Hak Asasi Manusia (HAM) adalah fitrah yang telah melekat bersama dengan kelahiran
sampai pada lingkungan dalam kehidupan bermasyarakat. Hak ini dimiliki oleh setiap individu
dan melampaui batas teritorial wilayah, suku, agama dan jenis kelamin. Dasar dari hak asasi
manusia tiada lain bahwa setiap individu harus memperoleh kesempatan yang sama dalam
masyarakat untuk mengakses hak-hak dasarnya serta mengembangkan cita-cita dalam
kerangka perlindungan hukum dari sebuah negara.
Pasca reformasi 1998, komitmen Indonesia untuk menghormati dan menegakan HAM
ditingkatkan menjadi komitmen konstitusional dengan perubahan kedua UUD 1945 yang
diterima oleh MPR pada 18 Agustus tahun 2000 dengan menambahkan sepuluh pasal baru
(Pasal 28A-28J) yang mengatur pengakuan dan penghormatan HAM, perubahan ini
menambah ketentuan yang sudah ada sebelumnya.
Data dari Amnesty International Indonesia menunjukan setidaknya 127 pembela HAM
mengalami serangan sepanjang Januari-Mei 2023. Serangan ini termasuk kriminalisasi oleh
Polisi, termasuk penangkapan hingga percobaan pembunuhan, intimidasi dan serangan fisik
yang menimpa jurnalis, mahasiswa, pegiat hak masyarakat adat dan aktivis yang kritis. Tidak
hanya itu, dalam laporan Amnesty lainnya yang berjudul “Meredam Suara, Membungkam
Kritik: Tergerusnya Kebebasan Sipil di Indonesia”, Amnesty mencatat setidaknya 834 korban
dalam periode Januari hingga Mei 2022.
Dari sisi kebebasan berkeyakinan, Konstitusi Indonesia telah mengaturnya dalam pasal
28E ayat (1). Namun sampai hari ini, masih banyak kelompok minoritas agama di Indonesia
yang masih hidup dalam bayang-bayang ketakutan sebab kerap mendapatkan perlakuan
diskriminatif seperti pelarangan untuk membangun rumah ibadah atau kesulitan mendapatkan
akses pelayanan publik secara adil sebagaimana kedudukannya sebagai warga negara yang
lain.
Tantangan lain dalam rangka penegakan HAM di Indonesia juga datang dari institusi
penegak hukum. Data terbaru yang dirilis oleh Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan (Kontras) dalam laporannya yang bertajuk “Kewenangan Eksesif, Kekerasan dan
Penyelewengan Tetap Masif” misalnya, dalam kurun waktu setahun terakhir, yaitu Juli 2022-
Juni 2023, ada total 622 peristiwa kekerasan yang melibatkan anggota Polri.
Dari ratusan peristiwa kekerasan yang dicatat oleh Kontras, yang terbanyak berupa
penembakan dengan 440 kasus, kemudian 58 berupa kasus penganiayaan, 41 kasus
pembubaran paksa dan 46 adalah kasus penangkapan sewenang-wenang. Ada pula temuan
Kontras berupa 13 kasus penggunaan gas air mata.
Tentu ini merupakan sebuah ironi dalam upaya pemenuhan dan penegakan HAM di
Indonesia. Kepolisian yang seharusnya menjadi instrument negara untuk memberikan
perlindungan dan rasa aman bagi warga negara malah menjadi salah satu aktor utama yang
turut melanggar amanat konstitusi dalam upaya perlindungan HAM dengan melanggengkan
kekerasan sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan tugasnya di lapangan.
rangka menghormati (to respect), memenuhi (to fulfill) dan melindungi (to protect). Pemerintah
harus mengevaluasi dan mendorong seluruh kebijakan terkait upaya pemenuhan HAM serta
melakukan reformasi secara struktural, instrumental dan kultural institusi-institusi penegak
hukum dan pelayanan publik yang berperan sebagai aktor utama pelanggar HAM tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
BBC Indonesia. (2023). ‘Saya Yahudi, Tapi DI KTP Saya Islam’, Penganut Agama Minoritas
Ingin Diakui Secara Legal Demi Mengakhiri Diskriminasi.
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c4np11vdzpko. Diakses pada tanggal 6 Juli
2023.
CNN Indonesia. (2023). Kontras Temukan 622 Kasus Kekerasan Oleh Polisi Setahun terakhir.
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cld30dkl5q5o. Diakses pada tanggal 7 Juli 2023