Anda di halaman 1dari 36

LATAR BELAKANG UU ITE

• Mengantisipasi kejahatan dunia maya


• Mencegah adanya konflik dan untuk mendapatkan kepastian hukum .

• Berdasarkan surat Presiden RI No.R/70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005,


• Naskah UU ITE secara resmi disampaikan kepada DPR RI. Dan pada tanggal 21 April 2008,
Undang-undang tersebut disahkan.
• Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
adalah undang-undang pertama di Indonesia yang secara khusus mengatur tindak pidana
cyber.
• Undang-undang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas undang-
undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.
:
Menurut Suhariyanto (2012) celah hukum kriminalisasi cybercrime yang ada dalam UU ITE diantaranya

1. Pasal Pornografi di Internet (cyberporn)


Pasal 27 Ayat 1 UU ITE berbunyi:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan”.
• Yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat 1
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda
paling banyak
Rp 1.000.000.000,00,- (satu miliar rupiah)
2. Pasal Perjudian di Internet (Gambling on line)
Dalam Pasal 27 Ayat 2 UU ITE berbunyi:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan perjudian”.
Yang memiliki muatan perjudian sebagaimana dimaksud dalam
pasal 27 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000,00,- (satu miliar rupiah)
3. Pasal Penghinaan dan atau Pencemaran Nama
Baik di Internet

Pasal 27 Ayat 3 UU ITE, berbunyi:


“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.
Yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat 3 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
banyak Rp 750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)
4. Pasal Pemerasan dan atau Pengancaman
Melalui
Pasal 27 Ayat 4 UU ITE, Internet
berbunyi:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman”.
yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat 4 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)
5. Penyebaran Berita Bohong dan Penghasutan
Melalui Internet

Pasal 26 Ayat 1 berbunyi:


“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik”. Pihak yang menjadi korban
adalah konsumen dan pelakunya produsen, sementara
dilain pihak bisa jadi yang menjadi korban sebaliknya.
6. Profokasi Melalui Internet
Pasal 28 Ayat 2 yaitu:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA)”.
contoh kasus mengenai pelanggaran Undang-Undang Nomor 11 pasal 27
ayat 3 tahun 2008 tentang UU ITE

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak


mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/ atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan
/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik.
.
Contoh kasus 1
• Prita Mulyasari .

• ibu rumah tangga, mantan pasien Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat di Rumah Sakit tersebut Prita
tidak mendapat kesembuhan namun penyakitnya malah bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan yang pasti
mengenai penyakit Prita, serta pihak Rumah Sakitpun tidak memberikan rekam medis yang diperlukan oleh Prita. Kemudian Prita Mulyasari
mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut melalui surat elektronik yang kemudian menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya.
Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional marah, dan merasa dicemarkan. Lalu RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari
secara pidana. Sebelumnya Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Dan waktu itupun Prita sempat ditahan di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Kasus ini kemudian banyak menyedot perhatian publik yang berimbas dengan munculnya
gerakan solidaritas “Koin Kepedulian untuk Prita”. Pada tanggal 29 Desember 2009, Ibu Prita Mulyasari divonis Bebas oleh Pengadilan Negeri
Tangerang
Contoh kasus 2
• Buni Yani didakwa dengan pasal 32 ayat 1 jo pasal 48 ayat 1
yang berbunyi "setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah,
menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu
Informasi Elektronik dan atau dokumen elektronik milik orang
lain atau milik publik."
Lanjut..........
• Pidato itu direkam Diskominfomas Pemprov DKI Jakarta yang
kemudian dipublikasikan pada 27 September 2016 dengan judul
video '27 Sept 2016 Gub Basuki T Purnama Kunjungan ke Kep
Seribu dlm rangka Kerja Sama dgn STP' ke akun YouTube Pemprov
DKI. Durasi video itu 1 jam 48 menit.
"Bahwa terhadap rekaman video tersebut, pada Kamis, 6 Oktober
2016, terdakwa menggunakan handphone telah mengunduh atau
men-download rekaman video tersebut. Kemudian tanpa seizin
Diskominfomas Pemprov DKI Jakarta telah mengurangi durasi
rekaman video sehingga hanya tinggal 30 detik saja," ujar jaksa
Andi.
Ahmad dhani
• 1.Dugaan penghinaan kepada presiden
• 2.Ujaran kebencian di Media sosial
• 3.Pencemaran nama baik.

