kekuasaan dan tanggungjawab atas dasar sistem otonomi daerah untuk
lebih mendekatkan rakyat pada pengambil keputusan.
Contoh :
1. Di Kabupaten Bandung, pelayanan kebutuhan air bersih dikelola secara swakelola , dengan cara
RW membangun sumur artesis (sekitar 60m) dan menjualnya kepada warga sekitar dengan harga
yang lebih murah dibanding harga PDAM. Dalam hal ini, implementasi good local governance terlihat
dari posisi masyarakat bertindak selaku penyedia jasa layanan ( service provider ), pengguna( service
user ), sekaligus kelompok kepentingan ( concern groups ).
4) Sistem pembuatan undang-undang yang demokratis, aspiratif dan terbuka prosesnya.
Contoh:
Partisipasi merupakan sistem yang berkembang dalam sistem politik modern. Penyediaan ruang
publik atau adanya partisipasi masyarakat merupakan tuntutan yang mutlak sebagai upaya
demokratisasi. Masyarakat sudah semakin sadar akan hak-hak politiknya. Pembuatan peraturan
perundang-undangan, tidak lagi semata-mata menjadi wilayah dominasi birokrat dan parlemen.
Meskipun partisipasi masyarakat ini terlalu ideal dan bukan jaminan bahwa suatu undang-undang
yang dihasilkannya akan dapat berlaku efektif di masyarakat, tetapi setidak-tidaknya langkah
partisipatif yang ditempuh oleh lembaga legislatif dalam setiap pembentukan undang-undang,
diharapkan dapat lebih mendorong masyarakat dalam menerima hadirnya suatu undang-undang.
Keberadaan partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan UU sangat penting dalam mencegah
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan melalui perangkat Undang-Undang.
Demikian juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pemegang legislasi, dituntut untuk
membuka pintu yang seluas-luasnya dalam persoalan partisipasi, apabila disepakati bahwa reformasi
politik di Indonesia merupakan tahapan untuk menuju demokratisasi. Karena anggota DPR
merupakan perwujudan representasi politik rakyat yang harus peka kepada aspirasi publik yang telah
memilihnya.
5) Sistem peradilan yang independen, yang bebas dari tekanan atau pengaruh dari
manapun datangnya.
Contoh :
Independensi Peradilan secara umum dipakai untuk mewakili lembaga peradilan, termasuk individu-
individu hakimnya, sebagai lembaga yang bebas dari intervensi dari pihak lain. Prinsip Dasar
Independensi Peradilan Versi PBB menjelaskan bahwa imparsialitas peradilan ditentukan oleh
perilaku hakim yang selalu memutus perkara yang diajukan kepada mereka berdasarkan fakta-fakta
dan kaitannya dengan hukum yang berlaku, tanpa adanya pembatasan-pembatasan, pengaruh-
pengaruh yang tidak seharusnya ada, tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, atau intervensi-
intervensi, baik secara langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun dan dengan alasan
apapun.
1. Reduksi kepercayaan publik secara konstan adalah diakibatkan absennya prinsip independensi
peradilan dalam upaya melindungi hak warga negara untuk mendapatkan keadilan dan akses
terhadap keadilan. Penyebabnya, adalah perilaku korup dari institusi peradilan.
6) Pembatasan kekuasaan kepresidenan atas dasar konstitusi.
Contoh :
Fungsi konstitusi dalam membatasi kekuasaan Presiden bukan merupakan pemikiran baru, karena
selain memang merupakan fungsi utama konstitusi, beberapa kajian sebelumnya juga telah
mengupas masalah ini secara luas, bahwa konstitusi tidak saja berfungsi membatasi kekuasaan
Presiden, tetapi juga bagaimana semestinya kekuasaan Presiden itu diatur secara tepat, tegas dan
jelas di dalam konstitusi, sehingga walaupun kekuasaan Presiden dibatasi, tetapi konstitusi juga
dapat mengatur, bahwa kewenangan yang dimiliki Presiden adalah kewenangan yang proporsional.
Dalam perspektif pembatasan kekuasaan Presiden, sebenarnya ada korelasi antara kekuasaan
Presiden dengan masa jabatannya. Jika masa jabatan Presiden tidak dibatasi secara tegas dan jelas,
maka Presiden dapat memperluas, memperkuat dan memperpanjang jabatannya selama ia mau.
7) Peran media yang bebas sebagai sarana kontrol sosial.
Contoh :
Negara demokrasi adalah negara yang mengikutsertakan partisipasi rakyat dalam pemerintahan,
serta menjamin terpenuhinya hak dasar rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah
satu hak dasar rakyat yang harus dijamin adalah kemerdekaan menyampaikan pikiran, baik secara
lisan maupun tulisan.
Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta
memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab
memegang peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab
memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi
negara dan pemerintah yang demokrasi.
8) Jaminan terhadap peran kelompok-kelompok kepentingan (civil society).
Contoh:
Masyarakat madani merupakan konsep yang memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan
makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau
masyarakat sipil, Merujuk pada Bahmueller (1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani,
diantaranya:
a) Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui
kontrak sosial dan aliansi sosial.
b) Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam
masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
c) Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-
program pembangunan yang berbasis masyarakat.
d) Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-
organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan
pemerintah.
e) Tumbuh kembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
f) Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
g) Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai
ragam perspektif.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah sebuah
masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam
menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya, dimana pemerintahan
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-
program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat
yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah konsep yang cair
yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic
governance (pemerintahan demokratis yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic
civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil
resilience). Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuah prasyarat masyarakat madani sbb:
a) Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
b) Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital) yang kondusif
bagi
terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan
relasi
sosial antar kelompok.
c) Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya
akses
terhadap berbagai pelayanan sosial.
d) Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya
untuk
terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat
dikembangkan.
e) Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai
perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
f) Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga ekonomi, hukum,
dan sosial
berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
g) Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan yang
memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan
terpercaya.

9) Hak masyarakat untuk tahu.
Contoh:
1. Sementara itu, para wakil rakyat kita menilai sebaliknya, dengan mengatakan pembangunan
gedung baru DPR adalah suatu keharusan, mengingat daya tampung ruang yang tidak lagi
mencukupi. Kontroversi semakin meruncing setelah salah satu Anggota DPR memberikan
pernyataan tentang tidak perlunya rakyat dilibatkan dalam hal pembangunan gedung baru DPR.
Bahkan ia menolak dilakukannya survei opini publik untuk mengetahui respons rakyat.
Padahal dalam demokrasi, pemerintah dan para wakil rakyat kita, diharuskan sebisa mungkin,
bersikap terbuka. Artinya, gagasan dan keputusannya harus terbuka bagi pengujian publik secara
seksama. Sudah barang tentu, tidak semua langkah pemerintah dan wakil rakyat harus
dipublikasikan, namun rakyat punya hak untuk mengetahui bagaimana uang mereka dibelanjakan.
Dengan biaya yang begitu besar, yang memakan anggaran sampai Rp. 1,16 triliun, rakyat tentu perlu
tahu apa alasan dari rencana pembangunan gedung baru DPR. Jika wakil rakyat hanya
menggunakan asumsi tentang tidak mencukupinya ruang dalam membangun gedung baru DPR,
tentu hal itu bukanlah sebuah penjelasan yang rasional. Apalagi terdengar kabar yang menyebutkan
masih ada satu anggota DPR yang memiliki dua ruang sekaligus.
Penjelasan tentunya harus di barengi dengan urgensi. Tentang apakah pembangunan gedung baru
DPR itu lebih urgen dari hal-hal mendesak lainnya seperti agenda kerja untuk mensejahterakan
rakyat. Untuk itu para wakil rakyat kita ditekankan untuk selalu mengedepankan kepentingan rakyat
sebelum memutuskan menggunakan anggaran yang sangat besar dalam membangun gedung baru
DPR, mengingat masih memperihatinkannya kondisi rakyat Indonesia dari segi ekonomi. Andaikan
dana sebesar itu digunakan untuk kepentingan rakyat, tentu hal itu akan lebih bermanfaat dan DPR
akan di puji oleh rakyat dan bukannya dikritik.
Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Arif, jika dana sebesar itu digunakan untuk kepentingan rakyat,
seperti membangun 116 unit rumah bagi fakir miskin dengan asumsi per rumah menghabiskan dana
Rp100 juta, maka rakyat akan mendapatkan rumah yang bukan tipe RSSS (rumah sangat sederhana
sekali) yang umumnya mereka tempati pada saat ini. Atau akan lebih baik lagi jika dana Rp 1.16
triliun itu digunakan untuk membuka lahan pertanian seluas 20 ribu hektare. Telah menjadi rahasia
umum bahwa mayoritas petani kita saat ini merupakan petani penggarap alias tidak punya lahan .
Itulah alasan mengapa rakyat perlu tahu. Karena jika rakyat tidak tahu atau tidak dilibatkan dalam hal
ini, maka para wakil rakyat kita itu pantas disebut oleh apa yang Franz Magnis Suseno (2004)
katakan, UANG bagi mereka adalah segala-galanya. Mereka itu adalah elit negara kita. Elit yang
sudah lupa akan rakyat yang membiayai mereka. Elit yang sedang merusak negara ini karena
mereka berpolitik tanpa suara hati, karena agama pada mereka merosot menjadi aspirasi daripada
inspirasi, karena bagi merekalah uang segala-galanya.
10) Promosi dan perlindungan HAM , termasuk perlidungan hak-hak minoritas karena beda
agama, ras, atau etnis.
Contoh :
HAM sebagaimana diketahui adalah hak dasar/mutlak pemberian Tuhan yang dimilik setiap manusia
serta melekat untuk selamanya. Di dalam pelaksanaanya wajib memperhatikan dan menghormati hak
orang lain. Karena, demi terciptanya harmonisasi hubungan antarwarga masyarakat, setiap anggota
masyarakat dalam merealisasikan hak dasar tersebut dilakukan dengan penuh kearifan, artinya
ketika menikmati hak asasinya dibarengi pula dengan kesadaran bahwa ada kewajiban asasi dan
tanggung jawab asasi.
Dalam masyarakat modern, perbedaan anggota masyarakat karena jabatan atau posisi dan peran
yang diemban merupakan kewajaran. Perbedaan tersebut bukan berarti ada diskriminasi dalam
menikmati hak asasinya yang dijamin oleh UUD maupun perundang-undangan lain suatu negara.
Karenanya penyebaran tentang pemahaman, pengetahuan, pendalaman sampai memasyarakatkan
HAM menjadi penting, terutama di kalangan akar rumput (grass root). Tanpa kemauan politik dan
keberanian politik yang kuat dari suatu rezim, pemerataan HAM dapat tersandar.
Disinilah partisipati aktif pemerintah ada kemauan dan tindakan politik serta pengawasan (monitoring)
terhadap pejabat yang menyatakan siap mengamankan UUD negara, inklusif menghormati HAM agar
tidak sewenang-wenang atau tidak menegakkan HAM di dalama berbagai peraturan yang efektif.
Begitu juga, partisipasi yang aktif warga masyarskat dituntut, baik dalam bentuk partisipasi akitif para
pengamat, intelektual, agaman, maupun kelompok masyarakat dalam wadah LSM/Ornop atupun
lembaga formal lainnya. Dengan adanya langkah-langkah tersebut, upaya diseminasi HAM semakin
efektif sehingga rangkaian kegiatan dari semua unsur masyarakat akan menjadi mesin utama yang
terus berproses dan bergerak menyebarluaskan HAM di masyarakat.
11) Kontrol sipil terhadap militer.
Contoh:
Posisi militer yang sebenarnya adalah berada di bawah kontrol sipil secara demokratis. Dengan
kalimat lain, hubungan sipil-militer (HSM) yang demokratis terjadi bila militer dikendalikan oleh
sebuah kontrol sipil secara demokratis. Secara teoretis, kontrol sipil adalah sederhana: Semua
keputusan pemerintah, termasuk keamanan nasional, tidak ditentukan oleh militer sendiri, melainkan
diputuskan oleh pejabat sipil yang terpilih secara demokratis. Pada prinsipnya, kontrol sipil adalah
absolut dan mencakup keseluruhan. Tidak ada keputusan atau tanggung jawab yang diberikan
kepada militer kecuali secara ekspresif atau implisit didelegasikan kepadanya oleh pemimpin sipil.
Bahkan keputusan-keputusan perintah. Pemilihan strategi, operasi apa yang digunakan dan kapan,
taktik apa yang dipakai, manajemen internal militer berasal dari kekuasaan sipil. Mereka
didelegasikan untuk menyeragamkan personel hanya untuk alasan-alasan kenyamanan, tradisi,
keefektifan, atau pengalaman militer dan keahlian.

