Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI ASAS KONTRADIKTUR DELIMITASI

PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA JAYAPURA BERKAITAN DENGAN


PENGUKURAN DAN PENETAPAN BATAS TANAH

James Yoseph Palenewen,S.H.,M.H (Ketua)


Email : jamesyosephpalenewen82@gmail.com
Johan Rongalaha, S.H., M.Hum (anggota)
Email : johanrongalaha@fh.uncen.ac.id
Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih

Abstrak

Penelitian ini di lakukan dengan judul Implementasi Asas Kontradiktur Delimitasi


Pada Kantor Pertanahan Kota Jayapura Berkaitan Dengan Pengukuran Dan Penetapan Batas
Tanah, ini merupakan hal yang sangat penting di mana kita harus memperhatikan batas-batas
yang bersebelahan dengan pemilik hak atas tanah yang lain untuk menghindari adanya
sengketa di kemudian hari. Tetapi kenyataannya pada Kantor Pertanahan Kota Jayapura di
dalam pelaksanaan asas kontradiktur delimitasi belum terlaksana dengan baik. Banyak hal
yang menjadi kendala sehingga tidak diterapkanya asas kontradiktur delimitasi dalam proses
pengukuran dan penetapan batas tanah, masalah atau kendala yang terjadi yaitu seperti pada
saat melakukan kegiatan proses pengukuran dalam hal penetapan batas tanah yang harus di
saksikan oleh pihak berbatasan atau aparat pemerintah setempat, namun terkadang pihak
berbatasan tidak hadir sehingga dititipnya lembar isian gambar ukur kepada pemohon yang
megakibatkan ketidakjujuran pemohon dan dapat menimbulkan masalah sengketa batas
meliputi tumpang tindih atau overlapping bidang tanah antar pihak berbatasan.Tujuannya
untuk mengetahui eksistensi asas kontradiktur delimitasi dalam proses pengukuran dan
penetapan batas hak atas tanah di Kanto`r Pertanahan Kota Jayapura dan untuk mengetahui
penyelesaian masalah pertanahan akibat tidak diterapkan asas kontradiktur delimitasi pada
pendaftaran hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Metode pendekatan yang di gunakan adalah yuridis normatif dan empirik yaitu
menelaah dari peraturan perundang-undangan, bahan kepustakaan dan mengkaji konsep-
konsep hukum terkait dengan Asas Kontradiktur Delimitasi dan juga melihat kenyataan yang
terjadi di lapangan dalam hal pengukuran dan penetapan batas tanah.
Hasil dari penelitian ini untuk memberikan sumbangsih pemikiran ilmu hukum
dalam hal pelaksanaan Asas Kontradiktur Delimitasi dan memberikan informasi dan solusi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini masyarakat dan Badan Petanahan
Nasional Kota Jayapura sehingga dapat bekerjasama dalam hal pengukuran dan penetapan
batas tanah untuk menghindari sengketa yang terjadi di kemudian hari.

Kata Kunci : Asas Kontradiktur Delimitasi, BPN, Pengukuran Dan Penetapan Batas Tanah.

45
PENDAHULUAN Tanah sebagai bagian dari bumi.
Disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-
Negara kesatuan Republik Indonesia Undang Pokok Agraria yaitu atas dasar hak
yang berdasarkan Undang-Undang Dasar menguasai dari negara sebagai yang
1945 adalah negara hukum (konstitusional) dimaksud dalam Pasal 12 ditentukan
yang memberikan jaminan dan memberikan adanya macam-macam hak atas permukaan
perlindungan atas hak-hak warga negara, bumi yang disebut tanah, yang dapat
antara lain hak warga negara untuk diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-
mendapatkan, mempunyai, dan menikmati orang, baik sendiri maupun bersama-sama
hak atas tanah (Sutedi,2018: 1). Tanah dengan orang lain, serta Badan Hukum.
dalam pengertian hukum adalah permukaan Dengan demikian, jelaslah bahwa tanah
bumi sebagaimana yang dinyatakan dalam dalam pengertian yuridis adalah permukaan
Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Pokok bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak
Agraria. bagi kehidupan manusia tanah atas sebagian tertentu permukaan bumi,
mempunyai peranan yang sangat penting yang berbatas, berdimensi dua dengan
terutama pada Bangsa Indonesia karena, ukuran panjang dan lebar.
Negara Indonesia merupakan Negara
Objek hukum tanah adalah hak
Agraris sehingga setiap kegiatan yang
penguasaan atas tanah, yang dimaksud hak
dilakukan oleh rakyat Indonesia selalu
penguasaan atas tanah adalah hak yang
melibatkan soal tanah (Kurniati,2016: 1).
berisi serangkaian wewenang, kewajiban,
Tanah merupakan sumber daya yang dapat
atau larangan-larangan bagi pemegang
ditemui secara bebas di alam terbuka,
haknya untuk berbuat sesuatu mengenai
namun pada hakikatnya tidak semua tanah
tanah yang dihaki, sesuatu yang boleh,
dapat dimiliki dan dikuasai oleh seseorang
wajib/dilarang untuk diperbuat yang
begitu saja. Di Indonesia setiap bidang
merupakan isi hak penguasaan itulah yang
tanah harus diakui kekuasan dan
menjadi kriteria atau tolok ukur pembeda di
pemilikannya agar dapat difungsikan dan
antara hak-hak penguasaan atas tanah yang
dimanfaatkan sesuai dengan keinginan
di atur dalam hukum tanah.
pemegang hak. Jadi tidak semerta-merta
kepemilikan tanah didapati oleh seseorang Mengingat dalam mengakui bidang
begitu saja. tanah yang dikuasai adalah milik individual.

