Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adat adalah keseluruhan kaidah-kaidah atau norma baik tertulis

maupun tidak tertulis yang berasal dari adat istiadat atau kebiasaan

masyarakat. Tujuan berlakunya hukum adat adalah untuk mengatur tingkah

laku dalam kehidupan bermasyarakat, siapapun yang melanggar akan

dikenakan sanksi.

Pengertian hukum adat menurut Ter Haar yang disitir dan

diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata menyebutkan bahawa :

“keputusan-keputusan yang diambil oleh para penguasaialah pemuka-


pemuka rakyat, keputusan-keputusan mana selalu dapat dan harus ditafsirkan
tidakhanya selaku keputusan yang konkrit, melainkan juga sebagai suatu
kaidah untuk perkara-perkara yang sama (yaitu perkara yang mengandung
kejadian-kejadian yang bersangkutan dengan itu. Jadi, perkara-perkara yang
seberapa jauhsama) menunjukanadanya kaidah-kaidahhukumnya yang berlaku
dalam masyarakat yaitu bentuk-bentuk hukum mana yang timbul dari
beraneka gejala-gejala hidup yang bebas.”1
Selain itu hukum adat juga memiliki pengertian lain, sebagai berikut:

Hukum adat adalah aturan tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat adat

suatu daerah dan akan tetap hidup selama masyarakatnya masih memenuhi

hukum adat yang telah diwariskan kepada mereka dari para nenek moyang

sebelum mereka. Oleh karena itu, keberadaan hukum adat dan kedudukannya

dalam tata hukum nasional tidak dapat dipungkiri walaupun hukum adat tidak

1
Saleh Adiwanata, Pengertian Hukum Adat Menurut Undang-Undang Pokok Agragria,
Alumni, Bandung; 1976, h. 1
2

tertulis dan berdasarkan asas legalitas adalah hukum yang tidak sah hukum

adat akan selalu ada dan hidup di dalam masyarakat.2

Hukum adat diakui oleh negara sebagai hukum yang sah, setelah

Indonesia merdeka, dibuatlah beberapa aturan yang dimuat dalam Undang-

undang Dasar 1945 mengenai hukum adat, salah satunya pasal 18 B ayat (2)

UUD 1945 yang mengakui hak asal usul yang dimiliki desa adat termsuk di

dalamnya kewenangan untuk membentuk peraturan desa adat oleh karena itu,

maka peraturan desa adat memiliki kekuatan konstitusional.3

Pengakuan dan penghormatan yang diberikan oleh negara kepada

masyarakat hukum adat berserta hak-hak tradisionalnya dalam UUD 1945

berdasarkan pasal 18 B ayat (2) diatur secara limitative dengan syarat-syarat

tertentu. Hal ini dapat dilihat dalam dilihat dalam rumusan Pasal 18 B ayat (2)

terutama pada “sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang di atur

dengan Undang-undang”. Rumusan ini dimaksudkan sebagai syarat bahwa

kelompok masyarakat hukum adat itu benar-benar ada dan hidup, bukan

dihidup-hidupkan. Selain itu tentu saja dengan suatu pembatasan yaitu tidak

boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip negara kesatuan.4

Menurut Djamat Simosir sebagaimana disitir oleh Laksanto Utomo

menyebutkan bahwa :

2
St,Laksanto Utomo, Hukum Adat, Rajawali Pers, Depok; 2019. h. 14
3
nasional.kompas.com diakses 15 November 2022
4
Salmon E.M Nirahua, dkk, Penelitian : Hak Mata Rumah Parentah di Negeri Sawai dan 7
Negeri Lainnya (Manusela,Maraina,Elema,Kanike, Roho,Hatualo, dan Kaloa) Kecamatan
Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, (Fakultas Hukum, Universitas Pattimura, 2022) h. 9
3

“Masyarakat hukum adat adalah komunitas manusia yang patuh pada


peraturan atau hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam
hubungannya satu sama lain berupa keseluruhan dari kebiasaan dan kesusilaan
yang benar-benar hidup karena diyakini dan dianut, dan jika dilanggar
pelakunya akan mendapat sanksi dari penguasa adat.” 5

