Anda di halaman 1dari 23

TUGAS 1

Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Silakan kerjakan Tugas 1 di bawah ini. Pastikan jawaban Anda tidak duplikasi dengan teman-
teman Anda

1. Jelaskan dasar berlakunya dan ciri-ciri hukum adat di Indonesia!

Dasar-dasar Hukum dari Hukum Adat antara lain:

1. Dasar Yuridis
Tidak ada satu pasal pun yang mengatur secara positif tentang berlakunya Hukum
Adat, tetapi ada satu aturan peralihan yaitu pasal II aturan peralihan UUD 1945 yang
berbunyi: "Segala  badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama
belum diadakan yang baru menurut UUD ini. "

Adapun selanjutnya bahwa peraturan yang ada sebelum UUD 1945 tersebut
antara lain:
1. Peraturan dari Pemerintah Balatentara Jepang untuk Jawa dan Madura tanggal 7
Maret 1942, yaitu UU No. I, dimana pasal 3-nya menyatakan: "Semua badan
pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang- undang dari pemerintah yang
dulu tetap diakui sah untuk sementara waktu asaI tidak bertentangan dengan
peraturan pemerintahan militer."
2. Untuk daerah di luar pulau Jawa dan Madura dan badan - badan kekuasaan lain yang
tindakan/tindakan-tindakannya tentang hal ini boleh dikatakan sama.
3. Pasal 131 Indisehe Staal Regeling (IS) ayat 2 sub b, sebagai dasar untuk menyelidik
dan sebagai petunjuk pada pembentukan ordonansi bahwa dalam membentuk
ordonansi yang memuat aturan-aturan perdata bagi golongan pribumi maka Hukum
Adatnya harus dihormati, tapi jika kepentingan umum atau masyarakat
menghendakinya, maka pembentuk ordonansi dapat menyimpang.

1
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Selama ordonansi yang dimaksud ayat 2 sub b tadi belum ada, sebagai aturan
peralihan dalam ayat 6 pasal 131 IS bahwa apa yang berlaku bagi golongan pribumi
mengenai Hukum Perdata pada saat ini tetap berlaku sepanjang dan selama tidak
diganti dengan ordonansi seperti yang dimaksud pada ayat 2 sub b.

Saat yang dimaksud adalah saat mulai berlakunya pasal 131 IS, untuk itu kita melihat
vang berlaku pada saat ini yaitu pasal 75 RR, ialah: Hukum Adat yang tidak tertulis
berlaku pada golongan pribumi, asalkan tidak bertentangan dengan dasar-dasar
keadilan yang diakui oleh umum.

Dalam literatur dari Suroyo dicantumkan juga dasar hukum berlakunya Hukum


Adat, yaitu:
UU No. 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,
antara lain dalam:
1. Pasal 23 ayat I, bahwa segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan
dasar-dasar putusan itu. juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari
peraturan yang bersangkutanatau sumber hukum tidak tertulis yang dijadikan
dasar untuk mengadili;
2. Pasal 27 ayat I, bahwa hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib
menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Dengan melihat pada konstitusi  kita:


1. UUD 1945 (17 Agustus 1945), Memiliki pasal 11 Aturan Peralihan, berarti pasal
131 ayal 2 b IS tetap berlaku.
2. Konstitusi RIS 1949 ( 27 Desember 1949), Memiliki pasal 192 (2) Peraturan
Peralihan, berarti pasal 131 ayal 2 b IS tetap berlaku.

2
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
3. UUDS 1950 (17 Agustus 1950), Memiliki pasal 142 Peraturan Peralihan, berarti
pasal 131 ayat 2 b IS tetap berlaku.
4. Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Berlakunya kembali UUD 1945 - pasal II Aturan
Peralihan, berarti pasal 131 ayal 2 b IS tetap berlaku.

2. Dasar Sosiologis
Hukum  yang berlaku di suatu negara merupakan  suatu  sistem artinya bahwa
hukum itu merupakan tatanan, merupakan satu kesatuan  yang utuh yang  terdiri dari
bagian-bagian  atau  unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya (Mertokusumo,
l986:100). Dengan kata lain bahwa sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri  dari
unsur-unsur  yang mempunyai  interaksi satu  sama lainnya dan bekerja bersama untuk
mencapai tujuan. Keseluruhan tata hukum nasional yang berlaku di Indonesia dapat
disebut sebagai sistem hukum nasional. Sistem hukum berkembang  sesuai dengan
perkembangan hukum. Selain itu sistem hukum mempunyai sifat yang
berkesinambungan, kontinyuitas dan  lengkap. 
Dalam  sistem hukum nasional wujud/ bentuk hukum yang  ada  dapat dibedakan
menjadi   hukum tertulis ((hukum yang  tertuang  dalan perundang-undangan)  dan
hukum yang tidak tertulis  (hukum  adat, hukum kebiasaan).
Hukum  yang berlaku di suatu negara dapat dibedakan  menjadi hukum yang
benar-benar berlaku sebagai the living law (hukum yang hidup)  ada hukum yang
diberlakukan tetapi tidak berlaku  sebagai the  living  law. Sebagai contoh Hukum yang
berlaku  dengan  cara diberlakukan adalah hukum tertulis yaitu dengan cara  diundangkan
dalam  lembaran negara.  Hukum tertulis dibuat ada  yang  berlaku sebagai the living law
tetapi juga ada yang tidak berlaku sebagai the  living law karena tidak ditaati/
dilaksanakan  oleh  rakyat.

