Anda di halaman 1dari 19

Tugas Klipping

“Menyususn 10 Kasus Pelanggaran UU ITE Di Indonesia”

Nama Penyususn :
Muhammad naufal widiyantama

NIM :
190100050

Dosen Pengampu :
Kiki Kusumawati, ST., MMSI.

Mata Kuliah :
Etika Bisnis dan Profesi

Fakultas Teknik
Universitas Satya Negara Indonesia
Jakarta
2022
1. Di tahun 2022 terdapat kasus :
A. Adam Deni yang divonis 4 tahun penjara karena terbukti
melanggar UU ITE

Di lansir KOMPAS.com - Penggiat media sosial Adam Deni


divonis empat tahun penjara. Majelis hakim menilai ia terbukti
melanggar Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) karena menyebarkan data pribadi anggota Komisi
III DPR Fraksi Partai Nasdem Ahmad Sahroni. “Memutuskan,
menjatuhkan pidana penjara pada terdakwa Adam Deni selama
empat tahun penjara,” tutur hakim ketua Rudi Kindarto di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara, Selasa (28/6/2022).
Selain itu Adam juga dijatuhi pidana denda senilai Rp 1 miliar.
“Apabila denda tidak dapat dibayar diganti dengan kurungan
selama lima bulan,” ucap Rudi.
Vonis hakim ini lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum.
JPU menuntut Adam delapan tahun penjara. Majelis hakim turut
menyampaikan hal-hal yang meringankan vonis Adam yaitu
bersikap sopan, dan terus terang dalam persidangan. “Kemudian
terdakwa menyesali perbuatannya, belum pernah dihukum, dan
menjadi tulang punggung keluarga,” paparnya.
Berdasarkan analisis saya Adam terbukti melakukan pelanggaran
sesuai dengan dakwaan Pasal 48 Ayat (3) jo Pasal 32 Ayat (3) UU
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU Nomor 19
Tahun 2016 Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
(Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2022/06/28/18264221/terbukti-
melanggar-uu-ite-adam-deni-divonis-4-tahun-penjara)
2. Ditahun 2021 terdapat kasus :
A. Tulis Islam Agama Arogan, Abu Janda Dilaporkan ke Bareskrim

Di lansir REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis media sosial


(medsos) Permadi Arya alias Abu Janda dilaporkan DPP Komite
Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) untuk kedua kalinya. Jika
laporan pertama pada Kamis (28/1) terkait rasisme kepada Natalius
Pigai, KNPI melaporkan Abu Janda ke Bareskrim Polri pada Jumat
(29/1) terkait unggahan status Islam arogan dari Arab.
Ketua Umum DPP KNPI Haris Pertama bersama Sekjen Jackson
AW Kumaat dan Ketua Bidang Hukum Medya Rischa Lubis
sengaja mendatangi Bareskrim Polri untuk melaporkan Abu Janda.
Haris pun mengirimkan bukti laporan diproses Bareskrim Polri
nomor LP/B/0056/I/2021/Bareskrim tanggal 29 Januari 2021.
“DPP KNPI kembali melaporkan Permadi Arya alias Abu Janda ke
Bareskrim soal cuitnya yang menyebut Islam arogan.
Alhamdulillah, laporan kami telah diterima. Semua OKP-OKP
(organisasi kepemudaan) akan mengawal proses penegakan hukum
terhadap Abu Janda,” ujar Haris pada Jumat (29/1) malam WIB.
Haris yakin, Polri di bawah pimpinan Jenderal Listyo Sigit
Prabowo berkomitmen menindak siapa saja yang terbukti
melakukan pelanggaran hukum. Menurut dia, hukum tidak boleh
tumpul kepada kelompok tertentu.
"Karena melihat Abu Janda adalah salah satu relawan pernah
mendukung pemerintah, tetapi Polri tidak berani mengambil
langkah tegas dan ini sesuai dengan komitmen Kapolri baru saat fit
and proper test di Komisi III DPR agar hukum ditegakkan kepada
siapa pun itu,” kata Haris menegaskan.
Sebelumnya, Tengku Zulkarnain lewat akun Twitter
@ustadztengkuzul, berbicara soal arogansi minoritas terhadap
mayoritas di Afrika. Lalu, Tengku menyebut tidak boleh ada
arogansi, baik dari golongan mayoritas ke minoritas maupun
sebaliknya.
"Dulu minoritas arogan terhadap mayoritas di Afrika Selatan
selama ratusan tahun, Apertheid. Akhirnya tumbang juga. Di
mana-mana negara normal tidak boleh mayoritas arogan terhadap
minoritas. Apalagi jika yang arogan minoritas. Ngeri melihat
betapa kini Ulama dan Islam dihina di NKRI," cuit Tengku lewat
akun Twitter @ustadztengkuzul.
Abu Janda membalas cuitan Tengku. Dia menyebut ada Islam yang
'arogan' karena mengharamkan kearifan lokal di Indonesia.
"Yang arogan di Indonesia itu adalah Islam sebagai agama
pendatang dari Arab kepada budaya asli kearifan lokal. Haram-
haramkan ritual sedekah laut, sampai kebaya diharamkan dengan
alasan aurat," ucap Abu Janda lewat akun Twitter,
@permadiaktivis1.

