NPM : 110110190165
Menurut Soerjo Wignjodipoero,ulayat Hak ulayat itu sendiri bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat hukum adat.Bagi masyarakat hukum adat tanah itu
mempunyai kedudukan yang sangat penting karena merupakan satu-satunya benda
kekayaan yang bersifat tetap dalam keadaannya, bahkan lebih menguntungkan.
Selain itu tanah merupakan tempat tinggal, tempat pencaharian, tempat
penguburan, bahkan menurut kepercayaan mereka adalah tempat tinggal dayang-
dayang pelindung persekutuan dan para leluhur persekutuan. 1
Saat ini meskipun Indonesia telah memiliki unifikasi hukum pertanahan yang
berpuncak di UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA). Dengan adanya UUPA tersebut, tidak ada lagi dualisme hukum
pertanahan, dimana hukum yang berlaku didasarkan padagolongan masing-masing
namun penting untuk diingat bahwa hukum adat dan termasuk pula didalamnya ada
hak ulayat adalah merupakan dasar hukum Tanah Nasional. 2
Di dalam UUPA rumusan Hak Ulayat secara tegas dapat dilihat di dalam Pasal 3
yang menyebutkan bahwa dengan mengingat ketentuan dari Pasal 1 dan Pasal 2
pelaksanaan hak-hak ulayat dan hak-hak yang serupa dengan itu dari masyarakat
hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan
1
Salle Aminuddin, 2007, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Kreasi Total Media, Yogyakarta.
2
UU No. 5 Tahun 1960
bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang
lebih tinggi.3
Pasal 18B ayat 2 UUD 1945 menyatakan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
suatu masyarakat untuk dapat dikategorikan sebagai masyarakat hukum adat
beserta hak ulayat yang dapat dinikmatinya secara aman. Persyaratan-persyaratan
itu secara kumulatif adalah:
3
Arizona Yance, 2008, mengintip Hak Ulayat Dalam Konstitusi Indonesia.
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat (“Permen ATR/BPN 18/2019”), diuraikan lebih
lanjut mengenai ‘hak ulayat kesatuan masyarakat hukum adat atau yang serupa itu’.
Hak ulayat kesatuan masyarakat hukum adat atau yang serupa itu adalah hak
kesatuan masyarakat hukum adat yang bersifat komunal untuk menguasai,
mengelola dan/atau memanfaatkan, serta melestarikan wilayah adatnya sesuai
dengan tata nilai dan hukum adat yang berlaku.
Kesatuan masyarakat hukum adat sendiri adalah sekelompok orang yang memiliki
identitas budaya yang sama, hidup secara turun temurun di wilayah geografis
tertentu berdasarkan ikatan asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal,
memiliki harta kekayaan dan/atau benda adat milik bersama serta sistem nilai yang
menentukan pranata adat dan norma hukum adat sepanjang masih hidup sesuai
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam halprosedur keseluruhan untuk menetapkan komunitas hukum adat dan hak
atas tanah ulayatnya kini dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan
Masyarakat Hukum Adat (“Permendagri 52/2014”).
Dalam peraturan tersebut, digunakan istilah ‘wilayah adat’, yaitu tanah adat yang
berupa tanah, air, dan atau perairan beserta sumber daya alam yang ada di atasnya
dengan batas-batas tertentu, dimiliki, dimanfaatkan dan dilestarikan secara turun-
temurun dan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
4
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
yang diperoleh melalui pewarisan dari leluhur mereka atau gugatan kepemilikan
berupa tanah ulayat atau hutan adat.
Mengenai penyelesai hak ulayat ini diatur dalam Peraturan Menteri Agraria
tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Ditentukan bahwa :
Lebih lanjut pengaturan mengenai hak ulayat diserahkan kepada peraturan daerah
masing-masing di mana hak ulayat itu berada. Realisasi dari pengaturan tersebut
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat, yang dipergunakan sebagai pedoman dalam daerah
melaksanakan urusan pertanahan khususnya dalam hubungan dengan masalah hak
ulayat masyarakat adat yang nyata-nyata masih ada di daerah yang bersangkutan.
Peraturan ini memuat kebijaksanaan yang memperjelas prinsip pengakuan terhadap
hak ulayat dan hak-hak serupa dari masyarakat hukum adat,
2. Kriteria dan penentuan masih adanya hak ulayat dan hak-hak yang serupa dari
masyarakat hukum adat
Ketiga unsur tersebut pada kenyataannya harus masih ada secara kumulatif.
Penelitian mengenai unsur hak ulayat di atas akan ditugaskan kepada Pemerintah
Kabupaten, yang dalam pelaksanaannya mengikutsertakan para pakar hukum adat
dan para tetua adat setempat.
Mengenai eksistensi hak ulayat ini juga dapat ditemui pada perubahan keempat
UUD 1945 ditetapkan juga di Pasal 32 ayat (1) bahwa Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradapan dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya. Dimana bearti kebudayaan ini masih teteap ada. Begitu pula pada Pasal
28 ayat (3) UUD 1945 bahwa identitas budaya dan masyarakat tradisional dihormati
selaras dengan perkembangan zaman dan peradapan.
7
Lutfi Nasution, 2011, Catatan Ringkas tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan dan
Pemnfaatan Tanah, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sarasehan Oleh Badan Pertanahan Nasional, Jakarta