Masyarakat hukum adat di Indonesia dapat dibagi atas dua golongan

menurut dasar susunannya, yaitu yang berdasarkan pertalian suatu keturunan

(genealogis) dan yang berdasarkan lingkungan daerah (territorial) kemudian

hal itu ditambah lagi dengan susunan yang di dasarkan pada kedua dasar

tersebut (genealogis dan territorial).6

Desa adat secara teori merupakan warisan kelembagaan tata kelola

masyarakat lokal yang telah berlangsung lama dan masih diakui dan

dipertahankan oleh para tokoh dan masyarakat desa adat agar dapat terus

berkarya memajukan kesejahteraan dan identitas sosial budaya lokal. Karena

desa adat didirikan sebagai komunitas asli di tengah peradaban, maka hak asal

usulnya lebih dominan dibandingkan dengan desa. Secara historis terbentuk

atas dasar teritorial, desa adat adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang

memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengatur kepentingan masyarakat

desa berdasarkan hak asal usul. Desa adat memiliki batas wilayah sejarah dan

identitas kedaerahan. 7 Di Maluku, Kepala Pemerintahan Negeri memegang

kekuasaan yang sama dengan kepala desa. Seorang Kepala Pemerintahan

Negeri dapat memegang jabatan baik melalui keturunan atau pemilihan

demokratis. Untuk memperoleh legitimasi sebagai kepala pemerintahan negeri

dan kepala pemerintahan daerah, seorang kepala pemerintahan negeri

5
St. Laksanto Utomo, Op.cit., h 1
6
Soejono Soekanto, Hukum Adat Indonesia,Rajawali Pers,Jakarta; 1983. h 95
7
Kemenkue.go.id diakses pada 15 November 2022
4

seringkali harus melalui dua kali pengangkatan setelah diangkat pada

jabatannya.8

Kepala pemerintahan negeri atau raja di Maluku biasanya dipilih

berdasarkan musyawarah dalam suatu badan yang dikenal dengan saniri

negeri. Saniri negeri sendiri berisikan kepala-kepala soa, tokoh-tokoh agama,

tokoh-tokoh adat, dan unsur masyarakat lainnya dalam suatu negeri.

Hampir disetiap negeri-negeri di Maluku yang sistem pemerintahannya

dipimpin oleh seorang raja memiliki permasalahan yang hampir sama, yakni

persoalan tentang matarumah parentah. Setiap akan ada penentuan raja maka

pasti ada saja perdebatan dari pihak-pihak yang mengklaim dirinya sebagai

matarumah parenta, akhirnya timbul berbagai persoalan di tengah masyarakat,

sampai-sampai membuat kondisi negeri tidak kondusif. Tidak bisa dipungkiri

kalau masih banyak negeri-negeri adat di Maluku yang tidak memiliki Raja

lantaran perdebatan mengenai matarumah yang tak kunjung usai, akhirnya

mau tidak mau harus dipimpin oleh pejabat yang di tentukan oleh pemerintah

daerah sampai ditemukan calon raja untuk dilantik dan proses ini bisa sampai

bertahun-tahun. Hal ini pastinya berdampak pada pembangunan negeri itu

sendiri, pembangunan yang seharusnya akan dikerjakan untuk meningkatkan

kesejahteraan malah harus tersedat-sedat akibat persoalan yang tak kunjung

usai.9

8
fh.unpatti.ac.id. diakses pada 3 juni 2023

9
www.kompasiana.com diakses pada 25 Februari 2023
5

Selain itu, dalam perjalanan sejarah negeri-negeri di Maluku ternyata

banyak negeri yang selama masa perkembangannya sudah pernah beralih

jabatan pemimpin atau kepala pemerintahan dari satu matarumah, kepada

matarumah yang lain. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor yang

melatar belakangi Negeri-negeri tersebut.10

Mata rumah adalah rumpun keluarga yang berasal dari satu leluhur

yang sama, yang biasa disebut oleh masyarakat Maluku dengan istilah Fam.

