Anda di halaman 1dari 10

ISSN : NO.

0854-2031
TERAKREDITASI BERDASARKAN SK.DIRJEN DIKTI NO.55a/DIKTI/KEP/2006

SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIIL DALAM


TINDAK PIDANA KORUPSI
(Respon terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi)

Sudharmawatiningsih *

ABSTRAK

Perbuatan yang mengandung sifat melawan hukum materiil (materiele wederrechtelijk)


merujuk pada hukum tidak tertulis berupa perbuatan tercela,yaitu pelanggaran terhadap
kepatutan, kehati-hatian dan kecermatan yang hidup dalam masyarakat. Ukuran perbuatan
tercela adalah yang bertentangan dengan moralitas maupun rasa keadilan dalam masyarakat.
Secara nyata ukuran perbuatan tercela adalah tidak pasti dan berbeda-beda dari satu
lingkungan masyarakat tertentu ke lingkungan masyarakat lainnya.. Perbuatan tercela dalam
tindak pidana korupsi dipandang telah melukai perasaan masyarakat. Letak perbuatan
tercela adalah melihat akibat perbuatan korupsi yang dapat merugikan keuangan negara dan
menghambat perkembangan ekonomi negara serta menguntungkan diri sendiri atau orang
lain ataupun korporasi. Disisi lain, unsur ”melawan hukum materiil” dalam pengertian
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No.
003/PUU-IV/2006 telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Kata Kunci : Sifat Melawan Hukum Materiil, Tindak Pidana Korupsi.

PENDAHULUAN diartikan dengan “Bertentangan dengan


Hukum Objektif”.
Pro dan kontra dalam menyikapi Sifat melawan hukum dikenal
putusan Mahkamah Konstitusi beberapa dengan sifat melawan hukum formil dan
waktu lalu tentang pengertian ”melawan materiil. Menurut Vermunt yang mengacu
hukum materiil” berkaitan dengan tindak pendapat Von List dan kemudian dikutip
1
pidana korupsi dipandang merupakan Komariah , ajaran sifat melawan hukum
respon hukum terhadap perkembangan yang formal adalah perbuatan yang
hukum pidana di Indonesia. Dalam hukum bertentangan dengan suatu norma yang
pidana,”melawan hukum” sebagai unsur ditetapkan norma berupa perintah dan
penting dalam pemidanaan. larangan. sedangkan ajaran sifat melawan
Dalam KUHP tidak secara tegas hukum materiel adalah pelanggaran
dirumuskan tentang sifat melawan hukum, terhadap kepentingan-kepentingan sosial
namun dapat dijumpai dalam beberapa yang dilindungi oleh norma-norma hukum
pengertian antara lain Pasal 167, Pasal 522 perorangan atau masyarakat termasuk
mengandung arti “Bertentangan dengan kerusakan atau membahayakan suatu
Hukum”, Pasal 406 yang dituangkan kepentingan hukum.
dengan arti “Tanpa Hak Sendiri”, Pasal 333 Bertolak dari kriteria perbuatan
melawan hukum berdasarkan Pasal 1365
*) Sudharmawatiningsih adalah Hakim Pengadilan
1 Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan -
Negeri Semarang, Peserta Program Doktor Ilmu
Hukum Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia,
Hukum UNDIP Semarang
Bandung: Alumni, 2002, hal.28