• Dirinya terbukti bersalah setelah menyebarkan ujaran kebencian alias makar


dengan kata-kata kasar "idiot", melalui vlog yang ia buat saat dirinya berada di
Hotel Majapahit, Surabaya.

• Dalam kasusnya, Ahmad Dhani kemudian dijatuhi hukuman selama satu tahun
enam bulan penjara karena melanggar pasal 27 ayat 3 juncto pasal 45 ayat 3
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) tentang pencemaran
nama baik.
Baiq nuril
• Ia dijerat UU ITE karena terbukti telah merekam pembicaraan
telepon kepala sekolah tempat ia bekerja yang menceritakan
pengalaman seksualnya bersama perempuan lain yang bukan
istrinya. Diketahui, Baiq sengaja merekam pembicaraan telepon itu
sebagai senjata usai dirinya merasa dilecehkan.
• Rekaman tersebut kemudian tersebar setelah Baiq menceritakan
kejadian tersebut pada salah satu teman kerjanya. Mengetahui hal
tersebut, Baiq kemudian dilaporkan ke pengadilan dengan tuduhan
pelanggaran Pasal 27 ayat 1 Undang-undang ITE. Akibatnya, ia
dijatuhi hukuman selama enam bulan penjara dan denda sebesar
Rp500 juta rupiah.
• Dirinya terbukti bersalah setelah menyebarkan ujaran
kebencian alias makar dengan kata-kata kasar "idiot", melalui
vlog yang ia buat saat dirinya berada di Hotel Majapahit,
Surabaya.

• Dalam kasusnya, Ahmad Dhani kemudian dijatuhi hukuman


selama satu tahun enam bulan penjara karena melanggar pasal
27 ayat 3 juncto pasal 45 ayat 3 Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) tentang pencemaran nama baik.
Pelanggaran Hak Cipta - Pasal 34 UU ITE Tahun 2008

• Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan karya yang tanpa


ijin, atau tanpa sepengetahuan dan melanggar hak ekslusif
pemilik cipta.
• Konten-konten yang diupload di channel Youtube- harus hati-
hati lho agar tidak dihapus karena melanggar hak cipta.
• Martono dengan kasus mengirim gambar atau meme tentang
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di grup
Whatshap (WA) dengan dijerat pasal 45 a jo pasal 28 UU No 19
tahun 2016.
Contoh Pelanggaran UU-ITE

1. Pasal 28 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.
2. Pasal 29 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
berisi ancaman kekerasaan atau menakut-nakuti yang ditujukkan secara
pribadi (Cyber Stalking). Ancaman pidana pasal 45 (3) Setiap orang yang
memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Contoh Pelanggaran UU-ITE [pasal 30]
• 1.Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik
Orang lain dengan cara apa pun.
• 2.Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan
cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
• 3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan
cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau
menjebol sistem pengamanan
Lanjut.........
• Pasal 33 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat
terganggunya system elektronik dan/atau mengakibatkan system elektronik
menjadi tidak bekerja sebagaiman mestinya.
• f. Pasal 34 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum memproduksi, menjual, menggadakan untuk
digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan atau memiliki.
• g. Pasal 35 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan,
penghilangan, pengrusakan informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik tersebut seolah-olah data yang otentik (Phising = penipuan situs).
3. Sanksi/Pidana Kejahatan-kejahatan didunia maya
• Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding.
• Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan.
• Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pengancaman dan pemerasan yang
dilakukan melalui e-mail yang dikirimkan oleh pelaku untuk memaksa korban
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
• Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik dengan
menggunakan media Internet.
• Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang dilakukan
secara online di Internet dengan penyelenggara dari Indonesia.
• Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi.
• Pasal 282 dan 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus penyebaran foto atau film pribadi
seseorang.
• Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat sistem
milik orang lain.
• Foto-foto pemotretan yang menampilkan pose para model dengan 'alat
peraga' berupa batu nisan di sebuah pemakaman Kristen tersebar di
Twitter. Foto itu diunggah oleh pengguna @chrissytwittwit pada 5
November 2019.
• “Orang-orang pasti akan melakukan apa saja demi menarik perhatian. Jika
Anda duduk di makam keluarga saya, saya akan segera mencari kalian,”
tulis keterangan foto dalam unggahan tersebut.
• Dalam keterangan foto dijelaskan pula makam bagi umat Kristen dianggap
sebagai tanah suci karena telah diberkati.
• Sejumlah pengguna Twitter yang beragama Islam meminta maaf mewakili
para model
Kode Etik Jurnalistik
• Kode Etik Jurnalistik ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan
Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang
Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-
DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan
Dewan Pers)
ETIKA JURNALISTIK
• Kode Etik Jurnalistik adalah etika profesi wartawan
• Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik
untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia
memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai
pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan
menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu,
wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik
Jurnalistik:
Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