Berdasarkan laporan KNPI Abu Janda melanggar Undang-Undang


Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Kebencian atau Permusuhan Individu dan/atau Antar Golongan
(SARA), Pasal 28 ayat (2), penistaan agama UU Nomo1 tahun
1946 tentang KUHP Pasal 156 A.
(Sumber : https://www.republika.co.id/berita/qnpysx484/tulis-islam-agama-
arogan-abu-janda-dilaporkan-ke-bareskrim)

B. Ambroncius Nababan Ditetapkan Tersangka Terkait Rasisme ke


Natalius Pigai

Di lansir OKENEWS - Bareskrim Polri resmi menetapkan


Ambroncius Nababan sebagai tersangka terkait kasus dugaan
tindakan rasisme terhadap mantan Komisioner Komnas HAM
Natalius Pigai.
"Ya betul," kata Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri
Brigjen Slamet Uliandi, Jakarta, Selasa (26/1/2021).

Sekadar diketahui, tindakan rasis Ambroncius Nababan itu melalui


akun facebook miliknya. Ambroncius Nababan memasang foto
Natalius berdampingan dengan seekor Gorilla, berdasarkan
tangkapan layar yang beredar.
Tindakan Abroncius itu menyikapi pernyataan Natalius yang
menyatakan masayarkat berhak untuk menolak vaksin Covid-19
karena menolak atau menerima vaksin adalah hak asasi manusia.
Ambroncius Nababan sendiri kemarin malam menyambangi
Gedung Bareskrim Polri untuk menjalani pemeriksaan terkait
perkara itu. Padahal, ia baru diagendakan diperiksa pada 27 Januari
2021 esok.
Ambroncius mengaku tak menyangka bahwa postingannya itu
ramai diperbincangkan oleh publik dan dianggap sebagai tindakan
rasisme. Ia mengklaim unggahannya sebatas person to person
antara dirinya dengan Natalius Pigai.
"Jadi berkembang isunya sebenarnya itu hanya untuk untuk pribadi
jadi saya dengan pribadi Natalius Pigai. Jadi sekarang sudah mulai
berkembang jadi rekan-rekan, saya melakukan perbuatan rasis
sebenarnya tidak ada saya bukan rasis," ujar Ambroncius di
Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin 25 Januari 2021
malam.
Setelah terbelenggu perkara ini, Ambroncius pun berdalih bahwa,
dirinya juga memiliki historis terkair dengan warga Papua.
Pasalnya tidak mungkin, dirinya melakukan penghinaan kepada
masyarakat Tanah Cenderawasih.
"Saya juga diangkat warga Papua saya juga sebagai anak Papua
jadi tidak akan mungkin saya melakukan rasis kepada suku Papua
apalagi ke Natalius Pigai," ucap Ambroncius.

