Abstrak
Tindakan main hakim sendiri merupakan wujud dari kemarahan masyarakat
terhadap maraknya kasus begal dan lemahnya penegakan hukum terhadap kasus
tersebut sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat
penegak hukum dan penegakan hukumnya. Salah satu strategi penanggulangan
tindakan main hakim sendiri adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum. Aparat penegak hukum juga harus bertindak tegas
terhadap pelaku yang melakukan tindakan main hakim sendiri. Tindakan tersebut
tidak hanya bertentangan dengan aturan hukum tapi juga melanggar asas praduga
tidak bersalah.
Pendahuluan
*) Peneliti Madya Hukum Pidana pada Bidang Hukum Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal
DPR RI. E-mail: lidyadhi@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-1-
-2-
tertulis,
jika
masyarakat
menganggap
perbuatan itu tercela karena bertentangan
dengan nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
masyarakat, perbuatan itu dapat dipidana.
Ukuran pembenaran teori hukum pidana
tentang sifat melawan hukum materiil dalam
fungsi negatif akan terlihat pada tindakan
polisi. Apabila polisi membiarkan atau tidak
menangkap dan memproses warga masyarakat
yang melakukan tindakan main hakim sendiri,
teori itu memiliki penguatan dan pembenaran.
Aparat penegak hukumlah yang memiliki
dibenarkan dengan tidak memproses warga
masyarakat atau tetap memprosesnya sesuai
hukum yang berlaku.
keamanan dan ketertiban masyarakat
berdasarkan UU No 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian, tindakan main hakim sendiri dapat
menimbulkan penafsiran
sebagai potensi
dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,
mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum.
Selain itu, peraturan perundangundangan, terutama KUHP tidak mengatur
secara khusus mengenai tindakan main hakim
sendiri. Menurut Wirjono Prodjodikoro,
tindakan main hakim sendiri tidak dilarang
sepanjang tidak memenuhi perumusan tindak
pidana lain (Prodjodikoro: 2002). Mencermati
tindakan main hakim sendiri dalam kasus
begal maka tindakan tersebut telah memenuhi
perumusan tindak pidana lain. Tindakan main
hakim sendiri, seperti: merusak kendaraan
pelaku, menganiaya, membakar pelaku
hingga mengalami luka-luka atau bahkan
mengakibatkan hilangnya nyawa pelaku
telah memenuhi perumusan tindak pidana
sebagaimana diatur dalam KUHP. Beberapa
ketentuan tindak pidana dalam KUHP
dapat diberlakukan terhadap tindakan main
hakim sendiri, antara lain Pasal 351 tentang
penganiayaan, Pasal 170 tentang kekerasan,
dan Pasal 406 tentang perusakan.
Jika tindakan main hakim sendiri sudah
memenuhi rumusan tindak pidana seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
dikaji mengenai keharusan tindakan main
hakim sendiri sebagai pembelaan diri dan
kepatutan akan tindakan main hakim sendiri
dengan menggunakan alasan penghapus
pidana karena pembelaan terpaksa.
Jika kasus begal dikaitkan dengan
Asas subsidiaritas dalam hukum pidana
yang
menyatakan
bahwa
seseorang
melanggar
kepentingan
hukum
untuk
melindungi kepentingan hukum orang lain
-3-
Referensi
Penutup
Tindakan
main
hakim
sendiri
merupakan perwujudan dari tumpukan
kemarahan atau kekecewaan masyarakat
terhadap semakin maraknya kasus begal
dan lemahnya penegakan hukum terhadap
kasus
tersebut
sehingga
menimbulkan
ketidakpercayaan
masyarakat
terhadap
aparat penegak hukum dan penegakan
hukumnya. Oleh karena itu, salah satu strategi
penanggulangan tindakan main hakim sendiri
adalah pengembalian kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum. Aparat penegak
hukum
harus
dapat
mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadap penegakan
hukum atas terjadinya segala bentuk kejahatan
termasuk kasus begal. Upaya ini dilakukan
guna memenuhi dan melindungi hakhak setiap warga negara atas kehormatan,
kemerdekaan, jiwa, dan harta benda, serta
memberikan rasa aman bagi setiap warga
Negara.
