Anda di halaman 1dari 10

UAS MATA KULIAH SEJARAH KETATANEGARAAN

“ SEJARAH KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA “

Disusun oleh :

KHALID KAHFI
A 311 19 083
KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
A. IDENTITAS BUKU

1. Judul Buku : Sejarah Ketatanegaraan Repubik Indonesia


2. Penulis : Dr. Aman, M.pd dan Muhammad Fendi Aditya, M.pd
3. Penerbit : Penerbit Ombak
4. Tempat Terbit : Yogyakarta
5. Tahun Terbit : 2019
6. Jumlah Halaman : 198 halaman
7. ISBN : 978-602-258-547-3

B. ISI REVIEW BUKU


Buku ini membuat kita lebih mengenal apa yang namanya ketatanegaraan itu dan juga
sejarah ketatanegaraan itu sendiri. Dan apa saja yang menjadi hal-hal yang perlu diketahui
dan penting dalam ketatanegaraan dan juga Sejarah ketatanegaraan. Ketatanegaraan sendiri
merupakan segala sesuatu mengenai tata negara. Menurut hukumnya tata negara adalah suatu
kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas
negara dan pemerintahan serta hak dan kewajiban para warga terhadap pemerintah atau
sebaliknya.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia. Tata negara adalah seperangkat
prinsip dasar yang mencakup peraturan susunan pemerintahan, bentuk negara dan
sebagaianya yang menjadi dasar peraturan suatu negara. Dan untuk pembahasan tentang
Sejarah Ketatanegaraan baik mikro ataupun makro berarti masuk ke kawasan politik. Dalam
Mempelajari sejarah ketatanegaraan menurut buku ini seseorang harus mengkaji terlebih
dahulu wilayah politik. Wilayah politik itu sendiri dapat dikaji dari empat segi yaitu sejarah
politik, sosiologi politik, antropologi politik dan ilmu politik.
Dalam Bab pertama dibuku ini penulis membahas hal yang paling tak terpisahkan
dari sebuah Ketatanegaraan yaitu Negara. Secara epistimologis, konsep “negara” muncul dari
terjemahan bahasa asing Staat (Jerman dan Belanda) dan state (Bahasa Inggris). Dua konsep
itu, baik staat maupun state berakar dari bahasa latin, yaitu statum atau status, yang berarti
menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan. Kata status juga
dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukan sifat atau keadaan tegak dan tetap.
Dapat disimpulkan bahwa negara merupakan suatu organisasi yang di dalamnya harus
ada rakyat, wilayah yang permanen, dan pemerintahan yang berdaulat (baik ke dalam
maupun ke luar). Dalam konsep negara sebagai organisasi kekuasaan, di dalam negara
terdapat suatu mekanisme atau tata hubungan kerja yang mengatur suatu kelompok
manusia/rakyat agar berdaulat atau bersikap sesuai dengan kehendak negara. Untuk dapat
mengatur rakyatnya, maka negara diberi kekuasaan (authority) yang dapat memaksa seluruh
anggotanya untuk mematuhi segala peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh
negara Untuk menghindari adanya kekuasaan yang sewenang-wenang, di sisi Lain negara
juga menetapkan dalam kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan, organisasi
maupun oleh negara itu sendiri.
Konsep negara sebagai organisasi kekuasaan dipelopori oleh J.H.H. Logemaan dalam
buku Over De Theorie van Een Stelling Staadrecht, yakni bahwa keberadaan negara
bertujuan untuk menyelenggarakan dan mengatur masyarakat yang dilengkapi dengan
kekuasaan tertinggi. Definisi itu menempatkan negara sebagai organisasi kekuasaan
(Budiyanto 1997). Terminologi seperti itu kemudian diikuti oleh Harold J. Laski, Max
Weber, dan Leon Duguit. Dalam konsepsi itu, Kansil (1978) menyatakan bahwa negara
adalah suatu organisasi kekuasaan dari manusia-manusia (masyarakat) dan merupakan alat
yang akan dipergunakan untuk mencapai tujuan bersama.Dalam pengertian luas, negara
merupakan kesatuan sosial yang diatur secara konstitusional untuk mewujudkan kepentingan
bersama.
Dalam bab ini penulis bukan hanya membahas tentang apa itu negara. Melainkan
penulis juga menjelaskan proses terjadinya negara, tujuan serta fungsi dari negara tersebut.
