Anda di halaman 1dari 17

PERTIMBANGAN HAKIM TENTANG PENJATUHAN

PUTUSAN PEMIDANAAN TERHADAP TINDAK


PIDANA PEMALSUAN SURAT
(Studi Putusan Nomor 1777 K/Pid/2009)

Eltiferi Dachi
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nias Raya

Abstrak
Tindak pidana pemalsuan surat merupakan suatu perbuatan yang mempunyai tujuan
untuk meniru, menciptakan suatu objek yang sifatnya tidak asli atau membuat suatu
objek kehilangan keabsahannya. Pemalsuan surat adalah tindak pidana di mana seseorang
dengan sengaja membuat, mengedit, atau mengubah surat palsu atau palsu dengan niat
untuk menipu atau memperdaya orang lain. Tindak pidana pemalsuan surat dapat
dijumpai dalam Kitab Undang- undang Hukum Pidana pada Buku II Bab XII Pasal 263
sampai Pasal 276 tentang Pemalsuan Surat. Salah satu tindak pidana pemalsuan surat
yang telah diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Agung yaitu putusan nomor 1777
K/Pid/2009. Pada putusan tersebut, pelaku dijatuhi hukuman selama 6 (enam) bulan
penjara karena melanggar Pasal 263 ayat (1) KUHP. Jenis penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif yang pada hakekatnya
menunjuk pada suatu ketentuan yaitu harus terpenuhi tuntutan secara keilmuan hukum
yang khusus, yaitu dogmatik hukum. Penelitian ini dilakukan terhadap kepastian atau
kekaburan norma mengenai unsur kerugian dalam tindak pidana pemalsuan surat
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 263 KUHP. Penelitian ini disebut dengan penelitian
hukum doktrinal atau penelitian hukum kepustakaan. Berdasarkan temuan penelitian dan
pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan dari Putusan Hakim Nomor 1777 K/Pid/2009
di mana hakim menjatuhkan hukuman terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan surat
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP berdasarkan fakta
yang ada melalui pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh hakim. Dalam
menangani kasus tindak pidana pemalsuan surat penulis berharap agar Majelis Hakim
lebih cermat terhadap fakta fakta yang terungkap dalam persidangan dan lebih
memperhatikan dasar hukum yang akan diterapkan kepada terdakwa. Dan demi
kepastian, keadilan, dan kemanfaatan sebagaimana teori tujuan hukum dalam memutus
setiap perkara khususnya perkara tindak pidana pemalsuan surat, hakim dan jaksa harus
mempertimbangkan dengan baik mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa
agar dalam setiap putusan hakim tidak merugikan terdakwa. Dengan menciptakan dan
mempertahankan kepastian hukum, sebuah negara dapat mendukung stabilitas,
pertumbuhan ekonomi, dan keadilan dalam masyarakatnya.

Kata Kunci: Pertimbangan Hakim; PenjatuhanPutusanPemidanaan; Tindak Pidana Pemalsuan


Surat

1
Abstract
The crime of document forgery is an act that has the aim of imitating, creating an object that is not
genuine or making an object lose its validity. Forgery of letters is a criminal offense in which a
person intentionally creates, edits, or alters a false or forged letter with the intent to deceive or
defraud another person. The criminal act of forgery of letters can be found in the Criminal Code in
Book II Chapter XII Articles 263 to Article 276 concerning Forgery of Letters. One of the criminal
acts of document forgery that has been examined and tried by the Supreme Court is decision
number 1777 K/Pid/2009. In this decision, the perpetrator was sentenced to 6 (six) months in
prison for violating Article 263 paragraph (1) of the Criminal Code. The type of research used in
this thesis is a normative legal research method which essentially refers to a provision, namely that
specific legal scientific demands must be met, namely legal dogmatics. This research was conducted
on the certainty or ambiguity of norms regarding the elements of loss in the criminal act of letter
forgery as regulated in Article 263 of the Criminal Code. This research is called doctrinal legal
research or library legal research. Based on the research findings and discussion, conclusions can be
drawn from Judge's Decision Number 1777 K/Pid/2009 in which the judge imposed a sentence on
the perpetrator of the crime of document forgery in accordance with the provisions regulated in
Article 263 paragraph (1) of the Criminal Code based on the existing facts through considerations-
considerations taken by the judge. In handling cases of criminal acts of forgery of letters, the author
hopes that the Panel of Judges will be more careful about the facts revealed in the trial and pay more
attention to the legal basis that will be applied to the defendant. And for the sake of certainty, justice
and expediency as stated in the theory of legal objectives in deciding every case, especially cases of
criminal acts of forgery of documents, judges and prosecutors must carefully consider the criminal
acts committed by the defendant so that in each decision the judge does not harm the defendant. By
creating and maintaining legal certainty, a country can support stability, economic growth and
justice in its society.

Keywords: Judge's considerations; Imposition of Sentencing Decisions; Crime of Letter Forgery

A.Pendahuluan Sebagai negara hukum, maka selayaknya


Hasrat pemenuhan kebutuhan hidup segala sesuatu yang dijalankan dalam
mendorong seseorang cenderung kehidupan berbangsa, bernegara dan
melakukan kegiatan yang berlebih agar bermasyarakat juga harus berada dalam
kebutuhan hidupnya tersebut dapat koridor hukum. Indonesia sebagai negara
terpenuhi. Kebutuhan hidup dapat hukum menempatkan hukum sebagai
dipengaruhi oleh berbagai aspek-aspek kekuasaan tertinggi (supremasi) untuk
sosial, lingkungan, dan aspek lainnya mewujudkan masyarakat Indonesia yang
khususnya pada aspek ekonomi sehingga sejahtera, adil dan makmur dalam
modus pelaku tindak pidana kejahatan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
menyasar objek yang linear dengan dan bernegara. Segala tindakan dan
aspek-aspek yang mempengaruhinya. perbuatan baik secara individu maupun
Negara Indonesia adalah negara kelompok, rakyat atau pemerintah dalam
hukum, sebagaimana tercantum dalam melakukan suatu tindakan harus
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar berdasarkan ketentuan hukum yang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. berlaku di Indonesia dan perbuatan