46
Perlunya dilakukan pendaftaran tanah yang tetapi yang secara murni berpegang pada
merupakan awal dari proses lahirnya salah satu asas hukum/sistem pendaftaran
sebuah bukti kepemilikan hak atas tanah. tanah tersebut boleh dikatakan tidak ada.
Sehingga Undang-Undang Pokok Agraria Hal ini karena kedua asas hukum/sistem
(UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 Tentang pendaftaran tanah tersebut sama-sama mem
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria punyai kelebihan dan kekurangan sehingga
mengharuskan pemerintah melakukan setiap negara mencari jalan keluar sendiri-
pendaftaran tanah pada seluruh wilayah sendiri (Sutedi: 117).
Indonesia pada Pasal 19 ayat (1)
Pendaftaran hak atas tanah adalah
menyebutkan “Untuk menjamin kepastian
kegiatan pemerintah untuk menjamin
hukum oleh pemerintah diadakan
kepastian hukum, dalam kegiatan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Pendaftaran hak atas tanah harus dilengkapi
Republik Indonesia menurut ketentuan yang
dengan data yuridis dan data fisik. Dalam
diatur dengan peraturan pemerintah” (
hal ini data yuridis yaitu mengumpulkan
Supriadi,2018: 152). Sebagai tindak lanjut
berbagai macam alat bukti kepemilikan
dari perintah Pasal 19 ayat (1) Undang-
diantaranya surat pelepasan, Letter C, akta
Undang Pokok Agraria Nomor. 5 Tahun
tanah, dan sejenisnya. Sedangkan data fisik
1960 Pemerintah mengeluarkan Peraturan
dalam hal ini meliputi kegiatan proses
Pemerintah No.10 Tahun 1961 tentang
pengukuran, sebelum dilakukanya
Pendaftaran Tanah yang kemudian telah
pengukuran pemohon perlu melakukan
diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah
penetapan batas bidang tanah dengan
Nomor.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
menerapkan asas kontradiktur delimitasi.
Tanah.
Namun masih seringnya penerapan asas
Sistem pendaftaran tanah yang kontradiktur delimitasi ini tidak diterapkan
dipakai di suatu negara tergantung pada pada kegiatan pendaftaran hak atas tanah
asas hukum yang dianut negara tersebut akibatnya menimbulkan beberapa masalah
dalam mengalihkan hak atas tanahnya. pertanahan..
Terdapat dua macam asas hukum, yaitu
Secara Normatif didalam Undang-
asas iktikad baik dan asas nemo plus yuris.
Undang nomor 5 tahun 1960, selanjutnya
Sekalipun sesuatu negara menganut salah
disebut Undang-Undang Pokok Agraria
satu asas hukum/sistem pendaftaran tanah,