Dalam Proses terjadinya suatu negara penulis berpendapat bahwasanya suatu negara tidak
serta merta muncul, tetapi ada latar belakang pendorongnya. Mengenai terjadinya negara ada
4 teori yaitu, Teori Kenyataan, Teori Ketuhanan, Teori Perjanjian, serta Teori Penaklukkan.
Secara teoritis, suatu negara dianggap ada apabila telah dipenuhi ketiga unsur negara
yaitu: pemerintahan yang berdaulat, bangsa, dan wilayah.
Penulis juga membahas tentang tujuan dan fungsi dari negara itu sendiri. Untuk
tujuannya, sebuah negara bertujuan untuk penguasaan suatu tanah. Cara pandang demokrasi
modern semenjak masa Rousseau, tujuan bernegara adalah persamaan dan kebebasan (man
are born free and equal). Gagasan ini bahkan menjadi mitos di Eropa dengan nuansa
penekanan yang berbeda-beda. Misalnya di Eropa Barat orang mengutamakan kebebasannya,
sedangkan persamaannya cukup dalam hukum, sedangkan di Eropa Timur (menurut Eropa
Barat) yang diutamakan persamaan materinya, sedangkan kebebasannya dinomorduakan.
Mitos persamaan dan kebebasan ini kemudian diluangkan ke dalam konsep negara hukum
yang demokratis dengan pelbagai variasinya sehingga oleh Cari Schmitt disimpulkan bahwa
Ide al Begrif derverfassung atau pengertian ideal di dalam konstitusi adalah Demokratischen
Rechtsstaat. Mitos ini pernah diterapkan pula di dalam konstitusi RIS dan UUD S 1950
dengan rumusan negara hukum yang demokratis. Di negara-negara Anglo Saxon kita kenal
konsep Rule of Low and not of men, sedangkan negara-negara Eropa Timur cenderung pada
konsep Socialist Legality.
Sedangkan tujuan bernegara Indonesia yang Sesungguhnya merupakan konsep yang
lebih tua dari negara hukum (modem), bahwa konsep negara bertujuan untuk memenuhi
kepentingan umum atau res publica. Ini dibakukan dalam konsep negara Republik sehingga
asumsinya setiap negara yang berbentuk Republik, adalah untuk kepentingan umum dan
bukan untuk kepentingan dinasti (monarchie) atau untuk kepentingan golongan (aristokrasi).
Dalam bab ketiga penulis membahas tentang konsep negara dalam masyarakat
primitif. Dalam bab ini penulis mengambil sebuah pendapat dari buku yang berjudul
Antropologi sosial: sebuah pengantar, karangan Huizinga. Yang mambahas bentuk-bentuk
negara yang primitif. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa bentuk yang paling umum dari
sistem politik diantara masyarakat-masyarakat yang dipelajari oleh ahli antropologi ternyata
masyarakat tersebut sudah dapat dinamakan state. meskipun masyarakat tersebut tergolong
primitif yang tinggal secara terisolasi di pedalaman. Masyarakat kesukuan atau primitif ini
oleh ahli antropologi dinamakan tribe. Dari pendekatan antropologi sosial dan politik tribe
sudah mempunyai sistem politik. Masyarakat kesukuan berdasarkan kajian antropologi
mempunyai ciri-ciri: (l) jumlah penduduk biasanya sedikit dibandingkan dengan masyarakat
modern ini, hanya ada beberapa keluarga yang mendiami wilayah-wilayah kesukuan. (2)
masyarakat kesukuan sangat bergantung pada alam, bahkan masyarakat tersebut mengisolasi
di alam.
Perkembangan negara dilihat dari keanekaragaman perkembangan masyarakat
kesukuan tribe communities dan feudal society, tampaknya agak sulit untuk menarik suatu
hubungan linear bahwa masyarakat feodal merupakan perkembangan dari "tribe
communities'. Dalam kenyataanya, ada “trihe commumties” yang selamanya menjadi
komunitas kesukuan. Tetapi di beberapa masyarakat di dunia, masyarakat kesukuan
Berkembang menjadi masyarakat kerajaan, misalnya masyarakat kesukuan di Benua Afrika.
Di Indonesia, pengertian masyarakat kerajaan bukan merupakan perkembangan langsung dari
masyarakat kesukuan, misalnya pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan di Jawa
Tengah dan bergeser ke Jawa Timur, tidak dapat disebut sebagai perkembangan masyarakat
kesukuan. Hingga saat ini keragaman suku di Papua, meskipun dalam era modem, tidak