Kaum sipil membuat semua peraturan, dan
mereka dapat mengubahnya kapanpun.
Ancaman dan misi militer dalam konteks pertahanan-keamanan. Secara konvensional fungsi utama
militer adalah memelihara pertahanan dan keamanan nasional. Misi dan doktrin keamanan nasional
(national security) sangat menentukan posisi militer. Pijakan utama formulasi doktrin pertahanan dan
keamanan sebagai perangkat lunak adalah ancaman, yang secara umum bisa dirumuskan menjadi
dua kategori, yaitu sifat ancaman dan asal ancaman.
Nilai Kebersamaan
Salah satu masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah memudarnya wawasan
kebangsaan dan rasa bangga sebagai bangsa atau rasa nasionalisme yang dikumandangkan dengan
penuh heroik pada tahun 1928, yang dikenal sebagai hari sumpah pemuda.
Tergerusnya rasa nasionalisme suatu bangsa dapat disebabkan oleh hal-hal yang bersifat internal
maupun eksternal. Bersifat internal, manakalah rasa kebersamaan antara sesama anak bangsa
mulai berkurang, seperti memelihara persamaan dalam perbedaan dan memelihara perbedaan dalam
persamaan. bersifat eksternal dapat diidentifikasi dalam bentuk rong-rongan dan gangguan dari
berbagai kepentingan asing yang bersifat pragmatis, historis, yang bertujuan untuk memecah belah
semangat kebangsaan termasuk integritas wilayah, kedaulatan nasional dan kemerdekaan politik
nasional.
Berkaitan dengan pengaruh yang bersifat ekternal, globalisasi yang melanda dunia, termasuk
Indonesia, tidak mungkin untuk dihindari. globalisasi adalah proses homogenisasi dengan masuknya
atau meluasnya pengaruh nilai-nilai dari suatu wilayah/negara ke wilayah/negara lain dan atau proses
masuknya pengaruh sistem nilai lain kedalam suatu negara sebagai konsekwensi pergaulan dunia
akibat kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan transportasi modern yang sangat cepat.
Perbedaan internasionalisasi dan globalisasi adalah bahwa dalam internasionalisasi kedaulatan suatu
bangsa masih memegang peranan penting, sedangkan globalisasi menumbuhkan nilai-nilai
kosmopolitan.
Proses globalisasi yang semula bernuansa ekonomis kemudian mengandung implikasi
multidimensional bahwa suatu aktivitas yang sebelumnya terbatas jangkauannya secara nasional,
secara bertahap berkembang menjadi tidak terbatas pada suatu negara. Hal ini dapat diamati,
globalisasi dalam budaya (cultural diffusion) sebagai dampak pertumbuhan kontak-kontak budaya
sehingga menciptakan satu standard kehidupan dan pemikiran (world culture) misalnya, seperti
masuknya pengaruh luar khususnya budaya barat melalui media tv dan internet, budaya barat dalam
bentuk konsumerisme dan cara berpakaian dan pergaulan bebas yang diikuti dan dijadikan model
oleh sebagian masyarakat kita.
Kedepan diperlukan adanya pemaknaan nilai-nilai ideologi Pancasila yang berlangsung secara
dialogis, tidak monologis. pemaknaan sila-sila Pancasila ditopang oleh pilar-pilar dan nilai-nilai
kearifan lokal yang meragai pluralisme konstruktif, mencerminkan keanekaragaman yang
Berbhinneka Tunggal Ika. Pemaknaan masing-masing sila Pancasila sesuai dengan adat istiadat
dan budaya masyarakat di daerah, merupakan manifestasi dari common value yang hidup ditengah
masyarakat, akan menumbuhkembangkan sikap dan perilaku masyarakat sebagai pemilik ideologi
yang bersifat lintas kultural sebagai benang emas (golden thread) yang menembus sekat-sekat
budaya (cultural barriers).
Dengan pemaknaan yang tepat terhadap nilai-nilai Pancasila, sebagai ideologi dan simpul
kebangsaan yang dapat mencerminkan kebersamaan, di era globalisasi yang penuh dengan
turbulensi sosial dewasa ini, sangat dibutuhkan, karena kesadaran atas kebersamaan yang kuat
merupakan kapital sosial yang sebenarnya memiliki akar budaya kuat di Indonesia.
Tanpa itu peranan negara akan menjadi sangat lemah dan tidak effektif dilanda oleh arus globalisasi
dan regionalisasi yang cenderung semakin kuat. Salah satu contoh adalah komentar para ahli
tentang terror di Mumbai India baru-baru ini yang diakibatkan oleh tidak berfungsinya
(disfungsionalisasi) pemerintah pusat di India menghadapi arus globalisasi dan industrialisasi serta
akibat kuatnya federalisme sebagai dampak pengaruh globalisasi demokrasi. Salah satu kegagalan
di sini adalah kegagalan mengelola pluralisme (agama) dan kewaspadaan nasional.
Kebersamaan sebagai satu bangsa yang sangat pluralistik yang dibangun atas dasar jiwa dan
semangat nilai-nilai obyektif dan non-primordialistik, sangat strategis yang tidak hanya larut pada
pendekatan alamiah, rutin, praktis dan pragmatis semata dan menganggap persatuan nasional
sebagai mitos yang langgeng. Memantapkan karakter bangsa dan memperkuat integrasi bangsa
serta kehendak politik untuk selalu meningkatkan rasa kebangsaan sehingga sangat dipehitungkan
bangsa dan negara lain, merupakan elemen kekuatan dan ketahanan nasional yang yang terus
menerus memerlukan intervensi pemerintah dengan mengedepankan soft power. Hal ini terutama
menghadapi generasi baru yang melihat Indonesia sebagai suatu yang given dan instant.
Dalam posisi yang demikian, memiliki kesadaran dan komitmen yang kuat terhadap 4 konsensus
dasar bangsa Indonesia yakni Pancasila, UUD NRI TH 1945, asas Bhinneka Tunggal Ika dan asas
NKRI, yang secara keseluruhan menggambarkan bahwa Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga
terbesar di dunia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dan negara dengan penduduk
terbesar keempat di dunia, tetap tegar sebagai suatu sistem baik sistem fisik (kerjasama secara
terpadu dari pelbagai sub-sistem untuk mencapai tujuan) maupun sebagai sistem abstrak (kesatuan
karakter, pandangan, nilai, perilaku dan falsafah) memerlukan manajemen yang sistemik,
berkelanjutan dengan perspektif jangka panjang.
Salah satu upaya untuk menghentikan kerawanan dan berkembangnya konflik dalam masyarakat,
adalah dengan pemahaman nilai ideologi Pancasila dan transformasi nilai universal secara benar dan
komprehensif. Oleh sebab itu untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dan
berkembang dengan cepat serta tidak terbayangkan sebelumnya, diperlukan ide-ide segar yang
dikembangkan dalam konteks kultural dan nilai-nilai ideologi Pancasila yang ditopang oleh pilar-pilar
dan nilai-nilai kearifan lokal yang hidup dan berkembang dalam masyarakat di daerah, yang
dipertimbangkan merupakan sub-sistem nasional dan bukan yang sebaliknya merupakan counter
system.
Dalam era globalisasi dewasa ini, tidak mungkin suatu negara dapat hidup dan membangun
kemajuan dalam posisi mengisolasi diri dari pengaruh antar negara lewat teknologi informasi,
teknologi industri, perdagangan uang dan perdagangan komoditas antar bangsa merupakan
kenyataan yang harus dihadapi. Untuk itu diperlukan kecerdasan sekaligus kecerdikan taktis dan
strategis untuk merubah dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi dari tantangan menjadi peluang.
Globalisasi harus difahami sebagai fenomena meningkatnya proses multikulturalisme atau diversitas
budaya yang secara alamiah akan meningkatkan asimilasi budaya, akbat proses kombinasi antara
kekuatan ekonomi, teknologi, sosial budaya dan kekuatan politik.
Hal ini pada tingkat nasionalisme maupun internasionalisme dibutuhkan secara sadar promosi atau
pemajuan perdamaian dan pengertian antar manusia.
Krisis finansial global akhir-akhir ini telah mendemonstraikan kenyataan bahwa globalisasi
merupakan suatu proses dimana manusia di dunia telah dipersatukan kedalam suatu masyarakat
tunggal (single society) dan berfungsi bersama (function together) , baik dalam menikmati kemajuan
maupun dalam menghadapi bahaya bersama. dalam hal ini Nilai-Nillai Kebersamaan itulah yang
menjadi suatu kekuatan bagi bangsa Indonesia, terutama didalam menghadapi kuatnya arus
globalisasi, dan informasi saat ini.