Analisis berdarkan kasus diatas Ambroncius Nababan melanggar


Pasal 45a ayat (2) Juncto Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor
19 tahun 2016 Perubahan UU ITE dan juga Pasal 16 Juncto Pasal 4
huruf b ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan juga Pasal 156
KUHP.
(Sumber
:https://nasional.okezone.com/read/2021/01/26/337/2351266/ambroncius-
nababan-ditetapkan-tersangka-terkait-rasisme-ke-natalius-pigai)
3. Ditahun 2020 terdapat kasus :
A. Didakwa Sebarkan Ujaran Kebencian ke IDI, Jerinx Terancam 6
Tahun Bui

Dilansir detiknews - Musisi Jerinx SID didakwa menyebarkan


ujaran kebencian dan pencemaran nama baik terhadap Ikatan
Dokter Indonesia (IDI). Jerinx terancam hukuman 6 tahun penjara.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) mengatakan terdakwa Jerinx sengaja
membuat posting-an di akun Instagram-nya karena akan mendapat
perhatian dari masyarakat. Posting-an dalam perkara ini adalah
pada 13 dan 15 Juni 2020.
Posting-an Jerinx pada tanggal 13 itu berisi kalimat terkait 'IDI
kacung WHO'. Sementara itu, posting-an tanggal 15 berisi soal
dokter meninggal hingga menyinggung soal COVID-19 konspirasi.
JPU menjelaskan, akibat posting-an Jerinx yang bernada membuat
kebencian dan/atau permusuhan dan/atau penghinaan atau
pencemaran nama baik itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merasa
terhina dan dibenci oleh sebagian masyarakat Indonesia. IDI juga
merasa dirugikan baik materiil maupun imateriil akibat posting-an
tersebut.
Berdasarkan analasis saya Jerix SID atau I Gede Ary Astina
terancam Pasal 28 ayat 2 juncto Pasal 45 ayat 2 UU Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juncto Pasal 64 Ayat 1
KUHP. Atau bisa juga terancam dengan Pasal 27 ayat (3) jo Pasal
45 ayat (3) UU Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas UU
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Eletronik
(ITE) jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.
(Sumber : https://news.detik.com/berita/d-5167260/didakwa-sebarkan-ujaran-
kebencian-ke-idi-jerinx-terancam-6-tahun-bui)

B. Kasus Ustaz Maher dilaporan Waluyo Wasis Nugroho karena


dianggap menghina Habib Luthfi bin Yahya

Dilansir JawaPos.com – Maaher At Thuwailibi telah ditetapkan


sebagai tersangka dalam kasus dugaan penghinaan kepada Luthfi
bin Yahya atau yang biasa dikenal Habib Luthfi. Usai status
hukumnya dinaikkan, Maaher langsung dikenakan penahanan.
“Ya, kami lakukan penahanan di Rutan Bareskrim,” kata Kadiv
Humas Mabes Polri, Irjen Pol Argo Yuwono saat dikonfirmasi,
Jumat (4/12).
Argo belum merinci alasan penyidik langsung menahan Maaher.
Dia hanya menyebut Maaher ditahan untuk 20 hari ke depan untuk
proses pengembangan kasus.
“Iya (ditahan 20 hari),” jelas Argo.
Sebelumnya, Maaher At Thuwailibi ditangkap Bareskrim Mabes
Polri sekitar pukul 04.00 WIB pagi. Pria bernama lengkap Soni
Ernata itu ditangkap setelah menyandang status tersangka terkait
kasus dugaan penghinaan yang bernuansa suku, agama, ras dan
antargolongan (SARA).
“Kalau ditangkap jadi apa? Jadi tersangka,” kata Kepala Divisi
Humas Mabes Polri, Irjen Pol Argo Yuwono dikonfirmasi, Kamis
(3/12).
Terpisah tim kuasa hukum Maheer, Djuju Djumantara mengamini
kliennya ditangkap aparat kepolisian pada pukul 04.00 WIB.
Penangkapan tersebut berdasarkan berdasarkan surat penangkapan
SP.Kap/184/XII/2020/Dittipidsiber.
Maaher ditangkap usai dilaporkan oleh Waluyo Wasis Nugroho
lantaran dianggap menghina ulama Nahdlatul Ulama, Habib Luthfi
bin Yahya. Dugaan penghinaan itu karena Maheer mengunggah
foto Habib Luthfi dengan balutan sorban dan menyebutnya ‘cantik
pakai jilbab’.

Analisis berdasarkan kasus tersebut Ustaz Maheer melanggar Pasal


45a Ayat (2) juncto Pasal 28 Ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik(ITE).
(Sumber : https://www.jawapos.com/nasional/04/12/2020/diduga-hina-habib-
luthfi-ustad-maaher-langsung-ditahan-polri/)
4. Ditahun 2019 terdapat kasus :
A. Kasus Setya Novanto melaporkan Emerson Yun erkait kasus
pencemaran nama baik

Dilansir TEMPO.CO - Terpidana perkara korupsi Setya Novanto


melaporkan mantan peneliti Indonesia Corruption Watch atau ICW
Emerson Yuntho ke Ditreskrimsus Polda Jawa Barat.
Econ, begitu Emerson biasa disapa, dilaporkan dengan tuduhan
pencemaran nama baik Setya Novanto di media sosial. Emerson
dinilai melanggar Undang-Undang ITE.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Saptono
Erlangga mengatakan laporan tersebut dibuat pada 27 Desember
2019.
Kini Setya Novanto menjalani hukuman penjara 15 tahun di
Gunung Sindur, Bogor, akibat perkara korupsi proyek KTP
elektronik.
"Dilaporkan karena pencemaran nama baik Undang-undang ITE.
Terkait pencemarannya di (media sosial) mana belum tahu,"
katanya ketika dihubungi Tempo hari ini, Selasa, 18 Februari 2020.
Menurut Saptono, penyelidik Ditreskrimsus Polda Jabar telah
melayangkan surat panggilan kepada Econ. Rencananya dia
diperiksa sebagai terlapor pada Kamis mendatang, 20 Februari
2020. "Terlapor sudah dipanggil."
Econ memang aktivis antikorupsi yang rajin mencuit di Twitter.
Pada Desember 2019, sebelum Setya Novanto melapor ke polisi,
dia meluncurkan sejumlah cuitan mengenai Setya Novanto.
Materi cuitan Econ antara lain mengenai Setya Novanto masih
sering pelesiran ke luar penjara yang muncul pada 22-27 Desember
2019.
Pada 22 Desember 2019, akun @emerson_yuntho milik Econ
membuat cuitan tentang setya Novanto seperti pengumuman orang
hilang.

Berdasarkan kasus di atas yang saya bisa analisis Emerson Yun


melanggar UU ITE yang mana tindak pidana penghinaan melalui
media sosial sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (3) jo.
pasal 45 ayat (3) UU ITE.
(Sumber : https://nasional.tempo.co/read/1309159/setya-novanto-laporkan-
emerson-yuntho-eks-icw-ke-polda-jabar)

