2 Maret 2021
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e- ISSN: 2656-6753
Terakreditasi Peringkat 5 (No. SK: 85/M/KPT/2020)
Jasardi Gunawan
Prodi Ilmu Pemerintahan, Institut Ilmu Sosial Budaya Samawa Rea
Email Korespondensi: jasardiprbadiku467@gmail.com
itu, ada hak-hak yang terkaitdengan hak diatur dalam UU sektoral. Dalam kasus
kesenian, melukis, memahat, dan hak atas konflikpertanahan, terdapat 1400 kasus
keyakinan dan kepercayaan. sengketa agraria di Pengadilan Sumatera
Meskipun perubahan kebijakan politik Barat taksatu pun pihak masyarakat adat
dan hukum terhadap dimenangkan. Sama halnya dengan tanah
pengembanganmasyarakat hukum adat telah Hak UlayatNagari sekitar 100ha telah
terjadi, nasib masyarakat hukum adat sampai berpindah menjadi tanah Departemen
saat inibelum mengalami perubahan Kehutanan.
signifikan. Pertama, Pengakuan dan DasSeinterlihat bahwa ketidakadilan
penghormatanterhadap masyarakat hukum dan marginalisasi terhadap MHA selama
adat sebagaimana diatur dalam Pasal 18B periode kekuasaan Presiden Soeharto.
ayat (2) dan28I ayat (3) UUD 1945 belum Berbagai isu seputar agraria yang
dapat diimplementasikan, dan karena itu diperbincangkaan: konflik perebutan sumber
MHA belummemperoleh manfaat nyata. daya, privatisasi lahan, pengambilalihan
Kedudukan MHA yang bukan subyek tanah (land-grabbing), klaim-reclaiming dan
hukum (legalstanding) bukan saja tidak sebagainya, dalam perkembangannya telah
memiliki kewenangan untuk menguasai menyita perhatian gerakan sosial, intelektual
sesuatu hak milik,tetapi juga mereka tidak organik dan pengamat baik dalam dan luar
dapat berperkara di pengadilan. Padahal, UU negeri. Dalam lima kasus gugatan MHA
No. 24 Tahun2003 memberikan peluang nyaris tidak satupun ada yang dikabulkan.
pada MHA untuk dapat berperkara di Terkecuali ada kasus di Papua yang
MahkamahKonstitusi RI. dikabulkan, tetapi hal itu lebih dikarenakan
Kedua, ketidakjelasan kedudukan adanya penggantian legal standing dari
hukum MHA tersebut berakibat MHA menjadi perseorangan. Situasi ini
ketidakpastian hukum dan keadilan hukum telah memperparah hubungan antara
tidak dapat diperoleh. Hak-hak pemerintah pusat dan masyarakat hukum
konstitusionalMHA yang seharusnya dapat adat jika tidak memiliki kepastian hukum.
dimanfaatkan oleh warga masyarakat. Konflik vertikal maupun horizontal
Kondisi merekadalam bidang pendidikan, terus terjadi karena rekognisi masyarakat
bidang kebudayaan, di bidang pelayanan adat tidak dilakukan secara penuh dan
kesehatan,dan bidang sosial ekonomi efektif sehingga tidak telihat moral etik
umumnya terbelakang. Ketika MHA dalam muatan rekognisi hak masyarakat
memperjuangkanhak-hak konstitusional adat dalam konstitusi. Menurut Muhammad
mereka akibat kebijakan ekonomi nasional dahlan bahwa rekognisi hak MHA yang
seperti tanah-tanah adat mereka dikuasai efektif mengandung lima klasifikasi:
oleh pemilik modal domestik dan asing tidak rekognisi konstitusional atas perbedaan
dapatdicegah. Kebijakan pembangunan kultural (constitutional recognition of
nasional yang diselenggarakan di berbagai cultural diversity), rekognisi konstitusional
daerah,apakah karena pertambangan mineral atas hak menentukan nasib sendiri secara
gas, minyak dan batu bara lainnya, budaya (constitutional recognitionof
ataukahakibat tumpang tindih pengaturan cultural self determination), rekognisi
antara tanah-tanah adat dengan pihak konstitusional atas hukum adat
kehutanan,maka MHA yang terkalahkan. (constitutional recognition of customary
Padahal pengakuan dan penghormatan law), rekognisi konstitusional atas hak
terhadapMHA, secara tekstual telah jelas berpolitik (constitutional recognition of
sering berdasar pada Penjelasan UUD suatu komunitas dapat diakui keberadaan
1945 Pasal 18 angka II yang berbunyi: sebagai masyarakat adat. Ada empat
“Dalam territoir Negara Indonesia persyaratan keberadaan masyarakat adat
terdapat lebih kurang 250 menurut Pasal 18B ayat (2) UUD 1945
zelfbesturende landchappen dan antara lain:
volksgetneenschappen, seperti desa a. Sepanjang masih hidup
di Jawa dan Bali, negeri di b. Sesuai dengan perkembangan
Minangkabau, dusun dan marga di masyarakat
Palembang dan sebagainya. Daerah- c. Prinsip Negara Kesatuan Republik
daerah itu mempunyai susunan asli, Indonesia
dan oleh karenanya dapat dianggap d. Diatur dalam undang-undang
sebagai daerah yang bersifat 2. Pendekatan HAM (pasal 28i (1) dan (2))
istimewa. Negara Republik Pengaturan terkait hak-hak
Indonesia menghormati kedudukan masyarakat adat diatur dalam Pasal 28I
daerah-daerah istimewa tersebut ayat (3) berbunyi:
dan segala peraturan negara yang “Identitas budaya dan hak
mengenai daerah-daerah itu akan masyarakat tradisional dihormati
mengingati hak-hak asal-usul daerah selaras dengan perkembangan
tersebut.” zaman dan peradaban.”