-4-
HUBUNGAN INTERNASIONAL
DIPLOMASI ANTI-NARKOBA
Simela Victor Muhamad*)
Abstrak
Kejahatan narkoba lintas batas negara merupakan sebuah kejahatan transnasional
yang memberikan ancaman terhadap negara dan masyarakat. Indonesia sebagai
bagian dari masyarakat internasional tidak lepas dari kejahatan transnasional
ini. Tingkat kejahatan narkoba di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
kenaikan diikuti dengan jenis narkoba yang terus bervariasi dan modus operandi yang
berubah-ubah. Indonesia telah menjadi negara target sindikat narkoba internasional.
Pemerintahan Presiden Jokowi menetapkan hukuman mati terhadap kasus narkoba.
Kebijakan tersebut menimbulkan pro dan kontra, terutama di negara asal terpidana.
Pemberlakuan hukuman mati terhadap kasus narkoba merupakan tantangan tersendiri
bagi Indonesia untuk mampu menjelaskan hal tersebut kepada masyarakat internasional
melalui diplomasi anti-narkoba..
Pendahuluan
narkoba di Indonesia.
Reaksi dari beberapa negara, seperti
Brasil, Belanda, dan kemudian juga Australia
harus
diletakkan
secara
proporsional
sebagai hak dari setiap negara tersebut,
sejauh sifatnya tidak mengganggu hubungan
bilateral. Masalah menjadi lain ketika negaranegara tersebut terus mempersoalkan dan
mencoba
mengintervensi
pelaksanaan
hukuman mati yang akan menimpa
warga mereka karena kasus narkoba di
Indonesia. Di sinilah hubungan bilateral dan
diplomatik Indonesia dengan negara-negara
tersebut mengalami ujian, bahkan cukup
terganggu. Hal tersebut terlihat dalam kasus
dibatalkannya secara mendadak penyerahan
credential letter (surat kepercayaan) Toto
Riyanto sebagai Duta Besar RI untuk Brasil
pada 20 Februari 2015 lalu oleh pihak Brasil.
*) Peneliti Madya Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Pengkajian, Pengolahan
Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: victorsimela@yahoo.co.id.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-5-
Diplomasi Bilateral
Dalam kerangka bilateral, diplomasi
anti-narkoba yang dilakukan oleh Indonesia
adalah
melakukan
komunikasi
secara
intensif dengan negara-negara sahabat
secara bilateral guna menyampaikan perihal
ancaman narkoba yang semakin masif dan
nyata di Indonesia, dan oleh karena itu perlu
suatu pengertian yang bisa dipahami oleh
negara-negara sahabat. Bahaya ancaman
narkoba yang sudah menjadi keprihatinan
masyarakat internasional, termasuk badan
dunia PBB melalui UNODC (United Nations
), harus menjadi
dasar bagi upaya bersama negara-negara
di dunia untuk memerangi peredaran gelap
Diplomasi Multilateral
Upaya
pemberantasan
narkoba
sudah tentu juga perlu ditingkatkan
melalui diplomasi multilateral. Di sini, titik
tekannya pada membangun kerja sama
antarnegara secara multilateral, terutama
melalui kerja sama antar-institusi atau
pemangku
kepentingan
terkait,
dalam
pemberantasan peredaran gelap narkoba,
karena tidak mungkin suatu negara dapat
memberantas peredaran gelap narkoba
yang sudah mendunia ini sendirian. Dalam
pemberantasan peredaran gelap narkoba
internasional,
masyarakat
internasional
telah banyak membentuk kerja sama
internasional, seperti melalui Interpol,
-7-
Europol,
ASEANAPOL,
ASOD (ASEAN
), dan lainlain. Selain tentunya melalui wadah Badan
Anti-Narkoba PBB (UNODC). Dalam wadah
atau forum multilateral tersebut biasanya
dibahas berbagai upaya kerja sama untuk
memberantas peredaran gelap narkoba
dalam lingkup yang lebih luas, baik di suatu
kawasan maupun tingkat global.