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


11
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

KUHPerdata, dalam perkembangan asas hukum yang tidak tertulis dan bersifat
jurisprudensi perbuatan melawan hukum umum, misalnya terpenuhinya tiga faktor
(onrechtmatigedaad) yang dikenal dalam yakni: Negara tidak dirugikan,
hukum perdata kemudian diterima Kepentingan umum dilayani; dan
menjadi satu ukuran melawan hukum Terdakwa sendiri tidak mendapat untung”.
dalam hukum pidana (wederrechte
lijkheid). 2. Putusan Mahkamah Agung RI, No. 275
Dalam menentukan sifat melawan K/Pid/1983, tanggal 15-12- 1983.
hukum sebagai suatu perbuatan pidana di
atas telah dijelaskan tidak dapat ditinjau ”Bahwa menurut kepatutan dalam
dari undang-undang secara formil saja masyarakat khususnya dalam perkara-
akan tetapi juga ditinjau dari materiil. Hal perkara tindak pidana korupsi, apabila
ini berkaitan dengan sumber hukum yang seorang pegawai negeri menerima fasilitas
berupa hukum tertulis dan hukum tidak yang berlebihan serta keuntungan lainnya
tertulis. dari seorang lain dengan maksud
Sehubungan dengan sifat melawan menggunakan kekuasaannya atau
hukum materiil, menurut Moeljatno, wewenangnya yang melekat pada
”....perbuatan harus pula betul-betul jabatannya secara menyimpang, hal itu
dirasakan oleh masyarakat sebagai sudah merupakan ”perbuatan melawan
perbuatan yang tidak boleh atau tidak patut hukum”. Karena menurut kepatutan
dilakukan. Oleh karena apa? Karena perbuatan itu merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan, atau menghambat tercela atau perbuatan yang merusak
akan tercapainya tata dalam pergaulan perasaan masyarakat banyak”.
masyarakat yang dicita-citakan oleh Sifat melawan hukum materiil
2
masyarakat itu,....” merupakan perbuatan tidak tertulis yang
Pendapat Moeljatno terkait sifat ukurannya dapat ditemukan dalam
melawan hukum materiil kemudian dianut pergaulan hidup masyarakat. Sifat tercela
dalam jurisprudensi Indonesia sebagai dapat menjadi ukuran melalui apakah
jurisprudensi tetap dan menjadi acuan perbuatan tersebut dapat diterima
Hakim dalam menyelesaikan perkara masyarakat secara umum atau tidak dan
khususnya perkara korupsi. Contoh apakah perbuatan tersebut menimbulkan
Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung keresahan dalam masyarakat.
yang telah menganut sifat melawan hukum Perkembangan sifat melawan
materiil dalam perkara korupsi : hukum formil maupun materiil sebagai
kebijakan hukum pidana dapat ditemukan
1. Putusan Mahkamah Agung RI, No. dalam peraturan perundang-undangan
42K/Kr/1965 Tanggal 8-1-1965 pidana diluar KUHP. Kebijakan hukum
pidana mempunyai tujuan sebagai
”Bahwa suatu tindakan pada umumnya penanggulangan kejahatan yang
hilang sifat melawan hukumnya, bukan berkembang dalam masyarakat.
hanya berdasarkan pada ketentuan Melalui kebijakan formulatif
perundang-undangan, melainkan juga hukum pidana, terhadap perbuatan
berdasarkan pada asas-asas keadilan, asas- melawan hukum formil dan materiil dapat
dilihat dalam Undang-Undang Republik
2 Moeljanto, Perbuatan Pidana dan
Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana, Pidato Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
diucapkan pada Upacara Peringatan Dies Natalis ke-6 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Universitas Gajah Mada, di Sitihinggil Yogyakarta
pada tanggal 19 Desember 1955, Seksi Kepidanaan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Yogyakarta, 1969, hal. 18.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


12
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 di pusat tetapi diseluruh jajaran


Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pemerintahan sampai di daerah, oleh
Pidana Korupsi (Lembaran Negara karena itu pemberantasan tindak pidana
Republik Indonesia Tahun 2001. Perbuatan korupsi dilakukan secara sunguh-sungguh
melawan hukum dalam arti formil dan dan karenanya pardigma baru harus
materiil oleh pembuat undang-undang digunakan dalam UU yang baru ini antara
dicantumkan dalam penjelasan Pasal 2 ayat lain dengan memberi penegasan bahwa
(1) Undang-Undang Pemberantasan percobaan melakukan tindak pidana
Tindak Pidana Korupsi. korupsi disamakan dengan tindak pidana
Dalam kenyataan hukum disatu sisi korupsi itu sendiri.
pengertian sifat melawan hukum pada Secara historis keinginan pembuat
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tindak Pidana Korupsi ini adalah untuk
tentang Pemberantasan Tindak Pidana menjerat perbuatan-perbuatan tercela yang
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan koruptif sifatnya, tetapi tidak terjangkau
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 karena perbuatannya ternyata secara formil
tentang Perubahan Atas Undang-undang tidak “wederrechtelijk”. Karenanya dalam
N o m o r 3 1 Ta h u n 1 9 9 9 t e n t a n g kebijakan formulatif melalui Penjelasan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Republik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Tahun 2001 telah dinyatakan Mahkamah Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Konstitusi tidak mempunyai kekuatan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
hukum mengikat, dilain sisi korupsi undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
merupakan suatu delik sebagai perbuatan Perubahan Atas Undang-undang Nomor
yang oleh masyarakat dipandang tercela 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
karena merupakan pelanggaran terhadap Tindak Pidana Korupsi, diperluaslah
hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat pengertian sifat melawan hukum materil
secara luas.Dalam tulisan ini akan dibahas sebagai perbuatan yang mencakup
mengenai (1) Bagaimana eksistensi unsur pandangan tercela dari masyarakat.
perbuatan melawan hukum materiil dalam Seorang pejabat yang membiarkan
tindak pidana korupsi, (2) Bagaimana keluarganya (istrinya/anak-anaknya)
peranan Hakim dalam pandangan untuk tender/proyek dimana si pejabat
masyarakat terhadap tindak pidana korupsi tersebut (ayahnya) menjadi Pimpinan
sebagai perbuatan tercela. Proyeknya dianggap sebagai perbuatan
tercela, karena pejabat itu dianggap telah
PEMBAHASAN mempergunakan kekuasaan karena jabatan
yang ada padanya dengan berkelebihan dan
Eksistensi Unsur Perbuatan Melawan memberikan kemudahan yang
Hukum Materiil Dalam Tindak Pidana berkelebihan yang tidak seimbang dengan
Korupsi pihak lainnya. Perbuatan pejabat itu tidak
melawan hukum secara formil, karena
DPR sebagai pembuat undang- tidak ada ketentuan perundang-undangan
undang berpendapat bahwa perubahan dan positif yang melarang perbuatan pejabat
penggantian Undang-undang Nomor 3 itu, tetapi jelas perbuatan semacam itu
Tahun 1971 sangat diperlukan karena dianggap tidak patut atau tercela menurut
kondisi korupsi sudah merajalela yang ukuran masyarakat pada umumnya dan
sangat merugikan keuangan negara. secara riil berapa besar uang yang telah
Tindak pidana korupsi terjadi tidak hanya dapat dinikmati keluarganya. Demi