membentuk masyarakat kerajaan. Berpuluh-puluh suku di Papua, dengan bahasa lokalnya
yang berbeda-beda tetap menjadi masyarakat kesukuan dengan ciri-cirinya berburu, beternak,
dan sebagian ada yang berpindah-pindah.
Dan pada bab ke empat penulis membahas tentang Nasionalisme Indonesia.
Nasionalisme merupakan suatu paham kebangsaan, nasionalisme merupakan “ruh” sosial-
kultur untuk membentuk dan memperkokoh identitas nasional sebagai jati diri bangsa yang
telah memiliki martabat kemerdekaan. Nasionalisme sebagai gejala historis memiliki peranan
urgent pada abad ke-20 dalam proses nation formatian negara-negara nasional modern di
Asia dan Afrika. Ideologi kolektif nasionalisme tersebut memiliki fungsi teleologis serta
memberi orientasi bagi suatu masyrakat sehingga terbentuk solidaritas yang menjadi
landasan bagi proses pengintegrasian nya sebagai nasion atau komunitas politik.
Pada bab selanjutnya yaitu bab ke V, VI, VII, VIII, IX, X, XI dan XII, penulis lebih
fokus pada pembahasan tentang perkembangan dan perubahan ketatanegaraan yang terjadi di
Indonesia. yang dimulai dari penguasaan Belanda dengan VOC dan Inggris dengan EIC yang
terus bersiang untuk mendapatkan dominasi dikawasan Asia Selatan. Pada awalnya belanda
lah yang berkuasa atas wilayah nusantara namun karena politik yang berkembang di Eropa
memaksa belanda untuk menyerahkan kekuasaan belanda di nusantara kepada Inggris. Dan
dalam pendudukan Inggris di nusantara, Inggris menugaskan kepada Si Thomas Stamford
Raffles sebagai penguasa tunggal di Indonesia. Selama pemerintahannya, Raffles banyak
melakukan pembaharuan yang bersifat liberal di Indonesia. Pembaharuan yang dilakukan
Rafflesdi Inddonesia secara teoritis mirip dengan pemikiran Dirk van Hogendorppada tahun
1799. Inti dari pemikiran kedua orang tersebut adalah kebebasan berusaha bagi setiap orang,
dan pemahaman dan pemerintah hanya berhak menarik pajak tanah dari penggarapta.
Pemerintahan dijalanknan untuk mencapai kesejahteraan umum, dan kesadaran baru waktu
baru bahwa baik serikat dagang, terlebih kekuasaan negara tidak mungkin bertahan hidup
dengan memeras masyarakat. Setelah pembahasan tentang Belanda penulis kemudian
membahas tentang indonesia pada masa pemerintahan jepang. Pada masa pemerintahan
jepang struktur ketatanegaraan hampir sama strukturnya dengan masa pemerintahan belanda.
Dan sistem yang dilaksanakan adalah sentralistik dan militeristik. Dan pada bab VII
membahas pada terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan pada bab
VIII membahas tentang ketatanegaraan Indonesia pada tahun 1945-1949. Pada periode ini,
yang menjadi konstitusi negara adalah undang-undang dasar 1945. Bentuk negara Indonesia
adalah negara kesatuan. Dengan tujuan untuk mempersatukan wilayah negara yang dijajah
oleh Belanda dengan cara menyatukannya.
Pada bab IX membahas tentang Republik Indonesia Serikat. Yaitu perubahan dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat. Republik
Indonesia Serikat adalah suatu negara federasi yang berdiri dari tanggal 27 Desember 1949
sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam konferensi Meja Bundar. Kemudian pada bab X
yaitu pembahasan tentang pelaksanaan Demokrasi liberal yang dilaksanakan sesuai konstitusi
yang berlaku saat itu, yakni Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Demokrasi Liberal
adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu. Secara konstitusional, ini dapat
diartikan sebagai hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Demokrasi liberal dimulai
tahun 1950 sampai dengan 1959 merupakan masa berkiprahnya partai-partai politik. Dua
partai terkuat pada saat itu (PNI&Masyumi) silih berganti memimpin kabinet, sering
bergantinya kabinet menimbulkan ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
keamanan. Adapun ciri-ciri Demokrasi Liberal yaitu :

 Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.


 Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
 Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR
 Perdana Menteri diangkat oleh Presiden

Dalam bab XI membahas tentang pemilihan Umum. Pemilihan umum adalah


merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka keikutsertaan rakyat
dalam penyelenggaraan pemerintah negara. Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999
tentang tentang Pemilihan Umum. Pemilihan Umum pertama kali dilaksanakan pada tahun
1955 dan bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante.
Dalam bab XII membahas tentang Dekret Presiden pada saat itu yaitu Ir. Soekarno
yang mengeluarkan sebuah Dekret dikarenakan Badan Konstituante belum menghasilkan
sebuah Undang-Undang Dasar setelah bersidang selama 2,5 tahun. Maka Ir. Soekarno
mengerluarkan sebuah Dekret yang berisi sebagai berikut :
1. Dibubarkannya Konstituante.
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS
Berlakunya kembali UUD 1945 melalui Dekret Presiden 5 Juli 1959, ternyata
diterima baik oleh rakyat Indonesia, bahkan DPR secara aklamasi menyatakan diri bersedia
untuk bekerja atas dasar UUD 1945.
Dalam bab XIII membahas tentang runtuhnya orde lama dan dimulainya orde baru.
Kemudian orde baru mulai memperbaiki kekuasaan demokrasi terpimpin yang dilakukan
orde lama. Dan akhirnya pada tahun 1998 orde lama pun digulingkan oleh rakyat.
Dalam bab XIV membahas tentang eksistensi partai politik dalam ketatanegaraan
indonesia. Proses demokratisasi di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1998 masih belum
mencapai tingkat konsolidasi. Indonesia masih dalam kondisi masa transisi dari sistem yang
otoriter ke sistem yang demokratis. Salah satu penyebab dari lamanya masa transisi ini ialah
lemahnya penerapan sistem nilai dan praktik demokrasi dalam berbagai pranata strategis
yang seharusnya menjadi tiang demokrasi. Salah satu pranata ini ialah partai politik. Partai
politik memiliki arti yang sangat penting dan telah menjadi fenomena umum dalam
kehidupan politik yang demokratis. Aksioma yang berlaku, tidak ada sistem politik yang
berjalan tanpa adanya partai politik, kecuali sistem politik yang otoriter atau sistem
kekuasaan tradisional, yang raja atau penguasa dalam menjalankan kekuasaannya sangat
bergantung pada pada tentara atau polisi. Tetapi dalam kehidupan politik modern yang
demokratis, keberadaan partai politik menjadi keharusan, sebab fungsi utama partai politik
adalah bersaing untuk memenangkan pemilu, mengagregasikan berbagai kepentingan
masyarakat, menyediakan alternatif kebijakan, dan mempersiapkan para calon pemimpin
yang akan duduk dalam pemerintahan. Dengan demikian, partai politik menjadi sarana
penghubung kepentingan rakyat dan pembuat kebijakan dalam pemerintahan demokrasi.
Karena itu, partai politik memiliki lebih dari satu ajuan atau kepentingan dalam masyarakat
pada tingkat tertentu mereka berusaha mengagregasikan berbagai tujuan dan kepentingan
tersebut.
Dalam bab XV membahas tentang peranan militer dalam ketatanegaraan Indonesia.
Militer memiliki peran signifikan dalam pembangunan kemerdekaan di Indonesia. Terlepas
dari pengaruh dan akibat yang ditimbulkan atas keterlibatan militer pada ranah sipil,
keberadaan mereka tidak bisa selalu diasosiasikan sebagai sesuatu yang negatif, terutama
pada masa awal bangsa ini membangun citranya sebagai sebuah bangsa yang telah lepas dari
penjajahan. Pada era Presiden Soekarno, pemerintahan belum 'dicampuri' betul oleh
komponen militer atau dengan kata lain masuknya militer kedalam ranah ekonomi-politik
belum memiliki landasan formal dalam bentuk aturan per undang-undangan. Walaupun
pemikiran di kalangan petinggi militer mulai mengarah ke sana, terutama dengan adanya
kekecewaan atas model pemerintahan Soekarno. Di sisi lain, di berbagai daerah masih
banyak terjadi kekosongan pada jabatan-jabatan publik, yang kemungkinan belum bisa diisi
oleh kalangan masyarakat sipil karena kapasitas dan pendidikan yang belum mencukupi,
selain karena faktor kondisi sosial-budaya yang terbentuk dan akibat lamanya masyarakat
terbelenggu dengan penjajahan dan perang.