3
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Hukum tertulis yang diberlakukan dengan cara diundangkan dalam lembaran
negara  kemudian dilaksanakan dan ditaati  oleh  rakyat dapat dikatakan sebagai hukum
yang hidup (the living law.)
Sedangkan hukum tertulis yang walaupun telah diberlakukan  dengan cara
diundangkan dalam lembaran negara tetapi  ditinggalkan  dan tidak dilaksanakan oleh
rakyat  maka tidak dapat dikatakan  sebagai the living law. Salah satu contohnya  adalah
UU nomor 2 tahun 1960 tentang Bagi hasil.
Hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis tidak  memerlukan prosedur/
upaya seperti hukum tertulis, tetapi dapat  berlaku dalam  arti dilaksanakan oleh
masyarakat dengan sukarela   karena memang itu miliknya. Hukum adat dikatakan
sebagai the living  law karena Hukum adat berlaku di masyarakat, dilaksanakan dan
ditaati oleh  rakyat  tanpa  harus melalui  prosedur  pengundangan  dalam lembaran
negara.  Berbagai  istilah untuk menyebut hukum yang  tidak  tertulis sebagai  the living
law yaitu ( People law, Indegenous  law,  unwritten law, common law, customary law
dan sebagainya).

3. Dasar Filosofis
Adapun yang dimaksud dasar filosofis dari Hukum Adat adalah sebenarnya nilai-
nilai dan sifat Hukum Adat itu sangat identik dan bahkan sudah terkandung dalam butir-
butir Pancasila. Sebagai contoh, religio magis, gotong royong, musyawarah mufakat dan
keadilan. Dengan demikian Pancasila merupakan kristalisasi dari Hukum Adat.
Dasar Berlakunya Hukum Adat ditinjau dari segi Filosofi Hukum Adat yang
hidup, tumbuh dan berkembang di Indonesia sesuai dengan perkembangan jaman yang
berfiat luwes, fleksibel sesuai dengan nilai-nilai Pancasila seperti yang tertuang  dalam
pembukaan UUD 1945.UUD 1945 hanya menciptakan pokok-pokok pikiran yang 
meliputi  suasana kebatinan  dari UUD RI. Pokok pokok pikiran  tersebut menjiwai cita-
cita hukum  meliputi hukum negara  baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam

4
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
pembukaan UUD 1945 pokok pokok  pikiran yang menjiwai  perwujudan cicta-cita
hukum dasar negara adalah Pancasila.
Penegasan Pancasila sebagai sumber tertib hukum sangat berarti bagi hukum adat
karena Hukum Adat berakar pada kebudayaan rakyat sehingga
dapat menjelmakan perasaan hukum yang nyata dan hidup dikalangan rakyat dan
mencerminkan kepribadian masyarakat dan bangsa Indonesia (Wignjodipoero,  l983:14).
Dengan demikian hukum adat secara filosofis merupakan hukum yang berlaku sesuai
Pancasila sebagai  pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia.

Hukum Adat di Indonesia memiliki ciri-ciri khas yang brebeda dari hukum
lainnya. F.D. Hollemann mengemukakan ada 4 corak atau sifat umum Hukum Adat yang
merupakan satu kesauan, sebagai berikut:
1. Mempunyai corak magis religius yang berhubungan dengan pandangan hidup alam
Indonesia.
2. Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat, artinya manusia menurut
hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat, rasa
kebersamaan ini meliputi seluruh lapangan hukum adat.
3. Hukum adat diliputi oleh pikiran penataan serba konkrit, artinya hukum adat sangat
memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya perhubungan hidup yang konkrit.
4. Kontan (Kontante Handeling). Sifat ini mengandung arti sebagai kesertanertaan,
terutama dalam hal pemenuhan prestasi.

Disamping 4 (empat) corak hukum adat yang dikemukakan Holleman diatas, ada
sifat khas lainnya dari hukum adat, sebagai berikut:
a. Tradisional
Hukum Adat pada hakekatnya adalah tradisi juga, yaitu praktek kehidupan warga
masyarakat dalam pergaulan hidup bermasyarakat yang dianggap benar oleh

5
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
norma-norma yang diciptakannya sendiri dan diberi daya memaksa dengan sanksi
bagi yang melanggarnya.
b. Dinamis
Dinamis artinya dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan perubahan
masyarakat, sedangkan plastis dapat menyesuaikan diri dengan keadaan.
c. Terbuka
Hukum Adat dapat menerima system hukum lain sepanjang masyarakat yang
ersangkutan menganggap bahwa sistem hukum lain tersebut patut atau
berkesesuaian.
d. Sederhana
Bahwa masyarakat hukum adat itu bersahaja, tidak rumit, tidak beradministrasi,
tidak tertulis, mudah dimegerti, dan dilaksanakan berdasarkan saling percaya
mempercayai.
e. Musyawarah dan Mufakat
Hukum Adat mementingkan musyawarah dan mufakat dalam melakukan perbuatan
dan hubungan hukum di dalam keluarga, kekerabatan dan masyarakat bahkan
dalam penyelesaian sengketa.