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


13
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

memenuhi rasa keadilan masyarakat, apabila perbuatan pelaku hilang sifat


contoh perbuatan pejabat tersebut sudah melawan hukumnya secara materil
sepatutnya dipidana, meskipun syarat (“materiele tidak “wederrechtelijk”),
formil berupa kepastian hukum telah artinya adanya suatu fakta yang
tersingkirkan. menentukan perbuatan pelaku telah
“Melawan Hukum” dalam memenuhi rumusan delik yang
pengertian Materiil ini akan berkaitan didakwakan atau perbuatannya adalah
dengan pandangan di dalam masyarakat. formil wederrechtelijk, namun fakta yang
Artinya apakah perbuatan pada diri pelaku diperoleh selama persidangan itu ternyata
telah bertentangan atau tidak dengan perbuatan si pelaku tidak menguntungkan
norma-norma kesopanan yang lazim atau diri sendiri, perbuatan itu dilakukan bagi
dengan keharusan dalam pergaulan hidup kepentingan umum dan Negara, dan akibat
masyarakat, selain ada atau tidaknya dari perbuatan itu tidak menjadikan rugi
pelanggaran terhadap hak orang lain bagi Negara, sehingga antara perbuatan
maupun kewajiban hukum pelaku. pelaku yang memenuhi rumusan delik
Kesimpulannya perbuatan si pelaku telah menimbulkan keuntungan yang jauh
merupakan perbuatan yang dipandang lebih seimbang daripada apabila perbuatan
tercela atau tidak oleh masyarakat. pelaku itu yang memenuhi rumusan delik,
Menjadi kajian yang penting, maka terhadap pelaku dilepaskan dari
bahwa melawan hukum secara materiil segala tuntutan hukum (seperti halnya
akan bersentuhan dengan rasa keadilan kasus Ir. Otjo Danaatmadja).
yang ada dalam masyarakat. Ukuran sifat Dengan demikian ajaran perbuatan
melawan hukum secara meteriil terletak melawan hukum materil memang
pada perbuatan yang dipandang tercela dipergunakan dalam kaitannya dengan
atau tidak oleh masyarakat yang dinilai alasan penghapus pidana di luar undang-
hakim melalui fakta di persidangan undang (KUHP) dengan menekankan
berdasarkan pertimbangan yuridis, fungsi negatifnya. Penggunaan fungsi
filosofis dan sosiologis. negatif dari ajaran perbuatan melawan
Kenyataan dalam hukum hukum materil ini pada hakekatnya justru
pembuktian, Penuntut Umum memandang akan berlainan dengan tujuan semula
asas “melawan hukum secara materil” pembentukan undang-undang tindak
mempermudah dalam segi pembuktian pidana korupsi, karena pada akhirnya
untuk menghukum Terdakwa (seperti dengan fungsi negatif ini terdapatlah
halnya kasus Drs. Natalegawa) sehingga beberapa perbuatan koruptif yang telah
kadangkala terciptalah suatu perbuatan memenuhi rumusan delik, lepas dari
yang dianggap tercela bagi masyarakat jangkauan hukum.
(“materiele wederrechtelijk”) dan Unsur melawan hukum atau
karenanya dijatuhkan pidana meskipun (“wederrechtelijkeheid”) dalam tindak
formil perbuatannya tidak pidana korupsi adalah menempati unsur
“wederrechtelijk”. Dalam hal inilah yang paling utama dari unsur-unsur
dikenal penggunaan fungsi positif dari lainnya, karena unsur melawan hukum
ajaran sifat melawan hukum materiel yang inilah yang dapat membuktikan “ada atau
dicegah penerapannya mengingat tidaknya tindak pidana korupsi”.
eksistensi asas legalitas yang berlaku Penerapan unsur melawan hukum di sini
dalam sistem hukum pidana Indonesia. yakni baik unsur melawan hukum formil
Akan tetapi dari segi tertentu asas (“formiele wederrechtelijkeheid”)
perbuatan melawan hukum materiel dapat maupun unsur melawan hukum materiel
membawa konsekuensinya lainnya, yaitu (“materiele wederrechtelijkeheid”) yakni