Suatu negeri terbentuk dari penggabungan soa yang masing-masing soa di

pimpin oleh kepala soa. Sedangkan soa merupakan gabungan beberapa mata

rumah.Kata parentah merupakan ucapan dalam dialek ambon yang memiliki

arti menyuruh atau suruhan. Sehingga mata rumah parenta memiliki arti salah

satu unsur dari struktur organisasi pemerintahan dan kemasyarakatan di negeri

yang bertugas sebagai pemimpin atau raja dalam suatu negeri. Raja negeri

sebagai kepala pemerintahan adat adalah seorang yang berasal dari keturunan

dalam sebuah soa yang masih memiliki garis keturunan mata rumah parenta.

Berdasarkan sejarah, Orang pertama yang mendiami negeri atau tuan tanah,

akan ditunjuk sebagai pemimpin negeri. Keturunan orang pertama itulah yang

secara geologis dikenal sebagai mata rumah parenta. Setiap mata rumah

parentah atau hak parentah diatur dan di tetapkan dalam suatu peraturan

Negeri.11

10
Hamid Dokolamo, Mata Rumah Parentah Dalam Sistem Pemerintahan Adat Di
Maluku,Vol 1, No 1. 2020, h. 32
11
Ibid., h. 30
6

Dalam rangka kelancaran penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, demokrasi dan kemasyarakatan Negeri maka adanya

Pemerintah Negeri menjadi faktor penting. Untuk itu Pemerintah Daerah

Kabupaten Maluku Tengah telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Maluku Tengah Nomor 03 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan,

Pemilihan dan Pelantikan Kepala Pemerintah Negeri (selanjutnya disingkat

Perda Malteng No. 03 Tahun 2006) dan Peraturan Daerah Kabupaten Maluku

Tengah Nomor 07 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan

dan Pemberhentian Perangkat Negeri (selanjutnya disingkat Perda Malteng

No. 07 Tahun 2006) yang dimaksudkan untuk melaksanakan prinsip

demokrasi dalam sistem pemerintahan umum dan pemerintahan adat yang

merupakan upaya untuk memberdayakan fungsi dan peran kelembagaan

pemerintahan, sebagai wujud dari prinsip demokrasi, maka diperlukan

mekanisme atau sistem dalam pencalonan, pemilihan dan pelantikan Kepala

Pemerintah Negeri, yang merupakan tuntutan prinsip demokrasi dan harus

ditopang dengan sistem hukum, yang dapat dijadikan sebagai acuan, sehingga

dapat melahirkan figur pemimpin dengan tetap menghargai hak-hak anggota

masyarakat, sebagai bagian dari hak asasi manusia. Dengan tidak

mengabaikan prinsip-prinsip hukum adat dan peraturan perundang-undangan

yang terkait, maka sistem demokrasi yang dikembangkan tetap

memperhatikan sistem pemerintahan secara umum dan akan melahirkan

seorang pemimpin dalam Satuan Masyarakat Adat.


7

Mayoritas masyarakat adat di Kabupaten Maluku Tengah masih

menghormati peran seorang pemimpin dalam kesatuan masyarakat hukum

adat yang berasal dari garis keturunan/keturunan sesuai dengan hukum adat

Kabupaten Maluku Tengah berhak menyandang gelar dan kharisma.

pemimpin dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, kecuali hal-hal khusus

yang ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah matarumah/keturunan yang

berhak dengan Saniri Negeri.12

Negeri Paperu sebagai salah satu desa adat di Maluku yang terletak di

wilayah kecamatan Saparua, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Nama