2. Jelaskan perkembangan hukum adat sebelum dan setelah Kemerkekaan RI!

Perkembangan Hukum Adat Sebelum Kemerdekaan RI

Peraturan adat istiadat kita ini, pada hakekatnya sudah terdapat pada zaman kuno, zaman Pra-
Hindu. Adat istiadat yang hidup dalam masyarakat Pra-Hindu tersebut menurut ahli-ahli hukum
adat adalah merupakan adat-adat Melayu Polinesia.

Kemudian datang kultur Hindu, kultur Islam dan kultur Kristen yang masing-masing
mempengaruhi kultur asli tersebut yang sejak lama menguasai tata kehidupan masyarakat

6
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Indonesia sebagai suatu hukum adat. Sehingga Hukum Adat yang kini hidup pada rakyat itu
adalah hasil akulturasi antara peraturan-peraturan adat-istiadat zaman Pra-Hindu dengan
peraturan-peraturan hidup yang dibawa oleh kultur Hindu, kultur Islam dan kultur Kristen.

Setelah terjadi akulturasi itu, maka hukum adat atau hukum pribumi atau “Inladsrecht”
menurut Van Vaollenhoven. Aturan hidup atau hukum adat yang menjadi pedoman dan
mengatur interaksi masyarakat pribumi/asli Ketika itu dipengaruhi oleh kebudayaan lain yang
berasal dari luar, sebagaimana diantaranya dijelaskan sebagai berikut:

1. Zaman Hindu (Agama Hindu)


Pada abad ke 8 masuknya orang India ke Indonesia dengan membawa agamanya,
pengaruhnya dapat dilihat di Bali. Hukum-hukum Hindu berpengaruh pada bidang
pemerintahan Raja dan pembagian kasta-kasta.
Agama Hindu hanya mempunyai pengaruh di pulau Jawa, Sumatera dan Bali,
sedangkan di daerah lain mendapat pengaruh dari zaman Malaio polynesia, yaitu : Suatu
zaman dimana nenek moyang kita masih memegang adat istiadat asli yang dipengaruhi
oleh alam yang serba kesaktian. Pada zaman Hindu tumbuh beberapa kerajaan yang
dipengaruhi oleh hukum agama Hindu serta hukum agama Budha yang dibawa oleh para
pedagang (khususnya dari Cina).

2. Zaman Islam
Pada abad ke 14 dan awal abad 15 oleh pedagang-pedagang dari Malaka, Iran. Pengaruh
Agama Islam terlihat dalam hukum perkawinan yaitu dalam cara melangsungkan dan
memutuskan perkawinan dan juga dalam bidang wakaf. Pengaruh hukum perkawinan
Islam didalam hukum adat di beberapa daerah di Indonesia tidak sama kuatnya misalnya
daerah Jawa dan Madura, Aceh pengaruh Agama Islam sangat kuat, namun beberapa
daerah
tertentu walaupun sudah diadakan menurut hukum perkawinan Islam,

7
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
tetapi tetap dilakukan upacara-upacara perkawinan menurut hukum adat,
missal di Lampung, Tapanuli.

Bukti pengaruh Hukum islam masuk


1. Aceh (Kerajaan Pasai dan Perlak)
Pengaruh hukum Islam cukup kuat terhadap hukum adat, terlihat dari setiap
tempat pemukiman dipimpin oleh seorang cendekiawan agama yang bertindak sebagai
imam dan bergelar Teuku/Tengku
2. Minangkabau dan Batak
Hukum adat pada dasarnya besar tetap bertahan dalam kehidupan sehari-hari,
sedang hukum Islam berperan dalam kehidupan keagamaan, dalam hal ini terlihat
dalam bidang perkawinan.Pepatah adat : Hukum adat bersendi alur dan patut, hukum
agama bersendi kitab Allah.
3. Sumatera Selatan (Palembang/Kukang)
Pada masa Ratu Senuhun Seding, hukum adat dibukukan dalam bahasa Arab
Melayu – UU Simbur Cahaya. Di dalamnya memuat istilah-istilah yang berasal dari
hukum Islam, seperti : Khatib Bilal.
4. Lampung
Masuknya Islam disini pada masa Ratu Pugung dimana puterinya yang bernama Sinar
Alam melangsungkan perkawinan dengan Syarif Hidayat Fatahillah/sunan Gunung
Jati, setelah jatuhnya Sunda Kelapa ke tangan Islam.

3. Pengaruh Agama Kristen


Agama Kristen dibawa oleh pedagang-pedagang Barat. Aturan-aturanhukum Kristen di
Indonesia cukup memberikan pengaruh pada hukum keluarga, hukum perkawinan. Agama
Kristen juga telah memberikan pengaruh besar dalam bidang socialkhususnya dalam

8
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
bidang pendidikan dan kesehatan, dengan didirikannyabeberapa lembaga Pendidikan dan
rumah-rumah sakit.