B. Kasus Fairuz A Rafiq melaporkan Galih Ginanjar, Pablo Benua


dan Rey Utami terkait “Bau Ikan Asin”
Dilansir KOMPAS.com - Artis sinetron Fairuz A Rafiq
melaporkan mantan suaminya, Galih Ginanjar, serta pemilik akun
YouTube atas nama pasangan Rey Utami dan Pablo Benua atas
kasus dugaan pencemaran nama baik melalui media sosial.
Laporan tersebut dibuat di Sentra Pelayanan Kepolisaian Terpadu
(SPKT) Polda Metro Jaya dengan nomor laporan LP
/3914/7/2019/PMJ/Dit.Reskrimsus tanggal 1 Juli 2019. Kakak
Fairuz, Ranny Fahda Rafiq mengatakan, laporan tersebut dibuat
lantaran Galih melontarkan pernyataan bernada negatif terkait
organ intim mantan istrinya itu dalam sebuah video di akun
Youtube milik Pablo Benua. Ia menilai pernyataan tersebut telah
melecehkan Fairuz sebagai perempuan. "Pemilik akun Youtube
Rey Utami dan Benua menyebarkan kalimat konten asusila yang
menyebutkan organ intim bau ikan asin. Kalimat tersebut sangat
melukai hati Fairuz dan seluruh wanita Indonesia," kata Ranny di
Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (1/7/2019). Ranny
menyebut, kalimat asusila tersebut juga berpengaruh pada
perkembangan psikis anak Fairuz. Fairuz pun sempat memprotes
unggahan video tersebut, namun tak mendapatkan respons dari
pihak Galih. "Fairuz sudah menyampaikan protes dan keberatam
atas penyebarluasan konten tersebut. Tetapi, tindakan pemilik akun
malah membuat postingan baru yang isinya tertawa," ungkap
Ranny. "Fairuz berharap agar Bapak Kapolda Metro Jaya dan
pemuka tokoh agama semakin terbuka hatinya untuk menjadikan
kasus ini sebagai awal momentum menjaga harkat martabat
wanita," lanjutnya.

Berdasarkan kasus di atas Galih Ginanjar, Pablo Benua dan Rey


Utami bisa terancam melanggar Pasal 27 ayat (1) junto Pasal 45
ayat (1) atau Pasal 27 ayat (3) junto Pasal 45 ayat (1) UU RI
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik(ITE).
(Sumber : https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/01/13320101/mantan-
suami-fairuz-dilaporkan-atas-kasus-ucapan-bau-ikan-asin)

5. Ditahun 2018 terdapat kasus :


A. Kasus Ratna Sarumpaet terjerat kasus penyebaran kabar bohong

Dilansir Merdeka.com - Terdakwa kasus penyebaran kabar bohong


Ratna Sarumpaet diganjar hukuman 2 tahun kurungan penjara.
Vonis dibacakan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, Joni, Kamis (11/7).
Hakim menyatakan terdakwa bersalah karena melanggar pasal 14
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Hukum Pidana. "Menjatuhkan pidana selama 2 tahun, dikurangi
masa tahanan. Dan terdakwa tetap ditahan," ujar dia.
Hakim menilai terdakwa terbukti menyiarkan berita atau
pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran di
kalangan rakyat.
Dalam amarnya, majelis hakim mempertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan meringankan. Adapun hal yang memberatkan,
terdakwa sebagai publik figur harusnya berbuat baik, terdakwa
berusaha menutupi perbuatan.
Ekspresi Ratna Sarumpaet Setelah Bebas Bersyarat
Sementara hal yang meringankan, terdakwa sebagai kepala
keluarga dan sudah berusia lanjut serta terdakwa telah meminta
maaf. Vonis ini lebih rendah dari tuntutan Jaksa yang meminta
majelis hakim mengganjar terdakwa dengan hukuman enam tahun
penjara.
Perbuatan penyebaran berita bohong itu diduga dilakukan dalam
kurun waktu Senin 24 September 2018 sampai Rabu 3 Oktober
2018 atau pada waktu lain setidak-tidaknya dalam September
hingga Oktober 2018, bertempat di rumah terdakwa di Kampung
Melayu Kecil V Nomor 24 Rt 04 RW 09, Kelurahan Bukit Duri,
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Perbuatan Ratna ini mendapat reaksi dari masyarakat dan sejumlah
tokoh politik. Setelah melalui perdebatan panjang di sosial media
dan media massa, pada 3 Oktober 2018, Ratna Sarumpaet
menyatakan telah berbohong tentang penganiayaannya. Dia pun
meminta maaf.