• Penafsiran
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai
dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan
intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika
peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan
semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
Cara-cara yang profesional adalah:
a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara
dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara
berimbang;
f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar,
foto, suara;
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain
sebagai karya sendiri;
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan
berita investigasi bagi kepentingan publik
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah.

• Penafsiran
a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang
kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan
kepada masing-masing pihak secara proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal
ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa
interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi
seseorang.
Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

• Penafsiran
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja
dengan niat buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto,
gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk
membangkitkan nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan
mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.
Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak
yang menjadi pelaku kejahatan.

• Penafsiran
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut
diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan
belum menikah.
Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran
a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang
mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh
saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi
pengetahuan umum.
b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda
atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi
Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun
keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

• Penafsiran
a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan
keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita
sesuai dengan permintaan narasumber.
c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan
narasumbernya.
d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber
yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang
atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang
lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

• Penafsiran
a. Prasangka adalah anggapan yang kurang
baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui
secara jelas.
b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya,
kecuali untuk kepentingan publik.

Penafsiran
a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri
dan berhati-hati.
b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang
dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.
Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai
dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Penafsiran
a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat
mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran
dari pihak luar.
b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan
terkait dengan substansi pokok.
Kode Etik yang Sering Dilanggar
• Berita tidak berimbang, berpihak, tidak ada verifikasi, dan
menghakimi.
• Mencampurkan fakta dan opini dalam berita
• Data tidak akurat
• Keterangan sumber berbeda dengan yang dikutip di dalam
berita
• Sumber berita tidak kredibel
• Berita mengandung muatan kekerasan
• Sutradara Livi Zheng mengadukan tiga media ke Dewan
Pers. Ketiga media tersebut adalah Geotimes.co.id,
Asumsi.co dan Tirto.id.
• "Menurut kami, mereka tidak mengikuti kode etik
jurnalistik dan Undang-undang Dewan Pers.
• menjelaskan ada 12 berita yang disebutnya telah
"membunuh karakternya".
• Tidak sesuai fakta atau tidak diverifikasi lebih dulu.
• Ia menyebut satu di antara keberatannya adalah
bagaimana media menyebut sutradara film Bali: Beats of
Paradise ini tidak tahu apa-apa soal film.
• Padahal, kata Hulman, Livi punya latar belakangan
pendidikan S2 perfilman.
CIRI-CIRI HOAX
1. Pesannya sepihak, hanya membela atau menyerang saja.
2. Sering mencatut nama-nama tokoh seakan berasal dari tokoh itu.
3. Memanfaatkan fanatisme dengan nilai-nilai ideologi atau agama
untuk meyakinkan
4. Judul atau tampilan provokatif
5. Judul dengan isi atau link yang dibuka tidak cocok
6. Minta dishare atau diviralkan
Kalau ketemu pesan yang memenuhi sebagian ciri-ciri seperti itu,
jangan mudah percaya, jangan share, itu jelas mengindikasikan ciri-
ciri Hoax

Anda mungkin juga menyukai