Hukum Adat Zaman Kolonial


Untuk mengetahui Hukum Adat pada zaman kolonial, dapat dibagi dalam beberapa
bagian:
1. Masa VOC
Tanggal 20 Maret 1602 didirikan VOC yang merupakan gabungan dari maskapai
dagang Belanda. Tahun 1619 VOC di bawah pimpinan Jenderal Jan Pieter Zoon Coen
menduduki Jakarta (Batavia). Wilayah VOC meliputi daerah di antara laut Jawa dan
Samudera Indonesia, dengan batas-batas :
- Sebelah barat : sungai Cisadane
- Sebelah timur : sungai Citarum

Kedudukan VOC pada waktu itu


1) Sebagai pengusaha perniagaan
2) Sebagai penguasa pemerintahan

Perhatian terhadap hukum adat pada masa ini sedikit sekali, tapi ada beberapa tulisan-
tulisan baik perorangan maupun karena tugas pemerintahan, diantaranya :
1. Confendium (karangan singkat) dari D.W. Freijer. Memuat tentang peraturan
hukum Islam mengenai waris, nikah dan talak.
2. Pepakem Cirebon. Dibuat oleh Mr. P.C. Hasselar (residen Cirebon). Membuat
suatu kitab hukum yang bernama pepakem Cirebon yang diterbitkan oleh Hazeu.
Isinya merupakan kumpulan dari hukum adat Jawa yang bersumber dari kitab
kuno antara lain : UU Mataram, Kutaramanawa, Jaya Lengkaran, dan lain-lain.

9
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Dalam Pepakem Cirebon, dimuat gambaran seorang hakim yang dikehendaki oleh
hukum adat :
a) Candra : bulan yang menyinari segala tempat yang gelap
b) Tirta : air yang membersihkan segala tempat yang kotor
c) Cakra : dewa yang mengawasi berlakunya keadaan
d) Sari : bunga yang harum baunya

Penilaian VOC terhadap hukum adat :


1. Hukum adat identik dengan hukum agama
2. Hukum adat terdapat dalam tulisan-tulisan yang berbentuk kitab hukum.
3. Penerapannya bersifat opportunitas (tergantung kebutuhan)
4. Hukum adat kedudukannya lebih rendah dari hukum Eropa.

2. Masa Pasca VOC, Pemerintahan Inggris


Kompeni Inggris di Pulau Penang Lord Lominto mengangkat Raffles sebagai
agen politik dengan tugas mengumpulkan bahan – bahan untuk merebut pulau jawa.
Kemudian setelah diangkat menjadi aagen politik Faffles membuat sebuah karya
berupa memori yang disampaikan kepada Lord Laminto yang mengatakan: “agar anak
megeri terpikat hatinya kepada pemerintahan Inggris, maka pemerintahan harus
dilaksanakan dengan murah hati dan sabar, penaruh Inggris harus benar – benar
diperkuat di Kepulaan itu, agar kedudukan disana tetap kuat, walaupun mungkin
jajahan ini nanti akan dikembalikan setelah tercapai peerdamain di Eropa”.
Politik hukum inggris pada masa Lord Laminto di proklamirkan pada saat
pengangkatan Raffles sebagai Gubenur Jendral di Indonesia :
 Politik bermurah hati dan sabar terhadap rakyat;
 Susunan Pemerintahan lama akan diadakan perubahan;

10
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
 Lembaga – lembaga yang dibangun oleh Deandels yang bersifat ‘biadap
feodal’ (istilah Raffles) harus ditiadakan;
 Sistem pajak yang dibayar dalam bentuk benda dan kerja paksa (contingente,
verplichtenleverantien en herendiensten) akan dihapus.
Politik hukum raffles terhadap hukum adat ini di pengaruhi oleh Filsafat
Humanisme yang berkembang di Eropa. Raffles berusaha melindungi kepentingan
rakyat dan melenyapkan pengaruh kepala rakyat masa VOC seperti Regent (Bupati),
Demang (Wedana), dll.

3. Masa Kolonial Belanda Setelah Inggris


Salah satu prinsip penjajahan yang dipegang belanda adalah memberikan toleransi
terhadap masyarakat dan institusi pribumi dan berusaha menyatukan mereka demi
agenda penjajahan. Kebijakan inilah yang mendasari dipertahankannya hukum adat
oleh pemerintah Belanda. Pada masa VOC sebenarnya telah dimulai kajian hukum
adat, tetapi istilah “hukum adat” (adatrecht) baru pertama kali digunakan pada tahun
1900 oleh Hurgronje, yang digunakan untuk menunjuk bentukbentuk adat yang
mempunyai konsekwensi hukum.
Perkembangan studi hukum adat selama periode pebjajahan Belanda, dapat dibagi
ke dalam tiga periode, Pertama, periode tahun 1602 hingga tahun 1800. Secara relatif
kajian-kajian tentang hukum adat yang dilakukan pada masa VOC (1602-1800) masih
sedikit, kecuali beberapa karya dari beberapa orang seperti Marooned (1754-1836),
seorang pegawai Kolonial yang banyak mengumpulkan bahan-bahan tentang adat di
Sumatera, Raffles (1781-1826) Gubernur Jawa Tengah selama masa kekuasaan
Inggris sejak tahun 1811 hingga 1816, Crawford (1783-1868) yaitu anak buah Raffles,
dan Muntinghe (1773-1827) seorang Belanda yang menjadi pegawai di Jawa.

