Anda di halaman 1dari 11

4.

Kekuasaan dan Politik Indonesia pada Zaman Dahulu

A. BUDAYA PRIMUS INTERPARES


Sampai saat ini pemilihan dengan menggunakan sistem Primus Interpares masih
berlangsung di Indonesia, misteri budaya masyarakat dari masa ke masa masih menyisakan
budaya yang mencerminkan kehidupan pada masanya. Dengan mencermati dan menggunakan
nilai-nilai budaya masa lalu, suatu saat kita dapat menjaga jati diri kita sebagai bangsa yang
besar. Pemimpin yang kuat harus mampu membangun sistem yang berkelanjutan. Sosok yang
kokoh harus dijaga sejalan dengan kekuatan sistem pondasi. Sosiologi memperkenalkan “status
yang ditugaskan” dan “status yang diperoleh”. Tidak semua orang dapat memilih atau mencapai
status ini tetapi ini adalah status yang “diberikan”.
Di sisi lain, status yang dicapai adalah posisi sosial yang dicapai melalui upaya dan kemampuan,
tantangan bagi budaya demokrasi adalah ketika posisi dan keputusan penting diberikan lebih dari
status yang terdapat pada item yang perlu dijawab. Sekali lagi, ini adalah masalah yang akan
menghambat kebebasan, persaingan, dan meritokrasi. Tantangan bagi budaya demokrasi yang
kurang penting adalah bahwa pemenang tidak dapat atau tidak mau menerima yang kalah, dan
pecundang tidak bisa menghormati pemenang. Pengecualian dari kondisi ini adalah hilangnya
hak untuk berkomunikasi antara kedua pihak. Suatu hal penting dalam budaya demokrasi harus
dilindungi dari penyalahgunaan kebijakan moneter dan membuat organisasi yang kuat terhadap
kebijakan moneter. Di antara mereka juga akan menghasilkan banyak pemimpin yang berkualitas
ketika sistem terbentuk dan berakar pada penerimaan publik. Sehingga tidak membuat orang
kuat melampaui sistem dan perusahaan karena pemimpin yang diciptakan adalah “primus
interpares” atau “principal of equals” sebagai uang dan keseimbangan, tetapi secara harfiah dan
budaya, bisa terjadi.
Definisi kebebasan, persaingan, dan meritokrasi membutuhkan partisipasi semua pihak. Saat ini,
pemilihan dengan menggunakan sistem Primus Interpares terus berlangsung di Indonesia, baik
untuk kelompok kecil maupun masyarakat yang menginginkan pemimpin dalam
perkumpulannya maupun pemilihan pemimpin lainnya di Indonesia. . Dalam sistem politik di
Indonesia dapat dilihat adanya piramida kekuasaan di Indonesia (menurut W Liddle).
1. Presiden adalah interpares primus yang menguasai infrastruktur politik.
2. ABRI Sebagai orang yang kuat dan agresif.
3. Birokrasi sebagai pembina kepatuhan 1

B. Struktur dan Budaya.

Jika berbicara tentang perkembangan masyarakat dari organisasi yang sangat sederhana
hingga yang modern, pada umumnya para ilmuwan dan politikus selalu terjun dalam bidang
antropologi. Kedua bidang antropologi ini dalam kaitannya dengan negara berurusan dengan
organisasi, kepemimpinan, tradisi dan budaya. Oleh karena itu, bidang antropologi politik
sebagai salah satu cara menjelaskan sejarah administrasi publik tidak lepas dari proses politik
yang mendukungnya. Ada sebuah buku berjudul Antropologi Sosial: Sebuah Pengantar, yang
ditulis oleh Huizinga, salah satunya berbicara tentang bentuk kuno negara. Dalam buku tersebut
dijelaskan bahwa sistem politik yang paling umum di antara masyarakat yang dipelajari oleh
para antropolog adalah bahwa masyarakat ini dapat disebut negara, meskipun masyarakat ini
tergolong masyarakat kuno yang hidup terisolasi di pedalaman.