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


14
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

perbuatan yang melanggar undang-undang ukuran yang tidak tertulis dalam undang-
secara formil maupun yang tidak diatur undang secara formal untuk menentukan
dalam perundang-undangan formil yakni perbuatan yang dapat dipidana.
meliputi perbuatan-perbuatan yang Keberadaan penjelasan pasal dalam suatu
bertentangan dengan norma-norma, undang-undang tidalk lepas dari ketentuan
kaidah-kaidah, kesopanan dan kepatutan yang terdapat dalam Undang-undang
yang lazim atau bertentangan dengan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004
keharusan dalam pergaulan hidup yang tentang Pembentukan Peraturan
secara langsung dan tidak langsung Perundang-undangan.
merugikan keuangan negara atau Dalam Butir E Lampiran yang tak
perekonomian negara atau merugikan terpisahkan dari Undang-undang Republik
kepentingan umum/kepentingan Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang
masyarakat luas. Pembentukan Peraturan Perundang-
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) undangan antara lain menentukan:
Undang-undang Republik Indonesia a. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran
N o m o r 3 1 Ta h u n 1 9 9 9 t e n t a n g resmi pembentuk peraturan perundang-
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi undangan atas norma tertentu dalam
sebagaimana telah diubah dengan Undang- batang tubuh. Oleh karena itu penjelasan
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang hanya memuat uraian atau jabaran lebih
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 lanjut norma yang diatur dalam batang
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak tubuh. Dengan demikian penjelasan
Pidana Korupsi, mengandung maksud sebagai sarana untuk memperjelas
meskipun perbuatan tersebut tidak diatur norma batang tubuh, tidak boleh
dalam peraturan perundang-undangan mengakibatkan terjadinya ketidak
secara formil, yaitu dalam pengertian yang jelasan norma yang dijelaskan;
bersifat onwetmatig, namun apabila b. Penjelasan tidak dapat digunakan
menurut ukuran yang dianut dalam sebagai dasar hukum untuk membuat
masyarakat sebagai perbuatan tercela. peraturan lebih lanjut;
Pelanggaran nilai kepatutan, kehati-hatian c. Dalam penjelasan dihindari rumusan
dan keharusan yang dianut dalam yang isinya memuat perubahan
hubungan orang-perorang dalam terselubung terhadap ketentuan
masyarakat dipandang telah memenuhi perundang-undangan yang bersangkut
unsur melawan hukum (wederrechtelijk). an;
Ukuran yang dipergunakan dalam hal ini Sehubungan Butir E Lampiran
adalah hukum atau peraturan tidak tertulis. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
Rasa keadilan (rechtsgevoel), norma tentang Pembentukan Peraturan
kesusilaan atau etik, dan norma-norma Perundang-undangan, Penjelasan pasal
moral yang berlaku di masyarakat telah dalam undang-undang berfungsi untuk
cukup untuk menjadi kriteria satu menjelaskan substansi norma yang
perbuatan tersebut merupakan tindakan terdapat dalam pasal dan tidak
yang melawan hukum, meskipun hanya menambahkan norma baru. Penjelasan
dilihat secara materiil. bukan merupakan dasar hukum, sehingga
Mahkamah Konstitusi telah dalam penerapannya berfungsi sebagai
menilai, bahwa pembuat undang-undang penjelasan norma yang akan menambah
bukan hanya menjelaskan Pasal 2 ayat (1) wacana dalam menilai perbuatan. Putusan
tentang unsur melawan hukum, melainkan Mahkamah Konstitusi tentang sifat
telah melahirkan norma baru. Dalam melawan hukum yang pengertiannya
penjelasan memuat digunakannya ukuran- tertuang dalam penjelasan pasalnya tidak

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


15
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

mempunyai kekuatan mengikat, sehingga Senoaji3, dikatakan oleh Lie Oen Hock
dalam penerapannya dikembalikan pada bahwa,”Hakim biasa tidak diperkenankan
rasa keadilan yang menjadi tujuan dalam mengadili mengenai kebijakan Penguasa.
pemberantasan tindak pidana korupsi Bukanlah Pengadilan yang dapat menilai
dengan mengacu pada dasar hukum yang kebijakan penguasa dengan Freies
berlaku, yurisprudensi, doktrin, maupun Ermessen-nya, sehingga kebijakan
pendapat ahli. Pemerintah tidak boleh dicampuri oleh
Dalam tinjauan terhadap Hakim Umum. Pembatasan terhadap
penerapan fungsi positif dari ajaran Beleidsvrijheid itu adalah apabila terdapat
perbuatan melawan hukum materiel tidak perbuatan yang masuk dalam kategoris
jarang mengalami kekeliruan essensiel dan penyalahgunaan wewenang
mendasar sifatnya. Khususnya dalam (“Detournement de pouvoir”) dan
kaitan antara Hukum Pidana dari unsur perbuatan sewenang-wenang (“Abus de
“menyalahgunakan wewenang” (Pasal 1 Droit”), dan pola penyelesaian terhadap
ayat 1 b UU No. 3 Tahun 1971 jo …., penyimpangan ini adalah melalui Peradilan
melawan hukum (Pasal 1 ayat 1 huruf a UU Administrasi (sekarang : Peradilan Tata
No. 3 Tahun 1971 jo Pasal 2 ayat (1) Usaha Negara)”.
Undang-undang Republik Indonesia Mengingat system Hukum Pidana
N o m o r 3 1 Ta h u n 1 9 9 9 t e n t a n g Indonesia, khususnya dalam sebagian
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi besar perkara-perkara tindak pidana
sebagaimana telah diubah dengan Undang- korupsi ini bersandar prinsip Legalitas
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang yang ketat dalam menentukan
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 terbukti/tidak terbuktinya rumusan delik,
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak maka untuk menentukan ada tidaknya
Pidana Korupsi) dan Hukum Administrasi “kewenangan” tersebut harus dilandasi
Negara yang berkaitan dengan peraturan dasar (legalitas). Sehingga,
“staatsbeleid” (Kebijakan Negara) dengan adanya perumusan pasal menjadi dasar
asas-asas umum pemerintahan yang baik hakim melakukan penilaian terhadap
(Algemene Beginselen Van Behoorlijk “menyalahgunakan kewenangan” tersebut.
Bestuur). Jadi, ukuran atau kriteria ada atau tidaknya
Seringkali dalam praktek unsur “menyalahgunakan kewenangan”
mencampur adukan, bahkan menganggap dari diri Pembanding bersifat alternatif,
sama antara unsur “menyalahgunakan artinya selain berpijak pada peraturan dasar
wewenang” dan “melawan hukum”. (legalitas) juga mempertimbangkan
Bahkan tanpa disadari badan peradilan mengenai kebijakan tidak tertulis
menerapkan asas perbuatan melawan
hukum materiil dengan fungsi positif tanpa Peran Hakim Dalam Pandangan
memberikan kriteria yang jelas untuk dapat Masyarakat (Adat) terhadap Tindak
menerapkan asas tersebut, yaitu Pidana Korupsi sebagai Perbuatan
melakukan pemidanaan berdasarkan asas Tercela
kepatutan dengan menyatakan para pelaku
telah melanggar asas-asas umum Keberadaan hukum tidak tertulis
pemerintahan yang baik tanpa mempunyai peranan penting dalam sistem
membedakannya dengan persoalan hukum di Indonesia yang implementasinya
“beleid” yang tunduk pada Hukum 3 Indriyanto Seno Adji, ”Asas Perbuatan Melawan
Administrasi Negara”. Hukum Materiel dan Masalahnya Dalam Perspektif
Seperti yang dikutip Indriyanto Hukum Pidana Di Indonrsia”, Makalah disampaikan
pada seminar tentang Asas-Asas Hukum Pidana
Nasional, Semaramg 26-27 April 2004 hal.52