11
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Kedua, periode tahun 1800 hingga tahun 1865. Pada masa ini disebut oleh van
Vollenhoven sebagai masa “eksplorasi Barat” (Wertern reconnoitering). Pada masa ini
tidak dihasilkan banyak karya hukum adat. Ketiga, periode pasca tahun 1865 hingga
masa kemerdekaan. Pada masa ini, berbagai macam keadaan mendorong Belanda
ujtuk semakin peduli terhadap hukum adat. Masalah-masalah hukum agraria,
mendorong pemerintah untuk menginvestigasi hukum ini. Tiga figur utama penemu
hukum adat pada waktu itu adalah G.A Wilken, Liefrinck, dan Cristian Snouck
Hurgronje. Ketiga orang inilah yang membangun fondasi tentang hukum adat di
Indonesia. Pada masa sebelum perang kemerdekaan, riset-riset yang dilakukan oleh
Belanda tentang hukum adat Indonesia didominasi oleh ide-ide yang dikemukakan
oleh C. van Vollenhoven (1874-1933), yang pada waktu itu menjadi professor di
fakultas hukum Universitas Leiden.
Dalam banyak karya ilmiahnya, ia berhasil membangun fondasi untuk studi
hukum adat sebagai suatu madzhab pemikiran hukum yang mandiri. Van Vollenhoven
membagi wilayah kepulauan nusantara menjadi 19 wilayah hukum adat yang berbeda-
beda berdasarkan pada budaya, bahasa, adat, dan kebiasaannya.9 Ia mengajukan suatu
hipotesis bahwa batas-batas linguistik dapat disamakan dengan batas-batas hukum.
Dengan argumentasi inilah, ia membagi hukum adat sebagai kelompok suku hukum ke
dalam sembilan belas area yang masingmasing terdiri dari wilayah-wilayah hukum
yang berlainan dengan dialek hukum yang berbeda pula. Namun sungguh ironis
bahwa ketika hukum adat semakin difahami secara teoritis, karakter dari hukum ini
semakin tidak jelas dan terabaikan. Manfaat dari kegiatan pengumpulan hukum adat
dalam bentuk tulisan memang banyak, namun sekali dikodifikasikan, hukum adat
menjadi berhenti dari tradisi yang hidup

Hukum Adat Zaman Pemerintahan Jepang

12
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Hukum Adat pada Masa Pemerintahan Jepang berlaku hukum militer, sedangkan
hukum perundangan dan hukum adat tidak mendapat perhatian saat itu. Peraturan pada
masa pemerintahan Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan hukum
militer.
Ketentuan ini diatur pada UU No. 1 Balatentara Jepang 1942 pasal 3 isinya :
Semua badan-badan pemerintah dan kekuasaan, hukum dan Undang-Undang dari
pemerintah yang dahulu, tetap diakui sah untuk sementara waktu, asal tidak bertentangan
dengan aturan pemerintah militer. (dasar hukum adat masa Jepang).

Perkembangan Hukum Adat setelah Kemerdekaan RI


Setelah Indonesia merdeka, keberadaan hukum adat masih dipertanyakan terutama
berkisar, mampukah hukum adat itu untuk membawa bangsa kearah kemajuan. Mengenai hal
ini ada pendapat yang saling bertentangan. Apakah yang harus kita utamakan untuk bangsa
ini, apakah kita mengutamakan kemajuan bidang ekonomi atau mengutamakan rasa
kebanggaan terhadap rasa nasionalisame. Jika yang diutamakan adalah pembangunan bidang
ekonomi, maka hukum adat tidak tepat untuk dijadikan dasar dalam pembentukan hukum
nasional. Tetapi apabila yang diprioritaskan adalah menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai
suatu bangsa yang berdaulat, maka hukum adat itulah yang harus dijadikan sumber hukum
nasional.
Setelah proklamasi kemerdekaan RI, sejauh mana pengakuan hukum adat di kalangan
penyelengara negara, diuraikan sebagai berikut:
1. Era Penetapan UUD 1945
Pada tanggal 17 Agustus 1945, indonesia menyatakan kemerekaannya yang di
proklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Pada tanggal 18 Agustus 1945, UUD
1945 disahkan sehingga menadi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat sudah
terpenuhi. Berdasarkan UUD 1945 inilah roda pemerintahan dijalankan, dan hukum –
hukum negarapun mulai di buat.

13
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Pada era Soeharto kemudian hukum revolusi dan hukum yang berfungsi sebagai as a
tool of social enginering, ini dlam konsepnya, secara eksplisit  merupak hukum baru anti
kolonialisme, anti radisi dapatlah dimengerti bahwa hukum adat tidak akan terkualifikasi
kedalam kategori hukum yang di konsepkan sebagai hukum revolusi atau hukum
perekayasa sosial.
Pada era pasca kolonial ini eksistensi dan peran hukum adat dalam persoalan
pertanahan sudah tidak sekuat dulu. Ketika eksistensi sampai batas tertentu masih
memperoleh pengakuan, justeru oleh hukum kolonial. Apabila hukum kolonial masih
mengakui hak individual orang pribumi, sekalipun bersifat Ipso yure/de yure yang
disebut bezitrecht, dan mengakui pula hak kolektif desa dan masyarakat hukum adat
lainya, hukum Republik Indonesia justru sebaliknya. Pasal 33 ayat 2 UUD 1945
mengatakan bahwa “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
negara” telamh manjadi dasar pembenar secara konstitusional untuk memperkecil
eksistensi dan kompetensi komunitas local dengan hukum adatnya. Untuk menguasai
bumi, air, dan sumber agraria lainnya yang berda di tempat itu.