47
mengatur tentang pendaftaran tanah sebagai serta pemeliharaan data fisik dan data
dasar untuk menjamin kepastian hukum. yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
Yang kemudian dikeluarkannya ketentuan mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun satuan rumah susun, termasuk pemberian
1997 Tentang Pendaftaran tanah. Kegiatan surat tanda bukti haknya bagi bidang-
pendaftaran tanah meliputi kegiatan proses bidang tanah yang sudah ada haknya dan
pengukuran. hak milik atas satuan rumah susun serta
hak-hak tertentu yang membebaninya.
Peraturan Pemerintah nomor 24
tahun 1997 dalam menasfirkan tentang Pelaksanaan pendaftaran tanah yang
penetapan batas dengan penerapan Asas dimaksud untuk menyelenggarakan tertib
Kontradiktur Delimitasi terkadang tidak administrasi di bidang pertanahan yaitu
terlaksana sehingga menimbulkan beberapa tertib yuridis yang artinya kepastian
masalah pertanahaan mengenai batas tanah hukumnya dijamin dalam kepemilikan hak
yakni overlapping atau tumpang tindih yang atas tanah dan tertib fisik untuk kepastian
dalam Peraturan Menteri Agraria nomor 11 hukum terhadap status bidang tanah.
tahun 2016 Pasal 11 ayat (3) huruf a disebut Namun masih ada hambatan-hambatan
adanya kesalahan prosedur pengukuran. yang terjadi dalam melaksanakan proses
Contoh permasalahan ini dianggap penting pendaftaran tanah, sehingga menimbulkan
oleh peneliti karena banyak benang merah masalah-masalah yang membuat proses
yang dapat ditarik dan dapat dijadikan pendaftaran tanah terhenti dan belum
referensi jika terjadi permasalahan yang terselesaikan.
sama dalam peneyelesaian oleh Badan
Masalah pertanahan dari dulu
Pertanahan Nasional.
sampai sekarang merupakan masalah yang
Pengertian pendaftaran tanah sering terjadi dan penyelesaiannya kadang
menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah berakhir dengan sengketa yang kadang
Nomor. 24 Tahun 1997 adalah rangkaian disebabkan oleh masalah atas status hak
kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah kepemilikan maupun sengketa batas tanah.
secara terus menerus, berkesinambungan Hal tersebut merupakan dampak dari
dan teratur, meliputi pengumpulan, perkembangan pembangunan yang
pengolahan, pembukuan, dan penyajian membutuhkan sebagian dari tanah warga

48
dan meningkatnya jumlah penduduk yang pemilik tanah yang berbatasan dengan
tidak seimbang dengan luas tanah. Untuk tanah yang dimilikinya. penggunaan asas
meminimalkan timbulnya permasalahan ini dilakukan saat kegiatan pengukuran
tersebut maka sangatlah penting untuk bidang tanah sehingga adminstrasi dalam
mewujudkan tertib dibidang pertanahan penetapan batas bidang-bidang tanah
yaitu dengan adanya kepastian hukum hak berdasarkan kesepakatan para pihak yang
atas tanah, khususnya terhadap kepemilikan berkepentingan dalam pendaftaran tanah,
hak atas tanah oleh individu atau sehingga mengurangi terjadinya sengketa
perorangan. batas tanah.

Sengketa yang sering terjadi pada Contradictoire Delimitatie atau


pengukuran yaitu sengketa penetapan batas dalam bahasa indonesia disebut
bidang tanah. Menurut ketentuan Peraturan Kontradiktur Delimitasi adalah asas
Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997, untuk pendaftaran tanah dalam tahapan proses
mencegah terjadinya sengketa penetapan permohonan sertifikat hak atas tanah yang
batas bidang tanah, perlu adanya penetapan wajib dipenuhi, dimana pada saat proses
batas bidang tanah atau patok yang pengukuran dilakukan wajib menghadirkan
dilakukan oleh badan yang berwenang yaitu pemilik tanah yang bersebelahan dengan
oleh Badan Pertanahan Nasional. Dalam bidang tanah yang dimohonkan untuk
penetapan batas bidang tanah juga perlu menetapkan batas bidang tanah yang
memperhatikan asas kontradiktur bersebelahan sesuai kesepakatan dengan
delimitasi. pemilik bidang tanah yang dimohon
penerbitan sertifikat dan disaksikan oleh
Asas Kontradiktur Delimitasi adalah
aparat pemerintah setempat.
sebuah norma yang digunakan dalam
pendaftaran tanah dengan mewajibkan Dengan dijadikannya Asas
pemegang hak atas tanah untuk Kontradiktur Delimitasi sebagai tahap awal
memperhatikan penempatan, penetapan dan pekerjaan pengukuran, maka setiap pemilik
pemeliharaan batas tanah secara tanah harus lebih dulu memasang tanda-
kontradiktur atau berdasarkan kesepakatan tanda batas tanahnya sesuai dengan
dan persetujuan pihak-pihak yang persetujuan pihak-pihak yang berabatasan
berkepentingan, yang dalam hal ini adalah dengan tanahnya. Tanda-tanda batas ini

