Anda di halaman 1dari 9

Konversi

Allifiya Putri Damayanti


Mega Fitri Andriyani
Muhammad Cahyo Adi
Noor Haliza
Konversi?
Konversi hak atas tanah ialah perubahan hak-hak atas tanah yang ada
sebelum berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) diubah menjadi hak-hak atas tanah yang
ditetapkan menurut UUPA, sehubungan dengan berlakunya UUPA.

Menurut Pasal 2 ayat (2) ketentuan konversi dari UUPA hak tersebut bisa
menjadi hak guna-usaha akan tetapi bisa juga menjadi hak guna-bangunan,
tergantung pada peruntukan tanahnya. Selain daripada itu tidak semua hak
lama dikonversi menjadi salah-satu hak baru.
Konversi Menurut Para Ahli Hukum

A. P. Parlindungan Boedi Harsono Urip Santoso


Konversi itu sendiri adalah Konversi adalah perubahan hak Konversi adalah perubahan
pengaturan dari hak-hak tanah yang lama menjadi satu hak setatus hak atas tanah menurut
yang ada sebelum berlakunya yang baru menurut UUPA hukum agraria yang lama
UUPA untuk masuk dalam sebelum berlakunya UUPA yaitu
sistem dari UUPA hak atas tanah yang tunduk
pada Hukum Barat
(KUHPerdata/BW), hukum adat
dan daerah swapraja menjadi
hak atas tanah menurut UUPA
Tujuan Konversi
Dengan diberlakukannya UUPA yang menganut asas unifikasi hukum
agraria, maka hanya ada satu sistem hukum untuk seluruh wilayah
tanah air, oleh karena itu hak-hak atas tanah yang ada sebelum UUPA
harus disesuaikan atau dicari padanannya yang terdapat di dalam
UUPA melalui lembaga konversi. Tujuan pendaftaran konversi tanah
untuk memberikan kepastian hukum, perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas tanah atau menghasilkan Surat Tanda Bukti Hak
yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Jadi dengan demikian tujuan dikonversinya hak-hak atas tanah
pada hak-hak atas tanah menurut sistem UUPA di samping untuk
terciptanya unifikasi hukum pertanahan di tanah air dengan
mengakui hak-hak atas tanah terdahulu untuk disesuaikan
menurut ketentuan yang terdapat di dalam UUPA dan untuk
menjamin kepastian hukum, juga bertujuan agar hak-hak atas
tanah itu dapat berfungsi untuk mempercepat terwujudnya
masyarakat adil dan makmur sebagaimana yang dicita-citakan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 33 Ayat (3).
Dasar Hukum Konversi
Adapun yang menjadi landasan hukum konversi terhadap hak-hak atas tanah
yang ada sebelum berlakunya UUPA tanggal 24 September 1960 adalah bagian
kedua dari UUPA “Tentang ketentuan-ketentuan konversi yang terdiri IX pasal
yaitu dari Pasal I sampai dengan Pasal IX”, khususnya untuk konversi tanah-
tanah yang tunduk kepada hukum adat dan sejenisnya diatur dalam Pasal II,
Pasal VI dan Pasal VII ketentuan-ketentuan konversi, di samping itu untuk
pelaksanaan konversi yang dimaksud oleh UUPA dipertegaskan lagi dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor 2 Tahun 1962
dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26/DDA/1970 yaitu Tentang
Penegasan Konversi dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia Atas Tanah
Terjadinya Konversi: Karena Hukum
Konversi karena hukum terjadi dengan sendirinya artinya perubahan
hak atas tanah dari hak lama menjadi hak baru tanpa diperlukan
adanya ketetapan dari instansi yang berwewenang untuk itu,
misalnya hak erfpacht untuk perusahaan perkebunan besar
dikonversi menjadi hak guna usaha sejak berlakunya UUPA, tanggal
24 September 1960 dengan jangka waktu selama sisa hak erfpacht
tersebut tetapi paling lama 20 tahun.
Konversi karena hukum yang terjadi dengan
syarat-syarat tertentu, perubahan hak atas
tanah dari hak lama menjadi hak baru
dengan adanya suatu ketetapan deklaratoir.
Ketetapan deklaratoir adalah suatu
ketetapan dari instansi yang berwenang
yang memberikan hak yang sudah ada
kepada pemegang haknya, misalnya, hak
eigendom itu tidak selalu dikonversi menjadi
hak milik secara otomatis, akan tetapi hak
eigendom tersebut bisa dikonversi ke dalam
hak milik apabila dipenuhi syaratnya, yaitu
pemegang haknya harus WNI tunggal.
Konversi Bukan Karena Hukum
Konversi bukan karena hukum ini hanya bisa terjadi karena ketetapan
konstitutif, yaitu suatu keputusan dari instansi yang berwenang untuk itu yang
memberikan hak dan kewajiban baru kepada pemegang haknya, misalnya hak
concessie dan sewa untuk perusahaan perkebunan besar, untuk dapat
dijadikan hak guna usaha para pemegang hanya harus mengajukan
permohonan dalam jangka waktu satu tahun terhitung mulai berlakunya
UUPA. Apabila tidak mengajukan permohonan dalam jangka waktu tersebut
hak concessie dan sewa itu berjalan terus selama sisa waktunya dengan paling
lama lima tahun, kemudian hak concessie dan sewa itu menjadi hapus dan
tanahnya dikuasai oleh negara.

Anda mungkin juga menyukai