2
tersebut apabila melanggar hukum maka hukum. Perbuatan pemalsuan itu sendiri
akan dijerat sanksi serta merupakan suatu jenis pelanggaran
pemberlakuannya sama di hadapan terhadap dua norma dasar, yakni
hukum. kebenaran (kepercayaan) yang
Sebagai negara hukum, maka setiap pelanggarannya dapat tergolong dalam
sengketa yang terjadi dapat diselesaikan kelompok kejahatan penipuan. Tindak
secara hukum yang berlaku (ius pidana pemalsuan merupakan perbuatan
constitutum) di Indonesia. Manusia dan yang tidak surut oleh perkembangan
hukum adalah dua entitas yang tidak bisa zaman, kecanggihan teknologi, dan
dipisahkan, bahkan dalam ilmu hukum, kemajuan pola pikir manusia menjadi
terdapat adagium terkenal yang salah satu kejahatan yang sangat
berbunyi: “ubi societas ibi ius” di mana ada meresahkan masyarakat yang
masyarakat di situ ada hukumnya. perkembangannya semakin beragam baik
Karena hubungan antar manusia di bentuk, modus operandi, dan motif
dalam masyarakat terdapat norma-norma pelaku melakukan tindak pidana
yang mengikat masyarakat itu sendiri. pemalsuan.
Dalam penerapan hukum pidana di Sebagai suatu kenyataan sosial,
Indonesia, penegak hukum sebagai alat masalah kriminal ini tidak dapat
perlengkapan negara menjadi dominan dihindari dan memang selalu ada
untuk melindungi kepentingan umum. sehingga menimbulkan keresahan karena
Sehingga tercapainya tujuan dari pada kriminal dianggap sebagai suatu
hukum publik dengan memberikan gangguan terhadap kesejahteraan
kepastian hukum, keadilan dan masyarakat serta lingkungannya.
kemanfaatan terhadap masyarakat. Kejahatan pemalsuan adalah kejahatan
Klasifikasi hukum pidana menurut yang mana di dalamnya mengandung
Moeljatno mengatakan hukum pidana sistem ketidakbenaran atau palsu sesuatu
digolongkan dalam golongan hukum objek yang sesuatunya itu tampak dari
publik yaitu mengatur hubungan antara luar seolah-olah benar adanya, padahal
negara dengan perseorangan atau sesungguhnya bertentangan dengan yang
kepentingan umum. sebenarnya.
Hukum pidana di Indonesia terdiri Dalam perkembangannya dari
dari hukum pidana umum dan pidana berbagai macam tindak pidana
khusus. Hukum pidana umum diatur di pemalsuan, tindak pidana pemalsuan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum surat mengalami perkembangan yang
Pidana (KUHP), sedangkan hukum sangat signifikan sesuai perkembangan
pidana khusus diatur dalam peraturan zaman. Surat adalah lembaran kertas
perundang-undangan di luar KUHP yang yang di atasnya terdapat tulisan kata,
berlaku. Salah satu kejahatan yang cukup frasa dan/atau kalimat yang terdiri huruf-
banyak terjadi di lingkungan masyarakat huruf dan/atau angka dalam bentuk apa
adalah kejahatan pemalsuan. Pemalsuan pun dan dibuat dengan cara apa pun
merupakan salah satu bentuk perbuatan yang tulisan mana mengandung arti
yang disebut sebagai kejahatan, yaitu dan/atau makna buah pikiran manusia.
sebagai suatu perbuatan yang sifatnya Hukum di Indonesia telah mengatur
bertentangan dengan kepentingan tentang pemalsuan, pemalsuan surat
3
merupakan salah satu bentuk tindak Surat (studi putusan nomor 1777
pidana yang termasuk tindak kejahatan K/Pid./2009). Berdasarkan rumusan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum masalah, maka tujuan dalam penelitian
Pidana (KUHP). Pemalsuan sendiri ini yaitu untuk memahami dan
diatur dalam BAB XII Buku II KUHP, menganalisis serta mengetahui
buku tersebut mencantumkam bahwa pertimbangan hakim dalam penjatuhan
yang termasuk pemalsuan hanyalah putusan pemidanaan terhadap pelaku
berupa tulisan-tulisan saja, termasuk di tindak pidana pemalsuan surat di
dalamnya pemalsuan surat yang diatur Indonesia (studi putusan nomor 1777
dalam Pasal 263 KUHP pidana sampai K/Pid./2009). Adapun manfaat penelitian
dengan Pasal 276 KUHP. Tindak pidana ini diharapkan dapat memberikan
yang sering terjadi adalah berkaitan pengetahuan dan menambah wawasan
dengan Pasal 263 KUHP (membuat surat kepada penulis tentang penjatuhan
palsu atau memalsukan surat), dan Pasal hukuman terhadap pelaku tindak pidana
264 (memalsukan akta-akta autentik dan pemalsuan surat pada umumnya dan
Pasal 266 KUHP menyuruh memasukkan pada khususnya di bidang hukum
keterangan palsu ke dalam suatu akta pidana, memberikan sumbangsih pikiran
autentik) dengan hukuman penjara bagi pengembangan ilmu pada hukum
selama-lamanya 6 (enam) tahun penjara. pidana terutama mengenai penjatuhan
Berdasarkan putusan yang saya teliti hukuman terhadap pelaku tindak pidana
(Putusan Nomor 1777 K/Pid/2009) di pemalsuan surat dan kepada peneliti
mana dalam dakwaannya JPU menuntut selanjutnya yang akan melakukan
terdakwa dengan pidana penjara selama penelitian dengan topik bahasan yang
1 (satu) tahun, namun dalam putusannya serupa dengan penelitian ini dan untuk
Hakim hanya menjatuhi pidana penjara meningkatkan pengetahuan masyarakat
selama 6 (enam) bulan kepada terdakwa. mengenai penjatuhan hukuman terhadap
Dengan adanya perbedaan tuntutan pelaku tindak pidana pemalsuan surat
JPU dengan putusan hakim, maka dan dapat dijadikan bahan masukan
peneliti tertarik untuk meneliti apa saja untuk memperjelas suatu tindak pidana
yang menjadi pertimbangan seorang yang saat ini banyak terjadi di zaman
hakim dalam membuat sebuah putusan modern. Hasil penelitian ini bermanfaat
dalam sebuah persidangan. Berdasarkan sebagai bahan masukan terhadap aparat
uraian tersebut, peneliti melakukan penegak hukum yaitu kepolisian,
penelitian dengan judul Pertimbangan kejaksaan, hakim dan pemerintah dalam
Hakim Tentang Penjatuhan Putusan penjatuhan hukuman terhadap pelaku
Pemidanaan Terhadap Tindak Pidana tindak pidana pemalsuan surat serta
Pemalsuan Surat (Studi Putusan Nomor untuk memberikan efek jera kepada
1777 K/Pid./2009). Berdasarkan uraian pelaku itu sendiri dan kepada
latar belakang tersebut, maka yang masyarakat serta penelitian ini
menjadi rumusan masalah dalam bermanfaat bagi jaksa penuntut umum
pembahasan ini yaitu bagaimana dalam melakukan penuntutan pada
Pertimbangan Hakim Tentang kasus Hasil penelitian ini bermanfaat
Penjatuhan Putusan Pemidanaan bagi jaksa penuntut umum dalam
Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan melakukan penuntutan pada kasus
4
tindak pidana pemalsuan surat lainnya. mengumpulkan data serta menganalisis
data sekunder. Data sekunder tersebut
B. Metode Penelitian terdiri dari bahan hukum primer, bahan
Jenis penelitian yang digunakan hukum sekunder dan bahan hukum
adalah metode penelitian hukum tersier.
normatif yang pada hakekatnya Analisis data yang digunakan dalam
menunjuk pada suatu ketentuan yaitu penelitian ini yaitu analisis data
harus terpenuhi tuntutan secara kualitatif. Analisis data kualitatif adalah
keilmuan hukum yang khusus, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan
dogmatik hukum. Penelitian ini bekerja dengan data, mengorganisasikan
dilakukan terhadap kepastian atau data, memilahnya menjadi satuan yang
kekaburan norma mengenai unsur dapat dikelola, mencari dan menemukan
kerugian dalam tindak pidana pemalsuan pola. Pendekatan deskriptif merupakan
surat sebagaimana yang diatur dalam metode yang digunakan untuk
Pasal 263 KUHP. Penelitian ini disebut menggambarkan dan menganalisis hasil
dengan penelitian hukum doktrinal atau penelitian. Metode analisis tersebut
penelitian hukum kepustakaan. dilakukan secara deskriptif, logis dan
Penggunaan metode penelitian normatif sistematis. Deskriptif artinya memberikan
dalam upaya penelitian dan penulisan suatu gambaran seluruh data subjek
rancangan skripsi ini dilatarbelakangi sesuai kenyataan yang sebenarnya secara
kesesuaian dengan metode penelitian logis dan sistematis. Logis artinya analisis
yang dibutuhkan penulis. Dari uraian yang dilakukan harus dapat dimengerti
tersebut di atas, peneliti lebih memilih atau masuk akal. Sedangkan sistematis
penulisan hukum normatif yang artinya setiap bagian hasil analisis harus
bertujuan untuk menemukan aturan- saling berkaitan dan saling
aturan hukum mengenai mempengaruhi untuk mendapatkan hasil
pertanggungjawaban pidana terhadap penelitian yang sebenarnya. Kemudian
pelaku tindak pidana pemalsuan surat. penarikan kesimpulan dilakukan secara
Metode pendekatan yang dilakukan deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari
dalam penulisan ini adalah metode hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal
pendekatan Perundang-Undangan yang bersifat khusus.
(Statute Approach), Metode Pendekatan
Kasus (Case Approach) dan Metode C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pendekatan Analisis (Analytical 1. Temuan Penelitian
Approach). Dalam penelitian ini, Teknik Temuan penelitian tentang
pengumpulan data yang digunakan yaitu pertimbangan hakim dalam penjatuhan
hukuman terhadap tindak pidana
dengan studi pustaka. Studi Pustaka
pemalsuan surat dalam Putusan Nomor
yang dilakukan yaitu dengan cara
1777 K/Pid/2009 yaitu sebagai berikut:

5
menggunakan surat-surat itu seolah-
a. Identitas Terdakwa olah surat itu asli dan tidak dipalsukan
maka kalau mempergunakannya dapat
Identitas terdakwa dalam Putusan mendatangkan sesuatu kerugian yang
Nomor 1777 K/Pid/2009 yaitu sebagai dilakukan dengan cara sebagai berikut:
berikut: Bahwa pada waktu dan tempat
Nama : SEM PONAMON alias SEM sebagaimana tersebut di atas terdakwa
Tempat lahir : Tomohon telah merubah ukuran tanah milik dari
Umur/Tanggal lahir : 59 tahun/23 saksi korban ALTJE RANSUM yang
Desember 1946 ada di register Desa Kakaskasen II
Jenis kelamin : Laki-laki Kecamatan Tomohon Utara tahun 1981
Kebangsaan : Indonesia Folio 19 Persil No. 56, di mana ukuran
Alamat : Kelurahan tanah yang tercantum di register Desa
Kakaskasen II Lingkungan IXmilik saksi korban ALTJE RANSUM
Kecamatan Tomohon Utara, tahun 1981 Folio 10 Persil No. 56
Kota Tomohon adalah sebgai berikut:
Agama : Kristen  Bagian Utara lebar 13 (tiga belas)
Protestan meter;
Pekerjaan : Pensiunan PNS  Bagian Selatan lebar 10,25 (sepuluh
koma dua puluh lima) meter;
b. Duduk Perkara  Bagian Timur lebar 21,40 (dua puluh
satu koma empat puluh) meter;
Adapun duduk perkara dalam  Bagian Barat lebar 22,30 (dua puluh
Putusan Nomor 1777 K/Pid/2009 yaitu dua koma tiga puluh) meter.
sebagai berikut bahwa ia terdakwa
Bahwa ukuran tanah yang berada
SEM PONAMON alias SEM pada hari
di register Desa Kakaskasen II
Jumat tanggal 05 Mei 2006 sekitar
Kecamatan Tomohon Utara tahun 1981
pukul 17.00 WITA atau setidak-
Folio 19 Persil No. 56 milik saksi
tidaknya pada waktu-waktu lain yang
korban ALTJE RANSUM tersebut
msih termasuk dalam tahun 2006
dirubah oleh terdakwa dengan cara
bertempat di Kantor Lurah Kakaskasen
terdakwa menggunakan tipe-x
II Kecamatan Tomohon Utara Kota
menghapus ukuran tanah bagian
Tomohon atau setidak-tidaknya pada
selatan yang berukuran 10,25 (sepuluh
tempat-tempat lain yang masih
koma dua puluh lima) dirubah
termasuk dalam daerah hukum
menjadi 10 (sepuluh) meter dalam
Pengadilan Negeri Tondano, telah
buku register Desa Kakaskasen II
membuat surat palsu atau
Kecamatan Tomohon Utara tahun 1981
memalsukan surat yang dapat
Folio 19 Persil No. 56 milik saksi
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu
korban ALTJE RANSUM, sehingga
perjanjian, sesuatu pembebasan utang,
ukuran tanah milik saksi korban
atau yang boleh dipergunakan sebagai
ALTJE RANSUM yang tercatat dalam
keterangan bagi sesuatu perbuatan
buku register Desa Kakaskasen II
dengan maksud akan menggunakan
Kecamatan Tomohon Utara tahun 1981
atau menyuruh orang lain
6
Folio 19 Persil No. 56 telah berubah memalsukan surat yang dapat
dari yang sebelumnya dan sekarang menerbitkan sesuatu hak, sesuatu
telah berubah dengan ukuran menjadi perjanjian, sesuatu pembebasan utang,
sebagai berikut : atau yang boleh dipergunakan sebagai
keterangan bagi sesuatu perbuatan
 Bagian Utara lebar 13 (tiga belas)
dengan maksud akan menggunakan
meter;
atau menyuruh orang lain
 Bagian Selatan lebar 10 (sepuluh)
menggunakan surat-surat itu seolah-
meter;
olah surat itu asli dan tidak dipalsukan
 Bagian Timur lebar 21,40 (dua puluh
maka kalau mempergunakannya dapat
satu koma empat puluh) meter;
mendatangkan sesuatu kerugian,
 Bagian Barat lebar 22,30 (dua puluh
sehingga jaksa penuntut umum
dua koma tiga puluh) meter.
menduga pelaku melanggar ketentuan
Akibat dari perbuatan terdakwa dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP yang
tersebut, saksi korban ALTJE menentukan bahwa setiap orang yang
RANSUM merasa keberatan karena melanggar ketentuan sebagaimana
telah dirugikan oleh perbuatan dimaksud dalam Pasal 263 ayat (1)
terdakwa. Akibat dari perbuatan diancam dengan pidana barangsiapa
terdakwa tersebut saksi korban ALTJE dengan sengaja memakai surat palsu
RANSUM mengalami kerugian lebar atau yang dipalsukan seolah-olah asli,
tanah yaitu 0,25 (nol koma dua puluh bila pemakaian surat itu dapat
lima) meter atau setidak-tidaknya menimbulkan kerugian dengan pidana
akibat perbuatan terdakwa tersebut penjara paling lama 6 (enam) tahun.
dapat atau memungkinkan akan
merugikan saksi korban ALTJE d. Pembuktian
RANSUM.
Alat bukti yang diajukan oleh Jaksa
c. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Penuntut Umum dalam Putusan
Nomor 1777 K/Pid/2009 yakni 1 (satu)
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum lembar fotocopy surat register tanah
dalam Putusan Nomor 1777 No. 56 atas nama ALTJE RANSUM
K/Pid/2009 yaitu sebagai berikut yang sudah dirubah ukurannya dari
bahwa ia terdakwa SEM PONAMON 10,25 (sepuluh koma dua puluh lima)
alias SEM pada hari Jumat tanggal 05 meter menjadi 10 (sepuluh) meter dan
Mei 2006 sekitar pukul 17.00 WITA sudah dilegalisir oleh Lurah
atau setidak-tidaknya pada waktu- Kakaskasen II dan 1 (satu) lembar
waktu lain yang msih termasuk dalam fotocopy surat register tanah No.56
tahun 2006 bertempat di Kantor Lurah atas nama ALTJE RANSUM yang
Kakaskasen II Kecamatan Tomohon tidak dirubah ukurannya yaitu 10,25
Utara Kota Tomohon atau setidak- (sepuluh koma dua puluh lima) meter
tidaknya pada tempat-tempat lain yang sudah dilegalisisr oleh Lurah
yang masih termasuk dalam daerah Kakaskasen II yang telah dilampirkan
hukum Pengadilan Negeri Tondano, dalam berkas perkara.
telah membuat surat palsu atau

