Anda di halaman 1dari 2

1.

Perbedaan Hukum Pidana Tertulis dan Hukum Pidana Tidak Tertulis


- Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum
tertulis adalah UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.
- Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh
masyarakat dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang
formal, melainkan lahir dan tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh
hukum tidak tertulis adalah hukum adat, hukum agama, dan lain-lain.
- Contoh Hukum Pidana Tidak Tertulis yaitu :
Hukum adat yang berlaku di daerah Aceh yaitu hukum berjenjang sesuai
dengan kesalahan yang dilakukan. Tidak pandang golongan baik yang
dilakukan oleh kalangan bawah hingga orang yang memiliki jabatan tinggi.
Sanksi bagi pelanggarnya mulai dari teguran, kemudian naik pada level
meminta maaf kepada masyarakat luas, hingga hukuman fisik untuk pelaku,
yaitu laki-laki dan perempuan yang tidak memiliki hubungan suami istri atau
keluarga berduan dalam satu ruangan atau melakukan zina sanksi yang
diterima keduanya adalah hukuman cambuk.

2. Perbandingan Hukum Pidana Materil dan Hukum Pidana Formil


- Hukum pidana Materil yaitu aturan hukum yang berisikan Tindakan hukum,
yang termuatkan rumusan perbuatan pidana dan syarat dan aturan untuk
pelaku pidana. Sumber hukum materil yang menentukan isi peraturan hukum
yang sifatnya mengikat orang. Dikatakan mengikat karena aturan berasal dari
pendapat umum, hukum masyarakat, kondisi lingkungan, sosiologi, ekonomi,
moral, politik hukum dan lain-lain. Faktor pembentukan hukum materiil yang
dibentuk atas dasar faktor kemasyarakatan dan faktor idiil. Pertama di
pengaruhi oleh faktor idiil yang berpatokan pada keadilan yang harus ditaati
oleh masyarakat dan UU. Kedua, yang dipengaruhi oleh faktor
kemasyarakatan aturan dibuat agar masyarakat tunduk pada aturan yang sudah
diberlakukan. Aturan dalam hal ini termasuk dibidang structural ekonomi,
yang meliputi kebutuhan masyarakat yang meliputi susunan geologi, kekayaan
alam hingga perkembangan perusaan dan pembagian kerja.
- Hukum pidana formil merupakan hukum yang digunakan sebagai dasar para
penegak hukum. Hukum pidana formil mengatur bagaimana Negara
menyikapi alat perlengkapan untuk melakukan kewajiban untuk menyidik,
menjatuhkan, menuntut dan melaksanakan pidana. Sumber hukum formill
merupakan dasar kekuatan mengikat peraturan yang sudah ada. Tujuannya
agar aturan tersebut tetap dipatuhi. Tidak hanya dapat dipatuhi masyarakat,
tetapi juga dipatuhi oleh penegak hukum sekaligus. Sumber hukum formil
selain undang-undang, yaitu kebiasaan, traktat yang biasannya digunakan
untuk perjanjian internasional, ada pula doktrin dan putusan hakim. Jadi
kelima sumber hukum formil tersebut yang dapat dijadikan acuan.

3. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP


pada buku kedua kejahatan bab XXII tentang pencurian dalam Pasal 362
Pencurian biasa Pencurian biasa yang memiliki arti “barang siapa mengambil
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hak”. Dalam arti
kata lain bahwa barang siapa mengambil barang milik orang lain tanpa seijin
pemiliknya maka dapat dikategorikan sebagai pelaku pencurian.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk kedalam buku
kedua kejahatan bab XXII tentang pencurian dalam Pasal 363 Pencurian dengan
pemberatan disebut juga pencurian diskualifikasi dengan ancaman hukuman yang
lebih berat jika dibandingkan dengan pencurian biasa,

Anda mungkin juga menyukai