C. KELEBIHAN BUKU
Buku ini pembahasan nya cukup lengkap dari pembahasan tentang ketatanegaraan
secara umum sampai pada penjelasan perkembangan dan perubahan ketatanegaraan di
Indonesia.

D. KEKURANGAN BUKU
Penyusunan materi dalam buku kurang sistematis.

E. KESIMPULAN
Buku ini membuat kita lebih mengenal apa yang namanya ketatanegaraan itu dan juga
sejarah ketatanegaraan itu sendiri. Dan apa saja yang menjadi hal-hal yang perlu diketahui
dan penting dalam ketatanegaraan dan juga Sejarah ketatanegaraan. Menurut hukumnya tata
negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang menyangkut
sifat, bentuk, tugas negara dan pemerintahan serta hak dan kewajiban para warga terhadap
pemerintah atau sebaliknya. Tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang mencakup
peraturan susunan pemerintahan, bentuk negara dan sebagaianya yang menjadi dasar
peraturan suatu negara.
Dalam Bab pertama dibuku ini penulis membahas hal yang paling tak terpisahkan
dari sebuah Ketatanegaraan yaitu Negara. Dua konsep itu, baik staat maupun state berakar
dari bahasa latin, yaitu statum atau status, yang berarti menempatkan dalam keadaan berdiri,
membuat berdiri, dan menempatkan. Kata status juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan
yang menunjukan sifat atau keadaan tegak dan tetap. Dapat disimpulkan bahwa negara
merupakan suatu organisasi yang di dalamnya harus ada rakyat, wilayah yang permanen, dan
pemerintahan yang berdaulat.
Dalam konsep negara sebagai organisasi kekuasaan, di dalam negara terdapat suatu
mekanisme atau tata hubungan kerja yang mengatur suatu kelompok manusia/rakyat agar
berdaulat atau bersikap sesuai dengan kehendak negara. Untuk dapat mengatur rakyatnya,
maka negara diberi kekuasaan yang dapat memaksa seluruh anggotanya untuk mematuhi
segala peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara Untuk menghindari adanya
kekuasaan yang sewenang-wenang, di sisi Lain negara juga menetapkan dalam kehidupan
bersama, baik oleh individu, golongan, organisasi maupun oleh negara itu sendiri. Logemaan
dalam buku Over De Theorie van Een Stelling Staadrecht, yakni bahwa keberadaan negara
bertujuan untuk menyelenggarakan dan mengatur masyarakat yang dilengkapi dengan
kekuasaan tertinggi. Dalam konsepsi itu, Kansil menyatakan bahwa negara adalah suatu
organisasi kekuasaan dari manusia-manusia dan merupakan alat yang akan dipergunakan
untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pengertian luas, negara merupakan kesatuan sosial yang diatur secara
konstitusional untuk mewujudkan kepentingan bersama. Gagasan ini bahkan menjadi mitos
di Eropa dengan nuansa penekanan yang berbeda-beda. Misalnya di Eropa Barat orang
mengutamakan kebebasannya, sedangkan persamaannya cukup dalam hukum, sedangkan di
Eropa Timur yang diutamakan persamaan materinya, sedangkan kebebasannya
dinomorduakan. Mitos persamaan dan kebebasan ini kemudian diluangkan ke dalam konsep
negara hukum yang demokratis dengan pelbagai variasinya sehingga oleh Cari Schmitt
disimpulkan bahwa Ide al Begrif derverfassung atau pengertian ideal di dalam konstitusi