7
e. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum Amar putusan hakim dalam Putusan
Nomor 1777 K/Pid/2009 yaitu sebagai
Tuntutan jaksa penuntut umum berikut:
dalam Putusan Nomor 1777 Membaca putusan Pengadilan Negeri
K/Pid/2009 adalah sebagai berikut Tondano No. 04/Pid.B/2008/PN.Tdo
menyatakan terdakwa SEM pada tanggal 23 April 2008 yang amar
PONAMON alias SEM terbukti lengkapnya sebagai berikut :
bersalah melakukan tindak pidana 1). Menyatakan terdakwa SEM
“dengan sengaja memakai surat palsu PONAMON alias SEM terbukti secara
atau yang dipalsukan seolah-olah sah dan meyakinkan bersalah
sejati, jika pemakaian surat itu dapat melakukan tindak pidana pemalsuan
menimbulkan kerugian” sebagaimana surat dengan sengaja memakai surat
diatur dan diancam pidana dalam palsu atau yang dipalsukan seolah-
pasal 263 ayat (1) KUHP dalam olah asli;
dakwaan kami tersebut diatas; 2).Menjatuhkan pidana kepada
terdakwa tersebut oleh karena itu
a. Menjatuhkan pidana terhadap
dengan pidana penjara selama 6
terdakwa SEM PONAMON alias SEM
(enam) bulan;
dengan pidana penjara selama 1 (satu)
3).Menetapkan barang bukti berupa 1
tahun;
(satu) lembar fotocopy surat register
b. Menyatakan barang bukti berupa 1
tanah No. 56 atas nama ALTJE
(satu) lembar fotocopy surat register
RANSUM yang sudah dirubah
tanah No. 56 atas nama ALTJE
ukurannya dari 10,25 (sepuluh koma
RANSUM yang sudah dirubah
dua puluh lima) meter menjadi 10
ukurannya dari 10,25 (sepuluh koma
(sepuluh) meter dan sudah dilegalisir
dua puluh lima) meter menjadi 10
oleh Lurah Kakaskasen II dan 1 (satu)
(sepuluh) meter dan sudah dilegalisir
lembar fotocopy surat register tanah
oleh Lurah Kakaskasen II dan 1 (satu)
No.56 atas nama ALTJE RANSUM
lembar fotocopy surat register tanah
yang tidak dirubah ukurannya yaitu
No.56 atas nama ALTJE RANSUM
10,25 (sepuluh koma dua puluh lima)
yang tidak dirubah ukurannya yaitu
meter yang sudah dilegalisisr oleh
10,25 (sepuluh koma dua puluh lima)
Lurah Kakaskasen II yang telah
meter yang sudah dilegalisisr oleh
dilampirkan dalam berkas perkara;
Lurah Kakaskasen II yang telah
dan
dilampirkan dalam berkas perkara;
4).Membebankan kepada Terdakwa
dan
untuk membayar biaya perkara
c. Menetapkan agar terdakwa dibebani
sejumlah Rp. 1.000,- (seribu rupiah).
membayar biaya perkara sebesar Rp.
1.000,- (seribu rupiah).
Membaca putusan Pengadilan Tinggi
Manado No. 110/PID/2008/PT.MDO
f. Putusan Hakim
pada tanggal 19 Agustus 2008 yang
amar lengkapnya sebagai berikut :
1). Menerima permintaan banding
dari terdakwa;
8
2).Menguatkan putusan Pengadilan persidangan yang ada. Berdasarkan
Negeri Tondano tanggal 23 April 2008 saksi korban dan keterangan
No.04/Pid.B/2008/PN.Tdo yang terdakwa serta barang bukti di
dimintakan banding tersebut; persidangan penulis setuju bahwa
3).Menghukum terdakwa untuk terdakwa SEM PANOMAN alias SEM
membayar biaya perkara ini dalam terbukti secara sah bersalah telah
kedua tingkat peradilan yang dalam melakukan tindak pidana pemalsuan
tingkat banding ditetapkan sebesar surat. Selanjutnya, untuk
Rp. 1.000,- (seribu rupiah). mempidanakan seseorang yang
Membaca putusan Mahkamah Agung dinyatakan melakukan kejahatan
No. 1777 K/Pid/2009 pada tanggal 26 haruslah memenuhi syarat-syarat atau
April 2010 yang amar lengkapnya ketentuan pemidanaan sebagaimana
sebagai berikut : diatur dalam undang-undang, dalam
1).Menolak permohonan kasasi dari hal ini hukum pidana. Dalam Putusan
pemohon kasasi/terdakwa SEM Nomor 1777 K/Pid/2009 Terdakwa
PONAMON alias SEM tersebut; dan dalam melakukan perbuatannya
2).Membebankan pemohon berada pada kondisi yang sehat dan
kasasi/terdakwa tersebut untuk cakap untuk mempertimbangkan
membayar biaya perkara dalam perbuatannya. Hakim juga tidak
tingkat kasasi sebesar Rp. 2.500,- (dua melihat adanya alasan pembenar atau
ribu lima ratus rupiah). alasan pemaaf yang dapat menjadi
alasan penghapusan pidana terhadap
D. Pembahasan perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa.
Dalam memutus sebuah perkara Hakim dalam mengemukakan
hakim harus memperhatikan syarat pendapat dan pertimbangannya serta
dapat dipidananya seseorang yaitu dalam memutus sebuah perkara harus
syarat subjektif dan syarat objektif. berdasarkan fakta dan alat bukti di
Syarat subjektif yaitu adanya persidangan serta keyakinannya
kesalahan, kemampuan bertanggung sendiri atas suatu perkara itu karena
jawab seseorang dan tidak ada hakim memiliki peran yang sangat
alasan pemaaf baginya, sedangkan penting dalam menjatuhkan sebuah
syarat objektif yaitu perbuatan yang putusan dalam sebuah perkara.
dilakukan telah mencocoki rumusan Dalam putusan pengadilan terdapat
delik, bersifat melawan hukum dan pertimbangan mengenai hal-hal yang
tidak ada alasan pembenar. Bila memberatkan dan hal-hal yang
semua hal tersebut terpenuhi, maka meringankan, di mana pertimbagan
hakim mempertimbangkan hal-hal tersebut dijadikan alasan oleh hakim
yang memberatkan dan meringankan dalam menjatuhkan sebuah putusan