49
harus disesuaikan dan memenuhi syarat- permasalahan yang terjadi pada kenyataan
syarat menurut Pasal 22 Peraturan Menteri dilapangan dalam penerapan asas
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Kontradiktur Delimitasi yang belum dapat
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan berjalan dengan baik berikut beberapa
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor masalah yang sering terjadi. Pertama,
24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. tumpang tindih atau overlapping batas
Dengan dipenuhinya tanda-tanda batas bidang tanah sering tejadi akibat tidak
seperti disebutkan pada peraturan diatas dan jelasnya batas bidang tanah atau hilangnya
ditempatkan pada tempat yang sebenarnya batas bidang tanah. Kedua, adanya
maka dapat dilanjutkan proses pengukuran. perselisihan internal antara pemilik tanah
dengan para pemilik tanah yang berbatasan.
Asas Kontradiktur Delimitasi di
Perselisihan ini mengakibatkan pihak yang
pertegas pada Pasal 17 sampai dengan Pasal
berbatasan menolak untuk hadir pada saat
19 Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun
pelaksanaan penetapan batas serta menolak
1997 Tentang Proses Pengukuran pada
menandatangani surat pernyataan batasan
Pendaftaran Tanah yang menetapkan
dan Daftar Isian 201 yang diperoleh dari
bahwa untuk memberikan kepastian dan
Kantor Pertanahan. Dengan terjadinya
perlindungan hukum kepada pemegang hak
penolakan tersebut proses pengukuran tidak
ditetapkan terlebih dahulu kepastian hukum
dapat terlaksana dengan baik, karena tidak
objeknya melalui penetapan batas bidang
ditemukan kata sepakat antara kedua belah
tanah. Penetapan data fisik atau penetapan
pihak. Ketidaksepakatan terhadap batas
batas pemilikan bidang tanah diatur dalam
bidang tanah tersebut mengakibatkan proses
Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor. 24
pendaftaran tanah menjadi terhambat.
Tahun 1997 berdasarkan kesepakatan para
Ketiga, disamping itu pada setiap penetapan
pihak. Bila belum ada kesepakatan maka
batas dilapangan seharusnya dihadiri oleh
dilakukan penetapan batas sementara, yang
pemilik tanah dan para pemilik tanah yang
diatur dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah
berbatasan. Namun ada kalanya pihak yang
Nomor. 24 Tahun 1997.
tanahnya berbatasan tidak dapat hadir
Meskipun masalah kepemilikan atas karena tinggal diluar kota atau bahkan
tanah telah diatur dengan sedemikian rupa, diluar negeri. Pemilik tanah tidak dapat
namun masih saja terdapat permasalahan- menghubungi pihak yang berbatasan,

50
sementara aparat desa pun juga tidak kontradiktur delimitasi dalam pengukuran
mengetahui secara pasti batas tanah dan penetapan batas tanah khususnya di
tersebut. Hal-hal inilah yang menghalangi Kota Jayapura.
penerapan asas kontradiktur delimitasi.
METODE
Seperti yang terjadi pada Kantor
Penelitian yang di gunakan adalah
Pertanahan Kota Jayapura penerapan asas
yuridis normatif dan empirik yaitu
kontradiktur delimitasi dalam pendaftaran
menelaah dari peraturan perundang-
tanah masih belum bisa terlaksana semua,
undangan, bahan kepustakaan dan mengkaji
hal itu terjadi karena masih ada penetapan
konsep-konsep hukum terkait dengan Asas
batas bidang tanahnya yang tidak
Kontradiktur Delimitasi dan juga melihat
disaksikan oleh pihak pemilik tanah yang
kenyataan yang terjadi di lapangan dalam
berbatasan langsung dengan tanah yang
hal pengukuran dan penetapan batas tanah
akan didaftarkan, ada juga yang berselisih
dengan menggunakan pendekatan
pendapat antara pihak pemilik tanah yang
perundang-undangan (statute approach),
berbatasan langsung dengan pemilik tanah
pendekatan konseptual (conceptual
yang akan didaftarkan mengenai perbedaan
approach) dan pendekatan kasus (case
hasil penetapan batas bidang tanah yang
approach).Bahan hukum yang di gunakan
dilakukan oleh perangkat desa dengan hasil
yaitu Undang-Undang Dasar Negara
penetapan batas bidang tanah yang
Republik Indonesia Tahun 1945,Undang-
dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan
Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Kota Jayapura.
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan
Penerapan asas kontradiktur Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
delimitasi sangat penting dalam pendaftaran 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
tanah terutama dalam penetapan batas
PEMBAHASAN
bidang tanah, apabila tidak terlaksana dapat
mengakibatkan terjadinya sengketa tanah A. Ruang Lingkup Tentang Kementrian
terutama terjadinya sengketa batas tanah Agraria dan Tata Ruang/ Badan
dikemudian hari, hal inilah yang Pertanahan Nasional
mendorong peneliti untuk melakukan
Kementerian Agraria dan Tata
penelitian tentang pelaksanaan dari asas
Ruang/Badan Pertanahan Nasional adalah

51
kementerian yang mengurusi Bidang Pertanahan: yang tersebar di tiap-tiap
Pertanahan. Kementerian Agraria dan Tata daerah. Sesuai dengan Peraturan Menteri
ruang/ Badan Pertanahan Nasional berada Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan
di bawah dan bertanggung jawab langsung Pertanahan Nasional Republik Indonesia
kepada Presiden. Kementerian Agraria dan Nomor 38 Tahun 2016 Kantor Wilayah
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional, yang
dipimpin oleh Menteri yang sekaligus selanjutnya disebut Kantor Wilayah adalah
menjabat sebagai Kepala Badan Pertanahan instansi vertikal Kementerian Agraria dan
Nasional. Merupakan kementerian yang Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di
baru di era pemerintahan Presiden Republik provinsi yang berada di bawah dan
Indonesia Joko Widodo yaitu dari hasil bertanggung jawab kepada Menteri Agraria
penggabungan antara kelembagaan Badan dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Pertanahan Nasional dengan unit Nasional. Kantor Wilayah mempunyai
pemerintahan yang mengurusi penataan tugas melaksanakan sebagian tugas dan
ruang, planologi dan perencanaan fungsi Badan Pertanahan Nasional dalam
kehutanan, serta informasi geospasial. wilayah provinsi yang bersangkutan.
Badan Pertanahan Nasional Republik Selanjutnya yang kemudian disebut Kantor
Indonesia berubah menjadi Kementerian Pertanahan adalah kantor yang mempunyai
Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan tugas melaksanakan sebagian tugas dan
Nasional berdasarkan Peraturan Presiden fungsi Badan Pertanahan Nasional dalam
Nomor 17 Tahun 2015 tentang wilayah Kabupaten / Kota.
Kementerian Agraria yang berfungsi Tata
Badan Pertanahan Nasional yang
Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20
kemudian disingkat menjadi BPN adalah
Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan
lembaga pemerintah dibawah Kementerian
Nasional yang ditetapkan pada 21 Januari
Agraria dan tata Ruang/ Badan Pertanahan
2015.
Nasional di Indonesia yang mempunyai
Dalam melaksanakan tugas tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
keagrariaan di daerah-daerah Kementerian bidang Pertanahan terkait proses
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan pengukuran dan pendaftaran tanah sesuai
Nasional dibantu oleh “Kantor Wilayah dengan ketentuan peraturan perundang-
Badan Pertanahan Nasional” dan “Kantor undangan. Sehubungan dengan itu Undang-

52
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang oleh “Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Nasional”. Sesuai dengan Peraturan
dalam Pasal 19 memerintahkan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala
diselenggarakannya pendaftaran tanah Badan Pertanahan Nasional Republik
dalam rangka menjamin kepastian hukum. Indonesia Nomor 38 Tahun 2016, yang
Pendaftaran tanah tersebut kemudian diatur selanjutnya disebut Kantor Wilayah adalah
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah instansi vertikal Kementerian Agraria dan
Nomor 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di
Tanah yang sampai saat ini menjadi dasar provinsi yang berada di bawah dan
kegiatan pendaftaran tanah di seluruh bertanggung jawab kepada Menteri Agraria
Indonesia. dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional. Kantor Wilayah mempunyai
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor
tugas melaksanakan sebagian tugas dan
24 Tahun 1997 yang menyempurnakan
fungsi Badan Pertanahan Nasional dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
wilayah provinsi yang bersangkutan.
1961 tersebut, tetap dipertahankan tujuan
Sedangkan untuk melaksanakan tugas-tugas
dan sistem yang digunakan, yang pada
dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di
hakikatnya sudah ditetapkan dalam
daerah dibantu oleh “Kantor Pertanahan:
Undang-undang Pokok Agraria, yaitu
yang tersebar di tiap-tiap daerah.
bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan
dalam rangka memberikan jaminan B. Penerapan Asas Kontradiktur
kepastian hukum di bidang pertanahan dan Delimitasi Dalam Proses Pengukuran
bahwa sistem publikasinya adalah sistem Dan Penetapan Batas Tanah
negatif, tetapi yang mengandung unsur
Kegiatan Pendaftaran Tanah
positif , karena akan menghasilkan surat-
sebagaimana yang di amanatkan oleh
surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai
Undang-Undang nomor 5 tahun 1960 Pasal
alat pembuktian yang kuat.
19 ayat (2) “Pendaftaran tersebut dalam
Kemudian dalam melaksanakan ayat (1) pasal ini meliputi :
tugas tersebut di daerah-daerah
a. Pengukuran perpetaan dan
Kementerian Agraria dan Tata
pembukuan tanah;
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dibantu

