Anda di halaman 1dari 3

Equality before the law (semua orang sama didepan hukum )

Assalamualaikum wr wb

Dewan juri yang terhormat, rekan dari tim kontra yang kami banggakan

Pengakuan terhadap masyarakat adat adalah sebagai bentuk bahwa masyarakat adat juga harus
dilindungi

Masyarakat hukum adat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Perlu


diingat bahwa sebelum terbentuknya wilayah nusantara (Indonesia), sebagai
sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia, masyarakat hukum adat telah lahir
dan tumbuh. Sujoro Wignjodipuro, mengatakan bahwa masyarakat hukum adat
sebelum kemerdekaan telah hidup berdampingan dengan Hindia Belanda, pada
saat itu pemerintah Hindia Belanda mengakui dan mengatur masyarakat hukum
adat dalam pemerintahan otonomi serta madebewind-nya

Dewan juri yang terhormat melanjutkan argumentasi kami, dimana kami sebagai tim pro sangat
mendukung lahir nya mosi ini yaitu:

“pengakuan hak konstitusional masyarakat hukum adat”

Dimana kami memiliki 2 point penting yang menjadi alasan mengapa kita harus mengamini mosi ini

Dewan juri yang terhormat

Point yang pertama yaitu pasal 18 B ayat 2 UUD 1945 sebagai salah satu landasan konstitusional
masyarakat adat menyatakan pengakuan secara deklaratif bahwa Negara mengakui dan menghorkmati
keberadaan dan hak hak msyarakat hukum adat. Seperti yang dinytakan pada pasal 18 B ayat 2

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
kesatuan republik Indonesia yang diatur dalam undang undang “

Dan pasal 28 I ayat 3 yang berbunyi:

“identitas budaya dan masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban”

Dan sekarang, apa yang menjadi permasalahannya?

Seperti contoh Adat istiadat yang berada di Desa Bajo Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo
ini memang sudah ada sejak di masa kepemimpinan Martugas yang menjabat
sebagai kepala kampong/kampung pada waktu itu. Dengan adanya adat yang
berlaku pada masa kepemimpinan martugas ini, akhirnya turun temurun di
masyarakat bajo setempat dan dijadikan sebagai bahan rujukan oleh masyarakat
setempat, pemerintah dan juga pemangku adat untuk berperilaku. Namun, sanksi
adat yang diberlakukan oleh desa ini, tidak diperkuat dalam sebuah peraturan
daerah, sehingga hak-hak konstitusional yang harusnya menjadi semangat otonomi
suatu daerah, untuk memberikan suatu keadilan dalam sebuah peradilan

Merujuk pada pasal 18B ayat (2) UUD 1945 bahwa negara mengakui keberadaan hukum adat serta
konstitusional haknya dalam system hukum Indonesia.

Dewan juri yang terhormat, dimana kami sebagai tim pro mempunyai solusi yang sangat komprensif
yaitu

Regulasi dan pelasaksanaan yang harus diberlakukan oleh penegak hukum dalam kontesk masyarakat
adat

mengapa harus regulasi dan pelaksanaan karna ini akan mampu untuk mengatasi memberian sanksi
hukum adat terhadap masyarakat, sehingga konteks masyarakat adat akan lebih terakumulasi

Point yang kedua,

Terkait dengan keberadaan masyarakat hukum adat, putusan mahkamah konstitusi (MK) NO 35/PUU-
X/2012 tentang pengujuian UU NO 41 Tahun 1999 tentang kehutanan (UU kKehutanan) menyatakan
bahwa untuk lebih melindungi kedaan masyarakat hukum adat khususnya yang berada dalam kawasan
hutan adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
kesatuan republic indonesia yang diatur dalam UU. Dalam keputusan tersebut MK mengabulkan
permohonan uji materi pasal 1 angka 6, pasal 4 ayat 3, pasal 5 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 UU kehutanan

Dan apa yang menjadi problem disini yaitu

Polemik yang sering timbul adalah dalam hal pengakuan hak ulayat atau kepemilikan hak atas tanah.
Hak ulayat yaitu hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat yang dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan diakui oleh negara dimana dalam teorinya hak ulayat dapat mengembang
(menguat) dan mengempis (melemah). Dengan telah diakuinya hak-hak kesatuan masyarakat hukum
adat tetapi mengapa masih banyak permasalahan itu terjadi di daerah-daerah Indonesia. Banyak
penggunaan tanah ulayat yang berakhir sengketa karena tidak sesuai dengan seharusnya.
Dewan juri yang terhormat

Dimana solusi nya adalah yang sudah tercantum dalm UUPA yang

sejatinya ini sudah Dalam hal penguasaan

lahan oleh masyarakat adat pada


dasarnya telah diatur dalam Pasal
5 UU No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Pokok
Agraria (UUPA) yang menyatakan
bahwa “Hukum agraria yang
berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat,
sepanjang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional
dan negara, yang berdasarkan
atas persatuan bangsa, dengan
sosialisme Indonesia serta dengan
peraturan-peraturan yang
tercantum dalam UU ini dan
dengan peraturan perundangan
lainnya, segala sesuatu dengan
mengindahkan unsur-unsur yang
bersandar pada hukum agama”

dimana hal tersebut dinilai sangat komprensif dan hanya penerapannya yg harus diperbaikin dewan juri
yang terhormat

sekali lagi kami tegaskan bahwa kita harus mengamini mosi ini. Sekian
assalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai