Anda di halaman 1dari 29

Kedudukan Hukum Adat

dalam
Tata Hukum Indonesia
Oleh:

Joeni A rianto K urniaw an


Bagaimana Nasib
dan
Kedudukan Hukum Adat Kini

?
Sejarah Kedudukan Hukum Adat
dari Masa ke Masa:
 Era pra kolonial-
kolonial-eraVOC
 Era kolonial sejak 1848 – kemerdekaan
 Era Tata Hukum Indonesia
Era Pra Kolonial – Era VOC
 Era pra kolonial
Hukum yang berlaku pada masa ini
sepenuhnya adalah hukum adat, dalam
hal ini hukum kebiasaan yang hidup dalam
suatu golongan masyarakat tertentu
dalam ruang lingkup lingkungan
persekutuan hukum tertentu.
 Era VOC

politik oportuneteit
Era Kolonial (sejak tahun 1848)
• “Bewuste Rechtspolitiek” tahun 1848
• Ide unifikasi hukum pada daerah koloni dengan
disemangati oleh asas konkordansi, tapi gagal.
• Ide kodifikasi hukum untuk bangsa Eropa (dan
golongan lain yang ditundukkan/menundukkan diri
ke dalamnya).
• pluralisme hukum hukum adat tetap
dipertahankan dan berfungsi sebagai hukum yang
berlaku untuk golongan bangsa asli Indonesia
(pasal 131 I.S)
• Ruang lingkup hukum adat (dalam konteks
sebagaimana telah dijabarkan di atas) menjadi
lebih sempit hanya dalam bidang perdata, karena
dalam bidang pidana tidak berlaku pluralisme
dengan diterapkannya WvS bagi setiap golongan
Hukum Adat “Riwayatmu Kini…”
 Indonesia dalam Civil Law
System
System munculnya kecenderungan
legisme
 Hukum adat sebagai sumber hukum positif
Indonesia cenderung bersifat inferior (di
bawah UU) dan hanya sebagai “ban serep”
 Hukum adat berlaku secara aktif praktis
hanya dalam ruang lingkup hukum waris
saja.
Hukum Waris:

Hukum Adat

v/s
Hukum Islam
UU No. 7 Th 1989
 Pasal 49 (1):
Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara-
perkara-perkara di tingkat
pertama antara orang-
orang-orang yang beraga Islam di
bidang:
a. Perkawinan
b. Kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan
Islam masih adanya peluang
berdasarkan hukum Islam
“choice of law”
c. dst
 Memunculkan tarik-
tarik-menarik antara hukum adat dan
hukum Islam.
UU No. 3 Th 2006 “Tentang
Perubahan atas UU no.7 Th 1989”
Pasal 49:
Pengadilan agama bertugas dan berwenang dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara di tingkat pertama antara orang-
orang-orang yang
beragama Islam di bidang:
a. Perkawinan
b. Waris (tanpa kualifikasi kata-
kata-kata:”yang dilakukan
Islam”)Memunculkan spekulasi
berdasarkan hukum Islam”)
hapusnya “choice of law”
Ruang lingkup berlakunya hukum adat menjadi lebih
terhimpithanya bagi orang pribumi non
sempit dan terhimpit
Islam
Inikah nasib yang harus
diterima Hukum Adat ?

TIDAK!
Kedudukan Hukum Adat Menurut
Sejarah Pendirian Negara R I
(Menurut UUD 1945)
Penjelasan UUD 1945
Penjelasan Umum UUD 1945:
Bag I
 Alenia 1
Undang--Undang Dasar suatu Negara ialah sebagian dari
Undang
hukumnya dasar Negara itu. itu. Undang-
Undang-Undang Dasar ialah
hukum dasar yang tertulis,
tertulis, sedangkan di sampingnya berlaku
juga hukum dasar yang tidak tertulis
 Alenia2
Memang untuk menyelidiki hukum dasar (droit constitutionnel
constitutionnel))
suatu Negara, tidak cukup hanya menyelidiki pasal pasal--pasal
Undang--Undang dasarnya (loi constitutionnel
Undang constitutionnel)) saja,
saja, akan
tetapi harus menyelidiki juga prakteknya dan bagaimana
suasana kebatinannya (geistichen hintergrund)
hintergrund) dari Undang-
Undang-
Undang dasar itu
Penjelasan Bag III
Poko--pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinann dari
Poko
Undang--Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-
Undang Pokok-Pokok pikiran
ini mewujudkan cita-
cita-cita hukum (rechtsidee
rechtsidee)) yang menguasai
hukum dasar Negara, baik hukum yang tertulis maupun
hukum yang tidak tertulis
Bagan UUD 1945:
Rechtsidee (geistichen hintergrund)