53
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan b. Pembuktian hak dan pembukuannya;
peralihan hak-hak tersebut; c. Penerbitan sertifikat;
c. Pemberian surat-surat tanda bukti d. Penyajian data fisik dan datayuridis;
hak, yang berlaku sebagai alat e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
pembuktian yang kuat.
Dalam hal ini penulis memfokuskan
Penyelengaraan pendaftaran hak penelitian terhadap prosedur pengukuran
atas tanah dilaksanakan oleh Badan pada proses pendaftaran tanah. pada
Pertanahan Nasional tingkat Kota Jayapura prosedur pengukuran atau pengumpulan
dilaksanakan melalui pendaftaran tanah data fisik, pertama pihak BPN akan
secara sistematik dan dilaksanakan secara meneliti kelengkapan pada dokumen-
sporadik. Pendaftaran tanah secara dokumen yuridis yang telah diserahkan
sistematik dilaksanakan berdasarkan pemohon kepada Loket pendaftaran lalu
rencana kerja yang ditetapkan oleh Menteri pihak BPN melakukan survey ke lapangan
sedangkan pendaftaran tanah secara tempat objek berada. Survey lapangan yang
sporadik dilaksanakan atas permintaan dimaksud dalam hal ini, untuk mengetahui
pihak yang berkepentingan yang apakah tanah yang hendak di daftarkan oleh
selanjutnya disebut sebagai pemohon. pemohon telah terdaftar sebelumnya serta
Peraturan Agraria/Kepala Badan memastikan bahwa pemohon telah
Pertanahan Nasional RI nomor 1 tahun menentukan batas-batas tanah sesuai
2010 Tentang Standar Pelayanan dan dengan yang dikuasai seperti yang diatur
Pengaturan Pertanahan. dalam Pertaturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang penetapan batas-batas
Pelaksanaan pendaftaran tanah
bidang tanah Pasal 17 ayat (1) bahwa
meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
“Untuk memperoleh data fisik yang
pertama kali dan pemeliharaan data.
diperlukan bagi pendaftaran tanah bidang-
Dimana pada Peraturan Pemerintah Nomor
bidang tanah yang akan dipetakan diukur,
24 Tahun 1997 Pasal 12 ayat (1)
setelah ditetapkan letaknya, batas batasnya
menjelaskan tentang “Kegiatan pendaftaran
dan menurut keperluan ditempatkan tanda-
tanah untuk pertama kali meliputi:
tanda batas di setiap sudut bidang tanah
a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik; yang bersangkutan.”

54
Selanjutnya petugar ukur dari BPN lembar gambar ukur ditanda tangani oleh
sebelum melakukan pengukuran membuat pihak berbatasan sebagai tanda bukti bahwa
undangan untuk pihak berbatasan dan Asas Kontradiktur Delimitasi dipenuhi pada
aparat pemerintah setempat yang saat penetapan batas dan pengukuran. Jika
mengatahui kepemilikan tanah terhadap tidak demikian maka pengukuran tidak
lokasi tanah setempat sebagai saksi. Pada dapat dilaksanakan dan proses pendaftaran
saat pengukuran dilakukan petugas ukur tanah akan terhenti dan tidak menghasilkan
BPN membawa berkas lembar isian produk berupa sertifikat.
pendaftaran yaitu lembar gambar ukur yang
Dengan ini asas kontradiktur
akan ditanda tangan oleh pihak berbatasan
delimitasi sebagai tahap awal pekerjaan
dan aparat pemerintah setempat sebagai
pengukuran, maka setiap pemilik tanah
tanda bukti bahwa pihak berbatasan telah
harus lebih dahulu memasang tanda-tanda
setuju dengan batas bidang tanah tersebut.
batas tanahnya sesuai dengan persetujuan
Untuk itu saat dilakukan pengukuran dalam
pihak tetangga berbatasan dengan tanahnya.
menetapkan batas bidang tanah pemohon
Tanda-tanda batas ini harus disesuaikan dan
harus menghadirkan saksi yang terdiri dari
memenuhi syarat menurut Peratutan
pihak berbatasan sebelah utara, selatan,
Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan
barat, dan timur serta aparat pemerintah
RI Nasional nomor 3 tahun 1997, tentang
setempat.dan menyiapkan patok batas yang
tanda-tanda batas tanah hak dalam pasal 21
sesuai dengan ketentuan Peratutan Menteri
bahwa : “Tanda-tanda batas dipasang
Agraria / Kepala Badan Pertanahan RI
pada setiap sudut batas tanah, apabila
Nasional nomor 3 tahun 1997.
dianggap perlu oleh petuggas yang
Setelah dilakukan pengukuran maka melaksanakan pengukuran juga pada titik-
akan dilakukan pengolahan data titik tertentu sepajang garis batas bidang
pengukuran dan pemetaan terhadap peta tanah tersebut”.
pendaftaran. Berdasarkan rangkaian
Dalam prakteknya dilapangan
prosedur tersebut, maka jelaslah sangat
seringkali Asas Kontradiktur Delimitasi
penting sebelum pengukuran dilakukan
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya
terlebih dahulu ditentukan batas-batas tanah
hal tersebut karena tidak ada kesepakatan
yang akan diukur dengan pihak berbatasan.
mengenai batas bidang tanah yang hendak
Karena pada lembar isian pendaftaran yakni