2. Era Orde Baru


Pada masa orde baru yang menjadi prioritas adalah pembangunan sektor ekonomi.
Rule of law dijalankan namun dengan satu tujuan yaitu untuk peningkatan ekonomi
semata – mata. Prinsip yang berkembang adalah “ekonomi Indonesia tidak akan bangkit
tanpa bantuan asing”. Asing tidak akan mau menanamkan modal di Indonesia, jika tidak
dijamin oleh sektor hukum. Akibatnya hukum harus benar-benar dijalankan. Sehingga
muncul istilah tool of social enginering.
Hal ini tentu berpengaruh pada hukum yang ada. Untuk mendukung peningkatan
ekonomi tersebut, maka hukum harus sesuai dengan asing, secara otomatis hukum yang
dijadikan sumber adalah hukum barat, namun hukum adat tetap digunakan bersama –
sama dengan hukum barat. Di era itu hukum banyak yang bersumber dari barat yang

14
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
masuk ke Indonesia. Misalnya lembaga – lembaga hukum yang bersumber dari Amerika
yang sama sekali tidak dikenal dalam sistem hukum adat. Peristiwa yang menonjol pada
waktu itu adalah dikeluarkannya Tap MPR No. XX/1966 Tentang hirarki perundang-
undangan dan sumber tertib hukum. Dari produk hukum di atas, terlihat bahwa peran
eksekutif terlihat lebih menonjol dari legislatif.

3. Era Reformasi
Kemudian berlanjut pada era reformasi, di era ini timbul keinginan untuk
meninggalkan rasa kejenuhan yang selama ini telah diciptakan. Khusus dibidang hukum
rasa kejenuhan itu adalah kejenuhan terhadap produk hukum yang sumbernya dari atas
(Top Down), sehingga ada keinginan hukum itu bersumber dari bawah (Bottom Up).
Kemudian adanya keinginan untuk perubahan secara cepat dan dapat diberlakukan
seketika, temasuk dibidang hukum. Akibatnya, hukum yang diciptakan bersifat pragmatis
(hanya untuk kepentingan sesaat) dan bukan dogmatis.
Pada era reformasi ini telah terjadi empat kali amandemen UUD 1945. Pasal yang
berkenaan dengan hukum adat mulai dimasukkan dalam Pasal Pasal 18B ayat 2 dan Pasal
28 ayat 3 UUD 1945 amandemen kedua dan belum mengalami perubahan hingga
amandemen keempat. Namun, konsep masyarakat hukum adat adalah konsep yang masih
terlalu umum, yang memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Lebih lanjut pengaturan mengenai masyarakat hukum adat ditemui dalam Pasal 51
ayat (1) huruf b UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) yang
merumuskan salah satu kategori pemohon adalah : “Kesatuan masyarakat hukum adat
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang. Menurut MK, suatu
kesatuan masyarakat hukum adat untuk dapat dikatakan secara de facto masih hidup
(actual existence) baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat
fungsional setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur:

15
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum

1. Adanya masyarakat yang masyarakatnya memiliki perasaan kelompok (in group


feeling)
2. Adanya pranata pemerintahan adat
3. Adanya harta kekayaan dan/atau benda-benda adapt
4. Adanya perangkat norma hukum adat. Khusus pada kesatuan masyarakat hukum adat
yang bersifat teritorial juga terdapat unsur
5. Adanya wilayah tertentu.

MK juga berpendapat bahwa kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak


tradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat apabila kesatuan
masyarakat hukum adat tersebut :
Keberadaannya telah diakui berdasarkan undang-undang yang berlaku sebagai
pencerminan perkembangan nilai-nilai yang dianggap ideal dalam masyarakat dewasa ini,
baik undang-undang yang bersifat umum maupun bersifat sektoral, seperti bidang agraria,
kehutanan, perikanan, dan lain-lain maupun dalam peraturan daerah;
Substansi hak-hak tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh warga kesatuan
masyarakat yang bersangkutan maupun masyarakat yang lebih luas, serta tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.

MK kemudian menyatakan bahwa suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila
kesatuan masyarakat hukum adat tersebut tidak mengganggu eksistensi Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai sebuah kesatuan politik dan kesatuan hukum, yaitu
keberadaannya tidak mengancam kedaulatan dan integritas Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan. Pemikiran mengenai peranan hukum adat dalam

16
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
pembentukan hukum nasional sudah ada sebelum Indonesia merdeka, namun pada saat itu
pemikiran tersebut belum dapat diaplikasikan dalam bentuk peraturan. Awal penerapan
pemikiran tersebut baru terlihat di awal tahun 1960 dengan dikeluarkannya Tap MPR No
II/1960 dan UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-pokok Agraria. Dalam
perkembangan selanjutnya, masyarakat hukum adat sempat terlupakan, namun di era
sekarang, negara mulai memperhatikan lagi hak-hak masyarakat adat yang sudah
terabaikan.

3. Sebutkan dan jelaskan prosedur pengangkatan anak dan dasar hukumnya!


Mengangkat anak atau adopsi adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain ke
dalam lingkungan keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga hubungan antara orang yang
mengambil anak dengan anak yang diambil timbul suatu hubungan hukum kekeluargaan yang
sama, seperti hubungan yang ada di antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri.
(Soerojo Wignyodipoero).