putusan yang akan dijatuhinya. dalam sebuah perkara. Pertimbangan
Menurut penulis hakim telah mengenai hal-hal yang memberatkan
menjatuhkan putusan yang tepat dan meringankan terdakwa diatur
karena hakim dengan bijak telah dalam Pasal 197 huruf d dan Pasal 197
mempertimbangan fakta-fakta huruf f Kitab Undang-Undang
9
Hukum Acara Pidana (KUHAP). tidaknya seseorang dijatuhi pidana
Dalam Pasal 197 huruf d berbunyi: oleh hakim didasarkan pada
Pertimbangan yang disusun secara keyakinannya dan tidak hanya
ringkas mengenai fakta dan keadaan berdasarkan bukti-bukti yang ada.
serta alat bukti yang diperoleh dari Pertimbangan yuridis adalah
pemeriksaan di persidangan yang pertimbangan hakim yang didasarkan
menjadi dasar penentuan kesalahan pada fakta-fakta yuridis yang
terdakwa”. Sedangkan Pasal 197 terungkap dalam persidangan dan
huruf f berbunyi: Pasal peraturan oleh undang-undang ditetapkan
perundang-undangan yang menjadi sebagai hal yang harus dimuat di
dasar pemidanaan atau tindakan dan dalam putusan. Hal-hal yang
peraturan perundang-undangan yang dimaksud tersebut antara lain:
menjadi dasar hukum dari putusan, Dakwaan merupakan dasar hukum
disertai keadaan yang memberatkan acara pidana karena berdasarkan
dan meringankan terdakwa”. Bentuk dakwaan itulah pemeriksaan di
pertimbangan hakim dalam putusan persidangan dilakukan. Dakwaan
pemidanaan terbagi 2 (dua) yaitu selain berisikan identitas terdakwa,
pertimbangan yuridis dan juga memuat uraian tindak pidana
pertimbangan non yuridis. yang didakwakan dengan menyebut
Pertimbangan yuridis merupakan waktu dan tempat tindak pidana itu
pertimbangan hukum yang menjadi dilakukan. Dakwaan yang dijadikan
dasar sebelum memutus perkara, pertimbangan hakim adalah dakwaan
hakim akan menarik fakta-fakta yang telah dibacakan di depan sidang
dalam proses persidangan yang pengadilan. Dakwaan penuntut
merupakan konklusi kumulatif dari umum adalah pernyataan resmi yang
keterangan saksi, keterangan diajukan oleh penuntut umum dalam
terdakwa dan barang bukti yang suatu persidangan. Dakwaan tersebut
dihadirkan berorientasi mulai dari berisi tuduhan terhadap terdakwa
lokasi, waktu kejadian serta modus atau pihak yang dituduh melakukan
operandi tentang bagaimana tindak suatu tindak pidana. Pada umumnya,
pidana tersebut dilakukan dan juga dakwaan memuat rincian perbuatan
melihat bagaimana akibat yang yang dianggap melanggar hukum,
ditimbulkan dari tindak pidana norma, atau peraturan yang berlaku.
tersebut. Dalam dakwaan, penuntut umum
Sedangkan pertimbangan non harus menjelaskan secara detail fakta-
yuridis (sosiologis) adalah kepastian fakta yang menjadi dasar tuduhan,
hukum yang menekankan agar serta hukum yang relevan yang
hukum atau peraturan ditegakkan disebutkan sebagai dasar hukum dari
sebagaimana yang diinginkan oleh tindak pidana yang didakwakan.
bunyi hukum atau peraturan. Adapun Tujuan dari dakwaan adalah
nilai sosiologis menekankan pada memberikan informasi yang cukup
kemanfaatan bagi masyarakat, di kepada terdakwa sehingga mereka
mana dalam memutus sebuah perkara dapat mempersiapkan pertahanan
dan mempertimbangkan layak mereka dengan memahami tuduhan
10
yang dihadapi. Dakwaan merupakan memberikan pembelaan terhadap
bagian penting dari proses hukum dakwaan yang diajukan kepadanya.
dan diperlukan agar persidangan Keterangan terdakwa dapat
dapat berlangsung dengan transparan berpengaruh pada hasil akhir suatu
dan adil. Dakwaan juga menjadi dasar kasus. Pada umumnya, pengadilan
bagi pengadilan untuk menilai akan mempertimbangkan keterangan
keabsahan tuntutan penuntut umum terdakwa bersama dengan bukti-bukti
dan untuk mengambil keputusan lainnya sebelum membuat keputusan
yang adil sesuai dengan hukum yang akhir. Dalam beberapa kasus,
berlaku. keterangan terdakwa dapat menjadi
Keterangan terdakwa menurut Pasal faktor penentu apakah terdakwa
184 butir e KUHAP, digolongkan dinyatakan bersalah atau tidak
sebagai alat bukti. Keterangan bersalah. Keterangan terdakwa juga
terdakwa adalah apa yang dinyatakan harus sesuai dengan hukum dan tidak
terdakwa di sidang tentang perbuatan boleh dipaksakan atau diperoleh
yang ia lakukan atau yang ia ketahui melalui tekanan atau perlakuan yang
sendiri atau yang dialami sendiri. melanggar hak asasi manusia. Dalam
Keterangan terdakwa sekaligus juga sistem hukum yang berbasis prinsip
merupakan jawaban atas pertanyaan keadilan, hak-hak terdakwa diakui
hakim, penuntut umum maupun dari dan dijaga agar proses peradilan
penasihat hukum. Keterangan berjalan secara adil.
terdakwa merujuk pada pernyataan Keterangan saksi dapat
atau jawaban yang diberikan oleh dikategorikan sebagai alat bukti
terdakwa (orang yang didakwa atau sepanjang keterangan itu mengenai
terperiksa dalam sebuah perkara sesuatu peristiwa pidana yang
hukum) terhadap dakwaan atau didengar, dilihat, alami sendiri, dan
pertanyaan yang diajukan dalam harus disampaikan di dalam sidang
proses peradilan. pengadilan dengan mengangkat
Keterangan terdakwa dapat sumpah. Keterangan saksi menjadi
diberikan di berbagai tahapan proses pertimbangan utama oleh hakim
hukum, termasuk selama penyidikan dalam putusannya. Keterangan saksi
oleh kepolisian, dalam persidangan di adalah pernyataan atau informasi
pengadilan, atau dalam pemeriksaan yang diberikan oleh saksi selama
oleh penyidik. Keterangan terdakwa persidangan atau proses hukum
merupakan salah satu elemen penting lainnya. Saksi adalah orang yang
dalam pembuktian suatu kasus. Pada hadir untuk memberikan kesaksian
tahap penyidikan, keterangan atau memberikan informasi terkait
terdakwa dapat diambil oleh penyidik suatu peristiwa atau tindakan yang
untuk mengumpulkan informasi lebih menjadi pokok perkara. Keterangan
lanjut tentang suatu kejadian atau saksi dapat menjadi salah satu elemen
tindakan yang diduga melanggar penting dalam membangun atau
hukum. Selama persidangan, membantah suatu kasus. keterangan
terdakwa biasanya memiliki hak saksi adalah salah satu bentuk bukti
untuk memberikan keterangan atau dalam suatu kasus, dan kesaksian
11
tersebut perlu dinilai dan diuji fakta dapat dihadirkan untuk
keabsahannya oleh pihak yang memberikan penjelasan lebih lanjut
berkepentingan dan pengadilan. tentang barang bukti tertentu.
Barang bukti adalah benda atau Keputusan pengadilan didasarkan
informasi yang digunakan dalam pada penilaian hakim atau juri
proses hukum untuk mendukung terhadap seluruh bukti yang diajukan,
atau membantah suatu klaim atau termasuk barang bukti. Barang bukti
tuduhan. Barang bukti memiliki peran yang dianggap sah dan relevan dapat
penting dalam menentukan fakta- berdampak signifikan pada hasil akhir
fakta yang terkait dengan suatu kasus. suatu kasus. Dalam proses perolehan
Pengumpulan, penyajian, dan dan penggunaan barang bukti harus
penilaian barang bukti adalah bagian sesuai dengan aturan hukum yang
integral dari proses peradilan. Barang berlaku agar integritas hukum tetap
bukti dapat berupa berbagai jenis terjaga. Barang bukti disini adalah
benda, dokumen, rekaman, atau semua benda yang dapat dikenakan
informasi. Contohnya meliputi penyitaan dan diajukan oleh penuntut
senjata, dokumen kontrak, barang umum di depan sidang pengadilan,
curian, DNA, rekaman video, atau yang meliputi benda atau tagihan
hasil pemeriksaan forensik. Barang tersangka atau terdakwa seluruhnya
bukti digunakan untuk mendukung atau sebagian diduga diperoleh dari
klaim atau dakwaan yang diajukan tindak pidana atau sebagai hasil
dalam suatu kasus. Dalam sistem tindak pidana, benda yang
hukum yang berbasis bukti, dipergunakan secara langsung untuk
keberadaan dan keabsahan barang melakukan tindak pidana atau untuk
bukti dapat memainkan peran kunci mempersiapkan, benda yang
dalam membantu hakim dan juri digunakan untuk menghalang-halangi
membuat keputusan yang adil. penyidikan tindak pidana dan benda
Barang bukti harus ditangani dengan lain yang mempunyai hubungan
hati-hati untuk memastikan keaslian langsung tindak pidana yang
dan keabsahannya. Prosedur dilakukan.
penyimpanan, penandaan, dan Hal ini mendukung pencapaian
pemeliharaan barang bukti harus tujuan yang lebih holistik dan
mematuhi standar hukum untuk berkelanjutan, terdapat beberapa hal
memastikan integritasnya. Selama non-yuridis yang perlu diperhatikan.
persidangan, pihak yang Hal-hal yang perlu diperhatikan
berkepentingan (jaksa, pengacara dalam pertimbangan non-yuridis
pembela, atau pihak swasta) dapat adalah sebagai berikut, yakni
memasukkan barang bukti sebagai pertimbangan etika dan moral dapat
bagian dari bukti-bukti yang mereka memainkan peran penting
ajukan untuk mendukung Pertimbangan non-yuridis merujuk
argumennya. Barang bukti dapat pada faktor-faktor di luar
diperiksa oleh kedua belah pihak pertimbangan hukum atau aspek non-
untuk memastikan keabsahan dan hukum yang dapat memengaruhi
keakuratannya. Saksi ahli atau saksi suatu keputusan atau tindakan.
12
Dalam konteks hukum atau Upaya pelestarian lingkungan dan
pengambilan keputusan. Pentingnya berkelanjutan menjadi semakin
pertimbangan non-yuridis adalah penting dalam pertimbangan non-
untuk memastikan bahwa keputusan yuridis.
atau tindakan yang diambil tidak Faktor politik, termasuk hubungan
hanya legal tetapi juga sesuai dengan dengan pihak-pihak terkait dan
nilai-nilai, norma, dan aspirasi yang implikasi politik dari suatu
ada dalam masyarakat dan keputusan, dapat memainkan peran
lingkungan yang lebih luasdalam dalam proses pengambilan
pengambilan keputusan. Keputusan keputusan. Penting untuk mencari
yang diambil seharusnya sesuai keseimbangan antara berbagai
dengan norma-norma moral dan etika kepentingan yang terlibat dalam
yang berlaku. suatu keputusan atau tindakan.
Penting untuk mempertimbangkan Keputusan yang diambil sebaiknya
bagaimana suatu keputusan atau memperhitungkan kepentingan
tindakan akan memengaruhi semua pihak yang terlibat. Dalam
masyarakat atau kelompok tertentu. KUHP semua delik pemalsuan surat
Dampak sosial termasuk adalah delik sengaja, tidak ada delik