Paperu berasal dari kata papeo yang berarti papeda. Berdasarkan sejarah,

negeri ini ada dan pertama kali ditemukan oleh seseorang yang datang dari

Seram Bagian Barat dengan tujuan mencari pulau untuk dijadikan tempat

tinggal. Orang tersebut adalah Latunusa yang artinya Raja Pulau. Ketika

Latunusa mengelilingi dan mencari pulau, Latunusa melihat Negeri Paperu

yang cocok di hatinya, lalu mengatakan setengah berteriak “Tounusa” yang

artinya tengok pulau atau lihat pulau. 13 Selanjutnya Latunusa merubah

namanya menjadi Latusalisa atau Luhukay yang artinya pertama atau yang

mula-mula. Latusalisa disebut juga sebagai kapitan besar yang sangat

dihormati oleh kelompok masyarakat saat itu. Ketika Belanda tiba di

pelabuhan Potalae, Latusalisa memerintahkan Hitirisa untuk turun dan

12
Ibid ..
13
id.wikipedia.org diakses pada 15 November 2022
8

menghadap Belanda, lalu Hitirisa dilantik dan dinobatkan menjadi seorang

raja oleh Belanda.14

Tercatat sejak pemerintahan Vereenigde Oostindische Compagnie

(selanjutnya disebut VOC) Belanda menata pemerintahan pada negeri-negeri

daerah jajahannya maka selutuh tatanan pemerintah kerajaan Belanda di

naturalisasikan ke daerah jajahannya disebutlah istilah raja untuk mengepalai

negeri. Terhitung kurang lebih 15 keturunan raja dari matarumah/keturunan

Lawalata sampai pada abad 18 dan pada abad 19 pemerintah negeri paperu

dipimpin oleh marga Latumaelissa dan Latumaerissa sampai pada era tahun

1950.15

Berdasarkan penjelasan di atas ditemukan suatu keganjalan dimana ada

marga lain yang naik dan duduk sebagai pemimpin diluar marga Lawalata,

Maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar dapat menganalisis tentang

pengaturan hak parentah di Negeri Paperu apakah sudah ditetapkan dalam

suatu peraturan negeri dan di jalankan sesuai dengan yang tertulis ataukah

berjalan diluar peraturan bahkan mungkin belum tertuang di dalam suatu

peraturan negeri.

Memperhatikan hal-hal sebagaimana yang telah diuraikan diatas,

peneliti atau penulis ingin melakukan penelitian dengan menulis tentang:

“Pengaturan Hak Parenta Yang Ada Di Negeri Paperu, Kecamatan

Saparua, Kabupaten Maluku Tengah”.

15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Negeri Paperu, h. 6
9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka masalah yang akan

dikaji dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa :

1. Bagaimana pengaturan hak parenta di Negeri Paperu, Kecamatan Saparua,

Kabupaten Maluku Tengah?

2. Apakah penetapan Kepala Pemerintahan Negeri Paperu, Kecamatan

Saparua, Kabupaten Maluku Tengah telah dilaksanakan sesuai dengan

pengaturan hak parenta?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilaksanakan

dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisa:

1. Pengaturan hak parenta di Negeri Paperu, Kecamatan Saparua, Kabupaten

Maluku Tengah

2. Sistem Penetapan Kepala Pemerintahan Negeri Paperu, Kecamatan

Saparua, Kabupaten Maluku Tengah

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan :

1. Manfaat akademik :
Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan tentang hukum khususnya hukum adat dalam kaitannya dengan

peraturan negeri di Paperu.


10

2. Manfaat praktisi :
Bagi penulis : sebagai syarat memperoleh gelar sarjanah, program

studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon.

E. Kerangka Konseptual

1. Konsep Negara Hukum Pancasila

Negara hukum dirumuskan Pasal 1 ayat (3) yang

menyatakan,“Negara Indonesia adalah Negara hukum.” Dalam konsep

negara hukum itu diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dala

dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik atau

ekonomi. Selain itu Indonesia juga disebut negara Demokrasi yang

tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke empat Pasal

1 ayat(2), bahwa ”Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan

menurut Undang-Undang Dasar ”. Konsekuesi bahwa Indonesia adalah

negara hukum bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara adalah hukum.

