Anda di halaman 1dari 4

1.

Peran Kaum Intelektual Dalam Masyarakat


Peran kaum intelektual dalam masyarakat mana pun memang merupakan salah satu
elemen penting bagi perkembangannya. Hal ini dapat diukur dari sudut pandang
sejarah Revolusi Perancis diprakarsai oleh orang-orang yang sekarang kita klasifikasikan
sebagai kaum intelektual, Lenin dan sebagian besar kawan-kawannya adalah kaum
intelektual. Kaum intelektual membantu penyebaran pesan-pesan ideologis di Timur
Tengah dengan menjadi ikon generasi yang tidak puas, kecewa dan frustrasi yang
menginginkan perubahan dan perdamaian. Partai politik dan ulama menggunakan kaum
intelektual untuk memperluas kekuasaan organisasi dan kontrol politik mereka. Cara
untuk menilai secara historis, dampak kaum intelektual terhadap masyarakat tertentu
bergantung pada masyarakat di mana mereka beroperasi: ketika masyarakat sipil lemah,
ketika ketidaksesuaian dipandang rendah, ketika toleransi dan pluralisme tidak ada, para
intelektual akan kesulitan untuk menilai dampak tersebut. mengarahkan masyarakat
menuju iklim politik dan moral yang lebih terbuka. Masyarakat Iran yang menjadikan
Islam sebagai salah satu pilar identitas nasional tampaknya menawarkan lebih banyak
pilihan bagi para intelektual kritis untuk melegitimasi unsur-unsur perubahan dan
transformasi. Meskipun hal ini tidak terjadi di banyak masyarakat Arab, di mana Islam
berada, dalam satu atau lain hal terkait dengan warisan Arabisme dan pemikiran kritis
yang sebenarnya terhambat.
Intelektual mengabdikan dirinya untuk melakukan aktivitas tertentu dalam masyarakat
yang tujuannya adalah mewujudkan kemuliaan umat manusia melalui kemajuan
kebudayaan. Adalah tugas seorang sarjana untuk menggunakan pendekatan objektif dan
tidak memihak dalam menemukan kebenaran, pengetahuan yang berasal dari prinsip-
prinsip rasional murni, dan menyuarakan pendapat mereka dalam perdebatan publik demi
perdamaian dan masa depan yang aman. Kaum intelektual memainkan peran penting
dalam pembentukan dan evolusi masyarakat sipil. Intelektual juga menjadi basis ideologi
seperti demokratisasi, pemerintahan totaliter, kediktatoran, liberalisme barat,
konstitusionalisme, nasionalisme, fasisme. Intelektual adalah aktor sosiologi modernitas
yang paling penting. Perjuangan mereka untuk mendapatkan rasionalitas kritis dan
kebebasan sipil berjalan seiring dengan kritik dan penolakan mereka terhadap rasionalitas
instrumental dan semangat dominasi. Bakat intelektual mereka yang unggul dan pelatihan
dalam teknik penyelidikan positif memungkinkan mereka mengatasi konsepsi sempit
sudut pandang lokal dan merasionalisasi proses pembentukan kebijakan. Dalam posisi
kepemimpinan, mereka memerintah berdasarkan kesimpulan yang sempurna,
memecahkan masalah-masalah generasi sebelumnya dan membangun bentuk-bentuk
organisasi masyarakat yang unggul. Mereka juga mengamati bahwa meskipun masyarakat
modern telah berkembang menjadi lebih rasional dalam pengorganisasiannya, perubahan
ini tidak menumbuhkan kebebasan individu yang lebih besar namun berkontribusi pada
meningkatnya tingkat kontrol birokrasi. Konsekuensi dari tren ini adalah meningkatnya
irasionalitas dalam dunia sosial, dimana emosi manusia dan kebiasaan berpikir pra-
modern masih lazim. Banyak kepercayaan dan takhayul pada era feodal terus berkembang
dalam masyarakat industri dan hal ini membentuk arah pembangunan politik dan
ekonomi di Barat.