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


16
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

diserahkan kepada hakim. Kewajiban Perbuatan melawan hukum


Hakim untuk mengikuti gerak dinamika materiel merupakan perbuatan tidak
hukum, tidak saja dalam pengertian hukum tertulis yang ukurannya dapat ditemukan
tertulis saja tetapi mencakup artian hukum dalam pergaulan hidup masyarakat. Sifat
tidak tertulis yang hidup dalam tercela dapat menjadi ukuran melalui
masyarakat, telah ditegaskan melalui Pasal apakah perbuatan tersebut dapat diterima
27 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 masyarakat secara umum atau tidak dan
tentang Pokok-Pokok Kekuasaan apakah perbuatan tersebut menimbulkan
Kehakiman jo Pasal 28 Undang-Undang keresahan dalam masyarakat. Bentuk
No. 4 Tahun 2004, “Hakim sebagai perbuatan tercela dapat diketemukan
penegak hukum dan keadilan wajib melalui putusan hakim yang
menggali, mengikuti dan memahami nilai- pembuktiaannya diperoleh dalam
nilai yang hidup dalam masyarakat”. persidangan sebagai fakta hukum termasuk
Tugas hakim untuk menggali dalam perkara tindak pidana korupsi.
hukum tidak tertulis dengan menilai Tindak pidana korupsi
norma-norma dari perbuatan tercela dari merupakan kejahatan yang bersifat
suatu masyarakat, meskipun perbuatan extraordinary crime dan selama ini telah
tersebut tidak ada pengaturannya dalam terjadi di Indonesia secara sistematik dan
ketentuan formil (tertulis). Kadangkala meluas serta merupakan pelanggaran
ditemuinya suatu perbuatan yang menurut terhadap hak-hak sosial dan ekonomi
masyarakat adat tertentu adalah tercela masyarakat secara luas. Kerugian
sifatnya, tetapi tidak ada pengaturannya keuangan negara mempengaruhi proses
dalam KUHP atau bahkan sebaliknya suatu pembangunan nasional dan Indonesia
perbuatan yang menurut KUHP adalah menjadi negara terkorup nomor dua (2) di
melawan hukum atau tercela sifatnya, Asia. Oleh karena itu tindak pidana korupsi
tetapi menurut ukuran masyarakat (adat) perlu digolongkan sebagai kejahatan yang
tertentu justru tidak dianggap sebagai hal pemberantasannya harus dilakukan secara
yang tercela. Iuar biasa. Keseriusan pemberantasan
Keberadaan sifat melawan hukum tindak pidana korupsi menjadi prioritas
materiil sebagai hukum tidak tertulis telah seiring dengan respon perkembangan
diakui sebagai sumber hukum di Indonesia. hukum terhadap putusan Mahkamah
Menurut Moeljatno4, bagi orang Indonesia Konstitusi.
belum pernah ada saat bahwa hukum dan Tanggal 25 Juli 2006 Mahkamah
undang-undang dipandang sama. Pikiran Konstitusi dalam putusannya telah
bahwa hukum adalah undang-undang menyatakan, Penjelasan Pasal 2 ayat (1)
belum pernah dialami. Bahkan sebaliknya, Undang-undang Republik Indonesia
hampir semua hukum Indonesia asli adalah N o m o r 3 1 Ta h u n 1 9 9 9 t e n t a n g
hukum yang tidak tertulis. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Hakim dalam menggali sifat sebagaimana telah diubah dengan Undang-
melawan hukum materiil melalui fakta undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
juridis dapat menemukan kaidah-kaidah Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31
baru yang hidup dalam masyarakat sebagai Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
hukum tidak tertulis. Setiap perbuatan Pidana Korupsi sepanjang frasa yang
yang dianggap atau dipandang tercela oleh berbunyi, ”Yang dimaksud dengan 'secara
masyarakat merupakan perbuatan melawan hukum' dalam Pasal ini
melawan hukum secara materiil. mencakup perbuatan melawan hukum
dalam arti formil maupun dalam arti
4 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,
Jakarta:Rineka Cipta, cet kelima, 1993, hal 133. materiil, yakni meskipun perbuatan

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


17
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

tersebut tidak diatur dalam peraturan bahwa, “Hakim sebagai penegak hukum
perundang-undangan, namun apabila dan keadilan wajib menggali, mengikuti
perbuatan tersebut dianggap tercela karena dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
tidak sesuai dengan rasa keadilan atau keadilan yang hidup dalam masyarakat”.
norma-norma kehidupan sosial dalam Penanggulangan tindak pidana
masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat korupasi berangkat dari konsep pemikiran,
dipidana” tidak mempunyai kekuatan bahwa secara hukum formil telah
5
hukum mengikat . dirumuskan melalui aturan normatifnya,
Bertolak dari putusan Mahkamah sedangkan secara materiil diketemukan
Konstitusi yang telah bersifat final dan melalui perwujudan sebagai perbuatan
mengikat, maka putusan tersebut tidak tercela yang ukurannya ada kepentingan
dapat ditarik kembali walupun ada hukum yang dilindungi.
keberatan dari pihak Termohon maupun Dalam perkembangan hukum
masyarakat luas. Namun, dalam pidana modern, perlindungan hukum
penanggulangan tindak pidana korupsi mempunyai tujuan tidak hanya melindungi
melalui kebijakan aplikatif apakah ”sifat kepentingan pelaku saja, akan tetapi
melawan hukum secara materiil” melindungi kepentingan masyarakat,
kemudian diterjemahkan tidak berlaku, korban dan negara. Oleh karena itu,
dikesampingkan atau tidak diterapkan menjadi pertimbangan hakim dalam
adalah tidak demikian sederhana dalam menjatuhkan putusan korupsi yang tidak
menerapkannya mengingat hukum tidak saja berdasarkan pertimbangan yuridis
tertulis sebagai pedoman hidup masyarakat akan tetapi juga pertimbangan filosofis
merupakan sumber hukum di Indonesia. maupun sosiologis dalam mewujudkan
Pentingnya keberadan hukum keadilan dengan merespon perkembangan
tidak tertulis sebagai sumber hukum nilai-nilai kemasyarakatan sebagai hukum
dikatakan Mochtar Kusumaatmadja 6 , tidak tertulis. Berkaitan dengan ukuran
bahwa ”selain hukum, kehidupan manusia norma tidak tertulis, hakim dalam mencari
dalam masyarakat dipedomani moral kebenaran materiil wajib menggalinya
manusia itu sendiri, diatur pula oleh agama, melalui fakta-fakta yang terungkap di
oleh kaidah-kaidah susila , kesopanan, adat persidangan.
kebiasaan dan kaidah-kaidah sosial Perintah undang-undang bagi
lainnya”. hakim untuk menggali, mengikuti dan
Sehubungan hal tersebut di atas, memahami nilai-nilai hukum yang hidup
pada hakikatnya keberadaan sifat melawan dalam masyarakat semata-mata bertujuan
hukum materiil sebagai hukum tidak mewujudkan keadilan bagi masyarakat.
tertulis mendapat tempat dalam sistem Peran hakim dalam menggali nilai keadilan
hukum di Indonesia. Peran hakim dalam yang tidak tertulis meliputi pula dalam
merespon hukum tidak tertulis, melalui hukum pidana. Menurut Indriyanto Seno
ketentuan dalam Pasal 27 Undang-Undang Adji7, hukum pidana adat (materi /
No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan- substansi) mendapat tempat bagi perhatian
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman hakim di Indonesia, termasuk soal yang
jo Pasal 28 Undang-Undang No. 4 Tahun berkaitan dengan “perbuatan tercela atau
sifat perbuatan melawan hukum secara
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
materiil dalam masyarakat adat di
5 Putusan Mahkamah Konstitusi, Nomor 003/PUU-
IV/2006 7 Indriyanto Seno Adji, ”Asas Perbuatan Melawan
6 Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Materiel dan Masalahnya Dalam Perspektif
Hukum dalam Pembanghunan Nasiona, Lembaga Hukum Pidana Di Indonrsia”, Makalah disampaikan
Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum pada seminar tentang Asas-Asas Hukum Pidana
Universitas Padjadjaran, tanpa tahun, hal.3. Nasional, Semaramg 26-27 April 2004 hal.10

