Nim : A.131.20.0123
Tugas
1. Hukum adat di dalam UUD 1945 : pada pasal 18B ayat (2) UUD 1945 dimana
menyebutkan”Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang” yang berarti bahwa
negara mengakui keberadaan hukum adat serta konstitusional haknya dalam
system hukum Indonesia. Disamping itu juga diatur dalam Pasal 3 UUPA
“Pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-
masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara,
yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi”.
4. UUD no 1 darurat 1951 : pada pasal pasal 1 ayat (2) “.segala Pengadilan Adat
(Inheemse rechtspraak inrechtstreeksbestuurd gebied), kecuali peradilan
Agama jika peradilan itu menurut hukum yang hidup merupakan satu bagian
tersendiri dari peradilan Adat”.
5. dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 : Dekrit, tanggal 5 Juli 1959, yang
menetapkan pembubaran Konstituante, dan berlakunya kembali UUD 1945,
serta tidak berlakunya lagi UUDS 1950. Kemudian berdasarkan Ketetapan
MPRS Nomor : II/1960, maka Hukum Adat menjadi landasan tata hukum
nasional. Dengan adanya Tap MPRS tersebut, maka sebagaimana dikatakan
Prof. DR. Moh. Koesnoe, SH Hukum Adat berkembang sebagai berikut :
- Bahwa Hukum Adat tidak lagi dinyatakan sebagai hukum golongan yang
lambat laun harus hilang karena perkembangan dan karena tertuang dalam
kodifikasi dan undang-undang, Hukum Adat dengan ketetapan tersebut
merupakan landasan, dasar susunan dan sumber nasional.
- Bahwa pengertian hukum adat tidak akan lagi dapat mengikuti pengertian-
pengertian yang diterima pada waktu sebelum perang dunia kedua dengan
ciri-cirinya yang diketahui pada waktu itu.
- Bahwa akibat perubahan kedudukan kedudukan di atas, yaitu berubah pula
isinya dan berubah pula lingkungan kuasanya atas orang dan ruang.
Hukum Adat tidak lagi dapat dihubungkan dengan kebiasaan-kebiasaan
daerah-daerah yang dapat dinamakan hukum, tetapi dihubungkan dengan
suatu nilai yang lebih tinggi dan abstrak.
6. Ketetapan MPRS No.II/MPRS/1960) MPRS juga mengeluarkan ketetapan
yang mengakui hukum adat. Dapat dilihat dalam lampiran A Paragraf 1w402
Ketetapan MPRS/No.II/MPRS/1960 :
a. Azas-azas pembinaan hukum nasional supaya sesuai dengan haluan negara
dan berlandaskan pada hukum adat yang tidak menghambat perkembangan
masyrakat adil dan makmur.
b. Di dalam usaha ke arah homogenitas dalam bidang hukum supaya
diperhatikan kenyataan-kenyataan yang hidup di Indonesia
c. Dalam penyempurnaan undang-undang hukum perkawinan dan hukum
waris supaya diperhatikan adanya faktor-faktor agama, adat dan lainnya.
7. UUD no 5 tahun 1960: Undang-undang yang biasa disebut UUPA ini juga
mengakui adanya hukum adat. Pasal yang mengaturnya adalah pasal 3 sampai
pasal 5 UUPA. Misalnya : Pasal 3 UUPA: Dengan mengingat ketentuan-
ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang
serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut
kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa
serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-
peraturan lain yang lebih tinggi.
13. UU No. 11/ 1974 Pasal 3 (1) Air beserta sumber-sumbernya, termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya seperti dimaksud dalam Pasal 1
angka 3, 4 dan 5 Undang-undang ini dikuasai oleh Negara. (2) Hak menguasai
oleh Negara tersebut dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang kepada
Pemerintah untuk: a. Mengelola serta mengembangkan kemanfaatan air dan
atau sumber-sumber air; b. Menyusun mengesahkan, dan atau memberi izin
berdasarkan perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata
pengairan; c. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin peruntukan,
penggunaan, penyediaan air, dan atau sumber-sumber air; d. Mengatur,
mengesahkan dan atau memberi izin pengusahaan air, dan atau sumbersumber
air; e. Menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum dan hubungan-
hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dalam persoalan air dan
atau sumbersumber air; (3) Pelaksanaan atas ketentuan ayat (2) pasal ini tetap
menghormati hak yang dimiliki oleh masyarakat adat setempat, sepanjang
tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional.
Di samping itu Undang-undang ini dapat melimpahkan wewenang tertentu
dari pada Pemerintah tersebut kepada Badan-badan Hukum tertentu, yang
syarat-syaratnya diatur oleh Pemerintah, dengan menghormati hak-hak yang
dimiliki oleh masyarakat hukum adat setempat, ialah masyarakat yang tata
kehidupannya berdasarkan adat, kebiasaan dan keagamaan, termasuk
Lembaga-lembaga masyarakat yang bersifat sosial religius sepanjang hak-hak
itu menurut kenyataan betul-betul masih ada dan pelaksanaannya harus
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu tercapainya tujuan-tujuan yang
dicantumkan dalam Undang-undang ini dan peraturan-peraturan
pelaksanaannya serta tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional.