Anda di halaman 1dari 18

HUKUM TANAH NASIONAL

 Sifat Nasional UUPA


1. Sifat nasional formal UUPA:
a. Disusun dalam bahasa nasional
Indonesia:
b. Dibentuk di Indonesia di ibukota
negara;
c. Berlaku dalam wilayah Indonesia
d. meliputi seluruh tanah di Indonesia
2. Sifat nasional materiil UUPA:
Tujuan, asas dan isinya sesuai dengan
kepentingan nasional
 Tujuan Hukum Agraria nasional (UUPA):
1. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan
hukum agraria nasional.
2. meletakkan dasar-dasar untuk
mengadakan kesatuan dan
kesederhanaan hukum pertanahan.
3. meletakkan dasar-dasar untuk memberi
kepastian hukum mengenai hak-hak atas
tanah bagi rakyat seluruhnya.
 Dasar-dasar kenasionalan UUPA, dapat dilihat
dalam pasal-pasal dalam UUPA sbb:
a. wilayah Indonesia yang terdiri dari BARAK
merupakan satu kesatuan tanah air dari rakyat
Indonesia yang bersatu sebagai bangsa
Indonesia (Pasal 1 ayat (1)).
b. Pengakuan bangsa Indonesia bahwa
BARAK merupakan karunia Tuhan YME
(Pasal 1 ayat (2))
c. Hubungan bangsa Indonesia dengan BARAK
bersifat abadi (Pasal 1 ayat (3))
d. Negara merupakan badan penguasa atas
BARAK (Pasal 2 ayat (1))
e. Hak ulayat diakui eksentensinya (Pasal 3)
f. Hanya WNI yang mempunyai hubungan
sepenuhnya dengan BARAK (Pasal 9 ayat
(1))
g. laki-laki dan perempuan mempunyai hak
yang sama (Pasal 9 ayat (2))
2. Dasar kesatuan dan kesederhanaan
Pembinaan hukum agraria nasional
diarahkan pada terciptanya unifikasi hukum
pembentukan hukum agraria didasarkan
pada hukum adat karena merupakan hukum
dari sebagian besar masyarakat Indonesia,
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan.
 Langkah-langkah untuk mengadakan kesatuan dan kederhanaan:
1. Dualisme dihilangkan
Sebagai dasar dari pembangunan hukum
agraria nasional adalah hukum adat, yang
mempunyai 2 kedudukan, yaitu:
a. Sebagai dasar utama: terdapat dalam
konsiderans-- hukum adat adalah
merupakan sumber utama untuk memperoleh
bahan-bahan dalam pembentukan hukum
agraria nasional, yang berupa: konsepsi, asas,
lembaga hukum, dan hubungan manusia dengan
tanah.
 Konsepsi Hukum Adat: komunalistik religius,
yang ,memungkinkan penguasaan tanah secara
individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat
pribadi sekaligus mengandung unsur kebersamaan,
serta mengakui bahwa BARAK adalah karunia
Tuhan YME.
 Asas-asas dalam Hukum Adat :
1. Asas religiusitas: pasal 1
2. Asas kebangsaan : Pasal 1,2 dan 9
3. Asas demokrasi: pasal 9
4. Asas kemasyarakatan, pemeratan dan
keadilan sosial: Pasal 6,7,10,11.
5. Asas penggunaan dan pemeliharaan Tanah
secara berencana: pasal 14 dan 15.
6. Asas pemisahan horisontal tanah dan
bangunan di atasnya: ketentuan HGB
 Lembaga Hukum adat:
Disempurnakan dan disesuaikan dengan
kepentingan masyarakat dan negara yang
modern dalam hubungannya dengan dunia
internasional.Misal: lembaga jual beli -
harus dibuktikan dengan akta yang dibuat
PPAT
 Hubungan Manusia dengan Tanah:
Menurut hukum adat, hak tertinggi adalah hak
ulayat (hak bersama masyarakat atas tanah), akan
tetapi kemudian masyarakat melimpahkan
kewenangan hak penguasaan itu kepada kepala
adat (hak menguasai dari kepala adat). Kemudian
kepala adat melalui hak penguasaan tersebut dapat
memberikan hak-hak atas tanah secara perorangan.
Sistem sebagaimana tersebut di atas adalah juga
yang dipakai dalam UUPA sekarang ini dengan
perubahan istilah sebagai berikut:
 Hak tertinggi disebut hak bangsa (pasal 1
ayat (2) UUPA). Selanjutnya mereka
melimpahkan kekuasaan itu kepada negara
yang disebut hak menguasai dari negara
(Pasal 2 UUPA). Selanjutnya negara
mempunyai kewenangan memberikan hak
atas tanah kepada perseorangan (Pasal 4
UUPA).
 Hukum adat sebagai dasar pelengkap UUPA, terdapat dalam
ketentuan Pasl 5 UUPA, yaitu:
UUPA hanya mengatur ketentuan dasar/pokoknya saja, masih
perlu dilengkapi dengan peraturan pelaksanaan, dan ini bisa
diambil dari ketentuan hukum adat, dengan syarat:
a. Tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional/negara;
b. Tidak bertentangan dengan tujuan sosialisme Indonesia;
c. Tidak bertentangan dengan asas yang ada dalam UUPA
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan agraria
lainnya
e. Harus memperhatikan unsur hukum agama
 Dengan demikian sumber-sumber hukum
tanah yang tertulis:
1. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945;
2. UUPA
3. Peraturan-peraturan pelaksanaan UUPA
4. Peraturan-peraturan lama yang sementara
waktu masih berlaku berdasarkan pasal
peralihan.
 Hukum tanah yang tidak tertulis adalah:
a. Norma-norma hukum adat yang sudah
disaneer menurut ketentuan Pasal 5, 56,
dan 58.
b. Hukum kebiasaan baru
c. Perjanjian yang diadakan para pihak
b. Diadakan ketentuan Konversi
Semua hak atas tanah yang ada pada mulai berlakunya UUPA
dikonversi menjadi salah satu hak yang ada dalam UUPA
c. Diadakan pencabutan beberapa peraturan yang
berhubungan dengan hukum tanah
Yang dicabut:
1. Seluruh Pasal 51 IS
2. Pernyataan domein
3. Peraturan tentang Agrarisch Eigendom
4. Buku ke II KUHPerdata sepanjang mengenai BARAK
d. Diadakan Pasal-pasal peralihan dalam
UUPA, yaitu:
1. Pasal 56 tentang hak milik
2. Pasal 57 tentang hypotik, tetapi sekarang
ketentuan hypotik menjadi tidak berlaku
dengan adanya UU No. 4 Tahun 1996
tentang hak tanggungan
3. Pasal 58 tentang hal yang umum
3. Dasar-dasar Kepastian Hukum
Untuk mewujudkan kepastian hukum dilakukan:
a. Unifikasi dan kodifikasi hukum
Kodifikasi perangkat tertulis, dan unifikasi yang
berlaku bagi semua orang.
b. Pendaftaran tanah
Pasal 19 ayat (1) UUPA: Pemerintah wajib
menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Indonesia
Pasal 23 UUPA pendaftaran tanah untuk hak milik
Pasal 32 UUPA  pendaftaran tanah untuk HGU
Pasal 38 UUPA pendaftaran tanah untuk HGB
PMA No. 1 Tahun 1966  pendaftaran tanah untuk
hak pakai
Ketentuan pendaftaran tanah ini diatur lebih lanjut
dengan PP No. 24 Tahun 1997.

Anda mungkin juga menyukai