adalah Demokratischen Rechtsstaat.
Mitos ini pernah diterapkan pula di dalam konstitusi RIS dan UUD S 1950 dengan
rumusan negara hukum yang demokratis. Sedangkan tujuan bernegara Indonesia yang
Sesungguhnya merupakan konsep yang lebih tua dari negara hukum , bahwa konsep negara
bertujuan untuk memenuhi kepentingan umum atau res publica. Ini dibakukan dalam konsep
negara Republik sehingga asumsinya setiap negara yang berbentuk Republik, adalah untuk
kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan dinasti atau untuk kepentingan golongan .
Yang mambahas bentuk-bentuk negara yang primitif. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa
bentuk yang paling umum dari sistem politik diantara masyarakat-masyarakat yang dipelajari
oleh ahli antropologi ternyata masyarakat tersebut sudah dapat dinamakan state. meskipun
masyarakat tersebut tergolong primitif yang tinggal secara terisolasi di pedalaman. Dalam
kenyataanya, ada "trihe commumties" yang selamanya menjadi komunitas kesukuan.
Berpuluh-puluh suku di Papua, dengan bahasa lokalnya yang berbeda-beda tetap menjadi
masyarakat kesukuan dengan ciri-cirinya berburu, beternak, dan sebagian ada yang
berpindah-pindah.
Nasionalisme merupakan suatu paham kebangsaan, nasionalisme merupakan "ruh"
sosial-kultur untuk membentuk dan memperkokoh identitas nasional sebagai jati diri bangsa
yang telah memiliki martabat kemerdekaan. Ideologi kolektif nasionalisme tersebut memiliki
fungsi teleologis serta memberi orientasi bagi suatu masyrakat sehingga terbentuk solidaritas
yang menjadi landasan bagi proses pengintegrasian nya sebagai nasion atau komunitas
politik. Pada bab selanjutnya yaitu bab ke V, VI, VII, VIII, IX, X, XI dan XII, penulis lebih
fokus pada pembahasan tentang perkembangan dan perubahan ketatanegaraan yang terjadi di
Indonesia. yang dimulai dari penguasaan Belanda dengan VOC dan Inggris dengan EIC yang
terus bersiang untuk mendapatkan dominasi dikawasan Asia Selatan.
Pada awalnya belanda lah yang berkuasa atas wilayah nusantara namun karena politik
yang berkembang di Eropa memaksa belanda untuk menyerahkan kekuasaan belanda di
nusantara kepada Inggris. Selama pemerintahannya, Raffles banyak melakukan pembaharuan
yang bersifat liberal di Indonesia. Pembaharuan yang dilakukan Rafflesdi Inddonesia secara
teoritis mirip dengan pemikiran Dirk van Hogendorppada tahun 1799. Dan sistem yang
dilaksanakan adalah sentralistik dan militeristik.
Pada periode ini, yang menjadi konstitusi negara adalah undang-undang dasar 1945.
Dengan tujuan untuk mempersatukan wilayah negara yang dijajah oleh Belanda dengan cara
menyatukannya. Republik Indonesia Serikat adalah suatu negara federasi yang berdiri dari
tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam konferensi Meja
Bundar. Kemudian pada bab X yaitu pembahasan tentang pelaksanaan Demokrasi liberal
yang dilaksanakan sesuai konstitusi yang berlaku saat itu, yakni Undang-Undang Dasar
Sementara 1950. Demokrasi Liberal adalah sistem politik yang menganut kebebasan
individu.

Anda mungkin juga menyukai