Antropolog menyebut ras ini atau suku tua ini, dari sistem sosial dan politik, suku tersebut sudah
memiliki sistem politik. Suku bangsa berdasarkan kajian antropologi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Populasi umum kecil dibandingkan dengan kota modern, hanya beberapa keluarga
yang tinggal di daerah kesukuan.
2. Masyarakat kesukuan sangat bergantung pada alam dan tidak berinteraksi dengan
lingkungan luar.
3. Sosok pemimpin kesukuan dapat menumbuhkan jiwa kekerabatan yang solid,
sehingga minim rasa dendam.

Berdasarkan teori antropologi yang dikembangkan oleh para ahli antropologi Eropa Barat yang
mempelajari permasalahan masyarakat di Asia sebagai tanah para penguasa, antara lain ia
menjelaskan bahwa suku bangsa sebenarnya adalah masyarakat yang sudah memiliki sistem
kekuasaan. , dan ini bisa dilihat.

1 Tappil Rambe dkk, “Sejarah Politik dan Kekuasaan”, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2019),
hal. 49.
Oleh para pemimpin suku Mengenai ciri-ciri pemimpin atau pemimpin suku, antara lain: 1.
Memiliki kelebihan dibandingkan kemampuan rata-rata anggota suku, misalnya keberanian,
untuk melindungi anggota suku dari dan . ras lain, yang oleh para antropolog disebut “primus
interpares”, yaitu, hanya primus antar kelas. Bijaklah dalam budaya, ritual dan penyerangan.
Seorang pemimpin suku mampu menciptakan suasana kekeluargaan yang sejati, sehingga unsur
dendam dapat dihilangkan. Oleh karena itu, pemimpin suku harus bekerja sama dengan warga
suku. Masyarakat suku kuno, termasuk budayanya, termasuk sistem ontologis, yaitu tahap di
mana titik utama kehidupan bergantung pada alam. Tahap ini diperkuat dengan tahap mistik
yaitu tahap mitos alam dan berbagai peristiwa seperti upacara. Sedangkan pada masyarakat saat
ini, tahapan tersebut telah memasuki tahapan operasional, dimana logika, dan pemikiran
digunakan untuk mengendalikan alam dan tidak bergantung pada alam. Namun dalam beberapa
kasus, masyarakat modern seringkali jatuh pada level yang dalam. Struktur pemerintahan negara
dapat dimulai dari Indonesia dan dibandingkan dengan suku-suku lain di dunia terutama Afrika
dan Amerika Latin.

Sehingga, dapat dipahami ciri-ciri kepemimpinan kesukuan sangat mencerminkan primus


interpares. Salah satu buku yang memaparkan primus interpares di dunia adalah Indonesian
Sociological Studies, karya B. Schrieke terbit tahun 1960 Sumur Bandung, Bandung. Dalam
pendapat interpares primus ini, maka komunikasi antar ras selalu diperlukan. Dan secara umum,
konsep kepemimpinan primus interpares tidak dihargai dalam masyarakat demokratis modern.

Pemilu di sini adalah pemilihan umum dalam urusan politik publik, seperti pemilihan anggota
legislatif. , Gubernur, Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota kota. Pejabat tersebut
mencari kepentingan publik dan yang ada di jajaran tersebut serta aktivitasnya mengisyaratkan
bahwa kampanye pemilu yang akan dilaksanakan akan berdampak pada publik, dan seluruh
warga negara, baik yang memilih maupun yang tidak memilih. Hak pilih publik dalam
pemerintahan sebenarnya memiliki akar budaya dan sejarah di negara kita. Jauh sebelum
berdirinya Negara Republik Indonesia (NRI), kita sudah mengenal proses pemilu. Pemilihan
dilaksanakan dengan memperhatikan konsep keadilan dan harapan masyarakat. Yang terpilih
mengambil keberanian untuk mewujudkan harapan, keinginan, impian menjalani kehidupan
manusia. Bukan untuk melakukan hal-hal buruk dan merendahkan kehidupan publik.
Dalam budaya dan sejarah pemilu di berbagai belahan negara kita, termasuk di masyarakat
Dayak ini, jauh sebelum berdirinya Republik Indonesia, masyarakat memilih kepala suku yang
paling baik dan disukai kepemimpinannya. Kualitas yang baik ini diketahui oleh seluruh warga,
sehingga para pemimpin diakui sebagai kepala suku yang terbaik di antara mereka.2

C. KEKUATAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA.


Masyarakat pulau ini dikenal sebagai bangsa yang kuat dan pemberani. Mereka bisa pergi
ke berbagai belahan dunia. Berlayar bukan hanya tentang memancing, hasil alam atau eksplorasi
sederhana. Mereka juga memiliki hubungan bisnis dengan orang-orang dari negara lain.
Hubungan perdagangan dan pelayaran kuno ini telah berkembang sejak zaman kuno.

Berdasarkan prinsip penawaran dan permintaan produk, hubungan bisnis berkembang dengan
baik. Ini diperkuat dengan banyak jalan penting di pulau itu. Kemudian pada awal zaman kita,
jalur perdagangan menjadi jalur laut, sehingga jalur perdagangan antara Cina dan India jelas
melewati Selat Malaka. Selain itu, tentunya pulau-pulau di Nusantara ini sarat dengan hasil alam.
Awal mula hubungan pelayaran dan perdagangan antara Indonesia dengan negara lain dapat
dilihat dari berbagai sumber sejarah dan dari sudut pandang banyak ahli sejarah, antara lain:
Hubungan pelayaran dan perdagangan antara pulau dan negara lain, muncul efek yang berbeda di
kedua sisi.

India merupakan salah satu negara asing yang memiliki hubungan dengan pulau-pulau tersebut.
Penduduk pulau mengalami budaya baru yang berbeda dan mengadopsi beberapa kebiasaan
masyarakat India. Itu dimulai dari periode Kristen awal dan berlangsung selama berabad-abad
dan waktu yang lama meninggalkan ide dan perubahan budaya (Notosusanto, 1998: 311).
Dampak dari hubungan ini dapat dibagi ke dalam bidang-bidang berikut:

Bidang Agama

2Nofiyah Mardiani, Umasih, Murni Winarsih, “ Materi Sejarah Masa Hindu-Buddha dan
Penggunaan Sumber Belajar Sejarah dalam Pembelajarannya di SMK”, dalam Jurnal
Tamaddun, vol. 7, no.2, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,2019), hal. 333-334.
Sebelum pengaruh budaya India di pulau itu, masyarakat masih menganut animisme dan
dinamisme. Keyakinan ini mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia. Salah satu periode
sejarah paling berpengaruh di pulau itu adalah periode Hindu-Buddha. Periode Hindu-Budha
dimulai sekitar abad ketiga, dan banyak teori dan teori telah dikemukakan oleh para sejarawan
tentang kapan atau bagaimana Hindu-Budha datang ke pulau-pulau ini. Perasaan juga sangat
berbeda di berbagai bidang kehidupan. Dalam pembahasan ini pengaruh yang akan dibahas
adalah sistem politik atau pemerintahan atau sistem administrasi dan manajemen pada masa
Hindu-Buddha di pulau tersebut.

Konsep Waisya
Gagasan ini diperkenalkan oleh Krom yang menyebutkan proses masuknya kebudayaan Hindu
melalui hubungan dagang India-India. Pedagang India (Waisya) adalah pedagang di Indonesia
yang mengikuti musim hujan. Jika musim hujan tidak memungkinkan mereka untuk kembali,
mereka akan segera tinggal di Indonesia. Biasanya selama 6 bulan para pedagang India ini
tinggal di Indonesia, mereka memanfaatkannya untuk menyebarkan agama Hindu-Budha.