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


18
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

Indonesia. Karenanya diperlukan suatu korupsi.


sikap ketelitian yang akurat, bahkan kehati- Dalam perkembangan hukum
hatian untuk menentukan suatu perbuatan pidana modern, perlindungan hukum
dapat dikatakan sebagai tercela menurut mempunyai tujuan tidak hanya melindungi
ukuran masyarakat Indonesia. kepentingan pelaku saja, akan tetapi
Keberadaan hukum adat melindungi kepentingan masyarakat,
merupakan nilai dasar untuk memenuhi korban dan negara. Oleh karena itu,
rasa keadilan masyarakat (adat tersebut). menjadi pertimbangan hakim dalam
Disatu sisi perbuatan pelaku dipandang menjatuhkan putusan korupsi yang tidak
tercela (“materiele wederrechtelijk”) olah saja berdasarkan pertimbangan yuridis
masyarakat (adat), meskipun pada sisi akan tetapi juga pertimbangan filosofis
lainnya perbuatannya formil tidak maupun sosiologis dalam mewujudkan
“ w e d e r re c h t e l i j k ” ( p e r b u a t a n n y a keadilan dengan merespon perkembangan
dianggap oleh masyarakat adat tertentu nilai-nilai kemasyarakatan sebagai hukum
sebagai tindak pidana,) tetapi KUHP tidak tidak tertulis.
mengaturnya. Dengan demikian hukum Sifat melawan hukum materiel
pidana di Indonesia keberadaan sifat merupakan perbuatan tidak tertulis yang
melawan materil dari suatu perbuatan ukurannya dapat ditemukan dalam
dengan fungsi positifnya. pergaulan hidup masyarakat. Sifat tercela
dapat menjadi ukuran melalui apakah
KESIMPULAN perbuatan tersebut dapat diterima
masyarakat secara umum atau tidak dan
Tindak pidana korupsi apakah perbuatan tersebut menimbulkan
merupakan kejahatan yang bersifat keresahan dalam masyarakat. Berkaitan
extraordinary crime dan selama ini telah dengan ukuran norma tidak tertulis, hakim
terjadi di Indonesia secara sistematik dan dalam mencari kebenaran materiil wajib
meluas. Akibat perbuatan korupsi kerugian menggalinya melalui fakta-fakta yang
keuangan negara yang mempengaruhi terungkap di persidangan. Oleh karena itu,
proses pembangunan nasional diperlukan suatu sikap ketelitian yang
berkelanjutan. Oleh karena itu keseriusan akurat, bahkan kehati-hatian untuk
pemberantasan tindak pidana korupsi menentukan suatu perbuatan dapat
menjadi prioritas seiring dengan respon dikatakan sebagai tercela menurut ukuran
perkembangan hukum terhadap putusan masyarakat Indonesia.
Mahkamah Konstitusi. Unsur melawan hukum atau
Adanya putusan Mahkamah (“wederrechtelijkeheid”) dalam tindak
Konstitusi tentang sifat melawan hukum pidana korupsi adalah menempati unsur
tidak mempunyai kekuatan mengikat, yang paling utama dari unsur-unsur
dikembalikan pada rasa keadilan yang lainnya, karena unsur melawan hukum
menjadi tujuan dalam pemberantasan inilah yang dapat membuktikan “ada atau
tindak pidana korupsi. Karena itu tidaknya tindak pidana korupsi”.
persoalanya tidak saja terlihat pada asas Penerapan unsur melawan hukum di sini
kepastian hukum yang adil. Tindak pidana yakni baik unsur melawan hukum formil
korupsi berkaitan pada asas kepastian dan (“formiele wederrechtelijkeheid”)
rasa keadilan yang merupakan ranah maupun unsur melawan hukum materiel
penerapan hukum dalam arti diperoleh (“materiele wederrechtelijkeheid”).
setelah mempertimbangkan bukti-bukti Mahkamah Konstitusi telah
yang cukup dan adanya keyakinan hakim menilai, bahwa pembuat undang-undang
untuk mempertimbangkan adanya bukan hanya menjelaskan Pasal 2 ayat (1)
perbuatan tercela dalam tindak pidana tentang unsur melawan hukum, melainkan