pertimbangan terhadap kesejahteraan kelalaian (culpa). Pemalsuan surat
masyarakat secara keseluruhan. merupakan tindak pidana yang dapat
Keputusan atau tindakan sebaiknya dikenakan sanksi hukum. Hukuman
tidak bertentangan dengan nilai-nilai untuk pemalsuan surat dapat
budaya yang berlaku. Pengertian bervariasi tergantung pada tingkat
tentang etika dan tata nilai seringkali seriusnya tindakan tersebut, hukum
sangat terkait dengan konteks budaya yang berlaku di wilayah tertentu, dan
suatu masyarakat. Faktor-faktor dampaknya terhadap pihak yang
psikologis, seperti emosi, persepsi, terlibat. Seringkali, tindakan
dan motivasi, dapat memengaruhi pemalsuan surat dapat dianggap
cara seseorang atau suatu kelompok sebagai kejahatan dan dapat
mengambil keputusan. Pemahaman mengakibatkan tuntutan hukum,
terhadap psikologi individu atau termasuk pidana.
kelompok dapat membantu Pemalsuan surat harus
memahami reaksi dan keputusan diperuntukkan bukti suatu fakta
yang diambil. Pertimbangan ekonomi, apakah menurut undang-undang atau
termasuk dampak keputusan surat dari kekuasaan administrasi
terhadap ekonomi, lapangan kerja, yang dikeluarkan berdasarkan
dan distribusi kekayaan, merupakan wewenangnya atau dengan surat itu
faktor penting. Keputusan yang dapat pula timbul hak, suatu
berdampak ekonomi harus diambil perikatan, atau pembebasan utang,
dengan mempertimbangkan dibuat dengan palsu, pembuat
keberlanjutan dan kesejahteraan mempunyai maksud untuk memakai
ekonomi.Keputusan atau tindakan sebagai aslinya (tidak palsu) atau
sebaiknya mempertimbangkan menyuruh orang lain memakainya,
dampaknya terhadap lingkungan.
13
dengan pemikiran itu dapat tujuan dari maksudnya tidak
menimbulkan kerugian. mungkin tercapai tanpa sekaligus
Dalam Dolus, sebab itu terkandung menimbulkan akibat sebenarnya tidak
elemen volitief (kehendak) dan dikehendaki. Ketika dolus terlibat
intelektual (pengetahuan), tindakan dalam suatu tindakan, itu
dengan sengaja selalu willens menunjukkan bahwa pelaku tindakan
(dikehendaki) dan wetens (disadari tersebut bertindak dengan niat jahat
atau diketahui), menghendaki atau atau sengaja, dan hal ini dapat
berkehendak lebih dari semata mempengaruhi tingkat kesalahan dan
menginginkan dan berharap, tanggung jawab hukum yang
sedangkan dengan mengetahui dapat dikenakan. Pemalsuan surat dengan
dipersamakan dengan mengerti, dolus seringkali dianggap lebih serius
memahami dan menyadari sesuatu. daripada tindakan pemalsuan yang
Dolus dalam konteks pemalsuan surat mungkin terjadi tanpa niat jahat atau
merujuk pada unsur kesengajaan atau pengetahuan yang cukup (misalnya,
niat jahat yang terlibat dalam karena kelalaian).
melakukan tindakan pemalsuan surat. Penerapan putusan hakim
Ketika seseorang melakukan berdasarkan fakta-fakta yang
pemalsuan surat dengan dolus, itu terungkap dalam pemeriksaan
berarti mereka melakukan tindakan persidangan dikaitkan dengan
tersebut dengan sengaja, dengan pembuktian unsur-unsur dakwaan,
maksud untuk menyesatkan atau maka dakwaan yang didakwakan
menipu pihak lain. Tindakan kepada terdakwa tersebut dinyatakan
pemalsuan surat dengan dolus sering terbukti secara sah dan meyakinkan
kali dianggap sebagai kejahatan serius melakukan tindak pidana pemalsuan
dan dapat dikenai sanksi hukum yang surat sebagaimana didakwakan dalam
berat. Hukuman untuk pemalsuan dakwaan yaitu melanggar Pasal 263
surat dapat bervariasi tergantung ayat (1) KUHP. Unsur pemalsuan
pada yurisdiksi hukum, nilai kerugian surat dapat bervariasi tergantung
yang diakibatkannya, dan seriusnya pada yurisdiksi hukum tertentu,
tindakan tersebut. Sanksi hukum tetapi secara umum, unsur-unsur
untuk pemalsuan surat dapat yang umumnya diperlukan untuk
mencakup pidana penjara, denda, membuktikan pemalsuan surat
atau kombinasi keduanya. melibatkan tindakan-tindakan
Akan tetapi akibat dapat timbul tertentu yang dilakukan dengan
apabila pelaku sebenarnya tidak sengaja dan dengan tujuan
memiliki kepastian tentang atau tidak menyesatkan atau menipu Unsur
membayangkan akibat atau situasi “barang siapa”, bahwa yang
yang timbul dari perbuatannya, dimaksud barang siapa adalah siapa
bilamana maksud pelaku sebenarnya saja, setiap orang atau badan hukum
ditujukan pada hal lain (yang dapat sebagai penyandang hak dan
tetapi tidak mesti berbentuk delik) kewajiban atau sebagai subjek hukum
namun pada saat yang sama di mampu bertindak dan
dalamnya ada keyakinan bahwa bertanggungjawab secara hukum,
14
dalam keadaan sehat jasmani dan melainkan juga sebagai
rohani. opzetbijzekerheids of
Dalam hal ini, terdakwa SEM noodzakelijkheidsbewustzijn
PANOMAN alias SEM telah (kesengajaan dengan kesadaran pasti
dihadapkan di depan persidangan atau keharusan).
yang identitasnya dibenarkan dalam
pembacaan dakwaan pada saat E. Penutup
persidangan pertama. Dengan a. Simpulan
demikian unsur ini telah terpenuhi Berdasarkan temuan penelitian dan
sah dan meyakinkan. Pemalsuan surat pembahasan maka dapat ditarik
