Anda di halaman 1dari 3

Hukum Agraria

NAMA : OMAS TRIO PRAWIRA

NPM : 16120000063

KLS : HUKUM A.I

HUBUNGAN ANTARA HUKUM TANAH NASIONAL

DENGAN

HUKUM ADAT

1. HUKUM ADAT DALAM UUPA


Sebenarnya istilah hukum adat hanya sebuah istilah teknis ilmiah, yang menunjukkan
aturan-aturan yang berlaku pada masyarakat yang tidak berbentuk peraturan perundang-
undanganyang di bentuk oleh penguasa pemerintahan. Hukum adat adalah adat yang
diterima dan harus dilaksanakan dalam masyarakat yang bersangkutan. (Hilman
Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, hal.1)
Dalam hal ini, hukum adat dalam hukum tanah nasional, dapat di jelaskan sebagai
berikut :

1.1 Hukum tanah nasional tunggal yang berdasarkan hukum adat


UUPA mengakhiri kebhinekaan perangkat hukum yang mengatur bidang
pertanahan dan menciptakan hukum Tanah Nasional tunggal yang di dasarkan dalam
hukum adat.
Pemilihan hukum adat sebagai dasar pembangunan hukum Tanah yang baru
inilah yang membedakan secara hakiki UUPA dan RUU UUPA yang di susun oleh
mentri agrarian Soenarjo. Sebagai mana di ketahui, rancangan Soenarjo dalam
mengadakan unifikasi hukum, tidak memilih hukum adat sebagai dasar hukum utama
pembagnunan hukum tanah yang baru.
UUPA mengunifikasikan hak-hak penguasaan atas tanah, baik hak-hak atas tanah
maupun hak-hak jaminan atas tanah. Semua hak atas tanah yang mendapat pengaturan
dalam perangkat hukum tanah yang lama, kecuali “hak erfpacht untuk pertanian
kecil”, yang serentak dinyatakan hapus dan hak consessie serta hak sewa untuk
perkebunan besar, yang selanjutnya di ubah dan hak yang di atur dalam hak-hak
UUPA. Demikian juga hypotheek dan credietverband sudah tidak ada lagi dalam hal
hak jaminan atas tanah, dan dig anti oleh Hak Tanggungan.
1.2 Hukum adat dalam UUPA
Hukum tanah nasional di susun berdasarkan hukum adat tentang tanah,
dinyatakan dalam Konsiderans/Berpendapat UUPA.
Penyataan mengenai hal ini dapat di jumpai dalam :
a. Penjelasan umum angka III(1)
Dinyatakan bahwa : “dengan sendirinya Hukum Agraria yang baru itu harus
sesuai dengn kesadaran hukum daripada rakyat banyak. Oleh karena rakyat
Indonesia sebagian besar tunduk pada hukum Adat, maka Hukum Agraria
baru tersebut akan didasarkan pula pada ketentuan-ketentua hukum adat itu,
sebagai hukum yang asli, yang di sempurnakan dan disesuaikan pada
kepentingan masyrakat dalam Negara yang modern, dan hububungannya
dengan dunia Internasional serta di sesuaikan dengan sosialisme Indonesia.
Sebagaimana dimaklumi maka Hukum Adat dalam pertumbuhannya tidak
terlepas pula dari pengaruh politik dan masyarakat colonial yang kapitalis
dan masyarakat swapraja yang feudal”.
b. Pasal 5
Dinyatakan bahwa : “Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa adalah Hukum Adat, sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentiangan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa,
dengan sosialisme Indonesia serta denga peraturan-peraturan yang
tercantum dalam undang-undang ini dengan peraturan perundangan lainnya,
segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada
hukum agama”.
c. Pasal 16
Dinyatakan bahwa : pasal ini adalah pelaksana ketentuan dari pasal 4. Sesuai
dengan diletakkannya asas pda pasal 5,
d. Pasal 56
Dinyatakan bahwa : “Selama undang-undang mengenai hak milik
sebagaimana tersebut dalam pasal 50 ayat 1 belum terbentuk, maka yang
berlaku adalah ketentuan-ketentuan Hukum Adat setempat…. Sepanjang tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
e. Pasal 58
Pasal ini tidak menyebutkan hukum adat secara langsung. Tetapi apa yang
disebut peraturan yang tidak tertulis mencakup juga hukum adaat.
Pembatasan-pembatasan bagi berlakunya hukum adat dalam pasal-pasal dan
penjelasannya tersebut tidak mengurangi pentingnya arti ketentuan pokok yang
diletakkan dalam UUPA, bahwa Hukum Tanah Nasional kita memakai Hukum Adat
sebagai dasar dan sumber utama pembangunannya.

2. HUBUNGAN HUKUM ADAT DAN HUKUM TANAH NASIONAL

Secara garis besar, hubungan antara hukum adat dan hukum pertanahan nasional
menunjukkan hubungan fungsional dimana peran hukum adat adalah sebagai sumber
utama dan pelengkap di dalam hokum pertanahan nasional. Hubungan tersebut
ditunjukkan dalam konsideran UUPA (”...perlu adanya hukum agraria nasional yg
berdasarkan atas hukum adat tentang tanah”) dan Pasal 5 UUPA (“Hukum Agraria yang
berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat”).
2.1 Hukum Adat sebagai sumber utama dalam pembentukan Hukum Tanah
Nasional

Makna dari sumber utama adalah bahwa dalam rangka pembentukan Hukum
Tanah Nasional, Hukum Adat merupakan sumber utama untuk memperoleh
bahan-bahannya, yang berupa:

a. Konsepsinya memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak-hak


atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur
kebersamaan. (hak ulayat)
b. Asas-asasnya mengenai asas pemisahan horizontal atau horizontale
scheiding, yaitu memisahkan kepemilikan antara tanah dan bangunan dan atau
tanaman di atasnya.
c. Sistemnya tata jenjang atau hierarkhi hak-hak penguasaan atas tanah dalam
Hukum Tanah Nasional.
Sistem Hukum
1. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
2. Hak Kepala/Tetua Adat
System hukum HTN
1. Hak bangsa Indonesia
2. Hak Menguasai dari Negara
3. Hak-hak Penguasaan Individual
d. Lembaga hukumnya adalah lembaga hukum adat dalam rangka pembangunan
hukum tanah nasioal adalah yang sudah di sempurnakan dan di sesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang akan di layaninnya, yaitu hukum adat yang telah di
modernisir.
2.2 Hukum adat sebagai pelengkap hukum positif hukum tanah nasional
Menunjukkan makna dari pasal 5 UUPA yaitu “hukum Agraria Nasional adalah
Hukum Adat”. Hal ini menujukkan bahwa fungsi hukum adat sebagai sumber
pelengkap dalam Hukum Tanah Nasional positif tertulis. Dalam hukum tanah
nasional tertulis belum lengkap, maka norma-norma hukum adat berfungsi pelengkap.
Jika suatu soal belum ada atau belum lengkap mendapat pengaturan dalam Hukum
Tanah Nasional tertulis, maka yang berlaku terhadapnya adalah ketentuan hukum adat
yang bersangkutan yang beralaku di daerah tersebut pada waktu terjadinya kasus yang
akan diselesaikan atau pada waktu yang diperlukan untuk penyelesainnya.
2.3 Syarat-syarat berlakunya norma-norma hukum adat
Dalam pasal 5 UUPA member syarat-syarat norma hukum adat yang di pakai
sebagai pelengkap :
a. Sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negera
b. Berdasarkan atas persatuan bangsa
c. Tidak bertengtangan dengan sosialisme Indonesia
d. Tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam UUPA
e. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang lainnya

Anda mungkin juga menyukai