KUHP merupakan instrumen hukum pidana pertama meletakan “melawan hukum” sebagai
unsur dalam pasal-pasal.
Secara historis dan etimologi, melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal
yang terdapat dalam KUHP tersebut berasal dari kata “wederrechtelijk” di KUHP Belanda
konsep perbuatan melawan hukum -> KUHP (sengaja dan melawan hukum terdapat
menstrea)
Tegen eens Anders Rect = Bertentangan dengan hak orang lain ( pasal 362 : pencurian,
mengambil barang orang lain tanpa hak )
- Ch. J Enschede " perbuatan pidana adalah suatu perbuatan , manusia yang termasuk dalam
rumusan delik, melawan hukum, dan kesalahan yang dapat dicelakan kepadanya"
- Van Hamel " sifat melawan hukum dari suatu perbuatan pidana adalah bagian dari suatu
pengertian yang umum. Pembuat undang-undang pidana tidak pernah menyatakan bagian
inin tetapi selalu merupakan dugaan"
Kata melawan hukum dalam pasal tersebut kemudian dalam penjelasannya, mencakup
perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materil, yakni meskipun
perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila
perbuatan tersebut dianggap tidak tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau
norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.
Sumber :
Jurnal hukum pro justitia, juli 2006, Volume 24, no 23. RB Budi Prastowo “ Delik
Formil/Materil, Sifat Melawan Hukum Formil/Materil Da Pertanggung Jawaban Pidana
Dalam Tindak Pidana Korupsi ”