Mengadopsi anak melalui prosedur yang benar memberikan jaminan tak ada masalah
pada kemudian hari. Prosedur pengangkatan anak sudah memiliki dasar peraturan yakni
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak  yang
dijelaskan lebih rinci dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 110 Tahun 2009 tentang
Persyaratan Pengangkatan Anak. PP 54/2007 tersebut merupakan turunan dari UU Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Dalam PP 54/2007, peraturan pengangkatan anak dibedakan antara Warga Negara
Indonesia (WNI)-WNI, WNI-WNA (Warga Negara Asing) dan orangtua tunggal alias single
parent. Adopsi antara WNI-WNI dan WNI orangtua tunggal, permohonan adopsi anak bisa
disampaikan hingga Dinas Sosial Provinsi sedangkan adopsi antara WNI-WNA, permohonan
perlu disampaikan ke Kementerian Sosial (Kemensos).

17
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Peraturan tersebut menyebut bahwa pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk
kepentingan terbaik bagi anak, dan tidak boleh memutus hubungan darah antara anak yang
diangkat dengan orang tua kandungnya.
1. Menurut persyaratan pengadopsian anak yang diatur dalam peraturan tersubut persyaratan
bagi calon orang tua angkat harus berumur minimal 30 tahun dan maksimal berusia 55
tahun berdasarkan bukti identitas diri yang sah.
2. Pasangan yang akan mengadopsi anak harus sudah menikah sekurang-kurang lima tahun
yang dibuktikan dengan surat nikah atau akta perkawinan.
3. Saat mengadopsi, diharapkan pengadopsi belum mempunyai anak atau hanya memiliki
seorang anak atau telah mengangkat seorang. Atau mereka yang divonis tidak mungkin
mempunyai anak yang dibuktikan oleh Dokter Ahli Kandungan dari Rumah Sakit
Pemerintah.
4. Pengadopsi juga harus mereka yang berasal dari keluarga mampu dalam hal ekonomi
dibuktikan adanya surat keterangan dari tempat bekerja. Kemudian, harus berkelakuan
baik, sehat jasmani dan rohani dan dalam keadaan sehat secara mental berdasarkan
keterangan psikolog.
5. Adapun surat-surat yang perlu dilengkapi untuk adopsi adalah:
a. foto copy surat nikah suami-istri (calon orang tua angkat) yang telah dilegalisir di
KUA tempat menikah.
b. foto copy akte kelahiran suami-istri (calon orang tua angkat).
c. surat berkelakuan baik dari kepolisian.
d. Selain itu, diperlukan juga surat keterangan ginekologi dari dokter ahli kandungan dari
rumah sakit umum.
e. surat keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah/puskesmas.
f. surat keterangan penghasilan.
g. surat persetujuan dari pihak keluarga suami dan pihak keluarga istri di atas meterai.
h. surat pernyataan motivasi pengangkatan anak yang ditandatangani di atas meterai.

18
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
i. kartu keluarga dan ktp yang telah dilegalisir di kelurahan.
6. Jika salah satu calon orang tua angkat warga negara asing,  persyaratan untuk
pengangkatan sedikit rumit. Sehingga, selain melengkapi dokumen yang diwajibkan oleh
pemerintah Indonesia, calon orang tua angkat juga harus mendapatkan izin dari negara
asalnya. Selain itu, calon orang tua angkat yang WNA itu juga harus mendapatkan
persetujuan dari keluarga suami atau istri yang dilegalisasi di negara asalnya. Calon orang
tua angkat juga harus membuat pernyataan resmi yang berisi kesediannya untuk
melaporkan perkembangan anak kepada Kementerian Luar Negeri melalui perwakilan RI
setempat setiap tahun hingga si anak berusia 18 tahun. Dia pun harus bersedia dikunjungi
perwakilan RI setempat untuk melihat perkembangan anak sampai berusia 18 tahun.
7. Setelah segala dokumen berhasil dilengkapi, calon orang tua angkat baru bisa mengajukan
permohonan izin pengasuhan anak kepada kepada Kepala Dinas Sosial/Instansi Sosial
Propinsi/Kab/Kota melampirkan seluruh persyaratan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ditulis tangan sendiri oleh pemohon di atas kertas bermeterai cukup;
b. Ditandatangani sendiri oleh pemohon (suami-istri);
c. Mencantumkan nama anak dan asal usul anak yang akan diangkat.
8. Permohonan izin pengangkatan anak diajukan pemohon
9. Kemudian, Kepala Instansi Sosial akan menugaskan pekerja sosial dan Lembaga
Pengasuhan Anak untuk menilai kelayakan calon orang tua angkat dengan melakukan
kunjungan ke rumahnya.
10. Jika dinilai layak, Kepala Instansi Sosial Provinsi akan mengeluarkan Surat Izin
Pengasuhan Sementara dan pekerja sosial akan melakukan bimbingan dan pengawasan
selama pengasuhan sementara.
11. Setelah proses tersebut selesai, calon orang tua angkat mengajukan permohonan izin
pengangkatan anak kepada Kepala Instansi Sosial Provinsi.

