Anda di halaman 1dari 4

Contoh kasus dan UU terkait UU ITE

Wacana pembentukan Undang Undang (UU) Media Sosial belakangan muncul ke permukaan. Hal itu
muncul setelah belum adanya peraturan yang konkret di ranah media sosial, karena UU Informasi dan
Transaksi Elektronik atau UU ITE dinilai belum mewakili. 
Sehingga saat ini untuk memproses tersangka penyalahgunaan aplikasi media sosial menggunakan
UU ITE Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tanggal 25 November 2016 Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dimana regulasi yang
digunakan kebanyakan berasal dari pasal 27,28 dan 29. Berikut merupakan contoh kasus yang
diakibat oleh penyalahgunaan sosial media.

1. kasus Jerinx
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar menjatuhkan vonis 1 tahun 2 bulan penjara kepada I
Gede Ari Astina alias Jerinx dalam kasus ujaran kebencian 'IDI Kacung WHO' pada November lalu.
Vonis hakim itu lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yakni tiga tahun penjara.

Jerinx dinilai melanggar Pasal 28 ayat (2) juncto Pasal 54A ayat (2) UU ITE juncto Pasal 64 ayat (1)
KUHP.

Pusaran kasus Jerinx ini terjadi lantaran unggahan 'Kacung WHO' yang ia posting di instagram
pribadinya (@jrxsid). Penabuh drum Superman is Dead (SID) itu mengunggah sebuah gambar tulisan
pada akun instagramnya, pertengahan Juni lalu.

Tulisan dalam gambar itu berbunyi, "Gara-gara bangga jadi kacung WHO, IDI dan RS seenaknya
mewajibkan semua orang yang akan melahirkan dites CV19. Sudah banyak bukti jika hasil tes sering
ngawur kenapa dipaksakan? Kalau hasil tes-nya bikin stress dan menyebabkan kematian pada
bayi/ibunya, siapa yang tanggung jawab?'

Imbas unggahan tersebut, IDI Bali lantas melaporkan Jerinx kepada Polda Bali pada Selasa (16/6).
IDI menilai unggahan Jerinx yang menyebut IDI dan Rumah Sakit adalah 'Kacung WHO' merupakan
fitnah dan telah mencoreng nama IDI.
2. Kasus Prita Mulyasari
Diawali dengan tersebarnya surat elektronik Prita yang berisi tentang keluhan pelayanan dari rumah
sakit Omni Internasional. Kasus yang mencuat pada tahun 2009 ini merupakan salah satu kasus
pertama yang menonjol yang berkaitan dengan UU ITE. Prita diganjar Pasal 27 ayat 3 UU ITE
tentang distribusi informasi atau dokumen elektronik yang memuat kebencian atau pencemaran nama
baik dan sempat diganjar selama 3 pekan di Penjara Khusus Perempuan di Tangerang.

UU Pasal 27 ayat 3
◦ Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

kasus tersebut bertentangan dengan UU RI No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 5
tentang Hak konsumen yang berbunyi ◦ “hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan; “
3. Khasus Nuril Baiq
Seorang guru honorer di Mataram yang mengalami tindak pelecehan seksual oleh kepala sekolah
ditempat ia mengajar. Baiq yang merekam percakapan dia dengan sang kepala sekolah agar memiliki
bukti tidak memiliki hubungan khusus dengan sang kepala sekolah namun dituntut oleh kepala
sekolah tersebut dikarenakan rekaman pembicaraan mereka bocor dimedia sosial. Pada akhirnya Baiq
Nuril yang awalnya korban pelecehan seksual menjadi tersangka hukuman pidana UU ITE NOMOR
11 TAHUN 2008 Pasal 27 ayat 1 .

4. Kasus Johan Firmansyah


Selaku admin dalam group di medsos harus mendekam di penjara selama 3 bulan. Polisi menganggap
group yang berisi anak-anak STM tersebut memiliki pesan provokatif yang berpengaruh pada
kekacauan demonstrasi penolakan terhadap omnibus law tahun 2019 yang di kenal dengan aksi
Reformasi Dikorupsi. Namun Johan menolak karena saat pesan provokasi bertebaran, Johan bukan
sebagai admin group tersebut lagi. Group tersebut sudah di kasih ke orang lain yang justru telah
disalahgunakan.
UU RI No 11 Tahun 2008 tentang ITE Pasal 28 ayat 2 berbunyi : “Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA).”
5. Ustaz Maaher
Polisi menangkap Soni Ernata alias Ustaz Maaher At-Thuwailib di kediamannya di wilayah Bogor,
Jawa Barat pada Kamis (3/12) dini hari. Penangkapan itu dilakukan oleh Direktorat Tindak Pidana
Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri terhadap Maaher yang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Maaher diduga telah menghina tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Habib Luthfi bin Yahya, lewat
cuitannya di akun Twitter.

Maaher sebelumnya dilaporkan atas dugaan pencemaran nama baik. Berdasarkan informasi yang
dihimpun, Maaher diduga menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian,
permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu.

Maaher diduga melanggar Pasal 45 ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) UU ITE.

Anda mungkin juga menyukai