Ketaatan Hukum dalam Konstitusi
Istilah konstitusionalisme mempunyai makna suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan
jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud ialah
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Dalam hal ini, yang
dimaksud negara adalah organisasi kekuasaan. Dikatakan organisasi kekuasaan, karena dalam
setiap negara terdapat pusat-pusat kekuasaan[2].
Pusat-pusat kekuasaan tersebut baik yang terdapat dalam Supra Struktur Politik maupun dalam Infra
Struktur Politik. Supra Struktur Politik meliputi organ legislatif, eksekutif, yudisial. Di sisi lain, Infra
Struktur Politik terdiri atas Partai Politik, Tokoh Politik, Kelompok Penekan, Kelompok Kepentingan,
dan Alat Komunikasi Politik. Selanjutnya pusat-pusat kekuasaan yang mempunyai kekuasaan itu
mempunyai kekuasaan itu mempunyai kemampuan mengendalikan pihak lain.
Selain konstitusionalisme, sokoguru Indonesia adalah paham negara hukum. Di dalam kepustakaan
hukum di Indonesia istilah negara hukum sudah sangat populer. Pada umumnya istilah tersebut
dianggap merupakan terjemahan yang tepat dari dua istilah yaitu rechtsstaat dan the rule of law.
Istilah Rechtsstaat (yang dilawankan dengan Machtsstaat) memang muncul di dalam penjelasan
UUD 1945 yakni sebagai kunci pokok pertama dari Sistem Pemerintahan Negara yang berbunyi
Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan
belaka (machtsstaat). Kalau kita lihat di dalam UUD 1945 BAB I tentang Bentuk dan Kedaulatan
pasal 1 hasil Amandemen yang ketiga tahun 2001, berbunyi Negara Indonesia adalah negara
hukum.
Dari teori mengenai unsur-unsur negara hukum, apabila dihubungkan dengan negara hukum
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI Th.1945, dapat ditemukan
unsur-unsur negara hukum, yaitu: Pertama, adanya pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi
manusia dan warga negara. Kedua, adanya pembagian kekuasaan. Ketiga, dalam melaksankan
tugas dan kewajibannya, pemerintah harus selalu berdasar atas hukum yang berlaku, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis. Keempat, adanya kekuasaan kehakiman yang dalam menjalankan
kekuasaannya bersifat merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah maupun
kekuasaan lainnya.
Hukum obyektif adalah kekuasaan yang bersifat mengatur, hukum subyektif adalah kekuasaan yang
diatur oleh hukum obyektif. Fungsi hukum sebagai sosial kontrol merupakan aspek yuridis normatif
dari kehidupan sosial masyarakat. Efektivitas hukum dalam masyarakat mengandung arti bahwa
daya kerja hukum itu dalam mengatur dan/atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap
hukum.
Menurut K.C. Wheare, kalau berangkat dari aliran positivisme hukum, maka konstitusi itu mengikat,
karena ia ditetapkan oleh badan yang berwenang membentuk hukum, dan konstitusi itu dibuat untuk
dan atas nama rakyat (yang didalamnya sarat dengan ketentuan sanksi yang diatur lebih lanjut dalam
undang-undang organik).
Di dalam teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan tiga macam hal mengenai berlakunya hukum
sebagai kaidah. Pertama, kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan
pada kaidah yang lebih tinggi tingkatanya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan. Kedua,
kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif. Artinya, kaidah dimaksud
dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat (teori
kekuasaan) atau kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari masyarakat. Ketiga, kaidah
hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang
tertinggi.
Hukum berfungsi sebagai alat untuk mengubah masyarakat yang disebut oleh Roscoe Pound a tool
of social engineering. Perubahan masyarakat dimaksud terjadi bila seseorang atau sekelompok
orang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Selain itu, dapat diketahui bahwa pranata hukum itu pasif, yaitu hukum
menyesuaikan diri dengan kenyataan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, terlaksana atau
tidaknya fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial amat ditentukan oleh faktor aturan hukum
dan faktor pelaksana hukum.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa kesadaran warga masyarakat terhadap hukum yang tinggi
mengakibatkan para warga masyarakat mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sebaliknya, apabila keadaran warga masyarakat terhadap hukum rendah, derajat
kepatuhannya juga rendah. Pernyataan yang demikian berkaitan dengan fungsi hukum dalam
masyarakat atau efektivitas dari pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum dalam masyarakat.
Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat (warga negara).
Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan atau orang-orang lain (bangsa lain) yang disyahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dalam suatu
negara tertentu. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Pada BAB X tentang
Warga Negara dan Penduduk Pasal 26 ayat (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara. Ayat (2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
Seorang warga masyarakat mentaati hukum karena pelbagai sebab. Pertama, Takut karena sanksi
negatif, apabila hukum dilanggar. Kedua, untuk menjaga hubungan baik dengan penguasa. Ketiga,
untuk menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan sesamanya. Keempat, karena hukum tersebut
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Kelima, kepentingan terjamin. Suatu norma hukum akan
dihargai oleh warga masyarakat apabila ia telah mengetahui, memahami, dan menaatinya. Artinya,
dia benar-benar dapat merasakan bahwa hukum tersebut menghasilkan ketertiban serta ketentraman
dalam dirinya. Hukum tidak hanya berkaitan dengan segi lahiriyah dari manusia, akan tetapi juga dari
segi batiniah. Dalam kajian struktur bahasa hukum tentang daya ikat konstitusi dalam aspek hukum
bisa kita lihat dalam tindakan bahasa. Ketika tindakan bahasa hukum diperlukan untuk
mempengaruhi perilaku, maka ditetapkanlah tindakan-tindakan bahasa direktif, institusional dan
perikatan. Tindakan bahasa direktif yang padanya pembicara menggunakan sebuah kalimat untuk
menggerakkan pendengarannya demi melakukan sebuah sesuatu. Sedangkan tindakan bahasa
institusional, menggunakan sebuah kalimat yang dilaksanakan dalam sebuah institusi peradilan dan
seterusnya. Di dalam institusi itu terdapat aturan-aturan konstitutif yang menimbulkan akibat
institusional, dilengkapi dengan diktum sebuah undang-undang atau undang-undang dasar yang
mengikatkan diri. Kemudian kalau dilihat dari prinsip-prinsip wawasan negara berdasar atas
hukum (rechtsstaat) sebagaimana dikatakan oleh Zippelius, konstitusi merupakan alat untuk
membatasi kekuasaan negara. Prinsip-prinsip ini mengandung jaminan terhadap ditegakkanya hak-
hak asasi, adanya pembagian kekuasaan dalam negara, penyelenggaraan yang didasarkan pada
undang-undang, dan adanya pengawasan yudisial terhadap penyelenggaraan pemerintah tersebut.
Esensi hukum postif, wawasan negara berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), inklusif di dalamnya
pemahaman tentang konstitusi sebagai dokumen formal yang terlembagaan oleh alat-alat negara dan
sekaligus sebagai hukum dasar yang tertinggi. Bila demikian halnya, maka konstitusi akan selalu
mengikat seluruh warga negara.
2. MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI KONSTITUSI
Konstitusi Negara Republik Indonesia adalah UUD NRI Tahun 1945. Konstitusi UUD NRI Tahun 1945
mempunyai peran penting dalam mempertahankan esensi keberadaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bangsa Indonesia telah menyepakati untuk meletakkan konstitusi dalam kehidupan guna
mengatur tata kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik secara nasional
maupun internasional agar dapat berdiri sejajar dengan bangsa dan negara lain yang ada dan
berdaulat di dunia ini.
Keberadaan konstitusi UUD NRI Tahun 1945 diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam praktik
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu budaya sadar konstitusi perlu
dikembangkan agar masyarakat memahami norma-norma dasar dalam konstitusi dan
menerapkannya dalam wujud sikap positif terhadap pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945.
Dalam rangka menumbuhkan sikap positif terhadap pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945, kita perlu
membangun budaya sadar konstitusi agar masyarakat memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban
konstitusionalnya sebagai warga negara baik perorangan maupun kelompok melalui pemahaman
nilai-nilai konstitusi UUD NRI Tahun 1945.
Peranan Nilai-nilai Konstitusi.
Peranan Nilai-nilai Konstitusi bagi suatu bangsa sangat strategis karena konstitusi adalah the
supreme law of the land, merupakan national myth and symbol bangsa dan negara yang selalu
terbuka bagi perubahan (amandemen) sehingga merupakan the living constitution sehingga
memiliki peranan yang strategis berupa:
1) Menjaga kredibilitas dan efektivitas pelbagai lembaga publik.
2) Menjamin kehidupan demokrasi dan public engagement.
3) Menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam rangka akuntabilitas
badan-badan publik.
Salah satu agenda utama proses reformasi yang sangat monumental tersebut adalah amandemen
UUD NRI Tahun 1945 yang telah dilaksanakan secara bertahap sebanyak empat kali, yaitu pada
tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002. Dalam proses amandemen tersebut telah terjadi pelbagai
perkembangan yang signifikan pada pokok-pokok pikiran, struktur kelembagaan dan relasi antar
lembaga negara, bahkan sampai dengan peniadaan lembaga-lembaga yang sebelumnya ada (mis.
DPA), disamping munculnya lembaga-lembaga baru yang sebelumnya belum dikenal seperti
Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, DPD dan sebagainya. Boleh dikatakan bahwa yang tidak
tersentuh dengan proses amandemen adalah 4(empat) konsensus dasar (4 Pilar,istilah MPR) yaitu
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang meliputi Pancasila, bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Sesanti Bhinneka Tunggal Ika.
Yang sangat mendasar antara lain adalah tekad untuk memperbaiki sistem checks and
balancesberupa ketentuan-ketentuan konstitusional yang mengatur agar tiga cabang pemerintahan
nasional saling membatasi kewenangan dan menjaga keseimbangan satu sama lain, sehingga
mencegah adanya konsentrasi kekuasaan politik pada salah satu cabang pemerintahan (legislatif,
eksekutif dan yudikatif). the constitutional provision whereby the three branches of the national
govermentmat restrict one anothers authority, thus preventing a consntration of political power in any
one branch (dye and ziegler: 2000)
Pemahaman Nilai-nilai Konstitusi.
Pemahaman Nilai-nilai Konstitusi UUD NRI Tahun 1945, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
untuk memperluas wawasan dan mempertajam analisis guna terwujudnya kesamaan persepsi dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam melaksanakan
kewenangan dan kekuasaan sesai tanggung jawab yang dibebankan negara, senantiasa berpikir,
bersikap dan bertindak secara komprehensif dan integral, mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi, daerah dan golongan. Berpikir, bersikap dan bertindak yang
dilandasi penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai konstitusi, nilai-nilai perbedaan
dalam keberagaman dalam rangka menjamin tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Berpikir, bersikap dan bertindak untuk senantiasa menjaga terbinanya persatuan dan
kesatuan bangsa dengan berlandaskan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung
dalam Konstitusi UUD NRI Tahun 1945.
Sebagai warga Negara yang baik adalah memiliki kesetiaan terhadap bangsa dan Negara, yang
meliputi kesetiaan terhadap ideologi Negara, kesetiaan terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap
peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu maka
setiap warga Negara harus dan wajib untuk memiliki prilaku positif terhadap konstitusi, yang
mempunyai makna berprilaku peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya,
mengkaji maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang terjandung didalamnya, mengamalkan dalam
kehidupan, dan berani menegakkan jika konstitusi di langgar.
Cita-cita tersebut dapat terwujud seandainya masyarakat Indonesia dapat memahami nilai-nilai
dengan sikap yang positif.
Contoh sikap positif yang berkaitan dengan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Konstitusi
UUD NRI Tahun 1945, adalah:
1) Nilai kemanusiaan.
a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
a) Saling mencintai sesama manusia.
b) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
c) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
d) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
e) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
f) Berani membela kebenaran dan keadilan.
g) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat dunia internasional dan
dengan itu
harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekejasama dengan bangsa
lain
2) Nilai religius.
a) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-
masing.
d) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.