19
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
12. Pekerja sosial dan Lembaga Pengasuhan Anak pun kembali melakukan kunjungan rumah
untuk mengetahui perkembangan calon anak angkat selama diasuh oleh calon orang tua
angkat.
13. Dari hasil pengawasan dan penilaian kelayakan yang dilakukan oleh pekerja sosial
terhadap calon orang tua angkat, Kepala Instansi akan membahas hasil penilaian dan
kelengkapan berkas permohonan pengangkatan anak dengan Tim Pertimbangan
Pengangkatan Anak di Provinsi yang terdiri dari perwakilan beberapa lembaga. Lembaga
itu antara lain Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat atau
yang saat ini menjadi Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan.
Adapula wakil dari Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Kemenerian Kesehatan, Polri, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Agama, KPAI, Komnas Perlindungan Anak, dan Ikatan Pekerja
Sosial Profesional Indonesia.
14. Proses selanjutnya, Kepala Instansi Sosial akan mengeluarkan surat rekomendasi untuk
izin pengangkatan anak agar dapat diproses lebih lanjut ke Kementerian Sosial. Ketika
berkas sudah diterima oleh Menteri Sosial atau diwakili oleh Direktur Pelayanan Sosial
Anak, penilaian kelayakan calon orang tua angkat tersebut akan dibahas oleh Tim
Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak (PIPA) di Kemensos.
15. Forum Tim PIPA akan mengeluarkan surat keputusan tentang pertimbangan pengangkatan
anak. Kemudian Menteri Sosial mengeluarkan keputusan tentang izin pengangkatan anak
untuk ditetapkan di pengadilan. Tapi jika permohonan ditolak, maka anak akan
dikembalikan kepada Lembaga Pengasuhan Anak.
16. Pengajuan pengangkatan anak ke pengadilan dilakukan oleh calon orang tua angkat atau
kuasanya dengan mendaftarkan permohonan pengangkatan anak ke pengadilan.
17. Jika pengadilan sudah menetapkan dan proses pengangkatan anak telah selesai, maka
orang tua angkat harus melapor dan menyampaikan salinan penetapan pengadilan tersebut

20
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
ke Kementerian Sosial dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten atau
Kota.
18. Langkah terakhir, Kementerian Sosial akan mencatat dan mendokumentasikan
pengangkatan anak tersebut. Barulah proses pengangkatan anak resmi secara hukum.

4. Jelaskan asas-asas dan sifat hukum waris adat yang anda ketahui!
Dalam buku Hilman Hadikusuma (“Hukum Waris Adat”) dinyatakan bahwa apabila
dihubungkan antara waris adat dengan pengamalan Pancasila senagai pandangan hidup
bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari maka terdapat asas-asas Hukum Waris
adar sebagai berikut:
1. Asas Ketuhanan dan Pengendalian Diri
Asas ketuhanan dan pengendalian diri, yaitu adanya kesadaran bagi para ahli waris
bahwa rezeki berupa harta kekayaan manusia yang dapat dikuasai dan dimiliki
merupakan karunia dan keridhaan Tuhan atas keberadaan harta kekayaan. Oleh karena
itu, untuk mewujudkan ridha Tuhan bila seseorang meninggal dan meninggalkan harta
warisan, maka para ahli waris itu menyadari dan menggunakan hukum-Nya untuk
membagi warisan mereka, sehingga tidak berselisih dan saling berebut warisan.
2. Asas Kesamaan dan Kebersamaan Hak
Asas kesamaan dan kebersamaan hak, yaitu setiap ahli waris mempunyai kedudukan
yang sama sebagai orang yang berhak untuk mewarisi harta peninggalan pewarisnya.
Oleh karena itu, memperhitungkan hak dan kewajiban tanggung jawab setiap ahli waris
bukanlah berarti pembagian harta warisan itu mesti sama banyak, melainkan pembagian
itu seimbang berdasarkan hak dan tanggungjawabnya.
3. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan
Asas kerukunan dan kekeluargaan, yaitu para ahli waris mempertahankan untuk
memelihara hubungan kekerabatan yang tentram dan damai, baik dalam menikmati dan

21
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
memanfaatkan harta warisan tidak terbagi maupun dalam menyelesaikan pembagian
harta warisan terbagi. Asas ini terdiri dari:
 Asas Musyawarah dan Mufakat
Asas musyawarah dan mufakat, yaitu para ahli waris membagi harta warisannya
melalui musyawarah yang dipimpin oleh ahli waris yang dituakan dan bila terjadi
kesepakatan dalam pembagian harta warisan, kesepakatan itu bersifat tulus iklas
yang dikemukakan dengan perkataan yang baik yang keluar dari hati nurani pada
setiap ahli waris.
 Asas Keadilan
Asas keadilan, yaitu keadilan berdasarkan status, kedudukan dan jasa, sehingga
setiap keluarga pewaris mendapatkan harta warisan, baik bagian sebagai ahli
waris maupun bagian sebagai bukan ahli waris, melainkan bagian jaminan harta
sebagai anggota keluarga pewaris.

Sumber:

Buku Materi Pokok Hukum Adat, Marhaeni Ria Simbolon dan JM Henny Wiludjeng,
Universitas Terbuka.

Dijk, R Van, 2006. Pengantar Hukum Adat di Indonesia, terjemahan oleh MR. A. Soehardi.
Bandung: Mandar Maju.

Soekanto, Soerjono, 2012. Hukum Adat di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soemadiningrat, H.R. Otje Salman, 2002. Rekonseptualisasi Hukum Adat


Kontempoerer, Bandung: Alumni.

22
TUGAS 1
Tutorial Online Hukum Adat

Nama : Edi Suranta Sembiring


Nim : 022626758
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Pengangkatan Anak.

23

Anda mungkin juga menyukai