Konsep Ksatria Konsep Ksatria mengungkapkan bahwa pembawa agama Hindu dan budaya
Indonesia adalah Ksatria atau bangsawan. Menurut teori ini, ada perang antara berbagai kerajaan
di India. Tentara yang kalah telah pindah ke tempat lain. Tampaknya beberapa dari mereka
datang ke Indonesia dan memulai koloni dengan menaklukkan. Mereka mempengaruhi budaya
dan agama Hindu di Indonesia. Pendukung teori ini adalah sejarawan C.C. Berg.

Doktrin Brahman
J.C. van Leur mempresentasikan ide ini. Dia mengatakan bahwa budaya Hindu-Budha India
yang berkaitan dengan India dibawa oleh para Brahmana. Teorinya didasarkan pada latar
belakang kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Terutama pada teks-teks yang menggunakan
aksara Sansekerta dan Pallawa. Karena hanya golongan Brahmana yang berhak atas bahasa dan
huruf, peran Brahmana Sudra terlihat jelas di sini. menjadi orang buangan. Mereka
meninggalkan India mengikuti Vaisya. Sebagian besar, kelompok Sudra diduga berkontribusi
dalam penyebaran budaya Hindu-Budha di Indonesia.
Hipotesis pasang surut Ini adalah F.D.K. Bosch lah banyak orang India yang sengaja datang ke
India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha. Kembali ke Indonesia, mereka
menyebarkan agama. Teori Van Leur mendukung gagasan bahwa orang Indonesia juga
berpartisipasi dalam proses menjadikan budaya India lebih baik.

Bentuk kepemimpinan kerajaan Hindu-Budha di Nusantara


1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai adalah bukti terbentuknya sistem kepemimpinan yang semula kelompok
masyarakat kemudian berubah dengan terpilihnya kepala kepemimpinan yaitu raja. Raja pertama
adalah Maharaja Kudungga yang memerintah pada abad ke-4 awalnya adalah kepala suku dan
membentuk sistem pemerintahan menjadi kerajaan yang diteruskan oleh keturunannya yakni
Maharaja Asmawarman, beliau memiliki peranan dalam perluasan wilayah kekuasaan Kerajaan
Kutai dengan cara upacara Asmawedha, beliau juga mendapat sebutan Dewa Ansuman( Dewa
Matahari). Raja setelahnya adalah Maharaja Mulawarman di bawah kepemimpinannya Kerajaan
Kutai mencapai masa kejayaannya. Raja Mulawarman dikenal memiliki hubungan yang baik
dengan rakyatnya dan juga para kaum brahmana. Sejarah mencatat bahwa kerajaan kutai runtuh
pada masa raja terakhir Dharma Setia tewas ditangan Aji Pangeran Arum Panji Mendopo raja
Ke-13 Kerajaan Kutai Kartanegara, selanjutnya berubah menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara
yang bercorak Islam.

2. Kerajaan Sriwijaya
Dikenal sebagai tanah basah, diperkirakan berasal dari abad ke-6 dari prasasti yang ditemukan di
daerah Kedukan Bukit dekat Palembang. Menurut de Casparis, berdasarkan teks Telaga Batu,
kerajaan Sriwijaya dapat dibagi menjadi beberapa mandala (sejenis wilayah) dan masing-masing
mandala dikuasai oleh seorang datu (Casparis, 1986: 18). Seseorang yang menjadi datu juga
harus dari anak raja atau bangsawan, di bawah datu ada seorang kepala suku bernama paravanda
yang bertugas sebagai kepala hulubalang yang mengurusi urusan kemiliteran (Utomo, 2006:
152). Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, Kerajaan Sriwijaya sangat menyadari
pentingnya kekuatan militer. Raja-raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama Buddha
dan pendukung yang kuat. Hal ini terlihat dari perkembangan agama Buddha yang menyebar ke
luar negeri.
3. Kerajaan Tarumanegara
Tarumanegara dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai salah satu kerajaan yang didirikan oleh
orang Sunda. Raja Purnawarman adalah seorang raja besar yang berhasil meningkatkan taraf
hidup rakyatnya. Hal ini ditunjukkan dengan apa yang tertulis dalam tugu yang menyebutkan
bahwa Raja Purnawarman memerintahkan agar sungai itu digali (Sejarah Daerah Jawa Barat,
1979:45). Pengerukan sungai ini sangat penting, karena pembangunan sungai ini berarti
pembangunan kanal-kanal untuk memudahkan pengairan sawah masyarakat. Melalui upaya
tersebut, Prabu Purnawarman dipandang sebagai raja besar yang peduli terhadap kehidupan
rakyatnya. Gambaran Tarumanagara sudah jelas dalam prasasti Wangsakerta. Raja ke-12
Tarumanegara, Linggawarman, memiliki dua putri. Putri pertamanya bernama Dewi Manasih
yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakancana yang kemudian menjadi istri
Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri kerajaan Sriwijaya. Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara
jatuh ke tangan suami Manasik, Tarusbawa. Pada masa pemerintahan Tarusbawa, pusat
Tarumanagara dipindahkan ke kerajaannya sendiri, yaitu kerajaan Sunda (di bawah kerajaan
Tarumanagara) dan kerajaan Tarumanagara diubah menjadi kerajaan Sunda.
4. Kerajaan Mataram Kuno
Pusat kerajaan Mataram kuno terletak di lembah Sungai Progo, meliputi benua Magelang,
Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Penguasa Mataram yang lama adalah Raja Sanjaya yang
dikenal sebagai raja yang agung, pemberani dan bijaksana serta toleran terhadap agama lain. Ia
adalah seorang Hindu yang menghormati agama Siwa. Perpindahan Kerajaan Mataram dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur terjadi sekitar lima belas menit pada abad ke 10. Berbagai pendapat
muncul tentang apa yang mungkin terjadi untuk memindahkan istana kerajaan dari Mataram ke
Jawa Timur. Menurut N.J. Chrome untuk bergerak di antara kerajaan selama 40 menit terakhir
X, karena alasan yang kurang akrab. Meski seperti B. Schrieke, alasan pindahnya pusat
pemerintahan ke Jawa Timur karena pembangunan candi Borobudur yang menghabiskan semua
kejayaan kerajaan pada masanya. Pembangunan Candi Borobudur banyak menguras tenaga
masyarakat Mataram dan meninggalkan pekerjaan seperti bercocok tanam, berbelanja dan
kegiatan lainnya yang menyebabkan banyaknya pemudik ke Jawa Timur.

5. Kerajaan Kediri
Kediri adalah salah satu kerajaan Hindu terbatas Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan ini
didirikan pada abad ke-12 merupakan bagian dari kerajaan kuno Mataram. Situasi politik Dicatat
oleh pemerintah dan publik negara di Kediri cerita dari Cina, terutama dalam buku Ling-Wai-tai-
ta oleh Chou K'u-fei pada tahun 1178 dan dalam buku yang disusun dari Choujikuu pada tahun
1225. Dokumen tersebut menjelaskan situasinya pemerintah dan masyarakat masa Kediri. buku
menggambarkan pemerintah Kediri, termasuk peternakan dan penerus takhta berhasil tanpa
menyebabkan perang saudara. Raja pertama Kediri bernama Samarawijaya yang menamakan
dirinya sendiri sebagai titisan Wisnu. Selama menjadi raja Kediri, Samarawijaya selalu ada
konflik dengan saudaranya, Mapanji Garasakan Yang raja Jenggala. Mereka berdua mengira
mereka pantas mendapatkan seluruh tahta Airlangga, ayah kedua (Raja Medang Kamulan) yang
meliputi hampir wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya, konflik itu berujung
pada perang saudara berlangsung hingga 1052. Perang dimenangkan dari Samarawijaya dan
berhasil mengalahkan Jenggala. Kerajaan Kediri tiba pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu
perbatasan Kediri mencapai semua daratan pertama Kerajaan Medang Kamulan. Sepanjang masa
Raja Kediri. Jayabaya berhasil mengalahkan Jenggala lagi para pemberontak ingin memisahkan
diri dari Kediri. Sukses seperti itu Disebutkan dalam manuskrip Hantang yang berasal dari tahun
1135. Teks itu memiliki bacaan kitab suci Panjalu Jayati yang berarti Panjalu untuk mendapatkan
Pendaftaran diterbitkan dalam bentuk Sertifikat Penerimaan bingkisan dari Jayabaya untuk
warga Desa Hantang Kediri saat perang melawan Jenggala.