3) Nilai Produktivitas.
a) Kualitas perlindungan terhadap masyarakat dalam menuju kemakmuran.
b) Kualitas undang-undang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4) Nilai Keseimbangan.
a) Menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang proporsional.
b) Tidak memaksakan kehendak, tetapi ber-emphaty.
c) Keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani.

5) Nilai Demokrasi.
Kedaulatan berada di tangan rakyat, berarti setiap warga negara memiliki kebebasan yang
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat terwujud persatuan dan
kesatuan Indonesia. Pilar utama persatuan dan kesatuan Indonesia. Pilar utama dalam membangun
persatuan dan kesatuan bangsa dalam masyarakat, adalah:
a) Rasa cinta tanah air.
b) Jiwa patriot bangsa.
c) Tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pondasi utama tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa adalah rasa cinta dan patriotisme terhadap
tanah air serta hadirnya kesejahteraan rakyat. Berkaitan dengan faktor penting dalam membina dan
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa adalah:
a) Segala derap langkah yang utama harus didasarkan pada upaya mengejar kepentingan
masyarakat,
bangsa dan negara.
b) Terpeliharanya rasa kemanusiaan dan keadilan.
c) Pemahaman yang benar atas realitas adanya perbedaan dalam
keberagaman.
d) Tumbuhnya kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

6) Nilai Kesamaan Derajat.
Setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan kedudukan yang sama di depan hukum.
Masyarakat menilai bahwa upaya penegakkan HAM yang paling menonjol adalah penegakkan hak
mengeluarkan pendapat, kebebasan beragama, perlindungan dan kepastian hukum, serta bebas dari
perlakuan tidakmanusiawi. Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, mendapatkan pendidikan
dan pelayanan kesehatan, serta aman dari ancaman ketakutan.

7) Nilai ketaatan Hukum.
Setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib mentaati setiap hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Penutup.
Dalam meningkatkan Pemahaman Nilai-Nilai Konstitusi, perlu Konsepsi yang jelas dan tegas
terhadap Nilai Demokrasi, Kebersamaan, dan Ketaatan pada Hukum yang berlaku, Oleh karena
itulah kita perlu mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan khususnya nilai-nilai yang terkandung
dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945, demi meneguhkan kembali jati diri bangsa dan membangun
kesadaran tentang sistem kenegaraan yang menjadi konsensus nasional, sehingga diharapkan
bangsa Indonesia dapat tetap menjaga keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia di tengah terpaan arus globalisasi yang bersifat multidimensial.


[1] Syafran Sofyan : Implementasi Nilai-nilai Konstitusi Dalam Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan
Bangsa, Tahun 2011.

[2] Pamela Maher Wijaya, agendadapamel.wordpress.com.

http://www.jimlyschool.com/read/analisis/261/konsepsi-nilai-demokratis-kebersamaan-dan-
ketaatan-hukum-dalam-meningkatkan-pemahaman-nilainilai-konstitusi/

Beberapa hari ini publik Indonesia mungkin saja berada dalam begitu banyak perbedaan,
mulai dari pemilihan presiden dan wakil presiden, favorit juara piala dunia, pilihan sikap
mendukung Israel atau Palestina, dan lain sebagainya.
Catatan kali ini hanya sebagai 'reminder' bagi kita bahwa pada hakikatnya, perbedaan
menjadi salah satu landasan persatuan dari bangsa Indonesia,Bhinneka Tunggal I ka.


Kita hendaknya tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang
memang lahir dari berbagai keberagaman latar belakang.
Negara yang berdiri atas perpaduan yang indah dari berbagai macam suku dan bahasa.

Mari, jangan izinkan perbedaan memecah belah persatuan yang sudah dibangun selama ini.


Berbeda Jua, Tetapi Satu Adanya


http://www.catatanbryant.com/2014/07/berbeda-jua-tetapi-satu-adanya.html

Safari Ramadan, Wagub Kaltim di Kukar
July 25, 2014 by admin
Filed under Kutai Kartanegara
Berikan respon
TENGGARONG vivaborneo.com, Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim Mukmin Faisyal menaruh harapan besar
kepada segenap masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar) dan pada umumnya masyarakat Kaltim untuk tetap
menjaga situasi kondusif daerah pasca penetapan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU).
Hal tersebut diungkapkan Wagub ketika melakukan buka puasa bersama jajaran Pemkab Kukar, termasuk
Bupati Kukar Rita Widyasari, dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kukar lainnya serta kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkup Pemkab Kukar. Dalam rangkaian acara Safari Ramadan yang
dilaksanakan di Pendopo Odah Etam Tenggarong, Rabu (23/7).
Siapapun presiden yang terpilih, dia adalah presiden kita, bukan presiden satu kelompok atau golongan tertentu
saja, ujar Mukmin.
Seperti diketahui, pelaksanaan pilpres di Kaltim pada 9 Juli lalu berjalan dengan aman dan lancar tanpa ada
gangguan berarti, salah satunya di Kukar. Karena itu, hasil pilpres menurut Mukmin, harus disikapi dengan
lapang dada oleh masing-masing pendukung, tidak boleh ada pertikaian yang dapat merusak sendi-sendi
keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang selama ini menjunjung tinggi
kebersamaan, persatuan dan kesatuan.
Saya yakin dan percaya aparat Kepolisian dibantu TNI mampu mengamankan dan mendeteksi hal-hal yang
tidak diinginkan. Insyaallah di Kaltim tetap kondusif, jelasnya.
Mukmin berharap suasana kondusif daerah yang selama ini berjalan baik dapat terus dijaga karena merupakan
salah satu modal untuk membangun daerah. Masyarakat diminta tidak memperkeruh suasana dengan berbagai
pernyataan yang menjelek-jelekkan masing-masing Calon Presiden (Capres).
Terlebih di bulan ramadhan yang penuh berkah ini. Mari kita doakan bersama-sama semoga Presiden terpilih
nanti mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT dalam memimpin bangsa 5 tahun ke depan, katanya.
Mukmin Faisyal yang hadir bersama istri Hj Harmina Mukmin, menambahkan bahwa sebentar lagi akan ada
pemilihan Ketua DPRD Kaltim, dan 2 calon tersebut berasal dari Kukar, terang Ketua Umum DPD Golkar Kaltim
ini.
Sementara Rita Widyasari, mengungkapkan rasa syukurnya terkait pelaksanaan Pilpres di Kukar yang berjalan
lancar sejak proses pemungutan suara hingga rapat pleno semua berjalan lancar tanpa ada masalah, terutama
terkait keamanan.
Alhamdulillah kondisi Kukar kondusif, karena yang kita baca dan lihat di media massa terkesan provokatif.
Kondisi ini harus terus kita jaga, ujar Bupati Kukar tersebut.
Dia juga melaporkan, tahun ini Pemkab Kukar tidak melaksanakan Safari Ramadan. Namun akan di ganti
dengan safari Syawal bersama seluruh umat beragama di Kukar di 18 kecamatan, jadi tidak hanya umat muslim
saja.
Safari Syawal di maksud selain bersilatirahmi langsung dengan masyarakat, sekaligus menyampaikan
pembangunan Kukar selama 4 tahun kepemimpinan saya. Safari Syawal ini akan di mulai tanggal 11-18
Saya berharap, sebentar lagi pemilihan Ketua DPRD Kaltim dan kami meminta supaya Kukar jangan di lupakan.
Karena kata Wagub 2 calon (Ketua DPRD Kaltim, red) adalah dari Kukar, pungkas Rita dihadapan Wagub
Kaltim.
Turut hadir mendampingi Wagub dalam acara tersebut, Ketua DPRD Kaltim Syahrun, anggota DPRD Kaltim
Sarkowi V Zahri, dan Ustad Abdul Ghafur serta sejumlah pejabat Pemrov Kaltim lainnya. (vb/rahman)
ARTIKEL TERKAIT
http://www.vivaborneo.com/safari-ramadan-wagub-kaltim-di-kukar.htm



Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia

diposting oleh alhada-fisip11 pada 07 March 2012
di Makalah - 36 komentar



ABSTRAKSI

Identitas nasional Indonesia merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang
membedakan dengan bangsa lain di dunia ini. Faktor-faktor yang mendukung kelahran identitas bangsa
Indonesia tersebut meliputi: faktor objektif (geografis, ekologis dan demografis), faktor subjektif (historis, social,
politik dan kebudayaan) yang dimiliki bangsa Indonesia. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia
tersebut meliputi: suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa. Dalam menentukan identitas nasional
Indonesia, yang terpenting adalah perilaku atau kepribadian bangsa Indonesia yang sesuai dengan ideologinya
yaitu Pancasila. Perilaku tersebut tercermin dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu
berketuhanan YME, berkemanusiaan yang adil dan beradap, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang di
pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Kepribadian bangsa Indonesia yang sesuai dengan Ideologi Pancasila tersebut dalam era
Globalisasi ini mudah sekali terkontaminasi oleh pengaruh kebudayaan dari negara lain. Secara umum melihat
fakta-fakta yang ada saat ini, keadaan jati diri jati diri Bangsa Indonesia sedang mengalami
kerusakan/keterpurukan. Langkah-langkah paling efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia
tersebut yang pertama dimulai dari diri kita sendiri, selanjutnya kita mengajarkan atau mengejak orang lain yang
beradi di sekitar kita. Kemudian peran pemerintah untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia dan
menumbuhkan karakter bangsa yang bagus yang sesuai dengan pancasila yaitu dengan mengalakkan program
wajib belajar ajaran agama (untuk meningkatkan ketakwaan) dan juga pendidikan umum (untuk meningkatkan
rasa kebangsaan).