Khusus ASEAN, saat ini negara-negara
perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara
ini tengah berupaya keras melakukan upaya
memerangi peredaran narkoba, termasuk
diantaranya memberlakukan hukuman mati
bagi pelaku peredaran gelap narkoba. Hal
ini sejalan dengan visi yang diusung bersama
untuk membebaskan kawasan Asia Tenggara
dari peredaran narkoba pada tahun 2015,
meskipun hal itu tidak mudah dilakukan.
Wadah atau forum multilateral
sudah tentu juga harus dimanfaatkan oleh
Indonesia untuk membangun komunikasi
yang intensif, selain bertukar pengalaman
dan informasi, seputar upaya pemberantasan
narkoba. Suatu forum yang juga tidak
kalah penting yang dapat dilakukan oleh
Indonesia adalah melalui jalur diplomasi
antarparlemen. Memperhatikan aktivitas
pertemuan fora antarparlemen selama
ini, isu pemberantasan narkoba juga
kerap menjadi bagian dari agenda yang
dibahas. Bahkan untuk tingkat ASEAN,
melalui AIFOCOM (AIPA Fact Finding
),
parlemen negara-negara anggota ASEAN
yang tergabung dalam AIPA secara khusus
membahas upaya pemberantasan narkoba
di kawasan Asia Tenggara, yang hasil
rekomendasinya nanti disampaikan kepada
pemerintah masing-masing. APPF (Asia
), APA (Asian
Parliamentary Assembly), dan berbagai
forum antarparlemen lainnya, termasuk IPU
(Inter-Parliamentary Union) juga kerap
membahas isu pemberantasan narkoba.
Diplomasi
anti-narkoba
yang
dilakukan oleh Indonesia, sekali lagi, harus
memanfaatkan berbagai forum multilateral
tersebut bagi penyampaian informasi yang
utuh tentang ancaman bahaya narkoba
di Indonesia dan upaya serius Indonesia
untuk mengatasinya. Indonesia harus terus
berusaha
mengkomunikasikan
kepada
masyarakat internasional bahwa bahaya
ancaman narkoba merupakan salah satu
Penutup
Bahaya ancaman narkoba tidak saja
merupakan permasalahan Indonesia semata.
Hampir semua negara di dunia menghadapi
permasalahan tersebut, dan oleh karena itu
upaya untuk mengatasinya harus menjadi
kepedulian dan perhatian masyarakat
internasional. Masih adanya pro dan kontra
di antara negara-negara di dunia terkait
pemberlakuan hukuman mati terhadap
kasus narkoba merupakan tantangan
tersendiri bagi Indonesia, yang harus
mampu menjelaskan bahwa hal tersebut
merupakan hukum positif yang masih
berlaku dan ditegakkan oleh Indonesia,
dan tidak ada kaitannya dengan hubungan
antarnegara. Oleh karena itu, berbagi
informasi terkait ketentuan pidana bagi
pelanggar undang-undang terkait narkoba
di antara negara-negara di dunia harus
menjadi bagian yang dikomunikasikan oleh
Indonesia dalam diplomasi anti-narkoba.
Referensi
-8-
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
Bekerja merupakan hak setiap warga negara, termasuk bekerja di luar negeri. Oleh
karena itu rencana penghentian pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sektor
informal perlu diiringi dengan penyediaan lapangan kerja di dalam negeri dan
pembenahan mekanisme rekrutmen serta peningkatan kualitas calon TKI. Apabila
hal itu tidak dilakukan, maka dikhawatirkan jumlah TKI tidak berdokumen (ilegal)
akan semakin bertambah, mengingat terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri
mengakomodasi rencana penghentian pengiriman TKI sektor informal ini dalam
2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
Pendahuluan
*) Peneliti Madya Studi Kemasyarakatan Studi Khusus Gender pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail:sali_susiana@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-9-
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28D ayat
(2) menyatakan bahwa setiap orang berhak
untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja. Keterbatasan lapangan kerja di dalam
negeri membuat sebagian orang memilih
untuk bekerja di luar negeri dengan menjadi
TKI. Hal ini telah berlangsung sejak tahun
1980-an atau pada masa pemerintahan Orde
Baru.
Berdasarkan
data
Kementerian
Ketenagakerjaan (Kemnaker), saat ini terdapat
2,5 juta orang TKI yang bekerja di luar negeri.
Namun diperkirakan angka tersebut jauh
- 10 -
kerja
yang
diakreditasi
oleh
Referensi
Penutup
Melihat kondisi ketenagakerjaan saat
ini, merupakan hal yang tidak mudah bagi
pemerintah untuk dapat melaksanakan
road map yang telah disusun oleh
Kemnaker. Diperlukan upaya maksimal
dari seluruh stake holder, termasuk
pemerintah daerah, baik pemerintah
daerah provinsi maupun kabupaten/
kota. Dalam hal ini DPR RI juga dapat
memaksimalkan perannya melalui fungsi
legislasi, yaitu dengan mengakomodasi
rencana penghentian pengiriman TKI
sektor informal ini ke dalam Rancangan
Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang
telah menjadi RUU Prioritas Tahun 2015
dalam Program Legislasi Nasional, maupun
melalui pelaksanaan fungsi pengawasan
terhadap kebijakan penempatan TKI yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Dengan
berbagai upaya tersebut diharapkan ke
depan hanya TKI terdidik dan terlatih
yang bekerja di sektor formal saja yang
ditempatkan di luar negeri, sehingga dapat
meminimalisasi terjadinya kasus yang
dihadapi oleh TKI, baik yang berkaitan
dengan hubungan kerja maupun tindak
kekerasan terhadap TKI.
- 12 -
KUPAS TUNTAS
KENAIKAN HARGA BERAS
Iwan Hermawan*)
Abstrak
Kenaikan harga beras merupakan fenomena ekonomi dalam mencapai
keseimbangannya. Namun demikian, kenaikan yang tidak wajar perlu diwaspadai
karena akan berdampak negatif terhadap daya beli dan konsumsi beras, khususnya
bagi pedagang dan sekaligus insentif bagi petani dalam memproduksi padi. Oleh
sebab itu peran pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras dalam jangka
semua pihak. Kegagalan pemerintah dalam mengantisipasi keamanan penawaran
beras menstimulasi kenaikan harga beras akhir-akhir ini. Bahkan mundurnya musim
tanam dan wacana penghentian raskin dengan uang elektronik menambah besaran
kenaikan harga beras dari hari ke hari.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Ekonomi Terapan pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: iwan.hermawan@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 13 -
dengan
data
sehingga
dapat
Penutup
Kenaikan harga beras dalam dua bulan
terakhir ini menjadi sinyal penting terhadap
manajemen perberasan nasional, khususnya
dari sisi penawaran. Kebijakan intervensi
terhadap pasar beras tidak hanya berkaitan
dengan kesiapan jumlah stok beras pada saat
masa paceklik, namun juga ketepatan waktu
kebijakan tersebut diimplementasikan. Belum
efektifnya operasi pasar dalam meredam
kenaikan harga beras menunjukkan lemahnya
dukungan perencanaan dan data perberasan
nasional. Hal ini dikhawatirkan dapat
beraksi.
Stabilisasi harga beras dapat diupayakan
oleh pemerintah melalui kebijakan jangka
pendek dan jangka panjang. Untuk jangka
pendek pemerintah dapat melakukan (1)
operasi pasar yang tepat volume dan sasaran
serta (2) penyaluran raskin. Sedangkan dalam
jangka panjang dapat dilakukan dengan
memperkuat kelembagaan Bulog, dan (3)
pengawasan serta penegakan hukum. DPR RI
sebagai mitra kerja pemerintah juga memiliki
andil esensial untuk mengawal kebijakan
perberasan nasional agar berjalan sesuai
koridor regulasi pangan dan bermanfaat
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Referensi
Agustine, I. Antara Produksi, Raskin, dan
Bisnis Indonesia 2 Maret 2015.
Asril, S. Mantan Kabulog: Kenaikan
Harga
Beras
Seharusnya
Sudah
Diketahui
Pemerintah,
(http://
bisniskeuangan.kompas.com/
read/2015/03/03/171510526/
Mantan.
Kabulog.Kenaikan.Harga.Beras.
Seharusnya.Sudah.Diketahui.Pemerintah,
diakses 06 Maret 2015).
Berita Resmi Statistik, No. 10/02/Th. XVIII, 2
Februari 2015.
Gubernur NTB Nilai Kenaikan Harga Beras
Wajar, (http://nasional.republika. co.id/
berita/nasional/umum/15/03/02/nkkrpngubernur-ntb-nilai-kenaikan-harga-beraswajar, diakses 25 Maret 2015).
- 16 -
Abstrak
sebagai Ibukota negara seharusnya menjadi contoh yang baik dalam tata kelola
tidak lagi sekedar tergantung pada karakter personal kepemimpinan daerah tetapi
lebih bergantung pada pola checks and balances secara tepat dengan pembatasan
kekuasaan masing-masing lembaga dari model legislatif yang dikembangkan.
Pendahuluan
*) Peneliti Utama Politik dan Pemerintahan Indonesia pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: prayudi_pr@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 17 -
Versi Pemprov
1.
Komponen anggaran yang tidak dianggarkan oleh DPRD Memotong 10-15 persen anggaran
Pemprov DKI:
yang sudah disusun.
Komponen anggaran yang tidak dianggarkan oleh
Pemprov DKI:
Upah pungut untuk petugas pajak (insentif bagi
pegawai pajak agar bisa mencapai target);
Honor bagi guru honorer yang masih di bawah UMP;
Pengadaan truk sampah;
2.
3.
4.
5.
DPRD memasukkan
rincian anggaran
yang totalnya
Rp 12,1 triliun, antara
lain untuk pembelian penyimpan listrik
cadangan (UPS) sebesar Rp4,2 miliar
dan alat percepatan peningkatan mutu
pembelajaran Rp4,9 miliar.
Penutup
Gubernur
DKI merupakan konsekuensi
atas
peralihan
politik
desentralisasi
pemerintahan yang menempatkan pada
kepemilikan
resources
politik
model
legislatif secara seimbang. Keseimbangan
demikian perlu didukung oleh penataan
kelembagaan
struktur
pemda
yang
diarahkan pada dinamika relasi DPRDKepala Daerah yang lebih menjamin
stabilitas. Langkah kongkrit atas pola relasi
semacam ini adalah penegasan atas DPRD
dan Gubernur sebagai wakil pusat di daerah
harus mampu secara konsisten dijalankan
dalam wadah bangunan Pemda sesuai
ketentuan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemda. Melalui penegasan kedua pihak
hanya sebagai kepanjangan tangan dari
birokrasi pusat, maka dukungan stabilitas
hubungan antara DPRD-Kepala Daerah
tidak lagi tergantung pada sekedar karakter
kepemimpinan daerah secara personal.
Referensi
Kegaduhan Politik Rugikan Masyarakat,
Kompas, 27 Februari 2015
Gerakan Lengserkan Ahok, Koran Tempo,
27 Februari 2015;
Ahok Melawan, Media Indonesia, 27
Februari 2015.
Buka Draft APBD, Hindari Titipan,
Kompas, 26 Februari 2015.
Jalan Berliku APBD DKI, Kompas, 28
Februari 2015.a
Reza
Syawawi,
Menumpas
Begal
Anggaran, Koran Tempo, 5 Maret 2015.
Djajadi Hanan,
,
Mizan, Bandung, 2004.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang
MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Undang-Undang N0. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
- 20 -