melibatkan unsur kesengajaan atau kesimpulan dari Putusan Hakim
niat jahat berupa Tindakan nyata Nomor 1777 K/Pid/2009 di mana
yang mencakup perbuatan perubahan hakim menjatuhkan hukuman
atau manipulasi. Pelaku harus sengaja terhadap pelaku tindak pidana
melakukan tindakan yang dapat pemalsuan surat sesuai dengan
menyesatkan atau menipu orang lain. ketentuan yang diatur dalam Pasal
Tujuan pemalsuan surat ini umumnya 263 ayat (1) KUHP berdasarkan fakta
adalah untuk mendapatkan yang ada melalui pertimbangan-
keuntungan yang tidak sah atau pertimbangan yang diambil oleh
merugikan pihak lain. Hukuman atau hakim.
sanksi yang dikenakan atas b. Saran
pemalsuan surat dapat bervariasi dan Upaya terwujudnya kepastian
tergantung pada yurisdiksi, nilai hukum merupakan salah satu tujuan
kerugian yang diakibatkannya, dan utama dalam sistem hukum suatu
seriusnya tindakan tersebut. negara. Kepastian hukum adalah
Hukuman dapat mencakup pidana konsep yang menunjukkan bahwa
penjara, denda, atau bentuk sanksi hukum harus jelas, dapat dipahami,
lainnya yang ditetapkan oleh undang- dan dapat diaplikasikan secara
undang. konsisten untuk menciptakan situasi
Unsur “dengan sengaja”, bahwa di mana warga negara dan pihak yang
menurut memori penjelasan (Memorie terlibat dalam suatu transaksi hukum
van tolechting) yang dimaksudkan dapat memahami hak dan kewajiban
dengan kesengajaan adalah mereka. Demi terwujudnya kepastian
“menghendaki dan menginsyafi” hukum yang mengatur mengenai
terjadinya suatu tindakan beserta tindak pidana pemalsuan surat
akibatnya (willens en wetensveroorzaken sebagaimana diatur dalam Pasal 263
van eengevolg) artinya, seseorang yang KUHP. Dalam menangani kasus
melakukan tindakan dengan sengaja tindak pidana pemalsuan surat
harus menghendaki serta menginsyafi penulis berharap agar Majelis Hakim
tindakan tersebut dan atau akibatnya. lebih cermat terhadap fakta fakta yang
Unsur kesengajaan disini haruslah terungkap dalam persidangan dan
ditafsirkan secara luas, jadi tidak lebih memperhatikan dasar hukum
semata-mata sebagai opzetalsorgmerk, yang akan diterapkan kepada
(kesengajaan sebagai maksud) saja terdakwa. Dan demi kepastian,
15
keadilan, dan kemanfaatan Suyuthi, Mustofa Wildan. 2013. Kode
sebagaimana teori tujuan hukum Etik Hakim. Jakarta: Kencana
dalam memutus setiap perkara Prenamedia Group.
khususnya perkara tindak pidana Undang-Undang Dasar Republik
pemalsuan surat, hakim dan jaksa Indonesia Tahun 1945.
harus mempertimbangkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum
baik mengenai tindak pidana yang Pidana.
dilakukan oleh terdakwa agar dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
setiap putusan hakim tidak Pidana.
merugikan terdakwa. Dengan Undang-Undang Negara Republik
menciptakan dan mempertahankan Indonesia Nomor 48 Tahun
kepastian hukum, sebuah negara 2009 tentang Kekuasaan
dapat mendukung stabilitas, Kehakiman.
pertumbuhan ekonomi, dan keadilan Peraturan Bersama Mahkamah Agung
dalam masyarakatnya. Republik Indonesia dan
Komisi Yudisial Republik
Indonesia Nomor
F. Daftar Pustaka 02/PB/MA/IX/2012 tentang
Panduan Penegakan Kode Etik
Mahrus, Ali. 2015. Dasar-Dasar Hukum Dan Pedoman Perilaku Hakim.
Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. Peraturan Rektor Universitas Nias
Hamzah, Andi. 1996. KUHP dan Raya Nomor 6 Tahun 2021
KUHAP. Jakarta: Rineka Cipta. tentang Panduan Penulisan
Budi Sulistyowali dan Soerjono Skripsi Fakultas Hukum.
Soekanto. 2014. Sosiologi Suatu Annisah, Herwindah. 2017. Tinjauan
Pengantar. Jakarta: PT. Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Grafindo Persada. Pemalsuan Surat. Skripsi
Departemen Pendidikan Nasional. Sarjana Hukum Fakultas
2002. Kamus Besar Bahasa Hukum Universitas
Indonesia, edisi ke-3. Jakarta: Hasanuddin Makassar, Kota
Balai Pustaka. Makassar.
Ibrahim, Johni. 2007. Teori & Ndruru, Sohiazanolo. 2018. Analisis
Metodologi Penelitian Hukum Yuridis Terhadap Penjatuhan
Normatif. Malang: Bayumedia Hukum Dalam Tindak Pidana
Publishing. Korupsi Yang Dilakukan Secara
Lamintang P.A.F. 2011. Dasar-Dasar Bersama-Sama. Skripsi
Hukum Pidana Indonesia. Mahasiswa Sekolah Tinggi
Bandung: Citra Aditya Bakti. Ilmu Hukum (STIH) Nias
Moeljatno. 2018. Asas-Asas Hukum Selatan, Teluk Dalam.
Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. Daliwu, Sodialman. 2020. Disparitas
Marpaung, Leden. 2012. Asas Teori Putusan Hakim Dalam
Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Penjatuhan Pidana Penjara
Sinar Grafika. Sebagai Pengganti Pidana Denda
Pada Tindak Pidana Narkotika.
16
Skripsi Mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Hukum (STIH)
Nias Selatan, Teluk Dalam.
http://sitimaryamnia.blogspot.com/
2012/02/tindak-pidana-
pemalsuan-surat.html?m=1.
diakses 25 Agustus 2023 pukul
20.00 Wib.
http://eprints.umm.ac.id/
nurhafifah_pertimbangan_haki
m_dalampenjatuhan_pidana_t
erkait_hal_yang_memberatkan
_dan_meringankan_putusan
Ilmu Hukum, November 2023
pukul 16.00 Wib.

17

Anda mungkin juga menyukai