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikantugas makalah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang berjudul Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya
pepatah tak ada gading yang tak retak , oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan.
Amin


Surabaya, 03 Januari 2011

PENYUSUN



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Identitas nasional Indonesia merupakan pembeda atau ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang
dapat dijadikan pembeda dengan bangsa lainnya di dunia ini. Identitas nasional merupakan suatu hal yang
sangat penting dimiliki oleh setiap bengsa di dunia ini termasuk Indonesia sebagai karakter dan pola perilaku
yang seharusnya tertanam kuat sebagai acuan masyarakat dalam berprilaku atau bersikap di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara agar tatanan kehidupan di negara kita ini dapat berjalan teratur dan sesuai dengan ciri
khas bangsa Indonesia yang telah tertanam sejak dahulu kala.
Jika suatu bangsa tidak mempunyai ciri khas atau cirikhasnya telah pudar kerena suatu hal, bangsa
tersebut akan mengalami perubahan sikap dan tatanan kehidupan yang terjadi pada masyarakatnya. Mereka
akan cenderung meniru perilaku atau cirikhas bangsa lain yang diidolakannya. Padahal ciri khas bangsa lain
belum tentu cocok dan sesuai bila digunakan pada bangsa tersebut. Ketidak cocokan tersebut mungkin
dikarenakan karena faktor letak geografis, kebudayaan, agama yang dianut oleh masyarakat pada umumnya,
sejarah pembentukan bangsa, dan sebagainya.
Dampak dari hilangnya identitas suatu bangsa dan pola perilaku masyarakat yang baru tersebut tidak
sesuai dengan keadaan bangsa itu, maka akan melemahkan keadaan bangsa tersebut dalam berbagai bidang.
Sehingga dapat dengan mudah bangsa itu dihancurkan atau dijajah oleh negara lain.
Dari uraian diatas kita tahu betapa pentingnya identitas nasional itu dimiliki oleh setiap bangsa. Maka dari
itu dalam makalah ini penulis ingin mengetahui bagaimana kondisi identitas nasional Indonesia sebagai jati diri
bangsa Indonesia saat ini. Kemudian apabila ternyata identitas bangsa Indonesia ini mulai pudar, maka penulis
ingin mengetahui bagaimana langkah-langkah yang efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia agar
kembali kepada jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu:
1. Apa definisi dari Identitas Nasional Indonesia?
2. Bagaimana sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia?
3. Apa sajakah unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia?
4. Bagaimana jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya?
5. Bagaimana pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia?
6. Bagaimana kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini?
7. Bagaimana cara mengembalikan jati diri bangsa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari Identitas Nasional Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia
3. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia
4. Untuk mengetahui jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya
5. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia
6. Untuk mengetahui kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini
7. Untuk mengetahui cara efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan dan pengumpulan data dalam makalah ini yaitu di lakukan
dengan sistim dokumentatif, yaitu mengambil referensi bahan dari berbagai sumber yang relefan kemudian
menganalisisnya sesuai dengan kasus yang kami angkat.

E. Batasan Masalah
Dalam Pembuatan Makalah ini, penulis hanya mengulas dan membatasi masalah seputar:
1. Definisi dari Identitas Nasional Indonesia
2. Sejarah pembentukan Identitas Nasional Indonesia
3. Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia
4. Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya
5. Pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri bangsa Indonesia
6. Kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini
7. Cara mengembalikan jati diri bangsa Indonesia

F. Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dri penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagi penulis
Manfaat yang bisa diambil oleh penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai definisi bangsa Indonesia, jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya, kondisi jati diri bangsa
Indonesia saat ini, dan cara mengenbalikan jati diri bangsa Indonesia. Sehingga penulis dapat megapresiasikan
pengetahun tersebut dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka terbentuknya jati diri bangsa indonesia yang
sesungguhnya.
2. Bagi Mahasiswa
Manfaat yang bisa diperoleh bagi mahasiswa yaitu sebagai salah satu acuan untuk memahami materi
kuliah mengenai identitas nasional Indonesia. Serta agar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik pada
diri mereka sendiri maupun menularkannya kepada orang lain demi terwujudnya jati diri bangsa indonesia yang
sesungguhnya yang bisa membawa kita menjadi manusia yang Excellent with Morallity.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Identitas Nasional
Menurut Kaelan (2007:07) Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendidri-sendiri sesuai
dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah
kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri),
kesamaan sejarah, sistim hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan
profesi. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara
historis. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas
nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai
kepribadian suatu bangsa. Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar
psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu manusia
dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta
karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada
umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari
faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut
terdidri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut
berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah
laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Menurut Kibawa (2010:01) identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga
menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nasion
yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat,
cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas
bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. dentitas Nasional Indonesia
meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi
geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, demografi atau kependudukan Indonesia, ideolgi dan agama, politik
negara, ekonomi, dan pertahanan keamanan.

B. Sejarah Pembentukan Identitas Nasional Indonesia
Menurut Kaelan (2007:18) Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat,ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh factor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahran identitas bangsa Indonesia meliputi (1) factor objektif yang
meliputi factor geografis, ekologis dan demografis, (2) factor subjektif yaitu factor,historis, social, politik dan
kebudayaanyang dimiliki bangsa Indonesia.
Kondisi geografis ekologis Indonesia sebagai wilayah kepulauan terletak diantara dua benua
yaitu Asia dan Australia yang menjadi jalur komunikasi di Asi tenggara turut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis, ekonomis, social dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu factor historis yang ada di
Indonesia mengakibatkan berbagai macam interaksi yang terjadi di dalamnya turut menyumbang proses
pembentukan identitas nasional yang ada di Indonesia.Robert De Ventos mengungkapakan terdapat empat
factor penting sebagai akibatdari interaksi historis yaitu factor primer, factor pendorong, factor penarik dan
factor reaktif. Faktor yang pertama mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama dan sejenisnya. Hal seperti
inilah yang merupakan kesatuan meskipun memiliki beragam perbedaan tetapi hal ini tetap menjadi sebuah
kesatuan yang kemudian dinamakan Bhineka Tunggal Ika. Faktor yang kedua meliputi pembangunan
telekomunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan
negara. Dalam hal ini kemajuan iptek dan pembangunan negara juga menjadi salah satu identitas nasional yang
bersifat dinamis atau dapat terus berubah tetapi tetap berpegang teguh pada kepribadian bangsa. Hal ini
tergantung sesuai dengan prestasi bangsa tersebut serta kemampuannya dalam mencapai prestasi tersebut.
Dalam hal ini tentu saja dibutuhkan persatuan dan kesatuan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia ini.
Faktor yang ketiga yaitu mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya
birokrasi, dan pemantapan system pendidikan nasional. Di sini bangsa Indonesia memiliki berbagai macam
bahasa mengingat terdapat berbagai macam suku,etnis dengan berbagai macam kebudayaan mereka tetapi
mereka tetap bersatu yaitu dengan satu bahasa yang menjadi bahasa bersama yaitu bangsa Indonesia. Di dalam
pendidikan pun menggunakan bahasa Indonesia sebagai meia komunikasi untuk mempersatukan mereka. Faktor
yang keempat meliputi penindasan, dominasi dan pencarian identitas alternative melalui memori kolektif rakyat.
Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami masyarakat Indonesia merupakan salah satu factor strategis dalam
membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan itulah yang kemudian menjadi identitas yang mampu
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang sampai terbentuknya bangsa yang seperti
sekarang ini. Faktor sejarah tersebutlah yang menjadi donator yang cukup besar dalam perkembangan identitas
nasional dan hal tersebut tidak terlepas dari budaya yang merupakan hasil dari sejarah tersebut. Kepribadian dan
jati diri bangsa Indonesia dituangkan dalam pancasila harus dilacak dari sejarah pada masa lampau seperti pada
jaman kerajaan seperti majapahit, sriwijaya dan sebagainya. Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia
yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-
nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.

C. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia
Menurut Prince (2010:01) Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-
majemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama,
kebudayaan, dan bahasa.
o Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama
coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau
kelompok etnis dengan tidak kurang [1]300 dialek bahasa.
o Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang tumbuh dan
berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong
Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
o Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat
atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
o Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai
sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut:
1) Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan ldeologi
Negara.
2) Identitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang
Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya".
3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa,
budaya, serta agama dan kepercayaan (agama).

D. Jati Diri Bangsa Indonesia yang Sesungguhnya
Menurut Robert (2002:04) jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya tercermin pada perilaku
masyarakat Indonesia pada umumnya yang sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pancasila. Perilaku yang
sesuai dengan nilai dalam pancasila dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang sesungguhnya yaitu:

1.Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama anatra pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaanya masing masing
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Suka bekerja keras.
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Itulah ciri khusus bangsa Indonesia sebagai Identitas nasional yang seharusnya dimiliki, dikembangkan,
dan menjadi kepribadian masyarakat Indonesia, agar cita-cita luhur bangsa Indonesia ini yaitu menjadi bangsa
yang adil, makmur, dan sejahtera dapat terwujut.

E. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Jati Diri Bangsa Indonesia
Menurut Widianto (2009:82) Berbagai problem mengusik kehidupan berbangsa dan bernegara yang kita
hadapi pada saat ini. Salah satunya yaitu adanya isu bahwa semakin banyak kebudayaan bangsa asing yang
masuk di Indonesia.
Dewasa ini kita dihadapkan kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu
1. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar belakang sosio-budaya
yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu
diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikatan-ikatan primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
2. Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. perubahan itu nampak terjadinya pergeseran
sistem nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi
yang bergeser dalam kelompok-kelompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan
antar anggota masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam
kehidupan kita sebagai bangsa.
3. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa pengaruh terhadap
intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari luar. Khusus dengan terjadinya kontak
budaya dengan kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya
berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang
menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendari sebagai
bangsa.

Menurut Moestopo (1983:23) Budaya asing yang masuk ke Indonesia tersebut tidak menutup
kemungkinan membawa dampak positif maupun negatif bagi bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut diantaranya
yaitu:
a. Pengaruh Positif
Memberi inspirasi bagi kita agar tidak tertinggal informasi tentang kecanggihan teknologi.
Menggunakan sebagai motivasi untuk hidup yang lebih baik dan maju.
Memberi semangat bagi kita untuk memperkenalkan dengan Negara asing bahwa kebudayaan
Indonesia yang beragam mampu bersaing dengan kebudayaan mereka.
b. Pengaruh Negatif
Etika atau cara berperilaku akan merubah seorang individu perilaku yang lama ke perilaku baru. Pada
awalnya individu etika yang lama sudah tidak sesuai dengan peilaku yang ada sehingga ia cenderung
merubah etikanya untuk menyesuaikan dengan yang baru. Padahal etika yang baru belum tentu sesuai
dengan norma yang berlaku pada kehidupannya.
Cara berpakaian oleh para remaja yang terkena dampak ini akan menyesuaikan cara berpakaiannya
dengan kebudayaan yang ia pelajari. Pada awalnya individu merasa tertarik untuk mencoba berpakaian
yang berbeda untuk mengikuti tren yang sedang marak namun lambat laun akan merubah gaya
berpakaian untuk seterusnya.
Adanya teknologi yang canggih menyebabkan hidup seesorang cenderung ke arah hedonisme dan
arogan.
Adanya teknologi yang dirasa lebih berguna sehingga mengesampingkan tenaga manusia. Padahal
sebelum mengenal teknologi, masyarakat Indonesia menghargai jasa manusia.