Dalam UUD NRI 1945 Pasal 18B Secara substansial, pola materi
ayat (2) merujuk kepada kesatuan- muatan dari Pasal 28I ayat (3) ini hampir
kesatuan masyarakat adat yang secara sama dengan materi muatan Pasal 6 ayat
kelembagaan merujuk pada desa, nagari, (2) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
dusun, marga atau bentuk lainnya. Oleh Asasi Manusia (UU HAM) yang
karena itu, pembicaraan mengenai berbunyi: “Identitas budaya masyarakat
masyarakat adat dalam tulisan ini adalah hukum adat, termasuk hak atas tanah
membicarakan masyarakat adat yang ulayatdilindungi, selaras dengan
dimaksud dalam Pasal 18B ayat (2) UUD perkembangan zaman.” UU HAM lahir
1945 Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 satu tahun sebelum dilakukannya
sebagai salah satu landasan konstitusional amandemen terhadap Pasal 28I ayat (3)
masyarakat adat menyatakan pengakuan UUD 1945. Kuat dugaan, Pasal 28I ayat
secara deklaratif bahwa negara mengakui (3) UUD 1945 dan juga beberapa
dan menghormati keberadaan dan hak- ketentuan terkait hak asasi manusia
hak masyarakat adat. Pasal 18B ayat (2) lainnya di dalam konstitusi mengadopsi
berbunyi : materi muatan yang ada di dalam UU
“Negara mengakui dan menghormati HAM.
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum Namun ada sedikit perbedaan
adat beserta hak-hak tradisionalnya antara Pasal 28I ayat (3) UUD 1945
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan Pasal 6 ayat (2) UU HAM. Pasal
dengan perkembangan masyarakat 6 ayat (2) UU HAM mengatur lebih tegas
dan prinsip Negara Kesatuan dengan menunjuk subjek masyarakat
Republik Indonesia, yang diatur dalam hukum adat dan hak atas tanah ulayat.
undang-undang.” Sedangkan Pasal 28I ayat (3) membuat
Pengakuan tersebut memberikan rumusan yang lebih abstrak dengan
batasan-batasan atau persyaratan agar menyebut hak masyarakat tradisional.
Hak masyarakat tradisional itu daya alam inilah yang kemudian menjadi
sendiri merupakan istilah baru yang salah satu kearifan lokal atau kearifan
sampai saat ini belum memiliki definisi tradisional masyarakat dalam pengelolaan
dan batasan yang jelas. Pasal 28I ayat (3) sumber daya alam dan lingkungan hidup.
UUD 1945 juga mempersyaratkan Ketentuan ini menjadi landasan
keberadaan dan hak-hak masyarakat adat konstitusional dalam melihat masyarakat
sepanjang sesuai dengan perkembangan dari dimensi kebudayaan. Hak yang
zaman. Pendekatan konstitusional diatur dalam ketentuan ini yaitu hak
terhadap Pasal 28I ayat (3) UUD 1945 ini untuk mengembangkan nilai-nilai budaya
adalah pendekatan HAM. Hal ini nampak dan bahasa daerah. Tidak dapat
jelas dalam sistematika UUD 1945 yang dipungkiri bahwa pendekatan
meletakkan Pasal 28I ayat (3) UUD 1945 kebudayaan dalam melihat adat istiadat
di dalam Bab XA tentang Hak Asasi dari masyarakat adat menjadi pendekatan
Manusia bersamaan dengan hak-hak asasi yang paling aman bagi pemerintah karena
manusia lainnya. Oleh karena itu, instansi resiko pendekatan ini tidak lebih besar
pemerintah yang paling dibandingkan dengan pendekatan
bertanggungjawab dalam landasan lainnya.
konstitusional ini adalah Kementerian Rekognisi konstitusional atas
Hukum dan HAM serta Komisi Nasional perbedaan kultural (constitutional
Hak Asasi Manusia. recognitionof cultural diversity).