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


19
Sudharmawatiningsih : Sifat Melawan Hukum Materiil ....

telah melahirkan norma baru. Keberadaan Perkembangan Hukum dalam


penjelasan pasal dalam suatu undang- Pembanghunan Nasional,
undang merupakan tafsiran resmi Lembaga Penelitian Hukum dan
pembentuk peraturan perundang- Kriminologi Fakultas Hukum
undangan atas norma tertentu dalam batang Universitas Padjadjaran, tanpa
tubuh. Penjelasan tidak dapat digunakan tahun.
sebagai dasar hukum untuk membuat Moeljanto, Perbuatan Pidana dan
peraturan lebih lanjut. Pertanggungjawaban dalam
Utusan Mahkamah Konstitusi Hukum Pidana, Pidato diucapkan
tentang sifat melawan hukum yang pada Upacara Peringatan Dies
pengertiannya tertuang dalam penjelasan Natalis ke-6 Universitas Gajah
pasalnya tidak mempunyai kekuatan Mada, di Sitihinggil Yogyakarta
mengikat, sehingga dalam penerapannya pada tanggal 19 Desember 1955,
dikembalikan pada rasa keadilan yang Seksi Kepidanaan Fakultas Hukum
menjadi tujuan dalam pemberantasan Universitas Gajah Mada,
tindak pidana korupsi dengan mengacu Yogyakarta, 1969.
pada dasar hukum yang berlaku, Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana,
yurisprudensi, doktrin, maupun pendapat Jakarta:Rineka Cipta, cet kelima,
ahli. 1993.
Oemar Seno Adji (d), Hukum Pidana
DAFTAR PUSTAKA Pengembangan, Cet.Pertama,
Jakarta:Erlangga, 1985.
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Undang-Undang Republik Indonesia
Kebijakan Hukum Pidana, Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Bandung : Citra Aditya Bakti, Pemberantasan Tindak Pidana
1996. Korupsi Undang-Undang Republik
Effendi, Rusli, Ajaran Sifat Melawan Indonesia Nomor 28 Tahun 1999
Hukum dalam Tindak Pidana tentang Penyelenggaraan Negara
Korupsi dan Mengoptimalkan Yang Bersih dan Bebas Dari
Tugas, Wewenang dan Kewajiban Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme
Komisi Pemberantasan Tindak Undang-Undang Republik Indonesia
Pidana Korupsi (KPTPK), Seminar Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Nasional Aspek Pertanggung- Pemberantasan Tindak Pidana
jawaban Pidana dalam Kebijakan Korupsi
Publik dari Tindak Pidana Korupsi, Yurisprudensi Indonesia Tahun 1972,
Semarang 6 -7 Mei 2004. Penerbit : Mahkamah Agung
Emong, Komariah Sapardjaja, Ajaran Sifat Yurisprudensi Indonesia Tahun 1977,
Melawan - Hukum Materiel Dalam Penerbit : Mahkamah Agung
Hukum Pidana Indonesia, Putusan Mahkamah Agung RI, No. 275
Bandung: Alumni, 2002. K/Pid/1983 Tanggal 15 Desember
Indriyanto Seno Adji, ”Asas Perbuatan 1983.
Melawan Hukum Materiel dan Putusan Mahkamah Agung RI,
Masalahnya Dalam Perspektif No.42K/Kr/1965 Tanggal 8 Januari
Hukum Pidana Di Indonrsia”, 1965
makalah disampaikan pada Putusan Mahkamah Konstitusi, Nomor
seminar tentang Asas-Asas Hukum 003/PUU-IV/2006
Pidana Nasional, Semaramg 26-27
April 2004.
Kusumaatmadja, Fungsi dan

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.5 NO.1 OKTOBER 2007


20

Anda mungkin juga menyukai