Berdasarkan kasus diatas Ratna juga seharusnya melanggar UU


ITE Pasal 28 juncto pasal 45 Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE).
(Sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/ratna-sarumpaet-divonis-dua-
tahun-penjara-terdakwa-kasus-penyebaran-kabar-bohong-rat.html)

6. Ditahun 2017 terdapat kasus :


A. Kasus Muannas Alaidid melaporkan Jon Riah Ukur (Jonru
Ginting) terkait ujaran kebencian

Dilansir Detiknews - Jon Riah Ukur alias Jonru Ginting


menghadapi sidang putusan kasus ujaran kebencian (hate speech)
di Pengadilan Negeri Jakarta Timur hari ini. Muannas Alaidid
selaku pelapor optimistis Jonru akan diputus bersalah.
Muannas mengatakan dirinya menghormati segala putusan hakim
nantinya. Akan tetapi, ia punya keyakinan bahwa Jonru tidak akan
lolos dari hukuman.
"Meski demikian tanpa bermaksud mendahului putusan
pengadilan, saya berkeyakinan dan berketetapan hati pada akhirnya
Jonru akan dinyatakan terbukti bersalah," ujar Muannas dalam
keterangannya kepada detikcom, Jumat (2/3/2018).
Baginya, tidak penting berapa pun hukuman yang akan diketuk
hakim terhadap Jonru. Dia juga tidak berharap Jonru akan
menyesali perbuatannya.
"Setidaknya kasus ini menjadi contoh bagi publik agar
menggunakan media sosial dengan bijak, bukan sebagai sarana
menyebarkan kebencian, keresahan, dan permusuhan di tengah
masyarakat," tuturnya.
"Bahwa tidak hanya hukum negara, hukum agama pun
mengajarkan kebajikan, menolak fitnah dan kebencian di mana
pun, termasuk di dunia maya, jika ada orang beragama tidak bajik
dan menyebarkan kebencian sebaiknya dia meninggalkan agama,"
tandasnya.
Sebelumnya, Jonru dituntut hukuman 2 tahun penjara dan denda
Rp 50 juta. Jaksa menilai Jonru terbukti menyebarkan informasi
yang bisa menimbulkan kebencian dan permusuhan individu atau
golongan.

Berdasarkan kasus diatas Jonru bui 2 tahun berdarkan Pasal 28 ayat


2 juncto Pasal 45A ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik(ITE), serta Pasal 65
ayat 1 KUHP.
(Sumber : https://news.detik.com/berita/d-3894300/muannas-alaidid-yakin-
jonru-ginting-diputus-bersalah)

B. Kasus Aris Budiman yang kala itu menjabat sebagai Dirdik KPK
melaporkan Novel Baswedan terkait isi email yang dianggap
menghina

Dilansir REPUBLIKA.CO.ID - Direktur Penyidikan KPK, Brigjen


Aris Budiman, telah melaporkan Novel Baswedan ke polisi. Dia
melaporkan Novel selaku penyidik senior di KPK karena
mengirimkan e-mail kepadanya. Saat ini, laporan itu tengah dalam
penanganan Polda Metro Jaya.
"Dia (Arif) kan laporan tertulis ke Polda tanggal 13 Agustus. Kirim
surat dia, merasa nama baiknya tercemar," ujar Kabid Humas
Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono saat
dikonfirmasi, Kamis (31/8).
Argo meyatakan, usai membuat laporan tertulis pada 13 Agustus,
kemudian Arif membuat laporan polisi pada 21 Agustus 2017. Dari
laporan itu, kemudian polisi melakukan gelar perkara. "Kemudian
kemarin setelah laporan polisi, administrasi SPDP, kirim ke jaksa,
pelapor, sama terlapor," ujar Argo menjelaskan.
Kasus ini bermula ketika Novel mengirim surat elektronik pada
Arif Budiman pada Februari 2016. Namun, belakangan surel
tersebut dipermasalahkan Arif. Sehingga berujung pada pelaporan
Arif ke Polda Metro Jaya karena pencemaran nama baik.
"Ya intinya dia merasa terhina dengan kata kata di suatu media
sosial. Kata katanya saya tidak hafal," ungkap Argo.

Berdasrkan kasus diatas jika Novel terbukti mencemarkan nama


baik Aris novel terancam melanggar Pasal 27 ayat 3 UU ITE.
(Sumber : https://republika.co.id/berita/ovjer7377/dirdik-kpk-laporkan-novel-
baswedan-ke-polisi)

Anda mungkin juga menyukai