55
didaftarkan dengan pihak berbatasan. Dalam wawancara peneliti dengan
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak Rinus Erari Staff Pengukuran dan
Bapak Rinus Erari Staff Pengukuran dan Pemetaan Kamis, 25 Maret 2021.
Pemetaan Kantor Pertanahan Kota Jayapura Menjelaskan penyebab terjadinya sengketa
Selasa, 23 Maret 2021 sebenarnya batas di lapangan yaitu :
penerapan asas kontradiktur delimitasi bisa
1. Para pihak yang bersangkutan tidak hadir
berjalan dengan baik, namun jika dikaitkan
dalam penetapan batas. Baik pemohon
dengan masalah teknis pada peta-peta
maupun pemilik tanah yang berbatasan
terdahulu peta pendaftaran yang lama yang
tidak bisa hadir pada waktu waktu
sudah hilang atau sudah rusak sehingga
penetapan batas.ketidak hadiran pihak
sering terjadi tumpang tindih serta
berbatasan pada saat penetapan batas
overlapping bidang tanah dan juga yang
dikarenakan sedang diluar kota atau ada
sering terjadi di lapangan yaitu pihak
keperluan yang sangat mendesak. Namun
berbatasan tidak hadir sehingga BPN
hal seperti ini biasanya Pihak BPN akan
menitipkan lembar isian gambar ukur dan
menghadirkan aparat setempat yang
asas kontradiktur delimitasi pun tidak
menjadi saksi dan mengesahkan.
terpenuhi.
2. Tanah tidak terpasangi patok
C. Penyelesaian Masalah Akibat Dari
Karena kurang kesadaran masyarakat dalm
Tidak Diterapkannya Asas Kontradiktur
memelihara tanda batas atau patok bidang
Delimitasi Dalam Proses Pengukuran
tanah yang dimiliki pemegang hak,
Pada Pendaftaran Hak Atas Tanah.
sehingga mengakibatkan kami para petugas
Sebagaimana yang telah dijelaskan ukur kesulitan karena batas tanahnya tidak
dalam poin sebelumnya mengenai jelas. Sebagagaimana dijelaskan diawal
pendaftaran tanah dalam proses pengukuran bahwa ini dapat mengakibatkan adanya
dengan mengikuti prosedur pengukuran pengakuan dari pihak lain yang
yang ada. Ketika tidak terpenuhi salah satu berabatasan, kemudian mengakibatkan
dari semua prosedur pengukuran maka akan timbulnya masalah sengketa.
terjadi masalah sengketa batas yang
3. Kesalahan Prosedur dari
meliputi tumpang tindih atau overlapping.
Petugas Ukur BPN

56
Dalam hal ini seringkali penyebabnya tidak Maka dalam hal ini prosedur
diterapkan asas Kontradiktur Delimitasi pengukuran tidak dapat terlewatkan
secara benar, dimana petugas ukur menitip satupun, karena hal ini dapat menjadi fatal
lembar isian gambar ukur kepada pemohon dikemudian hari dan menjadi penyebab
karena pihak berbatasan tidak berada terjadinya sengketa atau masalah batas
ditempat. Lalu ternyata batas yang tanah. Ketika salah satu prosedur
ditentukan dengan pemohon tidak sesuai pengukuran tidak terpenuhi, penyelesaian
dan pemohon memalsukan tanda tangan yang terjadi dapat dilakukan mediasi oleh
pihak berbatasan. Inilah yang menyebabkan Pihak BPN dengan pengadu dan teradu jika
terjadinya tumpang tindih batas tanah atau sengketa hal ini masih dapat dibicarakan
overlapping, serta sengketa batas tanah. dengan baik, namun jika naik ke pengadilan
yang perlu diperhatikan sesuai dengan
Seperti poin diatas menyebutkan
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
sengketa batas terjadi juga dikarenakan
Pertanahan Nasional RI nomor 9 tahun
tidak diterapkanya asas Kontradiktur
1999 Tentang tata cara pemberian dan
Delimitasi. Saat asas kontradiktur delimitasi
pembatalan hak atas tanah pada Pasal 106
tidak terpenuhi maka hal ini disebut dengan
ayat (1) bahwa “Keputusan pembatalan hak
kesalahan prosedur pengukuran atau tidak
atas tanah karena cacad hukum administrasi
terpenuhi salah satu prosedur pengukuran
dalam penerbitannya, dapat dilakukan
seperti yang disebutkan dalam Peraturan
karena permohonan yang berkepentingan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
atau oleh Pejabat yang berwenang tanpa
Badan Pertanahan Nasional RI nomor 11
permohonan.”
tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan pada Pasal 11 ayat (3) huruf a Pembatalan hak terjadi karena pada
menyatakan bahwa “Sengketa atau Konflik Pasal 107 Peraturan Menteri
yang menjadi kewenangan kementrian Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat 92) RI nomor 9 tahun 1999 dijelaskan beberapa
meliputi: (a) Kesalahan prosedur dalam alasan dinyatakannya cacad hukum
proses pengukuran, pemetaan dan/atau administratif yakni Kesalahan Prosedur,
perhitungan luas;”. Terdapat tumpang tindih hak atas tanah,
atau data yuridis atau data fisik tidak benar.
Dalam hal tidak diterapkannya asas