F. Kondisi Jati Diri Bangsa Indonesia Saat Ini
Menurut Habib (2011:01) kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini dapat kita kaji dan kita identifikasi
dengan melihat prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia pada umumnya yang tercermin pada tingkah laku
masyarakat Indonesia sehari-hari. Perilaku masyarakat Indonesia pada umumnya saat ini yaitu:
Banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak sesuai dengan butir-butir pancasila. Sebagai
contoh yaitu sekarang ini banyak generasi muda yang tidak bertaqwa kepada Tuhan YME. Kita lihat saja,
sekarang ini banyak pemuda-pemudi muslim yang tidak memegang teguh agamanya sesuai syariah Islam.
Contohnya banyak pemuda-pemudi yang sekarang ini menjalin cinta kasih dengan pasangan yang bukan
muhrimnya, dan tidak jarang hal tersebut sampai kepada prilaku yang sangat memalukan yaitu berhubungan sek
bebas dengan pasangan yang bukan muhrimnya. Tanpa disadari sekarang ini moral para pemuda bangsa
indonesia juga dijajah melalui beredarnya vidio-vidio porno diinternet yang dapat diakses dengan mudah
sehingga banyak diantara pemuda Indonesia yang melihat dan bahkan menirukan aksi dari video porno tersebut.
Selain itu,model-model pakaian para generasi muda saat ini kebanyakan telah meniru bangsa barat yang dikenal
modis dan trend masa kini. Mereka lebih bangga mengenakan pakaian-pakaian tersebut dari pada pakaian asli
budaya Indonesia. Padahal belum tentu model pakaian itu cocok dikenakan di indonesia. Model pakaian tersebut
nampak jelas terutama pada model pakaian cewek yang terlalu terbuka sehingga menimbulkan gairah lawan
jenisnya dan mengakibatkan sekarang ini tidak jarang kita temui kasus pemerkosaan di Indonesia ini. Selain
masalah penampilan, sekarang ini masalah akhlak pemuda di negara Indonesia juga kian memburuk. Faktanya
generasi muda saat ini banyak yang melampiaskan masalah-masalah yang sedang meraka hadapi seperti: ketika
putus dengan pacar, bertengkar dengan orang tua, merasa terasing dengan lingkungan teman, dan ketika
pusing dengan beban-beban tugas sekolah yang mereka anggap berat. Mereka mengatasi masalah-masalah
tersebut cenderung dengan jalan pintas. Seperti minum miunuman keras, menggunakn narkoba, pergi ke
tempat-tempat hiburan malam dan bahkan sampai ada yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sungguh
ini merupakan kerusakan moral dari jati diri bangsa yang begitu fatal. Selain moral dan gaya hidup, ketaqwaan
generasi muda bangsa indonesia yang mencermainkan sila pertama juga luntur seperti contoh nyatanya banyak
generasi muda muslim indonesia yang tidak bisa membaca Al-quan. Hal itu terjadi karena lemahnya sistem
pendidikan agama di negara ini. Padahal sebenarnya jika generasi muda mempunyai ketaqwaan yang tinggi pasti
tidak akan ada tindakaan tindakan yang melanggar hukum seperi korupsi, kolusi, pelecehan seksual, dan
tindakan menyimpang lain, karena mereka menganggap dirinya selalu di awasi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa
sehingga mereka takut dosa dan akan selalu berbuat baik.
Disamping fakta-fakta tentang sila pertama di atas, di paragraf saya akan mengemukakan fakta tentang
keadaan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang berhubungan dengan sila kedua sebagai jati diri bangsa
indonesia. Sekarang ini banyak diantara pemuda indonesia yang tidak memanusiakan manusia lain sebagai mana
mestinya. Maksutnya yaitu mereka tidak menganggap manusia berhakekat sebagai manusia yang mempunyai
hak dan kewajiban yang harus dihargai seperti dirinya. Segai contoh yaitu sekarang ini banyak kasus-kasus
perkelahian antar pelajar yang disertai daengan penyiksaan salah satu pihak yang kalah. Mereka menjadikan
pihak yang kalah itu sebagai bulan-bulanan dan dianggap sebagai boneka yang dapat dimain-mainkan dan
mereka siksa. Kasus lain yaitu adanya playboy dikalangan remaja Indonesia. Mereka menganggap wanita
sebagai mainan yang dapat di pergunakan sesuka hati untuk memuaskan nafsu birahinya dan apabila telah
bosan meraka buang sesuka hati tanpa menghargai wanita sebagai manusia yang punya hati dan persaan.
Dalam fakta lain yang terjadi dan lebih parah yaitu adanya pemerkosaan yang dilakuakan oleh para remaja
Indonesia. Mereka memperlakukan orang yang ia perkosa seperti mainan pemuas nafsu birahi tanpa mereka
anggap sebagai manusia yang mempunyai hak, dan perasaan sama seperti dirinya.
Lalu fakta-fakta lain yang terjadi dan mencerminkan terjadinya krisis jati diri pada generasi muda sesuai
sila ke-3 yaitu seperti memudarnya rasa persatuan dan kesatuan yang terjadi pada generasi penerus bangsa
Indonesia saat ini. Hal tersebut dapat kita lihat dari kasus-kasus bentrok antar pelajar atau mahasiswa, bentrok
antar seporter sepakbola, bentrok antar genk, dan lain sebagainya. Dari kasus diatas dapat kita ketahui bahwa
rasa persatuan kita sebagai warga negara indonesia sudah mulai luntur dan mudah dipengaruhi atau diprovokasi
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Keadaan seperti inilah yang menjadi bibit-bibit terjadinya konflik
yang lebih besar seperti konflik antar agama, ras, maupun suku. Selain itu fenomena-fenomena yang terjadi
yang mencerminkan tidak tertanamkannya rasa persatuan indonesia yaitu terjadinya perpecahan disetiap
kelompok sosial. Sebagai contoh dalam kelas sosiologi terdapat sub-sub kelompok kecil yang biasanya terjadi
konflik antar kelompok tersebut. Kelompok tersebut biasanya terbentuk karena adanya perasaan sederajat
(dalam hal ekonomi), kesukaan/hobi yang sama, pandangan hidup yang sama, bahkan juga bisa karena musuh
yang sama. Hal inilah yang sekarang ini mewabah pada generasi penerus bangsa yang cenderung membentuk
perpecahan.
Selanjutnya fakta ke-4 yaitu mengenai kepemimpinan yang demokratis. Maksutnya pemimpin di negara
kita ini harus bersifat demokratis baik dalam hal pemilihannya maupun ketika telah membuat
keputusan/kebijakan umum yang terkait dengan masyarakat karena kekuasaan tertinggi di negara kita ini
sebenarnya berada di tangan rakyat, dan para pemimpin hanya sebagai wakil/pelayan bagi rakyat untuk
mengatur dan mengambil kebijakan dalam negara demi tercapainya kemakmuran bersama. Sekarang ini
fenomena-fenomena pemimpin yang tidak demokratis sudah banyak terjadi pada generasi muda saat ini, dan
apabila hal itu dibiarka saja berlanjut maka kelak ketika mereka menjadi pemimpin bangsa ini, mereka akan
bertindak seperti apa yang mereka biasakan sejak dini. Contoh nyata yaitu ketua dalam kelas sosiologi misalnya.
Dia dalam mengambil kebijakan untuk urusan kelas seperti hendak mengadakan acara pentas seni dan lain
sebagainya, dia hanya mendiskusikan/memilih pengurus dalam acara tersebut secara sepihak. Dia hanya
berdiskusi dan menerima usulan dari teman-teman yang dekat/akrab dengan dia, sebenarnya untuk formalitas
dia telah mengadakan musyawarah namun usul dari teman-temannya yang kurang dekat dengan dia, pasti tidak
didengar apalagi dilaksanakan. Inilah contoh kecil saja yang biasanya kita rasakan pada kelompok-kelompok
kecil dikalangan remaja Indonesia saat ini.
Selanjutnya mengenai keadilan, banyak fakta-fakta mengenai ketidak adilan yang di lakukan oleh
generasi muda bangsa Inonesia saat ini. Tidak perlu jauh-jauh, saat ini dapat kita lihat pada kelompok belajar
kita saja sebagai faktanya. Dalam kelompok belajar PPKN misalnya, tugas PPKN membuat makalah secara
kelompok ketidak adilan selalu kita rasakan. Hal tersebut karena sebenarnya yang mengerjakan tugas kelompok
dari 8 anggota kelompok, hanya 3 orang saja dan yang lainnya tinggal nitip nama. Padahal ia menginginkan
mendapatkan nilai yang sama. Sungguh ini adalah contoh kecil yang berada pada kehidupan para pelajar sehari-
hari. Jika hal ini terus berlanjut dapat kia lihat kelak mereka akan seperti para anggota DPR yang ketika sidang
mereka ada yang tidur, bertelfon, dan bahkan ada yang menonton fideo porno. Padahal mereka menginginkan
upah/gaji yang sama dengan anggota yang melaksanakan musyawarah dengan baik. Sebenarnya hal ini terjadi
pada mulanya dimulai dari kasus-kasus kecil seperti diatas yang kemuadian berlanjut karena kebiasaan sampai
mereka bekerja pada nantinya.

Menurut Adib (2011:01) selain kasus diatas, secara global dapat kita lihat kerusakan jati diri bangsa
Indonesia saat ini yang berhubungan dengan aspek-aspek kenegaraan yaitu:
Pertama, fenomena besar krisis multidimensional yang menimpa masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia adalah suatu fakta yang signifikan hingga sampai saat ini.Memang telah dilakukan upaya dan
pendekatan untuk menyelesaikan krisis multidimensional yang mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Namun hasil dari upaya national recovery, terutama economic recovery belum cukup memadai
dan masih jauh dari harapan seluruh rakyat Indonesia.
Kedua, terdapat fenomena pengelolaan masyarakat, bangsa dan negara yang keliru atau salah, sehingga
bangsa dan negara Indonesia yang memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber dalam manusia (SDM) yang
besar, yang pada akhirnya kurang berhasil membawa masyarakat, bangsa dan negara mencapai tingkat
keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran yang memadai. Bahkan cenderung membawa sebagian rakyat
Indonesia hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan.
Ketiga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia sedang menghadapi masalah mendasar dalam memilih
peminpin-peminpin bangsa dan negara yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dan memiliki kualitas diri
yang tinggi, sehingga peminpin bangsa dan negara tidak mampu memperlihatkan kualitas diri sebagai
negarawan yang sejati. Atau tidak mampu memiliki jati diri yang berjiwa Pancasilais yang kokoh. Akibatnya
banyak pemimpin bangsa dan negara memiliki moral dan ahlak yang buruk atau busuk.
Keempat, persaingan dan perseteruan kekuasaan (power) telah kehilangan dasar-dasar moral dan akhlak,
sehingga dalam kehidupan politik muncul etika materialisme dan vulger yaitu menghalalkan segala cara atau
jalan untuk mencapai tujuan (kemenangan). Bahkan kondisi tersebut telah memperluas iklim KKN dan praktik
money politics, yang dapat merugikan semua pihak termasuk bangsa dan negara.
Kelima, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung kehilangan semangat kemandirian dan
harga dirinya sebagai dampak ketergantungan dengan bangsa dan negara asing, yang pada akhirnya melahirkan
imperialisme gaya baru.
Keenam, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung terjebak ke dalam pertarungan luas
antara budaya modern-materialistik yang datang dari luar (Barat) dengan budaya tradisional dan konservatif
yang hidup di masyarakat Indonesia, sehingga melahirkan kehidupan bangsa dan negara yang paradoks dan
permisif terhadap gaya hidup materialistik, individualistik, liberalistik, hedonistik, dan vulgeristik
Ketujuh, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung tidak bersikap tegas, lugas, dan tidak
memiliki komitmen kuat dalam penegakan hukum, sehingga telah terjadi kerusakan lingkungan hidup dan
kondisi SDA, serta munculnya kerugian-kerugian lain yang lebih parah.
Kedelapan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia belum siap melakukan transformasi sosial sehingga
belum mampu membangun masyarakat Indonesia modern yang lebih rasional, terbuka, dan menghargai nilai
Ipteks, yang pada akhirnya sulit untuk melaksanakan rule of law.
Kesembilan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan belum memiliki komitmen yang
kuat untuk membangun kehidupan berdemokrasi yang berkualitas melalui pemilu. Dan, belum memiliki
komitmen dalam membangun pola-pola kehidupan masyarakat sipil (civil society) yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, sehingga pembangunan demokrasi masih diwarnai dengan tindak kekerasan dan konflik sosial
yang berkepanjangan
Kesepuluh, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan belum memiliki tanggung jawab
bersama yang kuat dalam menciptakan ketertiban dan keamanan nasional, regional dan lokal, sehingga tindak
kekerasan dan bahkan tindak kriminalitas menjadi fenomena yang luas dan signifikan
Kesebelas, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan mengalami krisis jatidiri yang
cukup parah, sehingga menimbulkan krisis moral dan akhlak yang sangat luas, sehingga memberi peluang
berkembangnya perilaku KKN yang tercela. KKN tidak akan dapat diberantas bilamana kualitas moral dan akhlak
itu rendah.
Dari uraian kasus dan fakta diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Jati Diri Bangsa Indonesia saat ini
sedang mengelami krisis. Hal itu dapat kita lihat dari Ideologi Pancasila sebagai salah satu ciri khas bangsa
Indonesia yang merupakan lndasan dalam bertindak dan berperilaku sebagai masyarakat Indonesia, sudah tidak
dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat Indonesia sebagai kepribadiannya.

G. Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia
Menurut Habib (2011:01) cara efektif yang bisa digunakan untuk membangun dan mengembalikan jati
diri bangsa Indonesia serta menekan pengaruh buruk pihak lain baik yang berasal dari luar maupun dari dalam
yang mengikis jati diri bangsa Indonesia yaitu yang pertama dimulai dari diri kita sendiri. Hal itu dapat dilakukan
dengan membiasakan diri dari sekarang untuk bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila sebagai jati diri kita. Seperti harus bertakwa kepada Tuhan YME, maksutnya kita harus selalu
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dari sila pertama ini saja sebanarnya jika diterapkan
dengan baik bangsa Indonesia ini pasti akan menjadi bangsa yang damai, tentram, aman, adil, dan sejahtera.
Sebab masyarakat Indonesia akan takut terhadap dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku.
Dalam kaitannya dengan sila pertama ada nilai-nilai yang harus kita kembangkan pada diri kita yaitu:
Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama
dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi
atas Ideologi Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan
ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideologi beragama. Sebab
Ideologi Pancasila adalah ideologi beragama.
Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan
ataupun diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat
istiadat.
Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita merendahkan umat yang
berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan
aturan agama yang dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih
moralitas.
Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur nilai
moralitas bangsa Indonesia. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengajarkan permusuhan.
Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu.
Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur benar salah dan
moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama. kalaupun penggunaan
dasar agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan
berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas.
Selain itu kita harus bersikap adil dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Maksutnya kita harus
memenusiakan orang lain tanpa pandang bulu dan bersikap adil kepada siapa saja yaitu kita tidak boleh
sewenang-wenang memperlakukan orang yang lemah kemudian tunduk patuh terhadap orang yang mempunyai
kekuasaan tinggi dan mempunyai uang banyak. Sebab apabila hal ini terjadi dapat menjadiakn keadilan bangsa
kita ini menjadi lemah, karena hukum hanya bersifat tajam bagi masyarakat yang kedudukannya rendah
sementara bagi kalangan atas hukum sangat tumpul dan bahkan bisa dibeli dengan uang. Sehingga nilai
keadilan sosial harus dikembangkan dan ditegakkan di semua kalangan terutama pada kehidupan kita sehari-
hari.
Kemudian kia juga harus selalu bersatu sebagai negara kesauan republik Indonesia, walaupun
sebenarnya kita mempunyai kebudayaan, agama, ras, dsb yang beranekaraga, namun dari keberanekaragaman
tersebut sebenarnya kalau disatukan dalam satu wadah besar (NKRI) bisa menjadi kekayaan besar yang saling
melengkapi dan memajukan bangsa Indonesia. Sehingga kita tidak perlu mempersoalkan kebinekaan tersebut
apalagi terlalu fanatik dan ingin menghancurkan satu sama lain, hal inilah yang dapat melemahkan persatuan
Indonesia dan memudahkan bangsa Indonesia untuk dihancurkan. Sehingga kita harus mengikis sikap
primordialisme yang berlebihan terhadap budaya lokal agar kasus-kasus pertikaian antar suku, agama, dsb dapat
ditekan bahkan dihilangkan dari NKRI. Selanjutnya kita juga harus ikut menjaga dan melestarikan keutuhan
NKRI dan jangan berusaha melepaskan diri dari wilayah NKRI yang terbentang luas dari Sabang sampai
Merauke.
Lalu kita juga harus menanamkan sikap demokrasi yang tingi, yaitu apabila kita menjadi seorang
pemimpin di negara Indonesia ini kita harus sadar bahwa kita ini sebenarnya sebagai wakil rakyat untuk
mengatur dan mengambil kebijakan dalam rangka memajukan dan mensejahterakan bengsa Indonesia. Bukan
sebaliknya, sebagai pemimpin hanya untuk mencari harta sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi. Ingat
negara Indonesia sebagai negara demokrasi dengan pemerintahan tertinggi dipegang oleh rakyat, jadi sebagai
seorang pemimpin sebanarnya merupakan pelayan dan wakil untuk rakyat. Banyak kasus-kasus korupsi di
negara ini karena mensalahartikan kekuasaannya sebagai ajang untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Hal
inilah yang membuat perekonomian negara Indonesia ini semakin mempuruk. Kemudian dalam pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin kita juga harus memusyawarahkannya dengan demokratis dan tidak
mengambil keputusan secara sepihak yang menguntungkan kelompok tertentu. Dan yang tidak kalah pentingnya
dalam pemilihan waklil rakyat sikap adil dan demokratis harus benar-benar kita junjung tinggi. Kita harus
menghindari kasus suap-menyuap, agar negara kita ini benar-benar menjadi negara yang demokratis sesuai
dengan nilai yang terkandung dalam panca sila sebagai kepribadian yang harus kita miliki.
Selanjutnya kita juga harus menjunjung tinggi nilai keadilan tanpa pandang bulu dan di segala sektor
bagi seluruh warga negara Indonesia. Jika ke-5 sila tersebut sudah tertanam kuat pada diri sendiri selanjutnya
kita harus mengajak orang-orang yang ada di sekitar kita. Semisal dengan mengajar nilai-nilai Pancasila di
sekolah melalui mata pelajaran PPKN kepada peserta didik kita, agar mereka menanamkan nilai pancasila dalam
kepribadiannya, Sebagai orang tua kita mendidik dan menanamkan nilai pancasila pada anak kita agar nilai
Pancasila menjadi kepribadian yang melekat baik pada anak kita. Mengajak teman-teman disekitar kita agar
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, dan menasetinya/menegur apabila
teman-teman kita berperilaku bertentangan dengan Pancasila.
Agar masyarakat Indonesia mampu menjalankan nilai-nilai pancasila dengan baik, cara efektif yang dapat
dilakukan yaitu dengan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan YME. Karena dengan ketakwaan dan keyakinan
yang tingi, masyarakat akan mempunyai rasa takut terhadap dosa sehingga mereka akan enggan berbuat salah.
Kasus-kasus seperti: korupsi, kolusi, penipuan, pencurian, pembunuhan, pelecehan seksual, dsb. Pasti tidak akan
terjadi. Namun jika primordialisme terhadap agama yang dianut terlalu tinggi maka akan mengakibatkan
perpecahan. Hal ini dapat diatasi dengan menenemkan sikap toleransi melalui pendidikan di sekolah umum.
Maka dari itu, sebaikya pemerintah mewajibkan para generasi penerus bangsa untuk mendapatkan program
wajib belajar selain sekolah umum juga sekolah keagamaam seperti madrasah/pondok pesantren bagi yang
muslim. Sehingga untuk meningkatkan ketakwaan agar tidak perprilaku menyimpang yaitu melalui program
pendidikan Agama. Selanjutnya untuk mendapatkan pendidikan mengenai cara hidup berkemajemukan
(bertoleransi) serta untuk meningkatkan keahlian/ketrampilan khusus, melalui sekolah umum.
Secara otomatis apabila kita telah menanamkan kuat jati diri bangsa Indonesia pada diri kita melalui
cara-cara diatas, kita akan mempunyai filter dengan sendirinya untuk memilih dan memilah pengaruh
kebudayaan lain yang masuk ke negara kita. Yang baik kita pakai dan yang buruk atau tidak sesuai dengan jati
diri bangsa Indonesia, kita tinggalkan. Kemudian pengaruh kebudayaan lokal juga dapat kita saring melalui
pendidikan kewarganegaraan di sekolah umum serta kita juga harus berusaha mengikis primordialisme yang
berlebihan pada diri kita.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau
sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Ciri khas tersebut
dapat kita lihat dari perilaku masyarakat Indonesia sehari-hari secara umum dan juga kebudayaan serta atribut-
atribut khas yang dimiliki bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya dan merupakan
harapan bangsa yaitu pribadi masyarakat Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Jati diri bangsa Indonesia tersebut dapat tercemari oleh kebudayaan lain melalui globalisasi apabila
kita tidak dapat menjaga dan melestarikannya dengan baik. Sekarang ini jati diri bangsa Indonesia sedang
mengalami krisis, hal tersebut dapat kita lihat dari prilaku masyarakat secara umum yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Cara efektif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia yaitu
yang pertama dimulai dari merubah sikap dan perilaku diri kita sendiri agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Kemudian kita juga harus mengajak dan mempengaruhi orang-orang yang ada di sekitar kita agar mengikuti kita
dalam menanamkan nilai pancasila sebagai kepribadian bangsa. Untuk membangun jati diri bangsa Indonesia
peran yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu harus menggalakkan pendidikan agama dan pendidikan umum
pada generasi penerus bangsa.
B. Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang menginginkan perubahan kearah yang lebih baik bagi bangsa
Indonesia, kita harus memulai perubahan itu dari hal kecil dalam diri kita sendiri. Perilaku/kepribadin yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila harus kita kikis. Sementara itu, kita harus memupuk dan mengembangkan
nilai-nilai Pancasila pada diri kita. Selanjutnya kita juga harus menularkannya pada orang-orang disekitar kita,
agar kepribadian bangsa Indonesia sebagai Identitas Nasional dapat sesuai dengan Pancasila. Sehingga harapan
bangsa sebagai bangsa yang aman, adil, makmur, sentosa, sejahtera, dan makmur dapat terwujut, demi
kebahagiaan seluruh masyarakat Indonesia.