Hukum Dasar

Tertulis Tidak tertulis

UUD
• UUD berasal dari rechtsidee / cita hukum, sehingga
UUD mengikuti / tunduk pada cita hukum ini.
• Cita hukum / rechtsidee adalah batu penguji dari segala
macam norma hukum yang ada, karena letaknya
sebagai jiwa/pondasi dari hukum dasar
Apakah wujud yang nyata dari
rechtsidee yang menguasai hukum
dasar ini ?
Ontologi Hukum Berdasarkan Beberapa
Pandangan dalam Filsafat Hukum
 Von Savigny:
Hukum mengikuti / berasal dari jiwa bangsa
(volksgeist)
 Aliran
Naturalis modern
(Lock,Rousseu):
Hukum adalah berasal dari cita hukum yang hidup
dalam masyarakat yang diwujudkan melalui suatu
kontrak sosial.
 Aliran Sociological Jurisprudence:
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai
dengan nilai-
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
 Rechtsidee  geistichen hintergrund 
volksgeist / jiwa bangsa.
 Rechtsidee mewujud pada nilai-nilai-nilai
(pandangan hidup) yang hidup dalam
masyarakat (The
(The Living Law)
Law)
 Rechtsidee UUD 1945 adalah Hukum
Adat Indonesia
Sehingga Kedudukan Hukum Adat
dalam Pembangunan Tata Hukum
Indonesia menurut UUD 1945:
 Hukum adat adalah cita hukum (meta
norma dasar) dari hukum dasar kita
 Hukum adat memiliki kedudukan yang
paling kuat (sebagai pondasi) dalam tata
hukum Indonesia
 Hukum adat menjiwai seluruh hukum
yang ada dalam tata hukum Indonesia,
sekaligus merupakan sumber norma dan
batu penguji bagi hukum-
hukum-hukum tersebut.
Amandemen UUD 1945

 Pasal II Aturan Tambahan:


UUD 1945 Pembukaan +
pasal--pasal (Penjelasan dihapus)
pasal
 Mengubah kedudukan hukum
adat?
Jawabannya: TIDAK
Alasan: (1)
 Pembukaan masih dipertahankan, sedangkan Pembukaan
ini memiliki makna tersendiri, yakni sebagai pokok-
pokok-pokok
pikiran dari UUD1945
 Kedudukan Pembukaan sebagaimana hal di atas hanya
ditunjukkan dalam Penjelasan (Bag III Penjelasan Umum)
 Sehingga, penghapusan Penjelasan sehubungan
amandemen UUD 1945 secara logis hendaknya dimaknai
sebagai “tidak berlakunya Penjelasan atas pasal per pasal
dalam batang tubu (karena telah diamandemen),”
sedangkan untuk Penjelasan Umum masih berlaku karena
berkait dengan kedudukan Pembukaan yang masih
dipertahankan
 Oleh karena itu kedudukan HUkum Adat dalam UUD 1945
secara logis tidak mengalami perubahan
?
Mampukah / mungkinkah hukum
adat digunakan sebagai pondasi /
dasar dalam pembangunan Tata
Hukum Indonesia serta sebagai
sumber norma dalam pembentukan
hukum Indonesia mengingat
coraknya yang sangat plural, dan
bersifat relatif dalam ruang lingkup
orang dan lingkungan berlakunya???
Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia
Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda
Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja: Jong Java, Jong Soematra, Pemoeda
Indonesia, Seka Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem
Batawi dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia.
Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1948 di negeri djakart;
Sesoedahnja mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang diadakan didalam kerapatan tadi;
Sesoedahnja menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini;
Kerapatan laloe mengambil poetoesan:
PERTAMA : Kami Poetra dan Poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia
KEDOEA : Kami Poetra dan Poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia
KETIGA : Kami Poetra dan Poetri Indonesia mendjoendjoeng tinggi bahasa persatoean, bahasa
Indonesia
Setelah mendengar kepoetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wajib dipakai oleh segala
perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia
Mengeloearkan kejakinan Poersatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar
persatoeannya: kemaoean,
sedjarah
bahasa
hoekoem adat
pendidikan dan kepandoean,

Dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan
dibatjakan dimoeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita
Perkembangan dan Pembaruan Makna
Istilah Hukum Adat