57
Kontradiktur Delimitasi maka masuk Jika penyelesaian masalah ini berupa
kedalam kategori Kesalahan Prosedur sengketa batas tanah antara lain tumpang
seperti yang dijelaskan pada Pasal 11 ayat tindih atau overlapping maka hal-hal yang
(3) huruf a Peraturan Menteri Agraria dan dilakukan dari Badan Pertanahan Nasional
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan yakni :
Nasional RI nomor 11 tahun 2016 yaitu
1 Pengumpulan data dari pengadu dan
kategori Kesalahan prosedur pengukuran.
dilakukan analisis pada data-data tersebut;
Dalam wawancara peneliti dengan 2 Memeriksa dan mengecek kembali Peta
Bapak Ferdi Alfisnura Jumat 26 maret 2021 pada bidangan tersebut dan mencocokan
selaku Kepala Seksi Sengketa,Konflik, dan dengan sertifikat serta pengecekan lapang
Perkara Pertanahan Penyelesaian kasus kembali;
yang dilakukan yaitu didasarkan pada 2 3 Dilakukan Kembali pengukuran ulang oleh
(dua) hal yaitu Pengaduan dan Insiatif Pihak Badan Pertanahan untuk memastikan
Kementrian, namun yang sering terjadi permasalahan sengketa batas tersebut;
yaitu Pengaduan dari pemohon. Tahapan- 4 Mengkaji dan melakukan gelar perkara
tahapannya meliputi Badan pertanahan untuk mengkaji lebih dalam, dan
memfasilitasi adanya mediasi antara kedua memutuskan hasil akhir permasalahan.
belah pihak ketimbang harus sampai ke
pengadilan. Jika masih belum terpecahkan,
PENUTUP
dibuatlah suatu tim prosedural yang
anggotanya dari unit kerja struktural sesuai Pada Kantor Pertanahan Kota
dengan prosedur penanganan masalah Jayapura penerapan Asas Kontradiktur
sengketa pertanahan yang diatur dalam Delimitasi belum terlaksana dengan baik.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kbpn No Banyak hal yang menjadi kendala sehingga
9 Tahun 1999. Tugas dari tim kerja tersebut tidak diterapkanya asas kontradiktur
adalah menerima dan menyelesaikan delimitasi dalam proses pengukuran dan
sengketa pertanahan yang masuk di penetapan batas tanah, masalah atau
lingkungan kerja daerah setempat. Sehingga kendala yang terjadi yaitu seperti pada saat
penyelesaian sengketa pertanahan tidak melakukan kegiatan proses pengukuran
semerta-merta langsung secara litigasi. dalam hal penetapan batas tanah yang harus
di saksikan oleh pihak berbatasan atau

58
aparat pemerintah setempat, namun Ilham Arisaputra Muhammad,Reforma
terkadang pihak berbatasan tidak hadir Agraria Di Indonesia, Makassar:
sehingga dititipnya lembar isian gambar Sinar Grafika,.2015.
ukur kepada pemohon yang megakibatkan
Kurniati Nia,Hukum Agraria Sengketa
ketidakjujuran pemohon dan dapat
Pertanahan Penyelesaian Melalui
menimbulkan masalah sengketa batas
Arbitrase Dalam Teori dan
meliputi tumpang tindih atau overlapping
Praktek, Bandung: Refika
bidang tanah antar pihak berbatasan, lalu
Aditama,.2016.
tidak terpeliharanya patok batas oleh
pemegang hak atas tanah sehingga ketika Sutedi Adrian, Pralihan Hak Atas Tanah
dilakukan kegiatan pengukuran oleh dan Pendaftarannya, Jakarta:Sinar
petugas ukur BPN kesulitan hal ini juga Grafika,2018.
dapat mengakibatkan pengakuan dari pihak
Supriadi, Hukum Agraria, Jakarta:Sinar
berbatasan yang tidak sesuai.
Grafika,.2018.
DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :
Peraturan Perundang-Undangan
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Republik Indonesia, Undang-
Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, Undang Dasar NRI Tahun 1945.
2003. Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Iskandar Syah Mudakir,Panduan Mengurus
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Sertifikat & Penyelesaian Sengketa
Republik Indonesia, Peraturan
Tanah, Jakarta:Bhuana Ilmu
Pemerintah Nomor 24 Tahun
Populer, 2019.
1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

59

Anda mungkin juga menyukai