REFERENSI

Mustopo, Habib. (1983). Manusia dan Budaya. Kumpulan Essay.Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha
Nasional
Widianto, Bambang. (2009). Perspektif Budaya: Kumpulan Tulisan Koentjaraningrat. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Kaelan dan Zubaidi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi pertama
http://kibaw90.wordpress.com/2010/03/29/identitas-nasional-indonesia/
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/jatidiri-bangsa-indonesia/
http://ideologipancasila.wordpress.com/2007/07/02/bedah-butir-pada-pancasila-sila-pertama/
http://ideologipancasila.wordpress.com/butir-pancasila/
http://hadahabib.blogspt.com/2011/11/esay-jati-diri-generasi-muda-indonesia.html
http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/identitas-nasional.html



http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-42607-Makalah-
Cara%20Mengembalikan%20Jati%20Diri%20Bangsa%20Indonesia.html

Stabilitas Pascapilpres
Published Juli 17, 2014 Artikel Pengamat Ditutup
Tag:Firmanzah, Stabilitas Pascapilpres
Oleh Firmanzah
Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 telah kita lalui. Seluruh
masyarakat Indonesia yang terdaftar sebagai pemilih telah menggunakan hak
politiknya untuk menentukan kepemimpinan nasional lima tahun ke depan.
Pilpres untuk periode 2014- 2019 berjalan kondusif, damai, dan penuh
kesejukan.
Ini juga menjadi salah satu barometer semakin matangnya demokrasi
Indonesia. Kematangan dan kualitas demokrasi telah ditunjukkan Indonesia
dalam setidaknya empat periode pemilu yaitu 1999, 2004, 2009, dan 2014.
Kesuksesan demokrasi ini sumbangsih dari seluruh pihak yang telah bekerja dan
partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Apresiasi sebesar-besarnya perlu
diatributkan kepada Komisi PemilihanUmum(KPU), Bawaslu, DKPP, TNI-Polri,
partai-partai politik, dan seluruh rakyat Indonesia yang telah mengawal proses
berdemokrasi Indonesia hingga saat ini.
Yang tidak kalah pentingnya adalah kematangan dari masing-masing kandidat
capres-cawapres yang menunjukkan sisi kenegarawanan dengan komitmen yang
besar dalam mengawal stabilitas serta mengedepankan asas persatuan. Ini
modal besar bangsa ini karena siapa pun yang nanti memenangkan pilpres telah
menunjukkan kualitas dan karakter kepemimpinannya. Komitmen kedua
kandidat caprescawapres untuk mengawal pilpres sejak masa kampanye hingga
pemungutan suara menjadi bukti mesin demokrasi kita telah memproduksi
pemimpinpemimpin yang berkualitas.
Suasana kondusif dan stabilitas yang sedemikian perlu untuk terus kita jaga
hingga rekapitulasi perhitungan suara di tingkat KPU selesai. Mari kita jaga
kondisi ini dan percayakan KPU untuk merampungkan tugasnya hingga
pengumuman pada 22 Juli 2014. Stabilitas sepanjang proses perhitungan
perolehan suara dari tingkat PPS, PPK, KPU kabupaten/ kota, dan KPU provinsi,
sehingga sampai akhir rekapitulasi nasional merupakan komitmen nasional yang
perlu terus dikedepankan. Jika pun ada perselisihan pada perhitungan
perolehansuara, KPUjugamemberikan ruang yang cukup bagi para kandidat
untuk mengajukan penyelesaian perselisihan tersebut ke Mahkamah Konstitusi.
KPU telah menetapkan jadwal perhitungan perolehan suara mulai perhitungan
tingkat desa/ kelurahan 10-12 Juli, rekapitulasi di tingkat kecamatan 13-15 Juli,
rekapitulasi tingkat kabupaten/ kota 16-17 Juli, rekapitulasi provinsi 18-19 Juli,
dan rekapitulasi nasional 20-22 Juli. Setelah pengumuman pada 22 Juli 2014,
diberikan waktu 3 x 24 jam untuk kandidat yang ingin mengajukan perselisihan
hasil perhitungan ke MK. Selanjutnya MK akan bekerja maksimal dalam 14 hari
kerja pascapendaftaran gugatan (maksimal 12 Agustus 2014) untuk
memberikan putusan atas pengajuan perselisihan perhitungan hasil pilpres.
Kesinambungan penyelenggaraan pilpres yang damai, kondusif, dan menjunjung
tinggi persatuan-kesatuan bangsa merupakan pijakan bagi dua kandidat capres-
cawapres, para tim sukses, simpatisan, dan seluruh masyarakat Indonesia.
Siapa pun yang akhirnya terpilih sebagai presiden dan wakil presiden 2014-2019
harus kita dukung bersama demi melanjutkan pembangunan nasional. Di tengah
masa penghitungan suara yang dilakukan KPU, kita semua berharap masing-
masing pihak mampu menjaga diri dan saling menghormati agar proses
rekonsiliasi nasional pascapenetapan presiden dan wakil presiden secara sah
dapat dilakukan dengan baik.
Agenda pembangunan nasional masih menyisakan sejumlah tantangan, baik
yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Pada 2015 kita akan
memasuki babak Masyarakat EkonomiASEANyangmemerlukan perhatian serius
mengingat waktu yang tersisa relatif singkat pasca penyelenggaraan pilpres.
Presiden dan wakil presiden yang dilantik pada 20 Oktober 2014 perlu
mengoptimalkan kerja dua bulan sebelum memasuki 2015. Ini bukan hal
mudah. Konsolidasi dan koordinasi lintas sektor perlu dipacu di samping
mengawal percepatan infrastruktur sehingga Indonesia bisa mengambil manfaat
positif dari era komunitas ASEAN.
Era baru masyarakat ASEAN ini juga memicu ketatnya persaingan antarkawasan
pada masa mendatang. Tantangan lain terkait menjaga kedisiplinan fiskal.
Pengelolaan fiskal memerlukan kehati- hatian dan kedisiplinan tinggi saat
ekonomi dunia masih menyisakan ketidakpastian. Presiden dan wakil presiden
terpilih nanti bertanggung jawab dan berkewajiban menjaga kesinambungan
fiskal sehingga ekonomi nasional dapat terus tumbuh berkualitas. Pengalokasian
dan penggunaan anggaran secara efisien, tepat guna, dan tepat manfaat.
Pada saat yang bersamaan, reformasi birokrasi perlu dipercepat untuk
memangkas ekonomi biaya tinggi yang selama ini banyak membelenggu daya
saing nasional. Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan menjadi salah satu
potret reformasi birokrasi yang perlu terus ditingkatkan untuk mendorong
kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang optimal. Sinkronisasi regulasi lintas
sektoral yang masih menjadi kendala bagi pembangunan sektoral. Begitu pula
pelayanan terpadu satu pintu perlu untuk terus didorong sebagai moda bagi
proses penyederhanaan regulasi. Industrialisasi dan hilirisasi perlu ditempatkan
sebagai salah satu mesin pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi
berbasis nilai tambah.
Di samping tantangan ekonomi tersebut, kita juga masih menghadapi persoalan
pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan upaya perluasan pasar lapangan
kerja. Dengan begitu, banyak pekerjaan yang menanti di depan mata,
sinkronisasi energi dan kecepatan merespons menjadi sangat dibutuhkan
pascapilpres. Kita tentu tidak ingin menghabiskan energi terlalu banyak di
kontestasi politik penyelenggaraan Pilpres 2014. Kita masih membutuhkan
energi yang besar menghadapi tahun-tahun mendatang. Sejumlah agenda
pembangunan nasional menanti siapa pun presiden dan wakil presiden yang
terpilih nanti.
Penuntasan agenda pembangunan nasional yang telah berjalan dalam satu
dekade ini menjadi harapan seluruh lapisan masyarakat Indonesia saat ini.
Kontestasi politik dan kepentingan politik perlu kita dudukkan secara
proporsional dengan meniadakan dendam politik pascapilpres. Ini sangat penting
untuk memastikan penuntasan agenda pembangunan nasional kita. (Sumber:
Koran Sindo, 14 Juli 2014)
Tentang penulis:
Prof Firmanzah PhD, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan

http://gagasanhukum.wordpress.com/2014/07/17/stabilitas-pascapilpres/


Wow.. Jatim Pemilu Ulang (Ter.. Laa..Luuu)

nasional.kompas.com
Tim Prabowo Hatta Desak Pemilu Ulang di Jatim
sekiranya sudah kalah,terima saja kekalahan itu dengan jiwa besar, jangan
membesarkan masalah sehingga menjadi berkelanjutan!! rasanya sungguh terlalu jika
satu provinsi dilakukan pemilu ulang.. padahal sekalian saja seluruh indonesia (tapi lima
tahun nanti yach.. hehe)
mustahil satu propinsi bisa melakukan kecurangan serempak, lebih baik jangan mimpi di
siang bolong! lempar batu sembunyi tangan , ambil yang nyata saja jika madura
dilakukan pencoblosan ulang pasti kita semua akan setuju 100 persen..
kekalahan jawa timur dikarenakan mulut fahri hamzah yang seenaknya berkata sinting
terhadap santri dan jokowi.. seharusnya yang patut dipersalahkan prabowo-hatta ialah
kubu PKS!! jika perlu fahri hamzah dilempar oleh asbak/hp ..
keluarga besar NU sangat menjaga tata krama bahasa dan perbuatan , sehingga sangat
tidak berkenan dengan ucapan politisi yang sangat tajam dalam menyerang!! apalagi
fahri hamzah sangat tidak mau meminta maaf atas kelakuan nya.. malah mengeluarkan
sikap angkuh dan sombong
jadikan kekalahan di pilpres 2014 ini sebagai pembelajaran, jika melakukan kampanye
jangan melakukan isu SARA yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan
bangsa!! sangat wajib kita sebagai bangsa besar menjunjung tinggi nilai-nilai budaya
dan adat timur
mayoritas rakyat indonesia sudah sangat cerdas dalam menilai politik.. sehingga tidak
mudah di provokasi dan termakan propaganda. apalagi warga nahdiyin sangat cinta
damai dan toleransi terhadap siapapun!! NU merupakan pilar penting dalam
membangun bangsa dan negara dari semenjak perjuangan sampai sekarang, sehingga
lebih mengutamakan keselamatan indonesia daripada mengikuti ambisi sebagian
kelompok/golongan..
sekarang yang paling penting seluruh rakyat indonesia harus kembali bersatu pasca 22
juli 2014, seluruh elit politik pun harus mau melakukan rekonsiliasi nasional!! terimalah
dengan sikap ksatria apa yang telah diputuskan mayoritas rakyat
http://politik.kompasiana.com/2014/07/16/wow-jatim-pemilu-ulang-ter-laaluuu-674508.html

Anda mungkin juga menyukai