 Istilah “Hukum Adat” tidak lagi


dimaknai sebagai hukum golongan
tertentu untuk ruang lingup wilayah
persekutuan hukum tertentu
(pengertian Hukum Adat pra PD II)
 Hukum Adat tidak lagi berkonteks
pada kebiasaan-kebiasaan riil yang
bersifat teknis yang diterapkan
dalam masyarakat
• Hukum Adat dimaknai dalam konteks yang lebih dalam
dan lebih tinggi sifatnya, yakni dalam bentuk asas-
asas atau nilai-nilai yang hidup sebagai suatu cita
hukum dari masyarakat asli Indonesia, yang sifatnya
lebih abstrak sehingga bersifat unversil (cth:asas
gotong royong, fungsi sosial manusia dan milik,
persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum, asas
perwakilan dan permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan, dll)
• Hukum Adat dimaknai sebagai rasa keadilan rakyat
Indonesia, sebagaimana diungkapkan Djojodiguno:
“Hukum Adat adalah kaidah-kaidah yang dapat
disimpulkan dari sumber hukum tertentu dan timbul
langsung sebagai pernyataan dari rasa keadilan orang
Indonesia dalam hubungan pamrih.
• Hukum adat dimaknai sebagai semangat, jiwa dan
kebudayaan Indonesia.
Dari uraian di atas maka
 Hukum Adat dalam konteks tersebut tidak lagi
terbatas pada sekat-
sekat-sekat lokalitas, melainkan
justru mampu menembus sekat-
sekat-sekat tersebut
dan bersifat nasional.
nasional.
 Oleh karena itulah dalam keputusan kongres
Sumpah Pemuda dahulu, hukum adat tidak
dipandang sebagai unsur pemisah, melainkan
justru dupandang sebagai unsur pemersatu.
 Sehingga Hukum Adat jelas mampu dijadikan
hukum paling dasar dan sebagai sumber norma
yang pertama dalam tata Hukum Indonesia
Tambahan:
 Jika yang dikatakan rechtsidee dari UUD kita adalah hukum
adat (dalam makna yang baru dan luas), sedangkan
sebagaimana dijelaskan di muka (Penjelasan Umum UUD45
Bag III) bahwa rechtsidee ini terwujud dari pokok-
pokok-pokok
pikiran yang berada dalam Pembukaan yang tidak lain juga
adalah Pancasila, maka Hukum Adat dalam arti yang
luas dan tingggi ini dapat dimaknai pula sebagai
Hukum Pancasila
 Hal inilah yang merupakan alasan ke (2) sekaligus alasan
penguat bahwa kedudukan Hukum Adat sebelum dan
setelah amandemen UUD 45 secara logis tidak berubah.
 Dengan adanya istilah Hukum Adat sebagai sinonim dari
Hukum Pancasila, maka kedudukan Hukum Adat bukanlah
di dalam Hukum Indonesia / Hukum Nasional, melainkan
Hukum Adat adalah Hukum Indonesia / Hukum Nasioanal.
Kesimpulan:
 Hukum Adat adalah Cita Hukum / rechtsidee dari
pembentukan dan pembangunan Tata Hukum Indonesia,
sehingga
 Hukum Adat memiliki kedudukan yang kuat dan sentral
dalam Tata Hukum Indonesia karena berfungsi sebagai
landasan serta sebagai sumber norma dalam
pembentukan dan pengembanan segala hukum posiitif
di Indonesia, dimana hukum adat dimaknai sebagai
asas, sehingga mempunyai nilai universal dan dapat
berlaku secara nasional
 Hukum Adat adalah raw materials
Hukum Nasional
Catatan:
 Berkait uraian di atas, maka dalam pembentukan dan pembangunan hukum
Indonesia yang sesungguhnya hal yang perlu dilakukan adalah dengan
banyak mengadakan penelitian terhadap nilai-
nilai-nilai budaya masyarakat
Indonesia asli oleh seluruh pengemban hukum di Indonesia, untuk nantinya
disarikan menjadi nilai-
nilai-nilai dan asas-
asas-asas yang bersifat abstrak, bernilai
universal, serta berkarakter nasional.
 Namun pemerapan hal di atas dengan tetap bertahan pada bentuk Civil Law
System akan membawa kesulitan-
kesulitan-kesulitan tersendiri yang cukup serius.
Dalam hal ini berkait dengan prinsip legisme yang ada di dalamnya,
sehingga akan potensial mengalami kesulitan jika dihadapkan pada budaya
yang bersifat dinamis sebagai wadah dari nilai-
nilai-nilai yang hidup sebagai cita
hukum ini.
 Sistem Hukum Adat adalah tawaran (dan keharusan!) bagi pembangunan
Sistem Hukum Indonesia yang sesungguhnya, sehingga jika konsisten
dengan apa yang telah terjabarkan dalam uraian ini yaitu Hukum adat
sebagai Hukum Nasional, maka perombakan total sistem hukum yang kita
pakai selama ini adalah merupakan konsekuensi logis, dan untuk itu penulis
menyarankan untuk melihat analogi yang terdekat, yakni kepada Common
Law dengan Sistem Jury dalam sistem peradilannya, sebagaimanajuga
diharapkan oleh Ter Haar.
Daftar Pustaka:
1. Arianto. K, Joeni. Sistem Hukum Adat dan Problematika Civil
Law System (skripsi), 2005, Surabaya: F. H. Unair
2. Koesnoe,M. HUKUM ADAT; Dalam Alam Kemerdekaan dan
Persoalannya Menghadapi Era Globalisasi,1996, Surabaya:
Ubhara Pers.
3. Koesnoe, M. Beberapa Masalah dalam Tata Hukum Kita Dewasa
Ini, 1997, Surabaya: Ubhara Pers.
4. Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum; Suatu Pengantar,
1999, Yogyakarata: Liberty
5. Wignjodipuro, Surojo. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat.
1972. Bandung: Alumni
6. Wignjosoebroto, Soetandyo. Dinamika Hukum Kolonial Ke Hukum
Nasional; Dinamika Sosial-Politik dalam Perkembangan
Hukum di Indonesia. -, Rajawali
Sekian dan Terim a K asih… ..

“M enuju R evolusi H ukum Indonesia


M enuju R evolusi B angsa Indonesia”

Anda mungkin juga menyukai