3. Pendekatan Kebudayaan (pasal 31 (2)) Klasifikasi ini menuntut adanya
Dalam konstitusi yang berkaitan pengakuan terhadap keragaman budaya
dengan keberadaan dan hak-hak oleh negara sebagai elemen struktural
masyarakat adat adalah Pasal 32 ayat (1) dari sistem sosial politik seperti Bolivia
dan ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: yang mendefinisikan dirinya sebagai
Pasal 32 ayat (2) negara plurinasional. Tiap MHA
“Negara memajukan kebudayaan memiliki otonominya masing -masing
nasional Indonesia di tengah dan tidak ada satupun dalih yang
peradaban dunia dengan menjamin membenarkan tindakan hukum dari
kebebasan masyarakat dalam negara untuk mengenyampingkan
memelihara dan mengembangkan otonomi tersebut kecuali melalui proses
nilai-nilai budayanya.” yang demokratis dan terbuka.
Pasal 32 ayat (2) Dalam konstitusi tidak mengatur
“Negara menghormati dan rekognisi hak masyarakat adat dengan
memelihara bahasa daerah sebagai pendekatan :
kekayaan budaya nasional.” 1. Pendekatan Sumber daya Alam
Kedua ketentuan ini tidak terkait Rekognisi konstitusional atas
langsung dengan hak masyarakat adat hak mengklaim dan berjuang untuk
atas sumber daya alam. Namun dalam hak komunal atas tanah, teritori dan
kehidupan keseharian masyarakat adat, sumber daya alam (constitutional
pola-pola pengelolaan sumber daya alam recognitionof right to claim and fight
tradisional sudah menjadi budaya for collective rights of lands,
tersendiri yang berbeda dengan pola-pola teritories,and natural resources).25
yang dikembangkan oleh masyarakat Rekognisi ini dipandang empat sarjana
industri. Pola-pola pengelolaan sumber tersebut sebagai elemen paling penting
sistem sistem hukum yang berlaku adalah Fishman, Shammai, “Fiqh al-Aqalliyat: A
ccommon law syistem. Legal Theory for Muslim
Minorities”, (Hodson Institute:
SARAN Research Monograph on the
Dibutuhkan undang-undang khusus Muslim World, Series No. 1, Paper
yang mengatur tentang Pengakuan, No. 2, October 2006), dalam Dr.
Perlindungan masyarakat adat guna untuk Ahmad Imam Mawardi, Fiqh
bisa meminimalisir terjadinya ketidak adilan Minoritas,.
dan marjinalisasi terhadap harkat dan Hasanah , Siti, Potret Integritas moral wakil
martabat masyarakat adat. sehingga dengan rakyat indonesia: Studi Terhadap
adanya undang-undang khusus tentang Penegakkan Kode etik DPR RI,
pengakuan dan perlindungan, masyarakat Dalam Transendensi Hukum
adat bisa mencapai hak-haknya. prospek dan implementasi. Genta
Format Tabel publishing. Yogyakarta
Kuntowidjoyo, Islam sebagai ilmu.:
Efistimologi, metodelogi, dan
etika. Yogyakarta. Tiara wacana.
Table 1. kriteria validitas instrument 2006.
pengetahuan metakognisi berdasarkan Mahfud MD dkk, dalam suatu Seminar
rata-rata nilai validator Nasional, Hukum dan Hukum Adat
Interval Nilai kriteria di Dalam Sistem Ketatanegaraan
>3,6 Sangat Valid RI. Kencana Suluh. Senin 01 Maret
2,8-3,6 Valid 2010.
Mahmashani, Subhi, Falsafah al-Tasyri’ fi
DAFTAR PUSTAKA al-Islam, Dar al-‘Ilm li al-Malayiin,
Anaya, S,( 1996), Oxford University Press, Beirut, cet. V, hlm.220-223,
Indigenous Peoples in International (http://huseinmuhammad.net/huku
Law m-islam-yang-tetap-dan-yang-
An-Naim, (2007), Bandung: Mizan, berubah/#sth ash.p376gTz7.dpuf),
Abdullahi Ahmed, Islam dan akses 26 Novemver 2019
Negara Sekuler: Menegosiasikan Mawardi, Ahmad Imam, MA, Fiqh
Masa Depan, Syariah, Minoritas: Fiqh Al- Aqalliyyat dan
Arizona, Yance , Antara Teks dan konteks: Evolusi Maqasid al-Syari’ah dari
Dinamika pengakuan hukum Konsep ke Pendekatan,
terhadap hak masyarakat adat atas (Yogyakarta: LkiS Group, 2012),
sumber daya alam di Indonesia. Nasir, Gamal abdul, Mengawal Pengakuan
Dahlan, Muhammad, Undang : Jurnal dan eksistensi hak ulayat.taah
Hukum, Vol. 1 No. 2 (2018), ulayat masyarakat hukum adat,
Rekognisi Hak Masyarakat Hukum dalam Hukum Transedental
Adat dalam Konstitusi “Fakultas Pengembangan dan Penegakkan
Hukum Universitas Brawijaya. Hukum di Indonesia. Genta
Kleden ,Emil, hasil penelitian Asep Yunan Publishing., Yogyakarta.
Firdaus 2007 (Kompas, 10 Agustur Porta , Della dkk, Approaches and
2007) Methodologie in the Social