2. Tanggung jawab mereka terhadap pembangunan masyarakat madani.


Tanggung jawab intelektual adalah berani menyuarakan kebenaran dan
mengungkapkan kebohongan. Salah satu caranya adalah dengan melihat peristiwa dengan
perspektif historis. Karena tragedi dan peristiwa sejarah merupakan guru terbaik untuk
menciptakan kehidupan humanis di masa depan. Itulah mengapa Soekarno berucap
“jangan sekali-kali melupakan sejarah” sebab dia tahu betapa pentingnya sejarah. Jika
sejarah adalah jalan maka dengan mempelajarinya kita bisa terhindar dari kubangan yang
dapat membuat kita terperosok. Meski ada juga intelektual oportunis yang tidak
bertanggung jawab menjadikan sejarah sebagai alat untuk melanggengkan kebencian
(tragedi 65, misalnya) dan memainkan politik identitas demi kepentingannya.
Kaum intelektual mempunyai tanggungjawab untuk melanjutkan
perjuangan para perintis kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia untuk membuat
Indonesia menjadi negara besar dan rakyatnya berharkat-martabat tinggi. Untuk itu, kaum
intelektual Indonesia harus peka dan tanggap terhadap kondisi
sosial- budaya, ekonomi dan politik serta ekologi negara kita, mampu melihat keganjilan
yang terjadi dan segera mencari solusi. Singkatnya, kaum intelektual Indonesia harus
tetap memegang teguh prinsip nasionalisme dalam perjuangan, pekerjaan dan karir
mereka. Sebagai warga negara, seharusnya kaum intelektual Indonesia tidak saja bekerja
untuk mencari nafkah, tetapi sekaligus bekerja dengan prinsip meningkatkan
kesejahteraan sosial.
Pertama, kaum intelektual Indonesia harus memahami penduduk Indonesia yang
berjumlah 237 juta jiwa dan bersifat pluralistik dan multikultural. Apa yang akan terjadi
kalau penduduk sebanyak itu dan berbeda suku bangsa dan kebudayaannya tidak
mempunyai perasaan kebersamaan dan bersatu sebagai bangsa, lebih-lebih ketika saat ini
pengaruh luar yang dibawa proses globalisasi dan kemajuan iptek dan informatika telah
masuk begitu pesat. Kedua, penduduk Indonesia setara jumlahnya dari segi gender
(perimbangan antaralaki-laki dan perempuan). Apa jadinya kalau perempuan tidak
diberdayakan dan indeks pembangunan manusianya rendah? Pasti akanmenjadi beban
berat bagi laki-laki untukmenanggung kehidupan kaum perempuan yangkualitas
kesehatannya rendah, tidak cukup berpendidikan dan tidak mampu ikut mencarinafkah
sehingga hidup dalam kondisi miskin. Ketiga, Indonesia adalah negara maritim, 2/3
wilayahnya berupa laut. Apa yang terjadi kalau 80.000 km pesisir berikut penduduknya
tidak diberdayakan sehingga menjadi beban pembangunan nasional? Bagaimana jika
untuk menggali potensi lautan kita yang begitu luas dan bervariasi ekosistemnya kita
harus tergantung pada pengetahuan, teknologi, strategi pemberdayaan ekonomi dan
kegiatan ekonomi bangsa lain yang mencari untung di tanah air kita? Seharusnya kitalah
sumber pengetahuan kelautan bagi bangsa lain dan Berjaya dalam bisniskelautan di
negara kita sendiri. Keempat, sumberdaya alam Indonesia dengan kekayaan hayatinya
dan sumber daya manusia Indonesia dengan kebudayaannya yang kaya akan kearifan
lokal suku-suku bangsanya merupakan modal sosial-kultural dan alam. Apakah yang akan
terjadi bila potensi-potensi initidak diperhatikan dan didayagunakan sehingga menghilang
karena terabaikan? Kelima, kaum intelegensia Indonesia wajib memahami sejarah
nasional, agar tertanam nasionalisme pada diri mereka. Nasionalisme inilah yang menjadi
dasar bagi mereka untuk membangun Indonesia, dan membedakan diri mereka dari
bangsa lain dalam melihat Indonesia. Bangsa lain bekerja di Indonesia untuk kepentingan
dirinya dan negaranya, dalam kerjasama berdasarkan persahabatan (berbentuk kerjasama
bilateral), atau mencari keuntungan yang tentunya ditujukan terutama bagi kepentingan
diri mereka dan negaranya sendiri. Bangsa Indonesia, termasuk kaum intelektual
Indonesia, bekerja untuk hidup namun tidak terlepas dari kewajiban moral dan spiritual
untuk membangun bangsa Indonesia. Artinya kita sendirilah yang harus bekerja
membangun negara dan bangsa, bukan bangsa lain. Tidak berarti bahwa kita harus
menolak kerjasama dengan asing. Kita tidak boleh mengabaikan tanggungjawab global,
namun kita harus tetap mengutamakan kepentingan nasional.
Kaum intelektual adalah orang yang terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya,
menyerap aspirasi, merumuskan dalam bahasa yang mudah dipahami setiap orang,
menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Sementara ilmuwan adalah
seorang yang menemukan kenyataan, berbicara dengan bahasa universal dan bersikap
netral, yang mendalami dan mengembangkan ilmu melalui penalaran dan penelitian.
Menurut Burn, kaum intelektual adalah seorang yang terlibat secara kritis dengan nilai,
tujuan dan cita-cita untuk mengatasi kebutuhan praktis. Oleh karena itu tugas kaum
intelektual menurut Edward A. Shils “menafsirkan pengalaman masa lalu masyarakat,
mendidik pemuda dalam tradisi dan keterampilan, melancarkan dan membimbing
pengalaman estetik dan keagamaan berbagai sektor masyarakat” (1993 : 16)
Menafsirkan sejarah menurut hukum, deterministik dan kalkulasi sebagai proses
kesinambungan dari fase lahir, tumbuh, renta, dan runtuhnya masyarakat lama dan
digantikan oleh masyarakat yang baru, merupakan bahagian dari tugas kaum intelektual
dalam menciptakan misi, motivasi sosial, para pemimpin dan pemugaran kebudayaan
untuk membangun peradaban. Tugas kaum intelektual adalah melakukan pencerahan dan
transformasi ilmu pengetahuan serta melakukan perlawanan terhadap segala bentuk
perbudakan dan kemiskinan struktural, kultural dan absolut.
Segenap manusia mempunyai kebudayaan dan peradaban yang dikembangkan dari
kebudayaan dan peradaban para pendahulunya. Semangat pembentukan peradaban suatu
bangsa selalu dicetus dan dipelopori oleh kaum intelektual secara bergantian pada setiap
periode dan zaman. Karenanya, perjuangan kaum intelektual mesti berlandaskan pada
sejarah. Kaum intelektual merumuskan metode dan strategi berjuang yang menyejarah,
berakar pada sejarah untuk sampai pada masa depan perabadan yang cerah.

https://www.bimakini.com/2022/06/nihilisme-anomali-demokrasi-dan-tanggung-jawab-
kaum-intelektual/
https://targetstudy.com/articles/role-of-intellectual-in-society.html
https://id.scribd.com/document/377240144/Tanggung-Jawab-Moral-Kaum-Intelektual-
Indonesia-Meneruskan-Cita-cita-Para-Pendiri-Dan-Pahlawan-Bangsa

Anda mungkin juga menyukai