Indonesia adalah negara hukum, menurut Pasal 1 ayat (3) yang menentukan

bahwa “Indonesia adalah negara hukum”. Gagasan negara hukum adalah

bahwa dinamika kehidupan negara harus diatur oleh hukum, bukan oleh

politik atau ekonomi. Perubahan keempat UUD 1945 yang menyatakan

dalam Pasal 1 ayat (2) bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” mencerminkan bahwa

Indonesia juga disebut sebagai negara demokrasi. Indonesia adalah negara

hukum, yang berdampak menjadikan hukum sebagai kekuatan tertinggi di

negara ini. Filsuf dari zaman kuno telah lama mengeksplorasi konsep

negara hukum.Selain itu konsep negara hukum juga terkait dengan istilah
11

nomokrasi (Nomocratie) berarti dalam penyelenggaraan kekuasaan negara

adalah hukum. Immanuel Kant memberikan gambaran tentang negara

hukum sebagai penjaga malam artinya tugas negara hanya menjaga saja,

hak-hak rakyat jangan di ganggu atau di langgar, mengenai kemakmuran

rakyat negara tidak boleh ikut campur.16

Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan

pemerintahannya didasarkan atas hukum. Karena itu pemerintah dan

lembaga-lembaga lain dalam melaksananakan tindakan harus dilandasi oleh

hukum dan bertanggung jawab secara hukum. Perkembangan negara hukum

di era moderen ini dipengaruhi oleh konsep Eropa Continental yang disebut

“Rechtstaat dan Anglo Saxon yang disebut Rule Of Law“. Eropa

Kontinental (Rechtstaat) Sistem hukum rechtstaat adalah sistem hukum

dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi

(dihimpun) secara sitematis yang ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam

penerapannya.17

Latar belakang menopang konsep Rechtstaat maupun konsep Rule

Of Law berbeda dengan latar belakang lahirnya Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Konsep negara hukum tidaklah begitu saja dengan mengalihkan

konsep rechtstaat maupun konsep rule of law, meskipun kehadiran istilah

negara hukum berkat pengaruh konsep rechtstaat maupun konsep rule of

law. untuk itu, Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa lebih tepat jika

16
Imanuel. R. Masella,Rangkap Jabatan Pejabat Publik Dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia , Skripsi; Prodi Ilmu Hukum, Fakultas hukum, Unversitas Pattimura Ambon, 2018, h. 8
17
Ibid., h. 10
12

Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan istilah negara hukum

Pancasila. 18 Negara hukum Pancasila adalah suatu konsep tentang negara

hukum Indonesia yang dihubungkan dengan dasar/ideologi negara

pancasila.19

2. Konsep Desa dan Desa Adat


Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pasal (1)

mendefenisikan bahwa :

“Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas


wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prakarya
masyarakat, hak asal usul dan haktradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemeritah NKRI”
Desa Adat merupakan sebuah kesatuan masyarakat hukum adat yang

secara historis mempunyai batas wilayah dan identitas budaya yang

terbentuk atas dasar teritorial yang berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat desa berdasarkan hak asal asal usul20

Menurut R.VanDjik, istilah Hukum Adat adalah istilah untuk

menunjukan hukum yang tidak dikondifikasikan di kalangan masyarakat

Indonesia dan Timur Asing (Tionghoa, Arab, dan sebagainya).21Desa adat

merupakan sekumpulan masyarakat yang hidup dibawah pranata dan

18
Phiilipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Sebuah Studi tentang
Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum
dan Pembentukan Peradilan Administrasi,(Philipus M. Hadjon III), dalam Victor Jusuf
Sedubun, Pengawasan Peraturan Daerah Yang Berciri Khas Daerah, Disertasi : Program
Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, Surabaya, 2015, h. 25.
19
Ibid., h. 26.
20
Kemenkeu.go.id diakses pada 15 November 2022
21
R Van Djik, alih bahasa oleh A.Soehardi, Pengantar Hukum Indonesia, dalam Octovianus
Lawalata, Pemenuhan Hak Masyarakat Hukum Adat Dalam Hukum Investasi Nasional,
Disertasi:Program Studi Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, Surabaya,
2017, h 26.
13

tatanan peraturan dari para tua-tua atau datuk-datuk dan dijadikan sebagai

gaya hidup, dan sampai saat ini masih diakui dan dijalankan sebagaimana

mestinya.