Kerajaan Kediri jatuh pada masa pemerintahan Raja Kertajaya. dimana terjadi konflik antara raja
dan para brahmana. Raja Kertajaya dipandang sebagai orang yang mendobrak agama dengan
cara memaksa menyembah Dia sebagai tuhan. Para brahmana menolak membantu Ken Arok,
kepala daerah Tumapel yang ingin memisahkan diri dari Kediri. Ada perang antara semua orang
yang berbeda Tumapel memerintah Ken Arok di kerajaan Kediri. Akhirnya Pada tahun 1222 M,
Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya dan kerajaan Kediri menjadi wilayah di bawah
Tumapel atau Singasari. Sebagai kepala kerajaan Singhasari diangkat Ken Arok Jayasabha (putra
Kertajaya) sebagai penguasa Kediri. Jayasabha Ia digantikan oleh putranya Sastrajaya pada tahun
1258. Kemudian Sastrajaya digantikan oleh putranya Jayakatwang (1271). Jayakatwang
berusaha membangun kembali kerajaan Kediri memberontak terhadap kerajaan Singasari yang
diperintah oleh Kertanegara. Raja Kertanegara terbunuh dan Kediri dibangun kembali
Jayakatwang.

6. Kerajaan Singasari
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang menjadi Raja Singasari dengan nama Sri
Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi. Kain muncul Arok sebagai raja pertama Singasari
menandai munculnya dinasti tersebut dinasti baru, yaitu dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau
Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222-1227). Pada
tahun 1227, seorang menteri membunuh Ken Arok Anusapati (istri Ken Arok). Ken Arok
dimakamkan di Kegenangan dan rumah Siwa-Buddha. Sepeninggal Ken Arok, tahta kerajaan
Singasari pun jatuh dari Anusapati. Selama masa pemerintahannya. Untuk waktu yang lama,
Anusapati tidak banyak melakukan perubahan karena lumer di rasa ayam jago.

Peristiwa meninggalnya Ken Arok akhirnya terungkap dan sampai ke pengadilan Tohjoyo (anak
dari Ken Arok dan Ken Umang). Tohjoyo tahu dan Anusapati tertarik dengan sabung ayam
sehingga diundang Anusapati dan Gedong Jiwa (kediaman Tohjoyo) untuk memiliki permainan
ayam. Saat itu, Anusapati tertarik padanya menonton ayam aduan, tiba-tiba Tohjoyo mengambil
pedang buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung membunuh Anusapati. Jadi,
Anusapati sudah mati didharmakan di Candi Kidal. Salah satu cara kedua pemimpin itu memulai
menurut Ken Dedes, yaitu menyatukan dua anak dari satu ibu ayah yang berbeda. Bisa dikatakan
dalam pernikahan politik, begitulah menikahkan dua cucunya. Tentang cucu Ken Dedes yaitu
Ranggawuni (putra Anusapati) dan Wang Hyun (putri oleh Mahisa Wonga Teleng). Pada tahun
1254 Wisnuwardhana memperkenalkan Singasari sebagai ibu kota kerajaan Tumapel, yang
Awalnya, nama ibu kotanya adalah Kutaraja. Kertanegara adalah raja terakhir dan singasari
terbesar karena ingin menyatukan seluruh negeri. itu dipasang Tahta tahun 1268 dengan nama
Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, tiga orang pembantunya
Mahamentri, yaitu Mahamantri i hino, Mahamentri i halu, na Pak Menteri. Mampu
mengkonkretkan ide persatuan Nusantara, dia mengganti pemimpin lama dengan yang baru;
sebagai Patih Aragani menggantikan Patih Raganata. Banyak lebar diangkat menjadi penguasa di
Sumenep (Madura) atas nama Arya Wiraraja. Masa Kejayaan Kerajaan Singasari pada masa
pemerintahannya Kertanegara, ternyata menjadi akhir dari keberadaan Singasari. Kehancuran
Singasari diakibatkan oleh pemberontakan oleh Jayakatwang

7. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir memerintah pulau itu dan dianggap
sebagai kerajaan terbesar di Indonesia Berita Indonesia. Menurut Negarakertagama, haknya dari
Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, timur Indonesia, sedangkan wilayahnya
masih ada Raden Wijaya mendapatkan mahkota pertama Majapahit 1293 dengan nama
Kertarajasa Jayawardhana. seperti raja besar. Sepeninggal Raden Wijaya, ia digantikan oleh
putranya Kala Gemet memiliki nama Sri Jayanegara. Kala Gemet mengambilnya sebagai raja
muda (kumararaja) sementara ayahnya masih memerintah (1296). Jelas Jayanegara adalah raja
yang lemah. Jadi, pada masa pemerintahannya terus dihancurkan dengan jumlah Pemberontakan.

Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta di daerah tersebut Besuki, namun bisa
dihancurkan oleh pasukan Gajah Mada. Karena Atas jasanya, Gajah Mada kembali dinaikkan
pangkatnya dari Patih Daha menjadi Patih Daha Pu Naga digantikan oleh Mahapatih Majapahit.
Saat dinaikkan menjadi Mahapatih Majapahit, dan cobaan besar di hadapan para menteri dan
pejabat negara lainnya, Gajah Mada bersumpah untuk menghubungkan air liur di bawah ini
dukungan Majapahit. Aliran ini dikenal dengan aliran Palapa. Hayam Wuruk adalah raja yang
kuat, dan perdana menteri bersamanya keberanian juga. Itu pada masa pemerintahan Raja Hayam
Wuruk Majapahit telah mencapai tahap kebesaran. Wilayahnya hampir ukuran Indonesia saat ini.
Bahkan, pengaruhnya meluas ke luar pulau yaitu Thailand (Campa), Indocina, dan Filipina
Selatan. Dari fakta tersebut, berarti memakai Palapa Gajah Mada benar-benar melakukan apa
yang terjadi pada semua raja sepanjang waktu hormati dia. Kecuali sebagai penguasa pada
umumnya perang, Gajah Mada juga seorang pengacara. Dia berhasil mengumpulkan buku itu
Kutaramanawa yang menjadi landasan hukum Majapahit. Perkembangan Islam di pesisir utara
Jawa belakangan disusul berdirinya kerajaan Demak dipercepat ke bawah Kerajaan Majapahit.
Raja dan kepala suku Demak adalah keturunan Raja Majapahit yang masuk Islam. Mereka masih
menjaga balas dendam nenek moyangnya untuk Majapahit yang berusaha menghancurkannya.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1518-1521. Menentang Demak Melawan Majapahit adalah
Adipati Unus (cucu Bhre Kertabhumi)
3

References
Rambe, T., Lukitoyo, P. S., Saragih, S. N., & Khairani, L. (2019). Sejarah Politik dan
Kekuasaan. Yayasan Kita Menulis.

Mardiani, N., Umasih, U., & Winarsih, M. (2019). Materi Sejarah Masa Hindu-Buddha dan
Penggunaan Sumber Belajar Sejarah dalam Pembelajarannya di SMK. Jurnal Tamaddun, 7(2).

3Tappil Rambe dkk, “Sejarah Politik dan Kekuasaan”, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2019),
hal. 54-83.

Anda mungkin juga menyukai