Menurut Ter Haar Desa merupakan satu kesatuan masyarakat hukum

adat. Masyarakat hukum adat membentuk kelompok- kelompok yang

bersifat ajeg serta pemerintahan sendiri yang mempunyai benda-benda

material ataupun imaterial. Dengan ciri-ciri kesatuan masyarakat hukum

adat adalah:

a. Warga ialah kelomok-kelompok tertib dan bersifat ajeg; artinya, warga desa

ialah kelompok yang mematuhi sesuatu nilai serta norma tertentu (tertib)

yang selalu dipertahankan serta dikembangkan.

b. Warga desa mempunyai pemerintahan sendiri, ialah pemerintahan yang

dibentuk serta dipertahankan oleh masyarakat sendiri; dan

c. Memiliki benda-benda baik yang berwujud maupun yang tak berwujud. 22

3. Konsep Masyarakat Hukum Adat

Masyarakat yang diatur oleh hukum adat adalah sekelompok

manusia yang telah terorganisasi, dipindahkan ke suatu lokasi tertentu,

ditunjuk penguasa, dan mengumpulkan kekayaan materi atau immateriil.

Anggota setiap kelompok memandang masyarakat sebagai fenomena alam,

22
Hanafi Nurcholi, Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan PemerintahanDesa, dalam Nurmela
Ibrahim, Pemilihan Kepala Desa Adat Dalam Pemilihan Kepala Desa Serentak, Skripsi;
Fakultas Hukum, Universitas Pattimura, Ambon, 2022, h. 14
14

dan tidak ada anggota kelompok yang memiliki keinginan untuk

memutuskan ikatan yang telah berkembang di antara mereka atau

meninggalkan mereka secara permanen.23

F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Normatif, dimana

informasi yang digunakan terutama adalah literatur-literatur atau buku-

buku yang menunjang penulisan ini. Selain itu juga penulis dalam

mengumpulkan data dilakukan wawancara dengan beberapa tokoh adat

untuk memperoleh data yang lebih akurat.

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan penelitian dipilih setelah menimbang kesesuaiannya

dengan isu hukum. Dengan demikian, pendekatan perundang-undangan dan

pendekatan konseptual merupakan pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini.

3. Sumber Bahan Hukum


a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat, dan terdiri

dari norma atau kaidah dasar yaitu Undang-Undang Dasar 1945, peraturan

dasar. 24 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-UndangNomor 6 Tahun

2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan, Peraturan Daerah Maluku Tengah Nomor 01

23
Sukirno, Politik Hukum Pengakuan Hak Ulayat, Prenadamedia Group, Jakarta 2018, Hal 21
24
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafido Persada,
Jakarta 2003, Hal 13
15

Tahun 2006 Tentang Sistem Pengangkatan dan pemilihan Kepala

Pemerintahan Negeri, Peraturan Daerah Maluku Tengah Nomor 03 Tahun

2006 Tentang Cara Pencalonan, Pemilihan dan Pelantikan Kepala

Pemerintahan Negeri, Peraturan Daerah Maluku Tengah Nomor 07 Tahun

2006 Tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian

Perangkat Negeri, Peraturran Daerah Maluku Nomor 16 Tahun 2019

tentang Penataan Desa Adat, Peraturan Mentri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertahanan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pedoman

Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, Rancangan Peraturan

Negeri Paperu Tentang Penetapan Kepala Pemerintahan Negeri Paperu

Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah.

b. Bahan hukum sekunder

Baham hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer.25

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum ditelusuri pada perpustakaan milik negara dan media

internet. Terhadap bahan hukum tersebut dilakukan studi yang teratur,

dengan mencatat setiap konsep, asas bahkan norma yang ditemukan dalam

sebuah catatan yang dibuat secara sistematik.

Pengolahan dan Analisa Bahan Hukum :

Terhadap bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan pengolahan

dengan cara inventarisasi, indentifikasi, klasifikasi dan sistematisasi

25
Ibid..
16

terhadapnya. Kemudian melalui metode analisis yang digunakan, yaitu

metode analisis kualitatif, maka dilakukan penafsiran terhadap bahan-

bahan hukum tersebut.

Anda mungkin juga menyukai